Argumen Induktif Spesifik
Argumen Induktif Spesifik
• Jika sifat a, b, dan c terkait erat dengan z (artinya, relevan untuk z),
argumen itu biasanya kuat.
• Jika sifat a, b, dan c tidak begitu terkait (artinya, tidak relevan untuk
z), argumen itu biasanya lemah.
Contoh Penalaran Analogis
• Misalkan, saya ingin membeli mobil baru. Saya akan berbicara dengan
teman-teman yang belum lama membeli mobil baru, memperhatikan
pengalaman mereka dalam hal tipe, model, dan dealer.
• Jika tiga teman saya belum lama ini membeli Honda Jazz pada dealer
Mirza dan mereka semua puas, saya akan mengambil kesimpulan
bahwa jika saya membeli Honda Jazz pada Mirza, saya juga akan
puas.
Mengevaluasi Analogi
• Argumen ini tidak valid secara deduktif; bisa saja mobil yang saya
beli kebetulan tidak memuaskan. Tetapi ada sejumlah pertimbangan
yang perlu dalam menilai kuat/lemahnya kesimpulan induktif:
1. Kuantitas sampel. Jika bukan tiga melainkan lima teman yang puas
dengan tipe mobil yang saya ingin beli, Hal itu cenderung
menguatkan peluang bahwa saya akan puas juga. Secara umum,
makin besar kuantitas sampel, makin kuat analoginya.
Mengevaluasi Analogi
2. Keragaman sampel. Jika ketiga teman saya membeli Honda Jazz di
tiga dealer yang berbeda dan semuanya puas, kesimpulan saya
tambah kuat peluangnya, di mana pun saya akan membeli mobil.
Secara umum, makin besar keragaman sampel, makin kuat pula
argumen analogis itu.
3. Kuantitas kesamaan. Jika yang saya beli bukan tipenya dan
dealernya saja yang sama tetapi juga mesinnya, kesimpulan saya
tambah kuat peluangnya. Secara umum, makin banyak kesamaan
antara sampel dan sasaran, makin kuat argumen itu.
Mengevaluasi Analogi
4. Relevansi. Kriteria yang kita pertimbangkan ini tentu saja hanya
berlaku jika materinya relevan terhadap argumen itu. Misalnya, kita
biasanya tidak memikirkan bahwa hari pembelian tidak ada
relevansinya untuk kepuasan membeli.
• Tetapi relevansi tidak dapat dipukul rata; bisa saja ada konteks tertentu
yang membuat suatu unsur yang tak terduga menjadi relevan.
• Jadi, kita perlu memikirkan baik-baik apakah suatu unsur pantas
dipertimbangkan atau tidak.
Mengevaluasi Analogi
5. Kuantitas ketidaksamaan. Jika semua teman saya membeli Honda
Jazz dengan transmisi automatis sedang saya ingin membeli Honda
Jazz dengan transmisi manual, maka peluang bahwa saya akan puas
menjadi sedikit berkurang.
• Secara umum, makin sedikit ketidaksamaan antara sampel dan
sasaran, semakin besar peluang kebenaran argumen analogi.
Mengevaluasi Analogi
6. Pembatasan kesimpulan. Jika ketiga teman saya puas dengan
mobil yang mereka beli, tetapi saya memutuskan bahwa saya baru
akan membeli mobil itu jika saya puas, maka kesimpulan yang
dibatasi ini berpeluang terjadi.
• Secara umum, argumen analogi menjadi lebih kuat jika
kesimpulannya lebih terbatas dibanding dengan premisnya.
Generalisasi Induktif
Generalisasi Induktif
• Dengan generalisasi induktif pengetahuan tentang suatu kelompok
umum atau kategori kejadian memungkinkan kita menarik
kesimpulan tentang suatu kejadian spesifik yang cocok dengan
kategori umum.
• Generalisasi bertolak dari pengetahuan akan suatu sampel terpilih ke
suatu klaim tentang seluruh kelompok.
• Karena anggota-anggota dari sampel memiliki suatu karakteristik
tertentu, dikemukakan bahwa semua anggota kelompok memiliki
karakteristik yang sama.
Generalisasi Induktif
Di dalam proses penalaran generalisasi:
(1) Kasus spesifik yang digunakan, harus cocok atau konsisten dengan
kelompok besar yang dikemukakan. Begitu kecocokan itu terbukti,
(2) kemudian kita harus menarik kesimpulan yang bersandar bukan
pada pengetahuan kita tentang kasus spesifik tadi, tetapi pengetahuan
kita tentang kelompok besar itu.
Generalisasi Induktif
Contoh:
Dari contoh ini, bisa dikatakan sampel/contoh HANYA dari lingkungan rumah.
Bagaimana lingkungan wilayah tetangga yang rata-rata profesinya berbeda dari
mereka yang tinggal di lingkungan rumah saya? Bagaimana dengan orang Indonesia
yang berada di pulau lain, yang berpotensi memiliki selera yang berbeda? Apakah
anak-anak dan orang lanjut usia juga diperhitungkan? Dst.
Mengevaluasi Generalisasi
2. Apakah sampel/contoh yang digunakan jumlahnya cukup, atau
dipilih secara random untuk membuat kesimpulan tentang
kelompok? Jika ya, maka argumen berpotensi menjadi kuat (strong)
Contoh:
“Saya melihat ada Andi, seorang Jawa, suka mengumpat. Jadi
Sebagian besar orang Jawa memang suka mengumpat.”
Dari contoh ini, satu orang Jawa digunakan sebagai dasar untuk
mewakili sebagian besar orang Jawa, yang jumlahnya jutaan.
Mengevaluasi Generalisasi
Bandingkan yang berikut:
Para pemain liga Inggris digaji sangat tinggi.
vs
Umumnya, para pemain liga Inggris digaji sangat
tinggi, kecuali pemain dari divisi yang rendah.