Sejarah Nahdlatul Ulama
Sejarah Nahdlatul Ulama
1918
1914
Taswirul Afkar atau Nahdatul Fikr
Nahdatul Wathan
1918
Nahdatul Tujjar
1928
Lembaga Ma’arif
KH Hasyim Asyari ditahan oleh Jepang karena KH Abdul Wahid Hasyim masuk Chuo Sangi-in dan
NU punya peranan penting dalam perjuangan bangsa Indonesia meraih dan mempertahankan kemerdekaan. Hal ini
terlihat dari perlawanan warga NU terhadap pasukan sekutu yang datang lagi ke Indonesia.
Resolusi Jihad NU
MASA PASCA KEMERDEKAAN – ORDE LAMA (1946 - 1966)
Muktamar NU ke-16 pada 1946 akhirnya memutuskan NU terjun dalam politik dan bergabung dengan partai politik
Masyumi. Degan tujuan NU dapat memperluas peran ulama melalui politik.
Beberapa tokoh NU menduduki jabatan di Masyumi antara lain K.H Hasyim Asyari sebagai Ketua Majelis Syuro
(Dewan Penasehat Keagamaan), K.H Wahid Hasyim (wakil menteri Masyumi), Masjkur (wakil menteri Masyumi),
K.H Fathurrahman Kafrawi (wakil menteri) dan K.H Wahab Chasbullah (Dewan Pertimbangan Agung).
MASA PASCA KEMERDEKAAN – ORDE LAMA (1946 - 1966)
Pada 1952, melalui surat keputusan Pengurus Besar NU merekrut tokoh-tokoh bartu seperti
Nahdlatul Ulama (PBNU) pada tanggal 5 April 1952 , H. Jamaluddin Malik dan K.H Idham Chalid.
akhirnya NU memutuskan keluar dari Masyumi dan
mendirikan partai politik sendiri.
Layaknya di Masyumi pada masa pasca-kemerdekaan, hubungan PPP dan NU sangat kuat. Namun seiring berjalannya
waktu, hubungan tersebut memburuk.
Khittah ke NU 1926 otomastis membuat NU keluar dari PPP. Walau tetap membebaskan anggotanya terjun ke dunia
politik, NU melarang anggotanya untuk rangkap jabatan dengan organisasi lain
MASA ORDE BARU (1966 - 1995)
Di saat pemerintahan Orde Baru memberlakukan asas tunggal, yakni Pancasila, NU juga memberikan dukungan
penuh. Hal ini terbukti pada Muktamar NU ke-27 di Situbondo pada 1984, keputusannya berbunyi “Nahdlatul
Ulama berasaskan Pancasila. Nahdlatul Ulama sebagai Jam’iyah Diniyah Islamiyah beraqidah Ahlus Sunnah Wal
Jamaah megikuti salah satu dari empat mahzab, Hanafi, Syafi’i, Maliki dan Hambali.”
MASA REFORMASI (1995 - 1998)