Anda di halaman 1dari 39

STATISTIKA TEKNIK

LINGKUNGAN
SEARPHIN NUGROHO, S.T., M.T.
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
 Pert. 1 : Pendahuluan
 Pert. 2 : Distribusi Frekuensi dan Grafiknya
 Pert. 3 : Ukuran Pemusatan
 Pert. 4 : Ukuran Penyebaran
 Pert. 5 : Uji Hipotesis Sampel Tunggal
 Pert. 6 - 7: Uji Hipotesis Sampel Ganda
 Pert. 8 : UTS
 Pert. 9 : Uji ANOVA
 Pert. 10 : Uji Regresi dan Korelasi Linier Sederhana
 Pert. 11 : Uji Normalitas
 Pert. 12 – 15 : Uji Statistik Non-Parametrik
 Pert. 16 : UAS
• Kecerdasan
• Berat badan
• Bakat Kecenderungan dan
Manusia • Motivasi persebaran yang terdapat
• Prestasi dalam kelompok
• Cita-cita
• Dsb.

Pengamatan & pengukuran

• Pemusatan data
Data Fungsi statistika • Penyebaran data dari
pusatnya
Ukuran pemusatan
Mean

Informasi yang
menunjukkan
kecenderungan data Median
memusat pada
harga/nilai tertentu

Modus
MEAN (RATA-RATA)

 Mean merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan aas nilai rata-rata
dari kelompok tersebut.

 Terdapat beberapa macam mean/rata-rata, yaitu:


a. Rata-rata hitung
b. Rata-rata geometri
c. Rata-rata harmoni

 Dalam pembahasan ini akan berfokus pada rata-rata hitung


  Simbol-symbol yang umum digunakan dalam statistika:
• X1, X2, X3, …, Xn = skor atau data kuantitatif
• n = seluruh atau banyaknya data dalam sampel
• N = banyaknya data dalam populasi
• = rata-rata untuk ukuran sampel
• µ = rata-rata untuk ukuran parameter

 Rumus rata-rata (untuk ukuran sampel):

atau

Di mana:
= jumlah seluruh skor x dalam sekumpulan data
n = jumlah seluruh data
 Contoh:
 
Data hasil ujian Bahasa Indonesia lima siswa adalah 5, 6, 4, 7, 8.
Rata-rata dari hasil ujian tersebut adalah:

= =6

 Apabila data ada yang memiliki frekuensi satu atau lebih dari satu, maka rumus rata-rata
adalah hasil perkalian skor dengan frekuensi dibagi dengan jumlah frekuensi. Untuk rumusnya
adalah sebagai berikut:

Di mana:
= jumlah seluruh skor x dalam sekumpulan data
fi = jumlah frekuensi masing-masing skor
  Contoh:
Hasil ujian akhir semester mata pelajaran Bahasa Indonesia yang diikuti oleh 40 siswa kelas V
sekolah dasar adalah sebagai berikut:

Xi fi fiXi
5 5 25
7 16 112
8 15 120
9 4 36
Jumlah 40 293

= 293
= 40

= = 7,325
Perhitungan rata-rata dapat dipergunakan dengan menggunakan cara
lain, yakni dengan berkelompok. Perhitungan rata-rata untuk data yang
disusun dalam bentuk distribusi frekuensi yang berkelompok ada
perubahan, dimana skor (Xi) diganti dengan titik tengah kelas interval.

Oleh karena itu, hasil perhitungan rata-rata dengan menggunakan


bentuk distribusi kelompok ini memiliki kelemahan karena tidak
memberikan terhadap nilai rata-rata yang sesungguhnya. Dengan kata
lain, hasil rata-ratanya ada kemungkinan berbeda jika dihitung dengan
cara perhitungan rata-rata dengan cara tidak dikelompokkan (tunggal).
 Contoh (Variasi 1):
Data hasil ujian matematika siswa adalah sebagai berikut:

79 49 48 74 81 98 87 80 80 84 90 70
91 93 82 78 70 71 92 38 56 91 74 73
68 72 85 53 65 93 83 86 90 32 83 73
74 43 86 68 92 93 76 71 90 72 67 75
80 91 61 72 97 91 88 81 70 74 99 95
80 59 71 77 63 60 83 82 60 67 89 63
76 63 88 70 66 80 79 75

Data berkelompok tersebut disusun dalam tabel distribusi frekuensi menjadi sebagai berikut:

Kelas Interval Xi fi fiXi


31 – 40 35,5 2 71
41 – 50 45,5 3 136,5
51 – 60 55,5 5 277,5
61 – 70 65,5 14 917
71 – 80 75,5 25 1887,5
81 – 90 85,5 18 1539
91 – 100 95,5 13 1241,5
Jumlah 80 6070
   = 6070
= 80

= = 75,875 = 75,88 (dibulatkan)

Terdapat variasi perhitungan rata-rata lainnya melalui penyederhanaan dengan menggunakan kode agar
perhitungan menjadi lebih ringkas, dalam hal ini kata namakan “variasi 2”. Cara yang dilakukan
dengan meberi kode pada salah satu kelas interval yang diduga sebagai rata-rata dugaan dengan nama
Xo. Pada Xo diberikan harga kode = 0. Titik tengah kelas interval yang lebih kecil dari X o diberi kode
nilai negative seperti -1, -2, -3, dan seterusnya. Untuk titik tengah kelas interval yang lebih besar dari
Xo diberi kode nilai positif seperti 1, 2, 3, dan seterusnya. Pengambilan salah satu kelas interval untuk
Xo biasanya dipilih kelas yang memiliki frekuensi terbanyak.

Jika panjang kelas interval dinyatakan dengan I, maka rata-rata hitung adalah:
  Contoh (Variasi 2):
Data hasil ujian matematika siswa sebelumnya disusun dalam tabel distribusi frekuensi dan diberi kode
menjadi sebagai berikut:

Kelas Interval Xi fi ci fiXi


31 – 40 35,5 2 -4 -8
41 – 50 45,5 3 -3 -9
51 – 60 55,5 5 -2 -10
61 – 70 65,5 14 -1 -14
71 – 80 75,5 25 0 0
81 – 90 85,5 18 1 18
91 – 100 95,5 13 2 26
Jumlah 80 3

= 75,875 = 75,88 (dibulatkan)


Berdasarkan hasil perhitungan di atas, perhitungan menggunakan “variasi 1” dan “variasi 2” memiliki
hasil yang sama.
Cara
   yang lain yaitu perhitungan rata-rata dengan simpangan rata-rata dugaan, yang selanjutnya
akan disebut sebagai “variasi 3”. Pada variasi perhitungan rata-rata ini menggunakan simpangan
dugaan, yaitu seberapa jauh menyimpang dari nilai tengah pada rata-rata dugaan. Untuk
menentukan nilai tengah rata-rata dugaan dilakukan dengan cara mencari kelas interval yang
memiliki frekuensi paling banyak.

Rumus:

Di mana:
Xo = rata-rata dugaan, umumnya diambi; dari titik tengah kelas interval yang memiliki
frekeunsi paling tinggi
X = X - Xo
f = jumlah frekuensi masing-masing skor
  Contoh (Variasi 3):
Data hasil ujian matematika siswa sebelumnya disusun dalam tabel distribusi frekuensi dan diberi kode
menjadi sebagai berikut:

Kelas Interval Xi fi X= X - Xo fixi


31 – 40 35,5 2 -40 -80
41 – 50 45,5 3 -30 -90
51 – 60 55,5 5 -20 -100
61 – 70 65,5 14 -10 -140
71 – 80 75,5 25 0 0
81 – 90 85,5 18 10 180
91 – 100 95,5 13 20 260
Jumlah 80 30

= 75,875 = 75,88 (dibulatkan)


Berdasarkan hasil perhitungan di atas, perhitungan menggunakan “variasi 1”, “variasi 2”, dan “variasi 3”
memiliki hasil yang sama.
MODUS
 Modus merupakan suatu peristiwa yang paling banyak muncul, biasa disingkat
dengan Mo. Pada data kuantitatif, modus adalah skor yang paling banyak
frekuensinya diantara data lainnya. Namun demikian, adakalanya suatu kumpulan
data memiliki modus atau mode lebih dari satu.

 Contoh:
Kegiatan ekstra kurikuler SMP A terdiri dari pramuka, karawitan, pencak silat,
paskibra, angklung, badminton, volley ball, drum band, dsb. Kegiatan ekstra
kurikuler bersifat sukarela, sehingga siswa hanya boleh memilih satu kegiatan saja.
Kegiatan pramuka merupakan ekstra kurikuler yang paling banyak diminati, dimana
300 siswa dari keseluruhan 469 siswa mengikuti kegiatan tersebut. Maka, kegiatan
pramuka merupakan modus.
 Modus pada data tunggal:
Sebagai contoh, data hasil ujian Bahasa inggris didapatkan sebagai berikut: 7, 5, 8, 7,
10, 8, 6, 7, 5, 9, 8, 10, 6, 9, 7, 10, 8

Apabila data-data tersebut disususn ke dalam tabel, maka hasilnya adalah:

Xi fi
5 2
6 2
7 4
8 4
9 2
10 3
Berdasarkan tabel di atas, nilai yang paling banyak muncul adalah 7 dan 8. Maka,
modus dalam data ini ialah nilai 7 & 8.
  Modus pada data kelompok:

Apabila data kuantitatif jumlahnya banyak dan telah disusun dalam daftar/tabel
distribusi frekuensi, perhitungan modus menggunakan rumus untuk data
berkelompok, yaitu:

Dimana:
b = batas nyata bawah kelas modus, diambil dari kelas interval yang paling
banyak frekuensinya
I = Panjang kelas interval modus
bs = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi sebelum kelas interval modus
bm = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi setelah kelas interval modus
 Contoh:
Data hasil ujian matematika siswa sebelumnya disusun dalam tabel distribusi
frekuensi dan diberi kode menjadi sebagai berikut:

Batas nyata Batas nyata


Kelas Interval fi
bawah atas
31 – 40 30,5 40,5 2
41 – 50 40,5 50,5 3
51 – 60 50,5 60,5 5
61 – 70 60,5 70,5 14
71 – 80 70,5 80,5 25
81 – 90 80,5 90,5 18
91 – 100 90,5 100,5 13
Jumlah 80

Modus kiraan berada pada kelas interval 71 – 80 dikarenakan memiliki frekuensi


terbanyak, yaitu 25, sehingga:
b   = 70,5
bs = 25 – 14 = 11
bm = 25 – 18 = 7
I =10

= 70,5 + 6,1
= 76,6

Jadi, modus pada data berkelompok tersebut adalah sebesar 76,6.


MEDIAN
 Perhitungan rata-rata melibatkan seluruh data yang ada, median merupakan garis
pembagi dari sekumpulan data menjadi dua bagian sama besarnya. Oleh karena
itu, median (Me) adalah nilai tengah dari suatu data setelah diurutkan dari data
terkecil hingga data terbesar atau sebaliknya.

 Terdapat dua macam perhitungan median, yaitu:


 Median data tunggal
 Median data berkelompok
 Median Data Tunggal
Terdapat dua cara untuk menentukan median pada data tunggal, yaitu:
a. Data yang jumlahnya ganjil, median berada di tengah-tengah atau data paling
tengah setelah data diurutkan. Dengan demikian letak median menjadi:
Me = Xn+1/2 atau ½(n+1)

Contoh:
Hasil ujian praktek lari cepat adalah: 7, 5, 9, 7, 6, 8, 6
Data setelah diurutkan: 5, 6, 6, 7, 7, 8, 9
Jumlah data (n): 7
Me = ½ (n+1) = ½ (7+1) = 4 → X4 = 7
b. Data yang jumlahnya genap, median berada di antara dua data yang berada di
tengah-tengah atau sama dengan rata-rata hitung dua data yang di tengah

Contoh:
Hasil ujian mata pelajaran IPS adalah 6, 8, 5, 9, 6, 7, 5, 9, 8, 6, 7, 5
Setelah diurutkan: 5, 5, 5, 6, 6, 6, 7, 7, 8, 8, 9, 9
Jumlah data (n) = 12
Me = ½ (12+1) = ½ (12+1) = 6,5 → Me berada pada diantara X 6 dan X7, yaitu
skor (6 + 7)/2 = 6,5
  Median Data Berkelompok

Dalam perhitungan median untuk distribusi frekuensi data berkelompok, pertama


yang harus dilakukan adalah menghitung ½ n untuk menentukan letak median
terduga. Rumus menghitung median adalah:

Me = b + i

Dimana:
b = batas nyata bawah kelas median, yang diduga terletak median
I = Panjang kelas interval median
fb = semua frekuensi yang berada di bawah kelas interval median
f = frekuensi kelas median
 Contoh:
Data yang telah tersusun ke dalam table distribusi frekuensi akan dihitung mediannya sebagai berikut:

Batas nyata Batas nyata


Kelas Interval fi fk
bawah atas
31 – 40 30,5 40,5 2 2
41 – 50 40,5 50,5 3 5
51 – 60 50,5 60,5 5 10
61 – 70 60,5 70,5 14 24
71 – 80 70,5 80,5 25 49
81 – 90 80,5 90,5 18 67
91 – 100 90,5 100,5 13 80
Jumlah 80

Mencari median terduga dengan menghitung ½ n, yaitu ½ x 80 = 40, dimana data ke 40 berada pada
kelas interval ke-5, yakni 71 – 80, yang merupakan kelas median.
  Dari kelas median tersebut, diperoleh:
b = 70,5
I = 10
fb = 2 + 3 + 5 +14 = 24
f = 25

 Median data berkelompok tersebut adalah:


Me = b + i
= 70,5 + 10
= 76,9
 
Terdapat variasi rumus lainnya untuk perhitungan median untuk distribusi frekuensi
data berkelompok berbentuk kumulatif proporsi, dimana rumusnya dalah sebagai
berikut:

Me = d + i

Dimana:
d = batas bawah
I = Panjang kelas interval
= proporsi pada median
= kumulasi proporsi bawah
 Contoh:
Data yang telah tersusun ke dalam table distribusi frekuensi akan dihitung mediannya sebagai berikut:

Batas nyata Batas nyata


Kelas Interval fi p pkum
bawah atas
31 – 40 30,5 40,5 2 0,025 0,025
41 – 50 40,5 50,5 3 0,0375 0,0625
51 – 60 50,5 60,5 5 0,0625 0,125
61 – 70 60,5 70,5 14 0,175 0,3
71 – 80 70,5 80,5 25 0,3125 0,6125
81 – 90 80,5 90,5 18 0,225 0,8375
91 – 100 90,5 100,5 13 0,1625 1
Jumlah 80

Mencari median terduga dengan menghitung ½ n, yaitu ½ x 80 = 40, dimana data ke 40 berada pada
kelas interval ke-5, yakni 71 – 80, yang merupakan kelas median.
  Dari kelas median tersebut, diperoleh:
d = 70,5
I = 10
= 0,3125
= 0,3

 Median data berkelompok tersebut adalah:


Me = d + i
= 70,5 + 10
= 76,9
Kedudukan Mean, Modus, dan Median
Kedudukan ketiga ukuran pusat (mean, modus, dan median) tergantung dari bentuk distribusi frekuensi,
yaitu:
1. Jika distribusi frekuensi berbentuk simetris normal, maka besarnya mean, modus, dan median
adalah sama, dalam gambar distribusi letaknya berimpitan satu sama lain. Hal ini dikarenakan pada
distribusi normal, mean membagi dua sama banyak frekuensi di atas dan di bawahnya, dengan
demikian mean memiliki fungsi yang sama seperti median dan yang menjadi modus adalah skor
rata-rata.
2. Jika bentuk kurva melenceng positif, maka modus terletak pada puncak kurva, median terletak di
sebelah kanannya, dan mean terletak di sebelah kanannya median dan biasanya ditulis dengan Mo <
Me < X

3. Jika bentuk kurva melenceng negative, maka modus terletak pada puncak kurva, median terletak di
sebelah kirinya, dan mean terletak paling kiri dan biasanya ditulis dengan Mo ) Me ) X
Ukuran letak
Kuartil

Informasi yang
menunjukkan posisi nilai
atau angka yang
Desil
membagi data menjadi
beberapa bagian yang
sama besar

Persentil
KUARTIL
 
Merupakan sekumpulan data yang dibagi menjadi empat bagian yang sama
banyaknya, setelah disusun berdasarkan urutan skornya. Ada tiga buah kuartil (K),
yaitu kuartil ke-satu (K1), kuartil ke-2 (K2), dan kuartil ke-tiga (K3). Langkah-
Langkah untuk menghitung kuartil adalah sebagai berikut:
a. Mengurutkan data dari terkecil hingga terbesar,
b. Menentukan letak kuartil
c. Menghitung skor kuartil dengan rumus:

Letak Ki = , I = K1, K2, dan K3


Apabila
  data dalam bentuk distribusi frekuensi berkelompok, maka nilai kuartil dihitung
dengan rumus sebagai berikut:

Ki = b + i

Dimana:
b = batas bawah kelas interval Ki, diduga terletak
I = Panjang kelas interval Ki
= frekuensi kumulatif di bawah kelas interval Ki
= frekuensi kelas interval Ki
DESIL
 
Merupakan sekumpulan data yang dibagi menjadi sepuluh bagian yang sama
banyaknya, setelah disusun berdasarkan urutan skornya. Ada sembilan buah desil (D),
yaitu desil ke-satu (D1), desil ke-2 (D2), desil ke-tiga (D3), dan seterusnya hingga
desil ke-Sembilan (D9). Langkah-Langkah untuk menghitung kuartil adalah sebagai
berikut:
a. Mengurutkan data dari terkecil hingga terbesar,
b. Menentukan letak desil
c. Menghitung skor Desil dengan rumus:

Letak Di = , I = D1, D2, D3, ....D9


Apabila
  data dalam bentuk distribusi frekuensi berkelompok, maka nilai desil dihitung dengan
rumus sebagai berikut:

Di = b + i

Dimana:
b = batas bawah kelas interval Di, diduga terletak
I = Panjang kelas interval Di
= frekuensi kumulatif di bawah kelas interval Di
= frekuensi kelas interval Di
PERSENTIL
 
Merupakan sekumpulan data yang dibagi menjadi seratus bagian yang sama
banyaknya, setelah disusun berdasarkan urutan skornya. Ada Sembilan puluh
sembilan buah persentil (P), yaitu persentil ke-satu (P1), persentil ke-2 (P2), persentil
ke-tiga (P3), dan seterusnya hinga persentil ke-Sembilan puluh Sembilan (P99).
Langkah-Langkah untuk menghitung persentil adalah sebagai berikut:
a. Mengurutkan data dari terkecil hingga terbesar,
b. Menentukan letak persentil
c. Menghitung skor persentil dengan rumus:

Letak Pi = , I = P1, P2, P3,…P99


Apabila
  data dalam bentuk distribusi frekuensi berkelompok, maka nilai persentil dihitung
dengan rumus sebagai berikut:

Pi = b + i

Dimana:
b = batas bawah kelas interval Pi, diduga terletak
I = Panjang kelas interval Pi
= frekuensi kumulatif di bawah kelas interval Pi
= frekuensi kelas interval Pi
TUGAS
Berikut ini adalah data nilai hasil ujian mata kuliah mekanika fluida mahasiswa program studi
Teknik Lingkungan
71 86 72 87 73 51 94 54 95 55
91 65 92 66 93 73 81 74 82 76
62 89 63 90 64 89 62 90 64 91
58 96 59 99 61 93 52 94 54 95
86 72 87 72 88 65 92 65 93 66
95 58 97 59 99 81 73 82 76 83
76 83 78 84 80 84 69 85 70 85
67 85 69 85 71 83 77 84 80 84
Tentukan:
a. Tabel distribusi frekuensi d. Mean
b. Histogram e. Median
c. Poligon f. Modus

Tugas dikumpul paling lambat pada pertemuan ke-5 dan dikirim melalui e-mail:
searphin91@gmail.com dengan subjek “Tugas 1 Statistika TL”
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai