SDJ / 1/ 2005 - 6 1
2.1 DINAMIKA FLUIDA
2.1.1 Definisi & Sasaran
2.1.2 Ilmu – ilmu Dinamika Fluida
2.1.3 Dinamika Aliran Fluida
2.1.4 Dinamika Fluida Blade
2.1.5 Lift Dinamika Fluida ( Gaya Angkat)
2.1.6 Drag Dinamika Fluida( Gaya
hambat
2.1.7 )
Dinamika Fluida Kecepatan Tinggi
2.1.8 Fasilitas Uji Dinamika Fluida
SDJ / 1/ 2005 - 6 2
2.1.1 Definisi & Sasaran
2.1.1.1 Definisi
Benda dengan
bentuk tertentu
Aliran udara
Momen Dinamika Fluida
SDJ / 1/ 2005 - 6 3
2.1.1.2 Sasaran
• Sasaran dari ilmu dinamika fluida adalah menetapkan bentuk
benda yang jika dialiri udara dengan kecepatan tertentu , tetap atau
berubah-ubah akan membangkitkan gaya dan momen dinamika
fluida yang diperlukan untuk terbang .
SDJ / 1/ 2005 - 6 4
2.1.1.3 Penerapan Ilmu - ilmu dinamika fluida
• Menurut jenis penerapannya,
dinamika fluida dapat dibagi dalam
beberapa jenis yaitu,
SDJ / 1/ 2005 - 6 5
2.1.1.4 Cara Pengkajian dinamika fluida
• Menurut cara pengkajiannya, dinamika fluida dapat dibagi dalam
beberapa jenis yaitu,
Uji dinamika fluida turbin angin di dalam
terowongan angin
dinamika fluida Experimentil
dinamika fluida
Komputasional
Melakukan pengkajian melalui
simulasi komputasional dengan
model matematika yang melukiskan
gejala dinamika fluida yang dikaji
Dinamika Fluida
Kecepatan
konstan Stasioner
Stasioner Tak
Tak Stasioner
Stasioner Rotasional
Rotasional
Kecepatan Kecepatan udara berputar
tidak konstan
Dibawah Diatas
kecepatan Sub
SubSonik
Sonik Super
SuperSonik
Sonik kecepatan
suara suara
Gas
GasDinamika
Dinamika
Inkompresibel Kompresibel
Kompresibel Gas
Gas Dinamika
Dinamika
Inkompresibel Rarefied
Rarefied
Kerapatan udara tidak Molekul udara rapat
Molekul udara renggang
Kerapatan
SDJ udara
/ 1/ 2005 - 6konstan konstan
7
2.1.3 Dinamika Aliran Fluida
Suatu aliran udara yang kontinum dapat dimodelkan sebagai lapis-lapis lembaran
partikel diskrit yang bergerak dalam arah aliran. Ada dua model aliran,
SDJ / 1/ 2005 - 6 9
2.1.3.2 Konsepsi Lapisan batas (Boundary layers )
“ Jika suatu fluida mengalir diatas permukaan , maka akibat dari gesekan
molekul fluida dengan permukaan akan menyebabkan molekul fluida itu tetap
melekat dipermukaan tersebut.
Efek gesekan ini hanya terjadi pada aliran yang berada dekat dengan
permukaan saja, aliran yang berada semakin jauh dari permukaan akan
mengalir seragam seperti aliran tanpa gesekan ( inviscid)“.
SDJ / 1/ 2005 - 6 10
2.1.3.2 Konsepsi Lapisan batas (. . . lanjutan )
Oleh Prandtl konsepsi lapisan batas ini dilukiskan sebagai berikut :
Akibat gesekan antar molekul
Lapisan batas fluida dengan permukaan , maka
molekul yang bersinggunagn
Aliran Viskos dengan permukaan akan tetap
tinggal melekat dipermukaan.
Penampang Molekul aliran fluida diatasnya
blade
sedikit tertahan namun masih
bergerak dengan kecepatan
Aliran Non viskos tertentu. Hal ini disebabkan adanya
VISKOSITAS atau sifat kekentalan
fluida yang membangkitkan
gesekan antar molekul.
Semakin jauh dari permukaan molekul bergerak semakin cepat dari yang
dibawahnya, dan akhirnya molekul yang cukup jauh dari permukaan akan mengalir
seragam tanpa gesekan.
Batas antara molekul fluida yang mengalir bebas tanpa gesekan dan molekul
fluida yang mengalir dimana gesekan dengan permukaan mulai terasa disebut
sebagai “ LAPISAN BATAS “ atau “ Boundary Layer “
● Aliran udara didalam Lapisan Batas disebut Aliran Viskos ( Viscous Flow) :
disini gesekan antar partikel diperhitungkan.
● Aliran udara diluar Batas disebut Aliran Non Viskos ( Inviscid Flow atau
SDJ /Potential
1/ 2005 - 6 Flow ) : disini gesekan antar partikel bisa diabaikan. 11
2.1.3.3 Pelapisan Lapisan batas
Menurut Prandtl, didalam Lapisan Batas perubahan kecepatan aliran fluida
mempunyai gradien sebagai berikut.
Kecepatan aliran fluida nol pada
permukaan benda , selanjutnya
kecepatan akan semakin besar begitu
aliran menjauh dari permukaan sampai
akhirnya pada jarak tertentu dari
D permukaan kecepatan aliran akan sama
dengan kecepatan aliran bebas.
Makin panjang permukaan yang dialiri ,
L dan makin besar viskositas fluida
maka semakin tebal Lapisan batas , D ,
L yang terjadi.
● Gejala Pelepasan Aliran Dalam kondisi-kondisi tertentu misal aliran fluida
diatas permukaan melengkung atau permukaan
yang berubah geometri secara tajam , misal di
belakang suatu airfoil, aliran bisa lepas dari
permukaan.
Lapisan
Aliran lepas dan tak melekat lagi pada
Batas permukaan
permukaan Titik Pelepasan
SDJ / 1/ 2005 - 6 12
2.1.3.4 Hubungan Kecepatan dan Tekanan pada aliran udara :
Persamaan Bernoulli
Gejala yang mengkaitkan tekanan dan kecepatan aliran fluida yang bergerak
stasioner pertama kali diamati oleh Daniel Bernoulli pada tahun 1727 , dan dikenal
dengan Prinsip Bernoulli. Tiga puluh tahun kemudian, seorang sahabatnya
Leonhard Euler secara matematik menurunkan prinsip tersebut menjadi suatu
rumusan yang ia namakan :
Persamaan Bernoulli
p1 + ½ ρ V12 = p2 + ½ ρ V22 = konstan
daerah 1 : aliran lebih cepat
contoh : , tekanan lebih rendah
Aliran udara
Penampang blade
Bernoulli Principle : misal suatu aliran udara melampaui suatu penampang. Jika
pada daerah 1 (permukaan atas) udara mengalir lebih cepat dari kecepatan aliran
pada daerah 2 (permukaan bawah) , maka tekanan udara pada daerah 2 akan
lebih tinggi dari tekanan pada daerah 1.
Dengan demikian akan timbul Gaya Angkat ( LIFT )
SDJ / 1/ 2005 - 6 13
2.1.3.5 Aliran Viskous laminer & turbulen
Terdapat dua tipe aliran Viskous Aliran Laminer dan Turbulens .
Re ≡ ρ V. l /μ
dimana : ρ - kerapatan udara
V - kecepatan aliran
Osborne Reynolds l - panjang karakteristik
( 1842-1912) μ - koefisien viskositas
ρ konstan
Aliran Viskous Navier - Stokes
dρ/ dt = 0
Udara Dengan gesekan,
Rotational
Non viskous Euler
Kompresibel Tanpa gesekan,
Irrotational
ρ berubah
Viskous Navier - Stokes
Dengan gesekan,
Rotational
SDJ / 1/ 2005 - 6 16
2.1.4.1 Parameter Geometrik Blade
Blade adalah pembangkit utama Gaya
Aliran udara bergerak
Angkat (Lift) .
relatif kebelakang Beberapa parameter geometri Blade,
mempunyai sebutan yang telah
distandardkan :
Aliran udara diatas dan
span dibawah Blade
membangkitkan Lift
Blade Planform
Blade section
( airfoil ) Trail
in
(rear g edge
w rd
edge
Lead )
rd (forw ing edg
Cho ard e
edg
e)
Geometri Blade
blade swept angle
Blade Span b
Blade Area S Leading Edge (LE) forward edge of the Blade Blade tip
Blade Chord section c
Swept angle Λ Trailling Edge (TE) rearward edge of the Blade
SDJ / 1/ 2005 - 6 17
2.1.4.2 Aspect Ratio ( Kelampaian )
b S
AR = b2 / S
(a) Sudut Serang (AOA) rendah (b) Sudut Serang (AOA) tinggi
L A
L : LIFT (gaya angkat) , komponen A tegak lurus V
LE
M D D : DRAG (gaya hambat) , komponen A sepanjang
V
α M
α :: Momen
sudut Pitch , tegak
serang lurus
(angle of bidang
Attack(L,D)
= AOA)
V sudut antara vektor kecepatan udara V
TE dengan garis chord airfoil, c
S : luas blade ,
c : chord airfoil
L = ½ ρ V2 S CL ( α , lengkungan airfoil )
D = ½ ρ V2 S CD ( α , lengkungan airfoil )
M = ½ ρ V2 S c CM ( α , lengkungan airfoil )
rd Tepi blade
cho
span
Besar gaya angkat L dan gaya hambat D adalah integrasi
bidang dari seluruh komponen gaya angkat sepanjang span
dan chord dan bertitik tangkap di pusat dinamika fluida
yang terletak di bidang simetrik blade.
Bentuk blade sepanjang chord maupun span sangat menentukan harga
koefisien CL dan CD dari suatu pesawat udara, dengan demikian menentukan
besar
SDJ kecilnya
/ 1/ 2005 -6 lift dan drag 23
2.1.5.6 Variasi Koefisien lift , CL terhadap Koefisien Drag CD
Kurva Drag polar dilukis dalam bentuk Koefisien Lift vs Koefisien Drag
CL CD CD = CDp + CDi
E = CL / C D
Dengan demikian slope dari garis singgung ke kurva polar menunjukkan
Efisiensi dinamika fluida Maximum , Emax
SDJ / 1/ 2005 - 6 24
2.1.5.7 Variasi CLdan CD , terhadap sudut serang α
CL
,CD
“ Dead air region “
Sudut α maximum
CL
Aliran udara terlepas
CD
Sudut α besar
Aliran udara masih melekat
αstall
α
Kurva gaya angkat L atau CL versus
Sudut α rendah
sudut
SDJ / 1/ 2005 - 6serang α dinamakan Lift Polar 25
Aliran udara melekat
2.1.5.8 Variasi Lift Polar terhadap kelengkungan Airfoil
Contoh : Burung dengan lengkungan
airfoil blade yang bisa diubah-ubah
Kecepatan sangat
CL Landing rendah
Approach
Kecepatan rendah
Takeoff
Kecepatan sedang
α
Makin besar kelengkungan suatu
airfoil makin tinggi harga CL dapat
dicapai untuk sudut α yang sama, Kecepatan tinggi
atau makin rendah sudut α dapat
Terbang jelajah
dicapai untuk harga CL yang sama
Makin besar kelengkungan airfoil , makin rendah kecepatan terbang dapat dicapai
SDJ / 1/ 2005 - 6 26
2.1.5.9 Menambah kelengkungan airfoil secara terbatas
Tidak seperti burung kelengkungan airfoil blade pesawat udara tidak dapat secara
otomatik menyesuaikan diri dengan kondisi terbang δS
δF = 0
Δα
α α
outer flaps
Inner flaps
SDJ / 1/ 2005 - 6 27
2.1.5.10 Variasi kelengkungan airfoil dan planform blade terhadap
kecepatan Terbang
Kelengkungan penampang blade berbeda untuk daerah kecepatan yang berbeda.
● Untuk Terbang dengan kecepatan rendah , Lift dipertahankan dengan menambah
kelengkungan penampang
● Untuk terbang dengan kecepatan tinggi , Lift dipertahankan dengan mengurangi
kelengkungan penampang
blade lurus
( straight blade)
blade panah
(arrow blade)
blade delta
(delta blade)
SDJ / 1/ 2005 - 6 28
2.1.5.11 Variasi Aspek rasio AR terhadap Koefisien Lift dan Drag
Aspect Ratio mempunyai pengaruh pada distribusi tekanan aliran udara pada
blade , dengan demikian juga terhadap CL dan CD
b1
S1
CL
,CD
CL b2
b12
S2
CL
b22 AR1 = b12/S1
CL
b3 AR2 = b22/S2
CD
CD
S3
Makin kecil AR makin kecil CL dan makin besar CD untuk harga α yang sama
SDJ / 1/ 2005 - 6 29
2.1.5.12 Efek Tepi blade
α
Bound vortex : akibat
timbulnya starting
vortex
Benang vortex ,
membentuk
lingkar tertutup
DRAG atau Gaya Hambat dinamika fluida terdiri dari dua bagian utama yaitu
SDJ / 1/ 2005 - 6 Disebut pula sebagai Lift dependent Drag atau Vortex Drag 32
2.1.6.2 Induced Drag CDi sebagai fungsi Lift
Kurva Drag polar dilukis dalam bentuk Koefisien Lift vs Koefisien Drag
Atau,
SDJ / 1/ 2005 - 6 33
2.1.7 dinamika fluida kecepatan tinggi
dinamika fluida kecepatan tinggi ( High
Speed Fluid Dynamic) adalah dinamika
fluida yang mempelajari kecepatan aliran
udara dimana kerapatan udara telah mulai
terkompressi
Parameter paling penting dalam mempelajari
Pesawat udara F-18E Super Hornet karakteristik aliran udara kecepatan tinggi
terbang melampaui kecepatan suara adalah kecepatan perambatan suara di udara .
a2 = dp/dρ
Dimana p – tekanan udara , ρ – kerapatan udara dan a – kecepatan suara
SDJ / 1/ 2005 - 6 34
2.1.7.1 Kecepatan suara ( . . . lanjutan )
Untuk suatu gas ideal dan isentropik berlaku persamaan berikut
a = √γRT
2.1.7.2 Bilangan Mach , M
Pada tahun 1887 seorang fisikawan Austria , Ernst Mach
,memperkenalkan parameter untuk aliran kecepatan tinggi
yang berupa rasio antara kecepatan pergerakan benda dengan
kecepatan suara dilokasi benda tersebut
SDJ / 1/ 2005 - 6 44
2.1.8.2 Terowongan Angin Vertikal Kecepatan Rendah &
Terowongan angin terbuka
SDJ / 1/ 2005 - 6 45
2.1.8.3 Terowongan Angin Kecepatan Tinggi
SDJ / 1/ 2005 - 6 47