Anda di halaman 1dari 58

Rumput Laut

Berdasarkan kandungan pigmennya, rumput


laut dikelompokkan menjadi 4 kelas

Rumput Laut Rhodophyceae


(Ganggang merah)

Phaeophyceae
(Ganggang cokelat)

Cholorophyceae
(Ganggang hijau)

Cyanophyceae
(Ganggang biru-hijau)
Rhodophyceae (Ganggang merah)
• Istilah “Rhodophyta” berasal dari bahasa Yunani, rhodos yang
berarti “merah”. Jadi, Rhodophyta berarti ganggang merah
(red algae).
• Berbeda dengan Filum lainnya, Filum ini tidak mempunyai
tahapan flagella dalam siklus hidupnya.
• Anggota Filum ini mempunyai pigmen fotosintetik berupa
fikobilin (pigmen warna) yang terdiri dari:
a. fikoeritrin (pigmen merah) dan 
b. fikosianin (pigmen biru).
• Selain dua pigmen tersebut, Rhodophyta juga memiliki
klorofil a dan b serta karotenoid.
Lanjutan...

• Fikoeritrin merupakan pigmen yang paling


dominan sehingga menyebabkan warna talus
ganggang ini menjadi merah.
• Meskipun demikian, tidak semua ganggang ini
berwarna merah. Di laut dalam, ganggang ini
mempunyai warna ungu hampir hitam.
• Pada kedalaman sedang berwarna merah cerah,
sedangkan pada air yang sangat dangkal,
berwarna agak kehijauan.
Ciri-ciri
• Inti sel bersifat eukariotik karena inti sel telah
memiliki membran.
• Sebagian besar multiseluler (bersel banyak).
• Umumnya makroskopis (dapat dilihat dengan
kasat mata) dengan panjang dapat mencapai 1
meter.
• Satu-satunya alga yang tidak memiliki fase
berflagel dalam siklus hidupnya.
Lanjutan.....

• Bersifat autotorof (merubah bahan anorganik


menjadi organik), karena memiliki klorofil untuk
melakukan fotosintesis.
• Kloroplas mengandung pirenoid untuk menyimpan
hasil fotosintesis.
• Cadangan makanan disimpan dalam bentuk tepung
fluoride (sejenis karbohidrat), floridosid (senyawa
gliserin dan galaktosa) dan tetes-tetes minyak.
Floridosid akan bewarna kemerah-merahan jika
ditambah dengan iodium.
• Bentuk talus berupa helaian atau berbentuk seperti
pohon.
• Talus bewarna merah sampai ungu tetapi ada juga yang
pirang atau kemerah-merahan.
• Tubuhnya diselimuti kalsium karbonat (CaCO3).
• Dinding sel terdiri atas komponen yang berlapis-lapis.
Dinding sel sebelah dalam tersusun dari myofibril,
sedangkan sel sebelah luar tersusun dari zat lendir.
• Memiliki pigmen klorofil a dan b, karotenoid, fikosianin
(biru) dan pigmen dominan fikoeritrin (merah).
Cara Berkembang Biak
• Ganggang merah dapat bereproduksi secara
aseksual (vegetatif) dan secara seksual (generatif).
• Perkembangbiakan aseksual dengan membentuk
aplanospora, yaitu spora nonmotil (tidak bergerak)
dan berasal dari talus ganggang yang diploid.
• Selanjutnya, spora tersebut akan tumbuh menjadi
ganggang merah baru.
• Pada Rhodophyta, perkembangbiakan aseksual
secara fragmentasi jarang terjadi.
Lanjutan....

• Perkembangbiakan seksual (generatif) terjadi


secara oogami, dan pada beberapa jenis mengalami
pergiliran keturunan (metagenesis).
• Reproduksi secara generatif dilakukan dengan peleburan
antara gamet jantan yang tidak memiliki alat gerak
(spermatium) dan ovum.
• Gamet jantan tersebut dibentuk dalam spermatangium,
sedangkan gamet betina dibentuk dalam karpogonium.
• Zigot hasil pembuahan selanjutnya akan tumbuh
menjadi ganggang merah yang diploid.
Fase Gametofit
• Gametofit merupakan hasil germinasi dari
tetraspora
• Untuk membedakan gametofit jantan dan
gametofit betina dapat dilihat secara
morfologi, yaitu dengan melihat perbedaaan
warna talus. Gametofit jantan mempunyai
warna yang lebih pucat dan berukuran lebih
panjang bila dibandingan dengan gametofit
betina (Oza, 1976).
• jantan akan mengalami proses pematangan,
membentuk spermatangium, yaitu kantong
atau badan yang akan memproduksi
spermatia (sel gamet jantan).
• Gametofit betina akan membentuk cabang
karpogonia.
Fase Karposporofit
• Karpogonium dilengkapi dengan trichogyne
yang berfungsi untuk menarik spermatia
• Spermatia pada alga merah tidak memiliki
flagel, sehingga pembuahan terjadi secara
pasif, yaitu bila spermatia dapat tertarik
masuk kedalam karpogonium
• Selanjutnya terjadi pembuahan pada
karpogonium oleh spermatia
• Setelah karpogonium dibuahi maka trichogyne
akan mengerut, karpogonium akan melebur
dengan sel dibawahnya berbentuk seperti
filament
• Filament ini akan membentuk beberapa lobus,
dari fase inilah gonimoblast dibentuk.
• Selanjutnya karpospora dibentuk pada ujung-
ujung dari filament gonimoblast
• Sementara itu supporting cell dan cell branch
juga melebur menjadi satu berfungsi sebagai
sel nutrisi (Chapman, 1980).
• Terjadi perubahan morfologis yaitu terlihat
‘bintil-bintil’ dipermukaan talus. ‘Bintil’
tersebut merupakan hasil dari proses
perkembangan karpogonium dan disebut
sebagai sistokarp
• Setelah sistokarp matang, karpospora akan
dikeluarkan ke lingkungan. Sistokarp yang
telah matang, akan ditandai dengan
karpospora yang telah dipenuhi substansi
berwarna coklat (Sjafrie, 1992).
Fase Tetrasporofit
• Karpospora yang telah dilepaskan ke lingkungan
akan bergerminasi dan tumbuh menjadi bentuk
tumbuhan tetrasporofit.
• Selanjutnya tetrasporofit akan membentuk
tetrasporangium yang akan menghasilkan
tetraspora
• Kemudian tetraspora akan dilepaskan ke
lingkungan dan kembali tumbuh menjadi
gametofit jantan dan betina (Oza, 1976).
Contoh Rhodophyceae
• Acrosorium polyneurum • Halymenia mirabilis
• Amphiroa beauvoisii • Halymenia abyssicola
• Amphiroa cryptarthrodia • Halymenia formosa
• Amphiroa beauvoisii • Halymenia porphyroides
• Acrocystis nana Zanardini • Eucheuma denticulatum
• Zellera tawallina G.Martens • Galaxaura rugosa
• Amphiroa ephedraea • Gracilaria arcuata
• Amphiroa foliacea • Gracilaria canaliculata
• Amphiroa fragilissima • Gelidium pusillum
• Amphiroa rigida • Gelidium pacificum
• Amphiroa anceps • Gelidium amansii
• Amansia glomerata C.Agardh 1 • Gelidium corneum
• Halymenia floresii • Gelidium crinale
• Halymenia dilatata
Alga Hijau (chlorophyceae)
Salah satu kelas dari ganggang yang sel-
selnya bersifat eukariotin (materi inti
dibungkus oleh membran inti), pigmen
klorofil terdapat dalam jumlah terbanyak
sehingga ganggang ini berwarna hijau.
Pigmen lain yang dimiliki adalah karoten
dan xantofil.
Ciri-ciri Alga Hijau (chlorophyceae)
• Tubuhnya mengandung klorofil dan bewarna hijau. Sel
mengandung kloroplas yang berisi klorofil a, klorofil b, karoten
dan xantofil.
• Inti sel bersifat eukariotik karena inti sel telah memiliki
membran.
• Telah memiliki dinding sel yang tersusun atas selulosa.
• Hidup melayang-layang di air tawar atau air laut dan berperan
sebagai plankton sebagai sumber makanan organisme
akuatik.
• Ada yang uniseluler (bersel satu) dan ada pula yang
multiseluler (bersel banyak) sederhana.
Lanjutan...

• Bersifat autotorof, karena memiliki klorofil untuk


melakukan fotosintesis.
• Ada yang hidup soliter (sendiri), berkoloni (berkelompok)
dan ada juga yang membentuk simbiosis dengan
organisme lain. Salah satu contoh simbiosis mutualisme
yang terkenal adalah simbiosis antara Chlorophyta dan
Fungi (jamur) membentuk Lichenes (lumut kerak).
• Bentuk tubuh bervariasi, ada yang bulat, berbentuk
filamentus (bentuk benang), lembaran dan ada yang
menyerupai tumbuhan tingkat tinggi.
Lanjutan...
• Bentuk kloroplas bermacam-macam, ada yang seperti
mangkung, spiral, bintang, jala dan ada pula yang
seperti busa.
• Memiliki pirenoid sebagai tempat penyimpanan hasil
fotosintesis berupa amilum dan lemak.
• Selain kloroplas, organel sel yang dimiliki Chlorophyta
antara lain badan golgi, mitokondria dan retikulum
endoplasma (RE).
• Memiliki stigma (bintik mata merah) bagi ganggang
hijau yang motil (bergerak). Stigma ini berfungsi untuk
menuntun ganggang ke arah cahaya sehingga
fotosintesis dapat terjadi.
Lanjutan...

• Memiliki satu atau dua flagella yang ukurannya sama


panjang bagi ganggang hijau yang motil.
• Memiliki vakuola kontraktil sebagai alat
osmoregulasi untuk mengatur tekanan osmosis.
• Memiliki bentuk tubuh tetap.
• Memiliki habitat di air tawar, laut, tanah-tanah yang
basah, namun ada pula di tempat yang kering. 90%
Chlorophyta hidup di air tawar dan 10% hidup di laut
sebagai plankton atau bentos, di tanah dan
menempel pada organisme lain.
Struktur tubuh
• Bentuk kloroplas pada ganggang hijau
bermacam-macam, ada yang seperti mangkuk
(misalnya pada Chlamidomonas), berbentuk
spiral (misalnya pada Spirogyra), dan
berbentuk seperti bintang.
Klasifikasi Chlorophyta (Alga Hijau)
Berdasarkan bentuk dan dapat tidaknya bergerak, ganggang
hijau menjadi 6 macam genus, yaitu:

1. Alga/ganggang hijau bersel satu tidak bergerak


Contoh:
a. Chlorella sp. berbentuk bulat, hidup di air tawar atau
air laut, reproduksi secara vegetatif dengan membelah
diri, banyak digunakan untuk mempelajari fotosintesis.
b. Cholococcum sp. berbentuk bulat, hidup di air tawar,
reproduksi secara vegetatif dengan membentuk
zoospora secara generatif dengan isogami.
Lanjutan....
2. Alga/ganggang hijau bersel satu dapat bergerak
Contoh:
a. Chlamydomonas sp. berbentuk bulat telur,
memiliki dua flagel, kloroplasnya berbentuk
mangkok atau pita mengandung pirenoid dan
stigma. Reproduksinya dengan membelah diri
dan konjugasi
b. Euglena viridis, bentuknya seperti mata, memiliki
sebuah flagel, klorofil dan sigma. Reproduksinya
dengan membelah diri. Euglena ada juga
mengelompokkannya ke dalam Protozoa.
3. Alga/ganggang hijau berbentuk koloni tidak
bergerak

Contoh: Hydrodictyon sp., koloninya


berbentuk jala, banyak ditemukan di air
tawar, reproduksinya secara vegetatif dengan
fragmentasi dan secara generatif dengan
konjugasi.
4. Alga/ganggang hijau berbentuk koloni yang
bergerak

Contoh: Volvox globator, bentuk koloninya


menyerupai bola yang tersusun atas ribuan
volvox yang satu dengan yang lain
dihubungkan oleh benang-benang
sitoplasma. Volvox juga dikelompokan ke
dalam Protozoa.
5. Alga/ganggang hijau berbentuk filamen
(benang)

Contoh:
a. Spirogyra sp. (benang tidak bercabang, inti
tunggal, kloroplas berbentuk pita tersusun
spiral, pirenoid banyak).
b. Oedogonium sp. (filamen tidak bercabang,
kloroplas berbentuk jala, pirenoid banyak,
inti satu besar).
6. Alga/ganggang hijau berbentuk thalus (lembaran)

Contoh:
a. Ulva lactua (selada laut), bentuknya lembaran seperti
daun dan hidup di laut menempel pada batu, dapat
dimakan. Reproduksinya secara vegetatif dengan
membentuk zoospora dan secara generatif dengan
isogami.
b. Chara sp., bentuknya seperti tumbuhan tinggi, memiliki
batang-batang dan cabang yang beruas-ruas, hidup di
air tawar. Reproduksinya secara vegetatif dengan
fragmentasi dan secara generatif dengan pertemuan
sel telur yang dihasilkan oleh oogonium dan sel sperma
yang dihasilkan oleh anteridium.
Cara Reproduksi Chlorophyta
(Alga Hijau)
Reproduksi Secara Aseksual (Vegetatif)
• Pembentukan zoospora (spora kembara). Spora ini
memiliki 4 bulu, vakuola kontraktil, kebanyakan memiliki 1
bintik mata (stigma), dan dapat bergerak dengan berenang
karena mempunyai flagela.
• Pembelahan biner. Alga hijau yang berkembang biak
dengan pembelahan biner, biasanya dilakukan oleh alga
yang bersel satu (uniseluler).
• Fragmentasi. Ganggang hijau yang perkembangbiakannya
secara fragmentasi dilakukan oleh alga berbentuk benang
atau yang berkoloni.
Reproduksi Secara Seksual (Generatif)

• Anisogami. Ingatlah kembali yang terjadi pada Cyanophyta.


Selain secara aseksual, alga hijau dapat pula berkembang biak
secara seksual (generatif), yaitu dengan anisogami. Gamet
jantan selalu bergerak bebas yang sangat menyerupai
zoospora, sedangan gamet betina kadang-kadang tidak dapat
bergerak, jadi merupakan suatu oogonium. Setelah terjadi
perkawinan, akan menghasilkan suatu zigot yang selanjutnya
akan tumbuh menjadi alga yang baru.

• Konjugasi. Selain itu, ada pula ganggang hijau yang reproduksi


generatifnya berlangsung dengan cara konjugasi, yaitu
perpaduan dua gamet yang membentuk zigospora. Zigospora
ini tidak memiliki alat gerak, sehingga tidak dapat berpindah
tempat.
Contoh Alga Hijau
• Anadyomene brownii • Boergesenia forbesii
• Anadyomene plicata • Halimeda distorta
• Anadyomene stellata • Bornetella nitida
• Anadyomene wrightii • Bornetella oligospora
• Avrainvillea amadelpha
• Caulerpa cactoides
• Avrainvillea erecta
• Halimeda macroloba
• Caulerpa cupressoides
• Caulerpa serrulata
• Halimeda opuntia
• Cladophoropsis vaucheriiformis • Neomeris annulata
• Codium intricatum Okamura • Tydemania expeditionis Weber-
• Dictyosphaeria cavernosa van Bosse
• Boodlea vanbosseae • Valonia macrophysa Kützing
• Boodlea composita • Chaetomorpha crassa
Phaeophyceae (Ganggang cokelat)
• Rumput laut juga dikelompokkan berdasarkan
senyawa kimia yang dikandungnya, sehingga dikenal
rumput laut penghasil karaginan (karagenofit), agar
(agarofit) dan alginat (alginofit). Berdasarkan cara
pengelompokan tersebut, maka ganggang merah
(Rhodophyceae) seperti Eucheuma sp.
dikelompokkan sebagai rumput laut penghasil
karaginan karena memiliki kadar karaginan yang
demikian tinggi, sekitar 62-68% berat keringnya
(Aslan, 1998).
Kandungan rumput laut
• Secara kimia rumput laut terdiri dari air (27,8%), protein
(5,4%), karbohidrat (33,3%), lemak (8,6%) serat kasar
(3%) dan abu (22,25%). Selain karbohidrat, protein,
lemak dan serat, rumput laut juga mengandung enzim,
asam nukleat, asam amino, vitamin (A,B,C,D, E dan K)
dan makro mineral seperti nitrogen, oksigen, kalsium
dan selenium serta mikro mineral seperti zat besi,
magnesium dan natrium. Kandungan asam amino,
vitamin dan mineral rumput laut mencapai 10 -20 kali
lipat dibandingkan dengan tanaman darat.
Pohon Industri Rumput Laut
Gracilaria sp
Agarophyte Farmasi, kosmetik,
Agar makanan, Pet food, kultur
Gelidium sp jaringan, cetakan gigi
Agarophyte

Dairy, minuman, dressing,


Eucheuma sp
Karaginan saus, makanan diet, pet
Carrageenophyte
food, farmasi

Sargassum sp
Alginophyte Dairy, roti, saus, tekstil,
Alginat
Turbinaria sp kosmetik, minuman, farmasi
Alginophyte
Kawi Boedisetio
telebiro.bandung0@clubmember.org
Gambar. Rumput laut Eucheuma
spinosum
Sebaran rumput laut

Jenis euchema cotonil Indonesia menjadi produsen utama menguasai 50%


produksi rumput laut di dunia
Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya
rumput laut Eucheuma
• perairan pantai Sabang
• Sumatera Barat (Pesisir Selatan, Mentawai)
• Riau (Kepulauan Riau, Batam)
• Sumatera Selatan & Bangka Belitung
• Banten (dekat Ujung Kulon, Teluk Banten/P. Panjang)
• DKI Jakarta (Kepulauan Seribu)
• Jawa Tengah (Karimun Jawa)
• Jawa Timur (Situbondo dan Banyuwangi Selatan, Madura)
• Bali (Nusa Dua/Kutuh Gunung Payung, Nusa Penida, Nusa Lembongan) dan
Buleleng;
Wilayah potensial untuk pengembangan budidaya
rumput laut Eucheuma
• Nusa Tenggara Barat (Lombok Barat dan Lombok Selatan, pantai
Utara Sumbawa Besar, Bima, dan Sumba)
• Nusa Tenggara Timur (Maumere, Larantuka, Kupang, P. Roti selatan)
• Sulawesi Utara & Gorontalo
• Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, & Sulawesi Selatan
• Kalimantan Barat & Kalimantan Timur
• Kalimantan Selatan (Pulau Laut)
• Maluku (P. Seram, P. Osi, Halmahera, Kep. Aru dan Kei)
• Papua (Biak, Sorong).
Penanganan Panen Dan Pasca Panen
1. Panen
Untuk pengenbangan bibit rumput laut panen pada umur 21 – 25
hari, sedangkan untuk produksi dipanen pada umur 6 – 8 minggu
2. Pasca Panen
Penanganan pasca panen merupakan kegiatan atau proses yang di
mulai sejak tanaman dipanen, yaitu meliputi penyucian,
pengeringan, sortasi, pengepakan dan penyimpanan.
• Pemucatan
direndam dengan larutan kaporit 0.25% (0.25 gr/ltr air) sambil
diaduk- aduk selama 1-2 jam cuci kembali sampai bersih dan
tiriskan untuk menghilangkan bau kaporit keringkan sampai ½
kering. Pada tahap ini rumput laut dapat disimpan dulu bila tidak
segera di olah.
Untuk mengolah rumput laut menjadi agar- agar kertas, rumput laut
terlebih dahulu direndam semalaman dan dilakukan kegiatan sbb:

• Pemasakan dan penyaringan


Rebus rumput laut dengan menggunakan air 10 liter setiap 1
kg rumput laut selama 1-2 jam
atur suhu perebusan 80-90º c dan tambahkan asam cuka ± 5ml
saring rumput laut dengan menggunakan kain penyaring dan
tampung dalam wadah penampungan  (perebusan 1)
rebus ampas rumput laut dengan menggunakan 5-7 liter air
selama 1 jam pada suhu 80-90c lalu saring (perebusan 2)
rebusan 1 dan 2 dicampur dan dipanaskan selama 15 menit dan
tambahkan KCI2.5% (2.5 gr/ liter air) atau KOH 3% (3 gr/ ltr air)
• Penjendalan
Tuang cairan rumput laut pada cetakan dan biarkan
semalaman
Keluarkan cairan yang sudah mengental dari cetakannya
Bungkus setiap lembaran agar dengan kain yang berukuran
lebih besar dari ukuran pan pengentalnya supaya pada saat
pengepresan masa agar- agar tidak pecah.
• Pengepresan
Lembaran agar yang telah terbungkus disusun dalam bak
pengepres dan di press dengan menggunakan beban
pemberat.
Biarkan pengepresan selama semalam sehingga ketebalan
± 2 mm.
• Pengeringan
Jemur agar- agar yang telah di press beserta kain
pembungkus diatas para- para selama 3-5 hari dan atur
satu per satu agar tidak menumpuk.
Setelah kering, tarik kain pembungkus pada sudut-
sudutnya dan lepaskan pembungkus sehingga diperoleh
agar berbentuk lembaran atau kertas.

CARA MEMBUAT KUE DARI AGAR- AGAR


• Rebus 2 lembar agar- agar kertas, tambahkan air 5 gelas,
tambahkan gula 2 gelas, vanili secukupnya hingga
mendidih.
• Cetak, dinginkan dan siap di hidangkan.
CARA MEMBUAT MANISAN
RUMPUT LAUT

• Rumput laut kering



pencucian/perendaman air kapur 0.5%, 24 jam

pencucian

perendaman dengan air tawas 1% selama 1 jam

pencucian

penirisan

perendaman dalam larutan gula

Manisan
Semi Refined Carrageenan (SRC)

Proses Produksi SRC Chips


Setelah melalui proses perendaman
dalam larutan alkali rumput laut jenis
E. cottonii dinetralkan dengan air
tawar. Selanjutnya dipotong dengan
ukuran 2 – 4 cm. Setelah berbentuk
chips dilanjutkan dengan proses
pengeringan dan rumput laut siap
untuk dikemas. Hasil pengolahan ini
berbentuk chips kering yang disebut
dengan Alkali Treated Cottonii (ATC).
Hasil olahan rumput laut

• Nori: Nori dibuat dari rumput laut


yang dihaluskan. bubur rumput laut
ini kemudian dihamparkan dengan
ketebalan yang sangat tipis. Proses
selanjutnya dikeringkan sehingga
bentuknya lembaran menyerupai
kertas. Nori banyak digunakan pada
masakan Jepang, mulai dari
pembungkus sushi, udang gulung atau
rollade goreng. Pilih nori yang lentur,
kering dan warnanya hitam
mengkilat. 
Kombu dan Wakame Sejenis
ganggang laut yang dikeringkan.
Kombu adalah bahan dasar
membuat kaldu pada masakan
Jepang. Setelah direbus kuahnya
untuk kaldu dan kombunya
digunakan untuk isi soup, salad
atau tumisan. Sedangkan
wakame, bentuknya hampir
menyerupai kombu, biasanya
digunakan untuk campuran
salad, isi soup atau campuran
mie. jangan merebus wakame
lebih dari satu menit untuk
mendapatkan citarasa yang
maksimal. 
• Manisan Rumput Laut
Diperoleh dari rumput laut
segar, kemudian dicuci, direbus
dan diolah dengan larutan gula
sebagai pengawetnya.
Citarasanya menyegarkan dan
teksturnya kenyal juga renyah,
sangat cocok untuk campuran
es, pudding dan aneka dessert.
Produk olahan rumput laut

Agar-agar rumput laut Manisan Rumput Laut


Produk olahan rumput laut

Cendol Rumput Laut Dodol Rumput Laut

Produk lain yang merupakan hasil olahan rumput laut antara lain :
nuget rumput laut, kerupuk rumput laut, nori (pembungkus sushi),
permen rumput laut, dan jenis-jenis kudapan tradisional.

Anda mungkin juga menyukai