Anda di halaman 1dari 26

BAB XI

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

A. Capaian Pembelajaran
Tujuan yang hendak dicapai dalam perkuliahan ini
adalah agar mahasiswa memiliki kemampuan sebagai
berikut.
1. Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai konsep dan
urgensi Pancasila sebagai sistem etika.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai Alasan
diperlukannya Pancasila sebagai sistem etika.
3. Mahasiswa dapat menganalisis Historis, sosiologis dan
politis Pancasila sebagai sistem etika.

B. Materi

1. Menelusuri konsep dan urgensi Pancasila sebagai


sistem etika
Ethos adalah tempat tinggal yang biasa, atau bisa
juga padang rumput, atau kandang, juga kebiasaan,
adat, watak, perasaan, sikap, serta tentang adat
kebiasaan itu sendiri. Dengan kata lain etika juga
berkaitan pada kebiasaan hidup yang baik serta tata
cara hidup yang baik. Sebagai contoh baik terhadap

Pendidikan Pancasila 241


seseorang ataupun kepada masyarakat sekitar. Dalam
kebiasaan hidup yang baik dapat di anut dan juga dapat
di wariskan secara turun terumun artinya dari satu
generasi ke generasi yang lain pula. Menurut
pengertiannya, etika dan juga moral memiliki kesamaan
dalam maknanya. Etika sendiri memiliki arti yaitu ilmu
yang dapat membahas tentang value atau penilaian
bagaimana baik dan buruknya. Secara universal etika
itu—dapat di mengerti sebagai pemikiran yang mana
memiliki artian tentang segala sesuatu yang dapat di
anggap baik atau buruknya prilaku dalam manusia itu
sendiri. Dalam keseluruhan juga sikap serta prilaku
manusia dengan norma dan juga beberapa aturan yang
sangat mengaturnya acap kali disebut dengan kualitas
dalam perbuatan manusia atau baik buruknya perbuatan
manusia itu sendiri.

Etika menjadi hal yang penting dalah hidup


bangsa Indonesia, sebab dalam memabngun
kedamaian dengan orang lain, masyarakat bangsa
membutuhkan sikap kesadaran, saling mengerti serta
bahu membahu dengan yang lain.

Pancasila sebagai dasar landasan dan pandangan


hidup masyarakat bangsa Indonesia harus benar-benar
tumbuh subur di Indonesia, artinya nilai-nilai Pancasila
benar-benar dijadikan sebagai pedoman masyarakat
dalam hidup bersama, sebab dalam setiap butir-butir
Pancasila terdapat pedoman yang diambil dari nilai

Pendidikan Pancasila 242


karakter leluhur bangsa Indonesia dengan
pertimbangan-pertimbangan bahwa karakter yang
diambil sebagai landasan atau gagasan dasar Indonesia
benar mampu memberi perubahan dan menjadi konsep
ideal yang akan menciptakan kedamaian antar sesama,
baik antar masyarakat bangsa Indonesia dan antar
negara.

Menjalankan hidup bagi seseorang apalagi


sebagai warga Negara Indonesia tentunya harus sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila. Pancasila adalah sebuah
etika dalam kehidupan bangsa Indonesia, selain itu di
pakai sebagai pola piker, dan tuntunan dalam bersikap
dan bertingkah laku bagi warga Indonesia.

Ajaran moral yaitu bersikap, bertanggung jawab


dengan mengikuti suatu aliran ajaran tertentu
bagaimana dan mengapa itulah etika. Dalam etika
diajarkan juga bagaimana berpikir dan memiliki
pandangan moral. Selain itu etika juga dapat dikatan
tindakan seseorang terhadap apa yang ada
dihadapannya.

Ada dua kelompok, yaitu :


a. Etika Umum, berisi tentang prinsip bagi
manusiamempertanyakan prisip-prinsip yang berlaku
bagi setiap tindakan manusia.
b. Etika Khusus, berisi tentang hubungan dengan
manusia baik individu atau menjadi makhluk social.

Pendidikan Pancasila 243


Pembahasan tentang etika adalah selalu tentang
nilai, nilai yang dihubungkan dengan tindakan
seseorang baik dan buruk. Nilai adalah masalah yang
nyata, untuk itu perlu adanya panduan, seperti contoh
nilai kejujuran pada seseorang. Lacey menjelaskan
bahwa paling tidak ada enam pengertian nilai dalam
penggunaan secara umum, yaitu :

a. Nilai utama dalam kehiudapn dan sepanjang hidup


b. Nilai yang memiliki tindakan kebaikan, arti baik bagi
sesorang dalam hidupnya.
c. Nilai dalam pembentukan identitas sebagai jati
dirinya.
d. Nilai yang dapat dijadikan rujukan dalam mengambil
tindakan baik dan buruk.
e. Nilai yang digunakan oleh seseorang dalam
berperilaku terhadap orang lain
f. Nilai suatu objek yang memiliki hubungan yang
penting dan berharga sebagai identitas. Nilai obejk ini
meliputi seni, budaya, lembaga, orang lain dan alam.

Dapat kita ambil kesimpulan bahwa nilai adalah


sebuah ukuran utama dan penting bagi seseorang dalm
bertindak. NIlai ini akan diterapkan dalam kehiduan
seseorang menjadi sebuah nilai etis dalam bergaul.
Sering kali etika di bahas menjadi etiket padahal
keduanya memiliki arti yang berbeda, etika sendiri
berhubungan dengan moral, sedangkan etiket lebih
kepada sopan santun, adat istiadat. Namun keduanya
Pendidikan Pancasila 244
tetap menjadi pengatur sikap, etika tentang moral baik
dan buruk, etket bagaiman melakukan hal yang tepat
sesuai yang diharapkan. Contoh seperti mencuri lebih
kepada moral, tidak ped uli mencuri dengan tangan
kanan atau kiri, namun contoh lain seperti makan akan
dianggap sopan jika makan dengan tangan kanan.

Ada beberapa aliran etika yang dikenal dalam


bidang filsafat, meliputi :

a. Etika Keutamaan
Etika keutamaan adalah lebih kepada
bagaimana diri sendiri akan menjadi apa? Tindakan
yang mmemiliki arti baik dan buruk, memiliki hal
utama untuk dilakukan, etika keutamaan adalah
sebuah sikap seperti sikap baik hati, mandiri, murah
hati, bekerja keras, bekerja sama, bijaksana, peduli,
empati, toleransi, sadar, bernalar, suka memberi.
b. Etika Teleologis
Etika teleologis suatu tindakan yang
dilaksanakan dimana tindakan itu akan mengahsilkan
tindakan benar sesuai moral dan dilaksankan seperti
kewajiban. Adapun bisa dikatakan jika seseorang
ingin sekali melakukan tindakan tetapi tindakan itu
mengandung arti yang akan berbahaya atau buruk.
Etika teleologis dapat di nilai ketika dalam menjakan
tindakan itu efektif dan mempunyai tujuan, walaupun
didalamnya tetap ada kebaikan dan keburukan,
kebenaran atau kesalahan.
Pendidikan Pancasila 245
c. Etika Deontologis
Etika deontologis adalah teori etis yang
bersangkutan dengan kewajiban moral sebagai hal
yang benar dan bukannya membicarakan tujuan atau
akibat. Sesuatu yang di ajarkan untuk melakukan
sesuatu yang ditugaskan. Contoh seperti,
mengerjakan tugas jika dikerjakan maka dapat
dikatakan benar, jika tidak mengerjakan maka tidak
benar.
d. Etika Pancasila
Apa itu etika, tata krama, sikap, karakter yang
harus dimiliki setiap individu, lalu apa itu etika
Pancasila, etika pancasila adalah etika yang
berisikan nilai-nilai Pancasila yang harus di
implementasikan oleh setiap individu dan warga
Negara Indonesia. Dengan etika ini diharapkan setiap
manusia dapat hidup tentram, nyaman memiliki harga
diri dengan menjalankan etika Pancasila ini tentunya
bagi bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang
bermartabat. Etika Pancasila memiliki nilai yang
didalamnya terdapat lima nilai sesuai dengan dasar
Negara kita Pancasila. Untuk itu dibutuhkan ketaatan,
konsisten dalam melaksanakannya. Manusia yang
memiliki nilai taat kepada Tuhannya, rasa
kemanusian kepada orang lain, menjaga persatuan
dan kesatuan serta cinta tanah air, hidup
bermasyarakat, bergotong royong, serta berkeadilan
terhadap sesama.
Pendidikan Pancasila 246
Ada empat tabiat saleh dalam etika pancasila, yaitu :

a. Kebijaksanaan, artinya mengambil keputusan


dengan bijak, dimana mementingkan kepentingan
orang lain di atas kepentingan pribadi, tentunya
tertuju kepada Tuhan, mengedepankan nilai
kemanusian, sosial dan agama.
b. Kesederhanaan, artinya hidup apa adanya, sesuai
dengan kemampuan.
c. Keteguhan, artinya teguh dalam pendirian, adanya
batasan.
d. Keadilan, artinya berbuat sesuatu sesuai takarannya
baik terhadap diri sendiri dan orang lain.

a. Pengertian Nilai
Nilai (value) adalah kemampuan yang
dipercayai yang ada pada suatu benda untuk
memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang
menyebabkan menarik minat seseorang atau
kelompok. Jadi nilai itu pada hakikatnya adalah sifat
dan kualitas yang melekat pada suatu objeknya.
Dengan demikian, nilai itu adalah suatu kenyataan
yang tersembunyi dibalik kenyataan-kenyataan
lainnya.

Menilai sama halnya menimbang, yakni adalah


suatu aktivitas manusia dalam mengintegrasikan
sesuatu dengan yang lain. Atau dapat diartikan
sebagai aktivitas manusia dalam melabelkan sesuatu

Pendidikan Pancasila 247


pada objek yang dinilai, kemudian diputuskan dengan
sebaik-baiknya. Sedangkan keputusan merupakan
luapan emosional dari si-penilai sebagai bentuk
apresiasi, atau sebagai ungkapan labeling pada
objek yang dinilai apakah itu berguna atau tidak,
benar atau tidak. Sedangkan aktivitas penilaian yang
dilakukan oleh manusia tentunya melibatkan unsur
duniawi yang mengintegrasikan kemampuan indrawi
baik dari unsur jasmani maupun rohani yang meliputi
akal, otak dan lain sebagainya.

Dari uraian di atas mempertegas bahwa nilai


merupakan suatu hal yang penting serta berdampak
besar dan berharga bagi manusia. Sebab hal ini ada
hubungannya dengan martabat manusia di mana
manusia adalah pelaku dari dua sisi tersebut, baik
sebagai objek maupun sebagai subjek penilaian. Nilai
sendiri berfungsi dan bersumber untuk mendorong
dan mengarahkan sikap dan perilaku manusia. Nilai
juga disebut sebagai sistem yang menjadi budaya
dalam kehidupan manusia sebagai sistem sosial dan
hasil karya makhluk yang berakal. Oleh karenanya
Alport membedakan nilai yang ada dalam kehidupan
manusia menjadi enam bagian yaitu: nilai ekonomi,
nilai teori, nilai politik, nilai sosial, nilai estetika dan
nilai religi.

Pendidikan Pancasila 248


b. Hirarki Nilai
Sebenarnya dalam konsep penilaian terdapat
hierarki nilai yang mempertegas bahwa adanya nilai
itu bergantung pada sudut pandang individu manusia
pada suatu objek yang dinilai. Misalkan di dalam
kalangan materialis ia memandang segala sesuatu
materil itu dianggap sebagai nilai tertinggi. Max
Scheley mengatakan bahwa nilai yang ada tidak
sama tinggi dan luhurnya. Dan nilai-nilai dapat
dikelompokkan menjadi empat tingkatan sebagai
berikut, yaitu :

1) Nilai kenikmatan, adalah nilai-nilai yang berkaitan


dengan indra yang memunculkan rasa senang,
menderita, atau tidak enak.
2) Nilai kehidupan, yaitu nilai-nilai penting bagi
kehidupan, yakni jasmani, kesehatan serta
kesejahteraan umum.
3) Nilai kejiwaan, adalah nilai-nilai yang berkaitan
dengan kebenaran, keindahan, dan pengetahuan
murni.

4) Nilai kerohanian, yaitu tingkatan ini terdapatlah


modalitas nilai dari yang suci.

Sementara itu, Notonagoro membedakan nilai


menjadi tiga, yaitu :
1) Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna
bagi jasmani manusia.

Pendidikan Pancasila 249


2) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna
bagi manusia untuk mangadakan suatu aktivitas
atau kegiatan.
3) Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang
bersifat rokhani manusia yang dibedakan dalam
empat tingkatan sebagai berikut :

Nilai kebenaran, yaitu nilai yang bersumber


pada rasio, budi, akal atau cipta manusia.
a. Nilai keindahan atau estetis, yaitu nilai yang
bersumber pada perasaan manusia.
b. Nilai kebaikan atau nilai moral, yaitu nilai yang
bersumber pada unsur kehendak manusia.
c. Nilai religius, yaitu nilai kerokhanian tertinggi dan
bersifat mutlak.

Di dalam perwujudannya nilai-nilai berwujud


sebagai norma kriteria dan ukuran sehingga menjadi
suatu keharusan, aturan serta larangan, dicela dan
dikehendaki. Oleh karenanya nilai merupakan
pedoman yang harus dipegang teguh oleh manusia
sebab peran nilai adalah untuk menentukan
kehidupan setiap manusia. Sedangkan posisi nilai
manusia terletak dalam hati yang paling dalam,
kemudian hati mencerminkan dari ketinggian nilai
yang mengakibatkan kejernihan dalam berpikir
sebagai bentuk keyakinan serta kepercayaan yang
dihasilkan oleh kejernihan hati manusia.

Pendidikan Pancasila 250


c. Pengertian Moral
Moral merupakan kosakata yang berasal dari
kata mos (mores) dan bersinonim kata kesusilaan
watak dan kelakuan. Moral lebih kepada sebuah
perilaku atau ajaran baik dan buruk manusia yang
bersumber dari perilaku manusia. Deskripsinya, jika
seseorang melakukan sesuatu yang sesuai dengan
aturan atau berperilaku sesuai dengan aturan maka
perilaku tersebut disebut dengan moral. Sedangkan
sebaliknya, dianggap tidak bermoral manakala
manusia menyeleweng dari aturan-aturan yang
sudah ditetapkan sebelumnya.

Jadi moral merupakan suatu perwujudan dari


aturan-aturan serta prinsip kebenaran yang
sebelumnya sudah ditentukan melalui persepakatan.
Mural juga dapat diistilahkan sebagai bentuk
kesetiaan manusia kepatuhan atau perilaku yang
tidak melanggar ketetapan yang sudah ditentukan
baik di lingkungan masyarakat agama dan Negara

d. Pengertian Norma
Bentuk kesadaran manusia yang membutuhkan
relasi ideal akan membangkitkan ketaatan pada
aturan-aturan yang sudah. Hubungan ideal yang
seimbang mencerminkan bentuk dari ketaatan yang
dibangun berdasarkan hubungan baik secara vertikal
horizontal dan alam semesta.

Pendidikan Pancasila 251


Norma adalah perwujudan atau bentuk dari
keadaan manusia. Dan yang mencerminkan manusia
berakal adalah manusia yang selalu menjaga dirinya
dan hubungannya baik dengan Tuhan, manusia dan
lingkungan. Norma adalah suatu kehendak yang
diciptakan dari hasil tata nilai manusia dalam
kehidupan. Oleh karenanya norma dalam kehidupan
manusia dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
poin diantaranya, terdapat norma agama, norma
kesusilaan, norma filsafat, norma sosial dan norma
hukum. Norma dapat dinyatakan sebagai bentuk atau
dampak yang dibangun oleh manusia di mana ia
mempunyai fungsi serta memiliki kekuatan dalam
mengatur tatanan kehidupan. Sebab di dalam norma
tersebut ada sanksi-sanksi dalam memberikan
dampak pada aturan yang dibuat oleh manusia.

Sedangkan hubungan nilai, moral dan norma


adalah keterikatan nilai moral dan norma merupakan
bentuk kenyataan yang harus ada dan dipelihara
sepanjang hidup manusia. Dapat dipastikan
keberadaan tersebut akan menjadi fondasi yang kuat
bagi masyarakat dalam menjalankan setiap
kepentingan-kepentingan hidup berbangsa dan
bernegara. Dengan pernyataan tersebut dapat
dipastikan bahwa keberadaan nilai sangatlah penting
dalam menentukan sikap dan perilaku manusia
menjadi manusia yang utuh, konkrit dan objektif.

Pendidikan Pancasila 252


Sehingga dengan adanya tersebut dapat dengan
mudah diterapkan dalam setiap aktivitas sehari-hari.
Sedangkan kaitanya dengan moral merupakan
turunan dari nilai dan norma yang dapat diartikan
bahwa setiap aktivitas akan memperoleh integritas
yang dapat menciptakan dan menjunjung tinggi
martabat manusia. Drajat manusia amat ditentukan
oleh tingginya moralitas yang dimiliki oleh manusia
tersebut. Dalam menjembatani artikulasi serta
korelasi moral dan etika tergadang disejajarkan
artinya. Namun dapat dipastikan dalam memaknai
etika yaitu ketidak berwenangan dalam mengklaim
serta menentukan mana yang boleh dan mana yang
tidak boleh untuk dilakukan oleh manusia. Narasi ini
dipandang berbeda dengan memaknai moral.

Pentingnya Pancasila sebagai sistem etika terkait


dengan problem yang dihadapi bangsa Indonesia yaitu
sebagai berikut :

Urgensi Pancasila sebagai sistem etika menjadi


suatu hal yang penting dalam kehidupan politik bangsa,
tujuannya adalah untuk menciptakan regulasi
pemerintah yang adil serta dapat mensejahterakan
bangsa. Sebab manakala terjadi disintegrasi nilai-nilai
Pancasila sebagai guidance dan aturan dalam aparatur
pemerintah maka yang akan ditemukan adalah
kehancuran negara baik yang berhubungan konflik
sosial yang tidak berkesudahan hukum yang tidak

Pendidikan Pancasila 253


terjamin keadilan kesejahteraan yang diabaikan dan
tingginya praktek-praktek yang merugikan bangsa oleh
karenanya diperlukan Pancasila sebagai sistem etika
bangsa setidaknya meliputi beberapa hal sebagai
berikut:

Pertama, Suatu tindakan yang dilakukan dengan


merugikan Negara adalah korupsi, mengapa korupsi di
Indonesia merajalela? Karena ketidakpahaman atau
mengindahkan tentang nilai-nilai Pancasila sebagai
system etika dalam kehidupannya. Penyelenggara dan
pelaksanaan pemerintah tentunya sadar benar bahwa
tindak korupsi adalah salah besar. Harusnya
mengetahui batasan dan ramubu-rambu sebagai
seorang pejabat yang duduk dan melaksankan
pemerintahan, Karena ini kan berakibat tidak baik bagi
Negara tentunya kepada seluruh rakyat, sehingga para
penyelenggara pemerintah tidak dapat dijadikan sebagai
panutan bagi warga negaranyasimpulan Archie Bahm,
”Maksimalkan kebaikan, minimalkan keburukan” (Bahm,
1998: 58).

Kedua, Nilai moral yang di ajarkan dalam


Pancasila tentunya tidak perlu diragukan kembali,
karena di dalam Pancasila di ajarkan bagaimana moral
dalam menjalan kehidupannya. Dekadasi moral bisa
melanda di Negara manapun, Indonesia adalah Negara
yang berdasar pada Pancasila juga mengalami
dekadasi moral, dimana contoh generasi muda tidak

Pendidikan Pancasila 254


memahaminya ini disebakan dampak globalisasi serta
budaya luar yang masuk ke Indonesia. Dekadasi moral
itu seperti narkoba, hilangnya kejujuran, tawuran,
melakukan kekerasan, hilangnya rasa hormat kepada
orangtua dan orang lain, hilangnya toleransi dan empati
dan lain-lain.

Ketiga, seIndonesia adalah Negara hukum yang


menjungjung martabat serta hak setiap individu,
pemerintah menjamin hak asasi manusia. Namun
kasus-kasus pelanggaran HAM banyak terjadi seperti,
pembunuhan, kekerasan, pelecehan seksual, kekerasan
dalam rumah tangga, ini menandakan bahwa blm
adanya kesadaran dalam menghormati dirinya sendiri
dan orang lain, belummemahami makna akan nilai-nilai
Pancasila. Namun pemerintah selalau berupaya dalam
menangani kasus-kasus pelanggran hak serta telah
diperkuatnya UUD tentang Hak asasi manusia No. 39
tahun 1999.

Keempat, Pengrusakan lingkungan oleh warga


tak bertanggung jawab sering terjadi, dengan perusakn
lingkungan ini tentunya merugikan dari segi aspek
manapun. Ini terlihat bahwa orang tak bertanggung
jawab ini tidak mempunyai kesadaran terhadap
kecintaan terhadapa lingkungan, selain itu tidak
memahami pentingnya nilai-nilai pancasila dalam etika
kehidupan sehari-hari. Ini membutikkan bahwa warga
Negara Indonesia cenderung melakukan tindakan

Pendidikan Pancasila 255


dengan emosional tanpa memikirkan damppak yang
terjadi bagi orang lain dan alam.

Hal-hal penting yang sangat urgen bagi


pengembangan Pancasila sebagai sistem etika meliputi
hal-hal sebagai berikut :

a. Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi dasar


analisis bagi berbagai kebijakan yang dibuat oleh
penyelenggara negara, sehingga tidak keluar dari
semangat negara kebangsaan yang berjiwa
Pancasila.
b. Meletakkan sila-sila Pancasila sebagai sistem etika.
Berarti menempatkan Pancasila sebagai sumber
moral dan isnpirasi bagi penentu sikap, tindakan, dan
keputusan yang diambil setiap warga negara.
c. Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi filter
untuk menyaring pluralitas nilai yang berkembang
dalam kehidupan masyarakat sebagai dampak
globalisasi yang mempengaruhi pemikiran warga
negara.
d. Pancasila sebagai sistem etika memberi guidance
(bimbingan) bagi setiap warga negara sehingga
memiliki orientasi yang jelas dalam tata pergaulan
baik lokal, nasional, regional, maupun internasional.

Dari semua hal-hal penting diatas,


memperlihatkan bagaimana peranan dan kedudukan
akan Pancasila sebagai etika. Etika sebagai pegangan,

Pendidikan Pancasila 256


tuntunan bagi seluruh warga negara untuk bersikap
sesuai dengan nilai-yang ada pada Pancasila. Karena
etika sangat di perlukan dalam menjalani hidup.

2. Alasan Diperlukannya Pancasila sebagai Sistem


Etika
Alasan Pancasila sebagai system etika bagi
bangsa Indonesia, yaitu:

a. Dekadensi moral, mengapa terjadi dekadensi moral


bagi bangsa Indonesia, ketika terjadi masuknya
budaya dan globalisasi yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila Generasi muda yang tidak siap
menerima budaya dan teknologi ini mengakibatkan
moral menjadi menurun bahkan kehilangan arah.
Pendidikan karakter yang sangat penting diperlukan
dalam dunia Pendidikan, untuk itu Pendidikan
Pancasila sudah seharusnya diberikan sejak usia dini
di lembaga Pendidikan. Apa saja dekadensi moral itu:
narkoba, sex bebas, kenakalan remaja, tawuran, dan
lain-lain.
b. Korupsi suatu tindakan yang di lakukan seseorang
dengan sengaja mengambil uang yang bukan
menjadi haknya. Para pemangku kekuasaan dalam
menyelenggarkan pemerintahan hendaknya memiliki
rambu-rambu sebagai pencegah dari tindakan yang
tidak di inginkan. Tindakan korupsi yang dilakukan
oleh seseorang akan merugikan negara dan rakyat.
Pemerintahan yang baik tidak akan terwujud, untuk

Pendidikan Pancasila 257


itu sebagai pemangku kekuasaan harus melihat nilai-
nilai Pancasila sebagai nilai etika dan moral. Archie
Bahm dalam Axiology of Science, baik dan tidak baik
akan selalu ada walaupun secara terpisah, dan
dalam kehidupan manusia pasti ada, godaan untuk
berbuat yang tidak baik selalu ada. simpulan Archie
Bahm, ”Maksimalkan kebaikan, minimalkan
keburukan” (Bahm, 1998: 58).
c. Pembangunan akan maju dan berlekembang
tentunya di dukung dari berbagai pihak salah satunya
adalah kepedulian warga masyarakat kepada Negara
dalam membayara pajak. Jika semua warga taat
akan pajak maka Negara akan memiliki kehidupan
yang nyaman, namun sebaliknya jika warga Negara
tidak taat pajak maka pembangunan akan tersendat.
Pancasila sebagai system etika menyadarkan akan
pentingnya kesadaran dalam membayar pajak dan
berkontribusi dalam pembangunan. Pajak sebagai
anggaran pendapatan belanja Negara (APBN)
tentunya diperlukan pemerintah untuk pembangunan.
d. terjadinya pelanggaran hak asasi manusia di
Indonesia sudahlah banyak hal ini dikarenakan
melemahnya penanganan kasus-kasus pelanggran
HAM di Indonesia. Banyak kasus pelanggaran HAM
yang dilaporkan, untuk itu dapaat dijadikan perhatian.
Pemerintah sendiri telah mengatur tentang HAM
dalam UU No. 39 Tahun1999 tentang HAM.

Pendidikan Pancasila 258


e. banyak terjadi bencana nasional di Indonesia.
Penyebab terjadinya bencana nasional selain karena
gejalaa alam terdapaat juga perusakan lingkungan
oleh warga masyarakat yang tidak peduli kepada
lingkungannya. Pancasila yang di rumuskan dengan
hati nurani luhur yang mengedepankan
kebersamaan, keindahan, kemanusiaan serta
kepedulian antar sesama dan lingkungan, adalah
menjadi etika, sikap dan moral kepedulian terhadap
sesama dan lingkungan. Kerap kali etika, sikap dan
moral itu tidak di pakai sehingga muncul bencana
yang tidak di inginkan seperti, banjir, tanah longsor,
kebakaran hutan, erosi. Naamun pemerintah
bertindak tegas bagi pelaku perusak lingkungan dan
alam.

3. Sumber Historis, Sosiologis, dan Politik Tentang


Pancasila Sebagai Sistem Etika
a. Sumber Historis
Keberadaan Pancasila pada zaman orde lama
dapat pahami dari catatan sejarah bahwa Pancasila
sebagai sistem etika belum sampai atau belum
masuk dalam system, hanya sebatas sebagai kajian
dari Philosofische Grondslag atau Weltanschauung.
Jadi keberadaan nilai-nilai Pancasila belum dapat
dilihat sebagai sistem etika, namun keberadaan nilai-
nilai moral telah termaktub dalam kebijakan sebagai
pandangan hidup masyarakat. Dalam masa orde
Pendidikan Pancasila 259
lama juga masyarakat sudah mengenal dengan nilai-
nilai kemandirian, yang pada saat itu Soekarno
menyebutnya dengan istilah berdikari (berdiri di atas
kaki sendiri).

Selanjutnya keberadaan bagaimana kondisi


Pancasila di Era reformasi? Di era reformasi,
Pancasila sebagai sistem etika pudar dengan praktek
kekuasaan yang hanyut dalam bentuk pelanggaran
etika politik. Hal ini dapat dilihat bahwa pelanggaran
masa lalu masih membentuk luka yang mendalam.
Pelanggaran tersebut dikenal dengan sebutan abuse
of power. Pelanggaran inilah yang kemudian
menciptakan nuansa korupsi secara menyeluruh bagi
setiap kalangan pemerintah (oknum pemerintah),
baik di eksekutif, yudikatif maupun legislative.
Penyalahgunaan jabatan inilah yang kemudian
menjadi sebab adanya tindang korupsi pemerintah.

Pancasila dipandang dari kajian sosiologis


dapat dipahami sebagai sistem etika yang
berkembang pesat di kehidupan masyarakat bangsa
Indonesia yang terdiri dari berbagai macam etnik
suku agama dan budaya. Seperti contoh dari
masyarakat Minangkabau yang selalu berpegang
tegus dengan konsep “bulat air oleh pembuluh, bulat
kata oleh mufakat” saat musyawarah dan lainya.
Sebenarnya masih banyak kearifan lokal yang ada di
Indonesia yang harus di kita ketahui sebagain kajian

Pendidikan Pancasila 260


ilmiah dalam mempertahan Pancasila sebagai
warisan leluhur budaya asli Indonesia.

b. Sumber Politis
Keberadaan Pancasila sebagai sistem etika
dilihat dari sumber politis bahwa terdapat dalam
norma-norma dasar yang dijadikan pedoman dalam
menyusun setiap kebijakan-kebijakan (hukum
pemerintah Indonesia). Mengutip dari pendapat Hans
Kelsen bahwa dalam melihat teori hukum yaitu dapat
dilihat dari kesadaran bangsa dalam memahami
bahwa hukum itu sendiri dibangun atas dasar norma
yang dibentuk dari piramida. Sedangkan dalam
memaknai konsep piramida ini bahwa norma yang
lebih rendah mendapatkan kekuatan dari norma yang
lebih tinggi. Artinya tinggi sebuah norma maka
sifatnya akan tidak terlihat, semakin rendah sebuah
nilai norma makan akan terlihat kedudukannya, maka
norma tersebut akan semakin konkrit sifatnya
(Kaelan, 2011: 487).

Dalam memahami etika politik dapat dilihat


pemaknaannya, bahwa secara substantif etika politik
erat hubungannya dengan subjek etika itu sendiri,
yaitu manusia. Manusia sebagai subjek etika dalam
politik keberadaannya adalah keberperanannya
sebagai makhluk yang punya hubungan dengan
kepentingan-kepentingan yang tidak lepas dari
keberadaan moral. Hal ini dapat diartikan bahwa

Pendidikan Pancasila 261


keberadaan manusia tidak dapat dilepaskan dari
etika. Walaupun keberadaan manusia yang
berkedudukan sebagai masyarakat bangsa dan
Negara, namun etika dalam politik tetap menjadi
dasar utama dalam meletakkan manusia dengan
seutuhnya, bukan sebagai warga negara atau negara
bangsa. Oleh karenanya dalam memaknai etika
politik tidak memaknai subjek manusia sebagai
kepentingan social dan Negara, melainkan
menitikberatkan kepada hakikat manusia sebagai
makhluk yang mulia dan beradab (Suseno, 2001).

Dalam peta perpolitikan memiliki etika, dima


etika ini sebagai sarana teoritid untuk bertanya serta
menerangkan keberadaan politik dengan tanggung
jawab. Etika yang dimaksud dalam politik adalah
etika yang bukan dengan emosi, berprasangka serta
apriori, tetpi politik yang berdasarkan kenyataan,
pendapat, serta onjektifitas. Etika politik tidak ikut
dalam politik praktis melainkan membantu agar
setiap maslah tentang ideologis dapat dilaksankan
dengan objektif. Selain itu dapat memberikan arah
dan pegangan normative untuk setiap pribadi yang
mau menilai tatanan politik dengan ukuran martabat
serta norma atau untuk sebuah pertanyaan tentang
keberadaan nilai moral untuk suatu keputusan politik.

Keberadaan etika politik berfungsi sangat


terbatas dalam kehidupan masyarakat. Hanya

Pendidikan Pancasila 262


memperjelas instrumen teoritis serta mempertegas
dan mepertanyakan legitimasi politik dalam
membangun rasa tanggung jawab. Etika politik
dibangun dan diperkokoh atas dasar kepercayaan
argumentatif yang kuat, rasional serta objektif dengan
mempertimbangakn aspek kepentingan yang menjadi
tujuan bersama. Dalam pembahasannya, etika politik
tidak sertamerta mencampuri implementasi politik
praktis, namun keberadaannya mendukung dalam
memperkokoh pada bahasan ideologis yang
bertujuan untuk dapat dijalankan dengan objektif oleh
manusia. Etika politik adalah menjadikan manusia
dengan seutuhnya, yaitu melihat dan menilai
keberadaan politik manusia dengan tatanan normatif
atau martabat manusia bahwa manusia bukan
sekedar menjadi subyek atau obyek kepentingan
dalam politik, tapi lebih dari itu, manusia seharusnya
berada pada posisi yang beda, sebab manusia
adalah makhluk yang mulia dengan akalnya.

Dalam memperjelas adanya hukum dan


kekuasaan maka patut menyoal kembali bagaimana
keberadaan dan hubungan hukum dengan
kekuasaan? Hal ini sebagaimana yang dipertegas
sebelumnya bahwa hukum dan kekuasaan
merupakan seperangkat yang mempunyai
keterlibatan langsung dengan kebijakan-kebijakan
pemerintah, serta bagaimana beretika dalam politik.
Hukum sebagai lembaga masyarakat yang
Pendidikan Pancasila 263
keberadaaanya mempunyai peranan normatif
sedangkan pemerintah sebagai lembaga penata
yang efektif, sebenarnya mempertegas keberadaan
manusia sebagai makhluk sosial dan individu. Jadi
hukum yang tidak di dukung oleh kekuasaan tidak
dapat berjalan dengan baik dan efektif, dan hukum
hanya akan dianggap sebagai aturan normatif
manusia saja tanpa mempunyai pengaruh besar
dalam membentuk dan membatasi perilaku manusia
dalam tatanan kehidupan. Begitupun sebaliknya,
kekuasaan tanpa dilandasi dengan aturan atau
hukum maka keberadaan kekuasaan akan bertindak
tanpa ada batasan dan terjadi ke semenan-minaan
dalam bertindak, sebab dalam kekuasaan tanpa
didasari oleh hukum maka yang akan terjadi adalah
kekuasaan absolut. Oleh karenanya, kebaradaan
kekuasaan dan hukum harus saling bersinergi, saling
melengakapi, serta keberadaanya harus
mendapatkan legitimasi masyarakat, sebab disitulah
peranan bahwa keberadaan hukum memang darasal
dari kebutuhan masyarakat yang dibangun dari nilai
moral masyarakat. Dan juga harus dipertegas bahwa
hukum bukan untuk dan dari kekuasaan Negara, tapi
keberadaannya melainkan untuk mengejawantahkan
kepentingan masyarakat dengan bersama yaitu
warga dan negaranya.

Pendidikan Pancasila 264


C. Latihan
1. Jelaskan pentingnya Pancasila sebagai dasar etika
kehidupan berbangsa dan bernegara ?
2. Berikan Analisa saudara/i mengapa Pancasila sebagai
sistem etika itu diperlukan dalam penyelenggaraan
kehidupan bernegara di Indonesia ?

3. Dalam prinsip etika Pancasila pada hakikatnya bersifat


humanistic, berikan penjelasannya secara singkat ? Hal-
hal penting apa sajakah yang bagi pengembangan
Pancasila sebagai sistem etika ?
4. Jelaskan analisa saudara/i pentingnya Pancasila
sebagai sistem etika terkait dengan problem yang
dihadapi bangsa Indonesia ?

D. Referensi
Buku Ajar Mata Kuliah Wajib Umum. Direktorat Jenderal
Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik
Indonesia 2016

Bernard L. Tanya dkk. 2015. Pancasila Bingkau Hukum


Indonesia.

Yogyakarta: Genta Publishing

Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan.


2016. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi RI
Pendidikan Pancasila 265
Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya. 2015. Sejarah
Pemikiran Indonesia Modern. Jakarta: Kementerian
PENDIDIKAN dan Kebudayaan

Bertens, K. (2013). Etika. Yogyakarta: Kanisius

Salam, B. (1997). Etika Moral Asas Moral dalam Kehidupan


Manu-sia.

Jakarta: Rineka Cipta.

Suseno, Franz Magnis. (2001). Etika Politik: Prinsip-prinsip


Moral Dasar Kenegaraan. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

Pendidikan Pancasila 266

Anda mungkin juga menyukai