Anda di halaman 1dari 31

EKONOMI

KERAKYATAN

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NUSA NIPA
EKONOMI
KERAKYATAN

MODEL PENGEMBANGAN
EKONOMI KERAKYATAN
EKONOMI
KERAKYATAN
Pembangunan Ekonomi Pedesaan
Materi Pokok
1. Model Pengembangan Ekonomi
Kerakyatan
2. Kelebihan dan Kelemahan Model
Pengembangan Ekonomi Kerakyatan
I. Model Pengembangan
Ekonomi Kerakyatan
Pengertian model :
 Menurut KBBI, model merupakan pola
(contoh, acuan, ragam) dari suatu yang akan
dibuat atau dihasilkan (2005 : 271).
 Menurut Simamarta, model adalah abstraksi
dari realitas dengan hanya memusatkan
perhatian pada beberapa sifat dari
kehidupan sebenarnya.
 Jadi model merupakan acuan, contoh, pola
dari suatu yang dibuat atau dihasilkan yang
merupakan abstraksi dari sistem yang
sebenarnya.
Ada 2 model pengembangan ekonomi
kerakyatan :
1. Model Padat Karya
Suatu program pemberdayaan masyarakat
yang melihat masyarakat sebagai unsur paling
esensial dalam proses produksi.
Tujuan program padat karya :
1) Menyediakan lapangan kerja dan lapangan
usaha produktif serta berkelanjutan bagi
pengangguran, baik tenaga terampil maupun
tidak terampil, atau yang terkena PHK.
2) Memulihkan daya beli masyarakat dan
memberdayakan ekonomi masyarakat dalam
rangka pemulihan perekonomian nasional dan
daerah.
3) Mengatasi rawan pangan dan meningkatkan
pertahanan pangan masyarakat melalui
pengembangan komoditas pangan.
4) Mengatasi kerusakan lingkungan dan lahan
kritis melalui penghutanan kembali guna
memulihkan kondisi dan fungsi lingkungan
hidup.
Sasaran utama program padat karya :
1) Terciptanya lapangan kerja bagi para penganggur tidak
terampil dan terampil dipedesaan maupun perkotaan.
2) Berkembangnya kegiatan lembaga ekonomi produktif
serta terciptanya wirausaha baru.
3) Terpeliharanya pelestarian hutan dan berkurangnya
lahan kritis serta tersedianya bahan pangan bagi
masyarakat.
4) Terpeliharanya sarana dan prasarana sosial dan
ekonomi masyarakat.
Program padat karya khusus terdiri dari :
 Proyek penanggulangan dampak kekeringan
dan masalah ketenagakerjaan (PDMK) atau
padat karya desa dan kota.
 Proyek penanggulangan pengangguran
pekerja terampil (P3T)C & Proyek padat karya
sektor kehutanan (PKSK)
Permasalahan yang dapat menghambat kelancaran
program padat karya :
1. Mekanisme koordinasi antar instansi secara
vertikal dan horizontal belum kukuh, terutama
dalam penetapan kelompok sasaran, jumlah dan
lokasinya.
2. Mekanisme penyaluran dana belum menjangkau
langsung masyarakat lapisan bawah.
3) Kelompok sasaran (target grup) yang
memanfaatkan program (intended
beneficianes) belum jelas baik tentang siapa,
dimana dan apa kegiatannya.
4) Penetapan upah tenaga kerja yang
berfariasi sehingga pembakuan pedoman
untuk menilai keberhasilan program
peningkatan pendapatan sulit dilakukan.
5) Kegiatan yang dilaksanakan oleh ABRI
Manunggal Pertanian (AMP) dengan proyek
padat karya desa kota (PDKMK) belum
sinkron.
6) Kemampuan kontraktor C2 GEL dalam
memenuhi serta melengkapi persyaratahn
administratif bagi kelancaran pencairan dana
ternyata masih rendah.
2. Model Pengembangan Partisipatif
 Pengembangan partisipatif adalah
pengembangan yang bertujuan melibatkan
kepentingan rakyat dan dalam prosesnya
melibatkan rakyat (baik langsung maupun
tidak langsung).
 Pengembangan partisipatif merupakan
metode atau cara pengembangan yang
melibatkan serta memfungsikan kelembagaan
masyarakat secara nyata didalam menyusun
suatu perencanaan. Dengan cara ini
diharapkan masyarakat mau dan mampu
melaksanakan, memelihara dan
menindaklanjuti hasil – hasil dari rencana
tersebut.
 Pembangunan / pengembangan partisipatif,
sebagai model pembangunan yang
menerapkan konsep partisipasi , yaitu pola
pembangunan yang melibatkan semua pihak
(pelaku) dalam proses pengambilan
keputusan yang langsung mempengaruhi
mereka yang terkena pembangunan.
Alasan mengapa pentingnya pengembangan
partisipatif masyarakat:
1) Partisipasi masyarakat merupakan suatu
alat guna memperoleh informasi mengenai
kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat
setempat yang tanpa kehadirannya program
pembangunan serta proyek-proyek akan gagal.
2) Masyarakat akan lebih mempercayai kegiatan
atau proram pembangunan jika merasa dilibatkan
dalam proses persiapan dan perencanaannya,
karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk
program tersebut dan akan mempunyai rasa
memiliki terhadap program tersebut.
3) Merupakan suatu hak demokrasi bila
masyarakat dilibatkan dalam proses
pembangunan.
Manfaat Pengembangan Partisipasi :
1. Program dan pelaksanaannya lebih aplikatif
terhadap konteks sosial, ekonomi dan budaya yang
sudah ada, sehingga memenuhi kebutuhan
masyarakat. Ini menyiratkan kebijakan desentralisasi.
2. Adanya rasa tanggung jawab dari semua pihak
terkait perencanaan dan pelaksanakan program,
sehingga dampak dari program ini
berkesinambungan.
3. Perlunya memberikan peran bagi semua
orang untuk terlibat dalam proses, khususnya
dalam hal pengambilan dan pertanggung
jawaban keputusan sehingga memberdayakan
semua orang yang terlibat.
4. Transparasi semakin terbuka lebar akibat
penyebaran informasi dan wewenang.
5. Kegiatan - kegiatan pelaksanaan menjadi
lebih objektif dan fleksibel berdasarkan
keadaan setempat.
6. Pelaksanaan proyek atau program lebih
terfokus dalam kebutuhan masyarakat.
II. Kelebihan dan
Kelemahan Model
Pengembangan Ekonomi
Kerakyatan
A. Model Padat Karya
 Kelebihan :
1) Jumlah pengangguran semakin berkurang
karena banyak lapangan kerja yang
membuka lowongan pekerjaan bagi
masyarakat yang membutuhkan pekerjaan.
2) Dapat menambah dan mengurangi tenaga
kerja sesuai kebutuhan, lebih fleksibel
 Kelemahan :
1) Proses produksi menggunakan tenaga
manusia sehingga membutuhkan waktu yang lama.
2) Barang yang diproduksi dengan tenaga manusia
kurang berkualitas, sering banyak yang cacat
dan tidak memuaskan
3) Membutuhkan anggaran besar untuk
memberi upah tenaga kerja manusia yang
jumlahnya banyak.
B. Model Pengembangan Partisipatif
 Kelebihan :
1) Mampu merangsang timbulnya swadaya
masyarakat yang merupakan dukungan
penting dalam pembangunan.
2) Mampu meningkatkan motivasi dan
keterampilan masyarakat dalam
membangun.
3) Pelaksanaan pembangunan semakin sesuai
dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat.
4) Jangkauan pembangunan menjadi luas,
meskipun dengan dana yang terbatas.
5) Tidak menciptakan ketergantungan
masyarakat terhadap pemerintah.
 Kelemahan :
1) Membutuhkan waktu yang lebih lama
di banding dengan mekanisme yang
tidak partisipatif
2) Ketepatan dalam memilih representasi
masyarakat.
3) Semakin banyak masyarakat yang
terlibat maka semakin sulit dalam
pengambilan keputusan.
DAFTAR PUSTAKA / REFERENSI
1) Mubyarto. (1990). Reformasi Sistem Ekonomi : Dari Kapitalisme Menuju Ekonomi
Kerakyatan. Yogyakarta : Aditva Media Chemistry, karangan.
2) Frida Rustiani. (1996). Pengembangan Ekonomi Rakyat Dalam Globalisasi. Jakarta :
AKATIGA – YAPIKA.
3) Gunawan Sumodininggrat. (1998). Membangun Perekonomian Rakyat.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
4) Sumarjono dkk. (1994). Pembangunan Masyarakat Desa. Yogyakarta : STPMD
APMD.
5) Soeharto Prawirokusumo. (2001). Ekonomi Rakyat. Yogyakarta : BPFE.
6) Mubyarto dan Boediono. (1981). Ekonomi Pancasila. Yogyakarta : BPFE.
7) Mubyarto. (1987). Ekonomi Pancasila : Gagasan dan Kemungkinan. Jakarta : LP3S
TERIMA KASIH

Epang Gawang

Anda mungkin juga menyukai