Anda di halaman 1dari 137

Matematika

SMA/MA Kelas XII Peminatan

Oleh:
Ahyu Forestri, S. Pd

SMA N 4 JAYAPURA
PAPUA

Disklaimer Daftar Isi


Disklaimer
• Powerpoint pembelajaran ini dibuat sebagai alternatif guna membantu Bapak/Ibu Guru
melaksanakan pembelajaran.

• Materi powerpoint ini mengacu pada Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)

Disklaimer
Kurikulum 2013.

• Dengan berbagai alasan, materi dalam powerpoint ini disajikan secara ringkas, hanya
memuat poin-poin besar saja.

• Dalam penggunaannya nanti, Bapak/Ibu Guru dapat mengembangkannya sesuai


kebutuhan.

• Harapan kami, dengan powerpoint ini Bapak/Ibu Guru dapat mengembangkan


pembelajaran secara kreatif dan interaktif.
Daftar Isi

BAB I Limit Fungsi

BAB II Turunan Fungsi Trigonometri

BAB III Distribusi Peluang Binomial, Distribusi Normal, dan Uji


Hipotesis
I Limit Fungsi

A. Limit Fungsi Trigonometri


di Suatu Titik
B. Limit di Ketakhinggaan

Kembali ke daftar
A. Limit Fungsi Trigonometri di Suatu Titik

1. Konsep Limit Fungsi Trigonometri


2. Sifat-Sifat Limit Fungsi
3. Teorema Limit Apit
4. Cara Menentukan Nilai Limit
Fungsi Trigonometri

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal


bab
1. Konsep Limit Fungsi Trigonometri

Limit fungsi trigonometri memuat fungsi trigonometri


sebagai fungsi yang dikenai operasi limit.
Contoh:

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Definisi Limit
Misalkan f sebuah fungsi f: R → R serta L dan c anggota
himpunan bilangan real.
a. Limit fungsi trigonometri f(x) untuk x mendekati c ada jika
dan hanya jika nilai f(x) mendekati L untuk semua x
mendekati c.
b. Limit fungsi trigonometri f mempunyai sifat:

atau limit kiri sama dengan limit kanan.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Perhatikan grafik berikut.

π
Dari grafik fungsi terlihat untuk nilai-nilai x mendekati
2
dari kiri atau kanan nilai fungsi mendekati 1 sehingga:
lim sin x  lim sin x  1 maka lim sin x  1
π π π
x x x
2 2 2

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Contoh Soal

sin 2x
Tentukan nilai lim .
x0 x

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


2. Sifat-Sifat Limit Fungsi

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


3. Teorema Limit Apit

Misalkan f(x), g(x), dan


h(x) merupakan fungsi-fungsi
yang terdefinisi pada interval
[a, b] kecuali mungkin di x = c
dan memenuhi hubungan f(x)
< g(x) < h(x).

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


4. Cara Menentukan Nilai Limit Fungsi Trigonometri

Ada beberapa cara untuk menentukan nilai limit fungsi


trigonometri yaitu dengan cara substitusi langsung,
memfaktorkan, dan menggunakan sifat limit fungsi trigonometri.
a.Cara substitusi langsung.
b.Cara memfaktorkan.
c.Cara menggunakan sifat limit fungsi trigonometri.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


a. Cara Substitusi Langsung

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


b. Cara Memfaktorkan

Dengan cara substitusi langsung kadang diperoleh nilai


limit berupa nilai tak tentu

Faktor pembuat penyebut bernilai nol dieliminasi dengan cara


memfaktorkan.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Contoh Soal
1  sin x
Tentukan nilailimπ
x
2
cos 2 x

Nilai limit berupa nilai tak tentu. Bentuk fungsi diubah


agar faktor pembuat nol dapat dieliminasi.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
C. Cara Menggunakan Sifat Limit Fungsi Trigonometri

Sifat-sifat limit fungsi trigonometri dapat digunakan


untuk menentukan nilai limit fungsi. Caranya, fungsi
trigonometri diubah sehingga memuat bentuk :

agar sifat-sifat limit fungsi trigonometri dapat


digunakan.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Contoh Soal
2sin x tan x
Tentukan nilai lim
x0 x2

Bentuk fungsi diubah agar sifat limit fungsi


trigonometri

dapat digunakan.
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Contoh Soal
3x  sin 2x
Tentukan nilai lim
x0 4x  tan 3x

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
B. Limit di Ketakhinggaan

1. Ketakhinggaan dan Limit


2. Limit di Ketakhinggaan
3. Sifat-Sifat Limit di Ketakhinggaan
4. Menentukan Limit Fungsi di
Ketakhinggaan

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal


1. Ketakhinggaan dan Limit

a. Ketakhinggaan
Dalam Matematika terdapat simbol ∞ dibaca tak hingga
untuk menyatakan suatu bilangan yang sangat besar.
Sebaliknya, ada simbol –∞ dibaca negatif tak hingga untuk
menyatakan suatu bilangan yang sangat kecil.

b. Limit Tak Hingga


Suatu fungsi mungkin mempunyai nilai limit
tertentu. Namun, terkadang suatu fungsi tidak
mempunyai nilai tertentu. Salah satunya adalah limit
yang hasilnya tak hingga.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


a. Ketakhinggaan
Dalam Matematika terdapat simbol ∞ dibaca tak hingga
untuk menyatakan suatu bilangan yang sangat besar.
Sebaliknya, ada simbol –∞ dibaca negatif tak hingga untuk
menyatakan suatu bilangan yang sangat kecil.

b. Limit Tak Hingga


Suatu fungsi mungkin mempunyai nilai limit
tertentu. Namun, terkadang suatu fungsi tidak
mempunyai nilai tertentu. Salah satunya adalah limit
yang hasilnya tak hingga.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


2. Limit di Ketakhinggaan
1
Perhatikan tabel nilai f(x) = untuk nilai-nilai x yang makin
x
membesar berikut.

Dari tabel terlihat untuk nilai-nilai


x yang makin membesar tanpa batas
(x → ∞ ), nilai f(x) makin mendekati
0. Dapat dinyatakan:
1
lim  0
x x

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Definisi
Misalkan f adalah suatu fungsi yang terdefinisi pada setiap
nilai pada selang (c, ∞) atau (–∞, c).

lim f(x)  L artinya jika untuk nilai x yang membesar tanpa


x

batas maka berlaku f(x) dekat dengan L.

lim f(x)  L artinya jika untuk nilai x yang mengecil tanpa batas
x  

maka berlaku f(x) dekat dengan L.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


3. Sifat-Sifat Limit di Ketakhinggaan

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


4. Menentukan Limit Fungsi di Ketakhinggaan

Cara menentukan limit fungsi diketakhinggan tergantung


dari fungsi yang dicari nilai limitnya.
a. Limit Fungsi Polinomial di Ketakhinggaan
b. Limit Fungsi Rasional di Ketakhinggaan
c. Limit Fungsi Irasional di Ketakhinggaan

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


a. Limit Fungsi Polinomial di Ketakhinggaan
Langkah-langkah menentukan nilai limit fungsi polinomial
sebagai berikut.
a. Tentukan variabel berpangkat tertinggi pada fungsi
polinomial tersebut.
b. Faktorkan fungsi polinomial dengan mengeluarkan variabel
berpangkat tertinggi.
c. Gunakan sifat-sifat limit di tak hingga untuk menentukan nilai
limit fungsi polinomial tersebut.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Contoh Soal
Tentukan nilai lim (5x 7  x 4 + 9)
x  

Jawaban:

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Contoh Soal
Untuk mengerjakan limit menuju tak hingga fungsi
polinomial, Anda cukup memperhatikan variabel dengan
pangkat tertinggi saja. Kemudian, tentukan nilai limit dari suku
dengan variabel berpangkat tertinggi tersebut.

Jawaban:

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


b. Limit Fungsi Rasional di Ketakhinggaan
Langkah-langkah menentukan nilai limit fungsi rasional
sebagai berikut.
1) Tentukan variabel berpangkat tertinggi pada penyebut fungsi
rasional tersebut.
2) Bagilah pembilang dan penyebut pada fungsi rasional
dengan variabel berpangkat tertinggi tersebut.
3) Gunakan sifat-sifat limit di ketakhinggaan untuk menentukan
nilai limit fungsi rasional tersebut.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Contoh Soal
Tentukan nilai

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
c. Limit Fungsi Irasional di Ketakhinggaan
Langkah-langkah menentukan nilai limit fungsi irasional
sebagai berikut.
1) Tentukan bentuk sekawan dari fungsi irasional tersebut.
2) Kalikan fungsi irasional dengan bentuk sekawannya.
3) Tentukan variabel berpangkat tertinggi dari fungsi baru dari
hasil kali tersebut.
4) Bagilah pembilang dan penyebut pada fungsi baru dengan
variabel berpangkat tertinggi tersebut.
5) Gunakan sifat-sifat limit di ketakhinggaan untuk menentukan
nilai limit fungsi tersebut.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Contoh Soal
Tentukan nilai

Jawaban:

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
II Turunan Fungsi Trigonometri

A. Konsep Turunan Fungsi Trigonometri


B. Penggunaan Turunan Fungsi
Trigonometri

Kembali ke daftar
A. Konsep Turunan Fungsi Trigonometri

1. Turunan Fungsi
Trigonometri
2. Sifat-Sifat Turunan Fungsi
3. Aturan Rantai
4. Turunan Kedua Fungsi

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal


1. Turunan Fungsi Trigonometri

Turunan merupakan bentuk khusus dari limit. Turunan


fungsi f terhadap x dinyatakan sebagai

Misalkan terdapat fungsi f(x) = sin x. Turunan f terhadap x :

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Rumus turunan fungsi trigonometri sebagai berikut.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


2. Sifat-Sifat Turunan Fungsi

a. Turunan y = k · u adalah

b. Turunan y = u ± v adalah

c. Turunan y = uv adalah

d. Turunan y = un adalah

e. Turunan y = u adalah
v

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Contoh Soal

Tentukan turunan pertama fungsi

g(x) = cos2 (x + 5) + sin 3x.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Jawaban:

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


3. Aturan Rantai

Misalkan y = f(u(x)).
Fungsi tersebut juga dapat ditulis y = (f ◦ u)(x). Misalkan fungsi f
dan fungsi u mempunyai turunan.
Aturan rantai turunan f terhadap u:

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Contoh Soal

1. Tentukan turunan pertama fungsi y = sin5 2x.


2.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Jawaban:
1.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Jawaban:
2.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
4. Turunan Kedua Fungsi

Lingkaran adalah tempat


kedudukan titik-titik yang berjarak
sama terhadap sebuah titik
tertentu.
Sebuah titik tertentu tersebut
disebut pusat lingkaran dan jarak
yang sama itu dinamakan jari-jari
lingkaran(radius).

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Contoh Soal

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
B. Penggunaan Turunan Fungsi Trigonometri

1. Pengertian Titik Stasioner


2. Selang Kemonotonan Fungsi
Trigonometri
3. Nilai Maksimum, Nilai Minimum,
dan Titik Belok Fungsi
Trigonometri
4. Garis Singgung Fungsi
Trigonometri
5. Selang Kecekungan Fungsi
Trigonometri

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal


1. Pengertian Titik Stasioner

Titik stasioner atau


titik ktritis suatu fungsi
adalah titik di mana
fungsi “berhenti” naik
atau turun. Pada titik
stasioner turunan
pertama bernilai nol.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


2. Selang Kemonotonan Fungsi Trigonometri

Dengan turunan pertama fungsi f, akan diketahui apakah


fungsi f naik atau turun di interval [a, b].
a. Jika f′(x) > 0, fungsi f dikatakan naik.
b. Jika f′(x) < 0, fungsi f dikatakan turun.
c. Jika f′(x) = 0, dikatakan fungsi f tidak naik dan tidak turun.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


3. Nilai Maksimum Nilai Minimum dan Titik Belok
Fungsi Trigonometri
Titik stasioner a dapat menyebabkan f(a) menjadi nilai
maksimum fungsi, menjadi nilai minimum fungsi, atau menjadi
titik belok fungsi. Nilai maksimum, minimum, atau titik belok
tersebut dapat diperiksa menggunakan uji turunan pertama dan
kedua.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Uji Turunan Pertama
Perhatikan gambar di samping.
Titik x = a adalah titik stasioner f(x)
sehingga f′(a) = 0.
1) Dari gambar diketahui f′(x) > 0 untuk x < a
dan f′(x) < 0 untuk x > a.
Titik (a, f(a)) disebut titik balik maksimum.
Nilai f(a) disebut nilai maksimum f(x).
2) Dari gambar diketahui f′(x) < 0 untuk x < a
dan f′(x) > 0 untuk x > a.
Titik (a, f(a)) disebut titik balik minimum.
Nilai f(a) disebut nilai minimum f(x).

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


3) Dari gambar diketahui f′(x) < 0 untuk x < a dan f′(x) < 0
untuk x > a. Titik (a, f(a)) disebut titik belok.
4) Dari gambar diketahui f′(x) > 0 untuk x < a dan f′(x) > 0
untuk x > a. Titik (a, f(a)) disebut titik belok.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Uji Turunan Kedua
Titik x = a adalah titik stasioner f(x) sehingga f′(a) = 0.
1) Jika f′′(a) < 0, titik (a, f(a)) disebut titik balik maksimum.
Nilai f(a) disebut nilai maksimum f(x).
2) Jika f′′(a) > 0, titik (a, f(a)) disebut titik balik minimum.
Nilai f(a) disebut nilai minimum f(x).
3) Jika f′(x) < 0 untuk x < a dan f′′(a) = 0, titik (a, f(a)) disebut
titik belok turun.
4) Jika f′(x) > 0 untuk x < a dan f′′(a) = 0, titik (a, f(a)) disebut
titik belok naik.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Nilai Maksimum dan Minimum
Misalkan daerah asal fungsi f dibatasi menjadi [a, b].
Nilai maksimum atau minimum fungsi di interval [a, b] disebut
nilai maksimum atau minimum relatif. Artinya, jika interval
fungsi f diperluas, mungkin saja ada nilai lain yang
menyebabkan nilai f lebih besar atau lebih kecil.
Nilai maksimum atau minimum global fungsi f dapat terletak di
ujung interval, di titik stasioner, atau di titik singular.
Titik singular adalah titik yang menyebabkan fungsi f tidak
mempunyai turunan.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Contoh Soal

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
4. Garis Singgung Fungsi Trigonometri

Langkah-langkah menentukan persamaan garis singgung


fungsi trigonometri sebagai berikut.
a. Tentukan nilai f di titik x = a. Caranya, substitusikan x = a ke
dalam f(x) sehingga diketahui nilai f(a). Diperoleh titik
singgung (a, f(a)).
b. Tentukan turunan pertama fungsi f yaitu f′(x).
Kemudian, tentukan kemiringan garis singgung di titik (a,
f(a)) yaitu m = f′(a).
c. Persamaan garis singgung:
y – f(a) = m(x – a).

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Contoh Soal

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
5. Selang Kecekungan Fungsi
Trigonometri
Misalkan f(x) mempunyai
turunan pada interval [a, b].
a. Jika f’(x) naik pada interval [a,
b], grafik fungsi f cekung ke
atas. Sebaliknya, jika f’(x) turun
pada interval [a, b], grafik fungsi
f cekung ke bawah.
b. Jika ditinjau dari turunan kedua, grafik fungsi f cekung
ke atas saat f′′(x) > 0. Grafik fungsi f cekung ke bawah
saat f′′(x) < 0.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Contoh Soal

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Distribusi Peluang Binomial Distribusi
III Normal dan Uji Hipotesis

A. Distribusi Binomial
B. Distribusi Normal
C. Uji Hipotesis

Kembali ke daftar
A. Distribusi Binomial

1. Konsep Variabel Acak


2. Distribusi Peluang Variabel
Acak Diskrit
3. Fungsi Distribusi Kumulatif
Variabel Acak Diskrit
4. Variabel Acak Binomial dan
Distribusi Binomial

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal


1. Konsep Variabel Acak

Variabel acak adalah variabel yang nilainya ditentukan dalam


ruang sampel suatu percobaan disebut. Variabel acak dinyatakan
dengan huruf besar, misalnya X, Y, dan Z, sedangkan nilai variabel
acak dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya x, y, dan z.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Pada percobaan menggelindingkan bola sebanyak 4 kali
kesempatan untuk menjatuhkan sepuluh pin diperoleh ruang
sampel
S = {BBBB, BBBT, BBTB, BBTT, BTBB, BTBT, BTTB, BTTT, TBBB,
TBBT, TBTB, TBTT, TTBB, TTBT, TTTB, TTTT}.
Misalkan X adalah banyak strike pada percobaan menggelindingkan
bola dalam 4 kali kesempatan, maka nilai X yang mungkin adalah 0,
1, 2, 3, atau 4.
Nilai X = 0 jika terjadi TTTT.
Nilai X = 1 jika terjadi BTTT, TBTT, TTBT, dan TTTB.
Nilai X = 2 jika terjadi BBTT, BTBT, BTTB, TBBT, TBTB, dan TTBB.
Nilai X = 3 jika terjadi BBBT, BBTB, BTBB, dan TBBB.
Nilai X = 4 jika terjadi BBBB.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


2. Distribusi Peluang Variabel Acak Diskrit

Misalkan X adalah suatu variabel acak diskrit yang bernilai x1,


x2, x3,", xn dan f(xi) merupakan peluang nilai-nilai variabel acak X
dengan i = 1, 2, 3, 4, ", n maka f(xi) memenuhi dua sifat berikut.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Misalkan X adalah banyak strike pada percobaan
menggelindingkan bola dalam 4 kali kesempatan dan titik sampel.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Menggunakan cara yang sama, diperoleh hasil pada tabel
berikut.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Contoh Soal
Dua dadu dilemparkan sekali. Jika Y menyatakan
pasangan kedua mata dadu yang terlihat berjumlah ganjil
setelah dadu berhenti berguling, tentukan fungsi distribusi
peluang variabel acak Y.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Jawaban:
Banyak anggota ruang sampel percobaan sebagai berikut.

Variabel Y menyatakan pasangan kedua mata dadu


yang terlihat berjumlah ganjil sehingga nilai-nilai y adalah
y = 3, 5, 7, 9, 11
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Tabel dari y, ni, dan f(y) sebagai berikut.

Fungsi distribusi peluang variabel acak Y sebagai berikut.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


3. Fungsi Distribusi Kumulatif Variabel Acak Diskrit

Peluang variabel acak X yang kurang dari atau sama dengan


suatu nilai x, ditulis dengan F(x) = P(X ≤ x).
Nilai F(x) dinamakan fungsi distribusi kumulatif variabel acak X.
Misalkan x = c merupakan salah satu nilai variabel acak X yang
memiliki peluang f(x) maka nilai F(c) dinyatakan dengan:

Nilai-nilai peluang kumulatif variabel acak X yang


menyatakan banyak strike pada percobaan menggelindingkan
bola dalam 4 kali kesempatan sebagai berikut.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Contoh Soal
Dua kotak masing-masing berisi 3 bola berwarna
merah dan 3 bola berwarna putih. Bola merah bernomor 1
sampai dengan 3. Bola putih bernomor 5 sampai dengan 7.
Dari setiap kotak diambil satu bola secara bersamaan.
Tentukan fungsi distribusi kumulatif jumlah kedua nomor
bola yang terambil.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Jawaban:
Variabel X menyatakan jumlah pasangan nomor bola
sehingga nilai-nilai x adalah x = 6, 7, 8, 9, 10.
Tabel dari y, ni, dan f(y) sebagai berikut.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Tabel distribusi peluang jumlah kedua nomor bola yang
terambil sebagai berikut.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
4. Variabel Acak Binomial dan Distribusi Binomial

a. Variabel Acak Binomial


Variabel acak binomial adalah variabel acak yang nilai-
nilainya ditentukan oleh hasil percobaan binomial.
b. Distribusi Binomial
Jika peluang nilai-nilai variabel acak binomial disajikan
dalam bentuk tabel atau grafik, diperoleh distribusi peluang
variabel acak binomial.
Peluang suatu nilai variabel acak binomial dinamakan peluang
binomial. Secara umum persamaan peluang x kejadian yang
diharapkan dari n percobaan binomial dinyatakan:

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Peluang suatu nilai variabel acak binomial dinamakan
peluang binomial. Secara umum persamaan peluang x kejadian
yang diharapkan dari n percobaan binomial dinyatakan:

Keterangan:
Variabel acak X yang peluangnya berdistribusi binomial
dilambangkan X ~ BIN(n, p);
nCx disebut koefisien binomial, nCx =
x adalah banyak kejadian yang diharapkan, nilai x = 0, 1, 2, ", n;
p adalah peluang kejadian yang diharapkan;
q adalah peluang kejadian yang tidak diharapkan, nilai q = 1– p.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Contoh Soal

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
B. Distribusi Normal
1. Distribusi Peluang Variabel Acak
Kontinu
2. Fungsi Distribusi Kumulatif
Variabel Acak Kontinu
3. Fungsi Distribusi Peluang Variabel
Acak Berdistribusi Normal
4. Fungsi Distribusi Kumulatif
Peluang Variabel Acak
Berdistribusi Normal
5. Fungsi Distribusi Kumulatif
Peluang Variabel Acak
Berdistribusi Normal Baku
6. Peluang Variabel Acak

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal


1. Distribusi Peluang Variabel Acak Kontinu
Variabel acak kontinu memiliki nilai berupa bilangan real
sehingga nilai-nilai variabel acak kontinu X dinyatakan dalam
bentuk interval a < X < b atau batas-batas lain.
Peluang variabel acak kontinu pada interval a < X < b diwakili
oleh daerah yang diarsir berikut.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Misalkan f(x) merupakan fungsi kepadatan peluang acak,
f(x) memiliki sifat-sifat sebagai berikut.
a. 0 ≤ f(x) ≤ 1 untuk setiap x.
b. Luas daerah di bawah kurva f(x) sama dengan 1.
c. Peluang variabel acak X pada interval a ≤ X ≤ b sama dengan
luas daerah di bawah kurva f(x) yang dibatasi oleh garis x = a
dan x = b.
Peluang variabel acak X pada interval a ≤ X ≤ b dinyatakan:

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


2. Fungsi Distribusi Kumulatif Variabel Acak Kontinu
Misalkan X adalah variabel acak kontinu dan f(x) yang
terdefinisi pada interval a ≤ X ≤ b merupakan fungsi peluang
variabel acak X, maka fungsi distribusi kumulatif dari variabel
acak X didefinisikan sebagai:

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Fungsi distribusi kumulatif variabel acak X pada interval
a ≤ X ≤ b memiliki sifat-sifat berikut.
a. Nilai F(a) = 0 dan nilai F(b) = 1.
b. Untuk a ≤ x1 < x2 ≤ b diperoleh:
1) nilai F(x1) ≤ F(x2);
2) nilai P(x1 ≤ X ≤ x2) = P(X ≤ x2) – P(X ≤ x1) = F(x2) – F(x1).
c. 0 ≤ F(x) ≤ 1 untuk setiap x.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Contoh Soal

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
3. Fungsi Distribusi Peluang Variabel Acak
Berdistribusi Normal
Variabel acak X yang memiliki peluang berdistribusi normal
dengan rata-rata μ dan simpangan baku σ dilambangkan X ~ N(μ,
σ).

Fungsi distribusi peluang variabel acak X ~ N(μ, σ)


didefinisikan sebagai berikut.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Sifat-sifat distribusi normal sebagai berikut.
a. Kurva selalu di atas sumbu X
dan simetris terhadap garis x =
μ.
b. Median dan modusnya sama
dengan nilai rata-rata μ.
c. Untuk x → ±∞, kurva mendekati sumbu X sehingga kurva
memiliki asimtot sumbu X atau y = 0.
d. Luas daerah di bawah kurva sama dengan 1.

e. Peluang variabel acak X ~ N(μ, σ) pada interval a < X < b


dinyatakan dengan

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


4. Fungsi Distribusi Kumulatif Peluang Variabel Acak
Berdistribusi Normal

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Contoh Soal

Diketahui variabel acak X ~ N(50, 10).


Jika P(X < k) = 18%, tentukan nilai k.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Diketahui variabel acak X ~ N(50, 10) sehingga
μ = 50 dan σ = 10.
Langkah 1: Menentukan nilai P(X < k).
P(X < k) = 18% = 0,18
Langkah 2: Menentukan letak luas daerah 0,18 di bawah kurva
normal baku pada interval X < k.

Langkah 3: Mengubah P(X< k) menjadi P(Z < z).


Dari gambar diperoleh:

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Langkah 4: Menentukan nilai z menggunakan tabel distribusi Z

Dari tabel terlihat luas daerah 0,18 terletak di


antara 0,1814 dan 0,1788.
P(Z < –0,91) = 0,1814 dan P(Z < –0,92) = 0,1788
0,18 lebih dekat ke bilangan 0,1788 daripada
0,1814 sehingga dipilih nilai z = –0,92.
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
5. Fungsi Distribusi Kumulatif Peluang Variabel Acak
Berdistribusi Normal Baku
Fungsi distribusi peluang variabel acak Z ~ N(0, 1)
didefinisikan sebagai:

Fungsi distribusi
kumulatif variabel acak Z ~
N(0, 1) didefinisikan sebagai:

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


6. Peluang Variabel Acak
a.Peluang Variabel Acak Z ~ N(0,
1)
Peluang variabel acak Z ~ N(0,
1) sama dengan luas daerah di
bawah kurva normal baku.
Peluang variabel acak Z ~ N(0, 1)
pada interval a < Z < b dinyatakan:

Peluang variabel acak Z ~ N(0, 1) dapat kita tentukan


menggunakan bantuan tabel distribusi Z (tabel distribusi
normal baku).

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


b. Peluang Variabel Acak X ~ N(μ, σ)
Peluang variabel acak X ~ N(μ, σ) sama dengan luas daerah
di bawah kurva normal N(μ, σ). Luas daerah di bawah kurva
normal N(μ, σ) dapat ditentukan dengan cara
mentransformasikan variabel acak X ~ N(μ, σ) menjadi
variabel acak X ~ N(0, 1) menggunakan rumus berikut.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Contoh Soal

Berat badan 1.000 siswa di suatu SMA berdistribusi


normal dengan rata-rata 54 kg dan simpangan baku 8 kg.
Berapa banyak siswa yang memiliki berat badan lebih dari 66
kg?

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Jawaban:
Misalkan X menyatakan berat badan siswa dalam kg, μ = 54
dan σ = 8.
Data berat badan siswa berdistribusi normal X ~ N(54, 8).
a. Misalkan:
P(X > 66 = peluang siswa memiliki berat badan lebih dari 66
kg k = banyak siswa yang memiliki berat badan lebih dari 66
kg
k = P(X > 66) × 1.000
Langkah 1: Mengubah P(X > 66) menjadi P(Z > z).

Langkah 2: Menentukan nilai P(Z > 1,5).


P(Z > 1,5) = 1 – P(Z < 1,5)
Perhatikan nilai P(Z < 1,5) dalam tabel distribusi Z
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
P(Z > 1,5) = 1 – P(Z < 1,5)
= 1 – 0,9332 = 0,0668
Langkah 3: Menentukan nilai k.
k = P(X > 66) × 1.000
= P(Z > 1,5) × 1.000 = 0,0668 × 1.000 = 66,8 ≈ 67
Jadi, siswa yang memiliki berat badan lebih dari 66 kg
sebanyak 67 orang.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


C. Uji Hipotesis

1. Uji Hipotesis
2. Langkah-Langkah Uji
Hipotesis

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal


1. Uji Hipotesis

Dalam menyelidiki suatu permasalahan terlebih dahulu kita


membuat dugaan sebelum menyelidiki dugaan tersebut.
Dugaan penyelidikan dalam Matematika dinamakan hipotesis.
Penyelidikan tentang dugaan tersebut benar atau salah
dinamakan uji hipotesis.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


2. Langkah-Langkah Uji Hipotesis

Uji hipotesis suatu permasalahan dapat dilakukan dengan


langkah-langkah berikut.
Langkah 1: Merumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis
alternatif (H1).
Langkah 2: Memilih statistik uji dan menghitung nilai statistik
uji.
Langkah 3: Menentukan tingkat signifikansi α.
Langkah 4: Menentukan daerah kritis.
Langkah 5: Menentukan keputusan uji dan membuat
kesimpulan.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


a. Merumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).
Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis atau pernyataan yang
diangggap benar dan akan diuji kebenarannya.
Hipotesis alternatif (H1) adalah lawan dari hipotesis nol (H0).
Rumusan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).
1) Merumuskan hipotesis yang mengandung pengertian sama.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


2) Merumuskan hipotesis yang mengandung pengertian
maksimum.

3) Merumuskan hipotesis yang mengandung pengertian


minimum .

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


b. Memilih statistik uji dan menghitung nilai statistik uji.
1) Jika ukuran sampel yang di uji n ≥ 30, statistik uji yang
digunakan z adalah

2) Jika ukuran sampel yang di uji n < 30, statistik uji yang
digunakan t adalah

t berdistribusi student dengan derajat bebas df = n – 1.


Keterangan:
– x adalah rata-rata sampel σ atau s adalah simpangan baku.
μ0 adalah rata-rata populasi yang diuji. n adalah banyak sampel yang diuji

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


b. Menentukan tingkat signifikansi α.
Taraf signifikansi atau derajat kepercayaan merupakan
nilai batas toleransi peluang salah dalam menolak H0 atau batas
maksimal kesalahan menolak H0.
Taraf signifikansi yang paling sering digunakan sebesar 1%, 5%
dan 10%. Taraf signifikansi α = 5 % artinya kira-kira 5 dari 100
kesimpulan/pengujian menolak hipotesis yg
seharusnya diterima. Dengan kata lain, kira-kira 95% percaya
bahwa kesimpulan yang di buat benar.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


d. Menentukan daerah kritis.
Daerah kritis (DK) merupakan daerah penolakan H0. Daerah
kritis ditentukan berdasarkan rumusan H1 dan tingkat signifikansi
α yang dipilih.
1) Jika H1 : μ ≠ μ0, daerah kritis berada di ujung kanan dan ujung
kiri kurva. Uji ini dinamakan
α uji dua pihak. Luas setiap daerah
kritis sama dengan 2 .

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
2) Jika H1 : μ > μ0, daerah kritis berada di ujung kanan kurva. Uji ini
dinamakan uji satu pihak kanan. Luas daerah kritis sama dengan
α.

Daerah kritis (DK):


a. untuk distribusi Z adalah H0 ditolak jika nilai z > zα dan
b. untuk distribusi t adalah H0 ditolak jika nilai t > tα.
Daerah penerimaan (DP):
a. untuk distribusi Z adalah H0 diterima jika nilai z < zα dan
b. untuk distribusi t adalah H0 diterima jika nilai t < tα.
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
3) Jika H1 : μ < μ0, daerah kritis berada di ujung kiri kurva. Uji ini
dinamakan uji satu pihak kiri. Luas daerah kritis sama dengan
α.

Daerah kritis (DK):


a. untuk distribusi Z adalah H0 ditolak jikanilai z < –zα;
b. untuk distribusi t adalah H0 ditolak jikanilai t < –tα.
Daerah penerimaan (DP):
a. untuk distribusi Z adalah H0 di terima jika nilaiz > –zα;
b. untuk distribusi t adalah H0 di terima jika nilai t > –tα.
Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab
e. Menentukan keputusan uji dan membuat kesimpulan
Keputusan uji diambil berdasarkan letak nilai statistik uji
pada daerah kritis. Jika nilai statistik uji di dalam daerah kritis, H0
ditolak. Sebaliknya, jika nilai statistik uji di luar daerah kritis maka
H0 diterima.
Kesalahan yang dapat terjadi dalam mengambil
keputusan.
1. Menolak H0 yang benar, disebut kesalahan tipe I atau
kesalahan α atau tingkat signifikansi α.
2. Menerima H0yang salah, disebut kesalahan tipe II atau
kesalahan β.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Contoh Soal

Pabrik ban X menyatakan bahwa rata-rata pemakaian


jarak tempuh ban A adalah 20.000 km. Untuk menguji
pernyataan tersebut maka diuji sebanyak 16 sampel acak ban
A dan setelah diuji diperoleh rata-rata pemakaian jarak
tempuh 19.802 km dan simpangan baku 88 km. Ujilah
pernyataan pabrik ban X tersebut dengan tingkat signifikansi
α = 1% .

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Jawaban:
Langkah-langkah uji hipotesis sebagai berikut.
Langkah 1: Merumuskan H0 dan hipotesis alternatif H1
H0 : μ = 20.000
H1 : μ ≠ 20.000
Langkah 2: Memilih dan menghitung nilai statistik uji.
banyak sampel n = 16 sehingga menggunakan

Langkah 3: Menentukan tingkat signifikansi α.


Tingkat signifikansi α = 1% = 0,01

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Langkah 4: Menentukan daerah kritis
μ ≠ 20.000 sehingga daerah kritis berada di
kedua ujung kurva
Luas daerah kritis setiap ujung kurva:

Daerah kritis t < –t0,005atau t > t0,005

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


n = 16 sehingga derajat bebas df = n – 1 = 16 – 1 = 15
Perhatikan df = 15 dan a = 1% dua arah pada tabel distribusi t
berikut.

Dari tabel diperoleh nilai t0,005 = 2,947 sehingga


daerah kritis t < –2,947 atau t > 2,947

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Langkah 5: Menentukan keputusan uji dan membuat
kesimpulan.
t = –9 memenuhi t < –2,947 maka t = –9 di dalam
daerah kritis sehingga keputusannya H0 ditolak.
H0 ditolak sehingga H1 diterima.
Kesimpulan dari uji hipotesis adalah rata-rata
pemakaian ban A tidak sama dengan 20.000 km.
Jadi, pernyataan pabrik ban X salah.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Contoh Soal

Seorang pengusaha ingin mencari sebuah mesin yang


mampu merakit sebuah perangkat elektronik paling lama 50
menit. Pengusaha mendapat informasi bahwa mesin A dapat
merakit sebuah perangkat elektronik rata-rata paling lama
50 menit. Untuk memutuskan menggunakan mesin A atau
tidak, mesin A diuji sebanyak 36 kali. Dalam uji coba tersebut
mesin A mampu merakit sebuah perangkat elektronik rata-
rata 48,5 menit dengan simpangan baku 1,2 menit. Selidiki
apakah pengusaha tersebut akan menggunakan mesin A?
Gunakan taraf signifikansi 2%.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Jawaban:
Langkah 1: H0 : μ ≤ 50
H1 : μ > 50
Langkah 2: Banyak sampel n = 36 > 30 sehingga menggunakan
statistik uji

Langkah 3: Tingkat signifikansi α = 2% = 0,02

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Langkah 4:
H1 : μ < 50 sehingga daerah kritis berada di ujung kiri kurva.
Luas daerah kritis:
LDK = α = 0,02
Daerah kritis z < –z0,02.

Dari tabel diperoleh


P(Z < –2,05) = 0,0202 dan
P(Z < –2,06) = 0,0197.
0,02 lebih dekat ke bilangan
0,0202 sehingga nilai z = –
2,05.
Dengan demikian, diperoleh
daerah kritis z < –2,05.

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Langkah 5: Diperoleh z = –7,5 dan nilai z memenuhi z < –2,05
maka z = –7,5 di dalam daerah kritis sehingga
keputusannya H0 ditolak.
H0 ditolak sehingga H1 diterima.
Kesimpulan dari uji hipotesis adalah rata-rata
waktu perakitan sebuah perangkat elektronik
oleh mesin A lebih dari 50 menit.
Oleh karena mesin A dapat merakit sebuah
perangkat elektronik rata-rata lebih dari 50
menit maka pengusaha tidak akan menggunakan
mesin A .

Kembali ke daftar isi Kembali ke subbab


Kembali ke halaman awal

Anda mungkin juga menyukai