Anda di halaman 1dari 8

Pelajaran 4

Generalisasi
Kita sudah berkenalan dengan argumen, penalaran deduktif, dan induktif
di bab sebelumnya. Mulai bab ini, kita akan mempelajari satu-persatu dua
jenis penalaran ini dan cara menggunakannya dalam sebuah argumen.

Kita akan mulai dengan contoh penalaran induktif yang tanpa sadar sering
kita gunakan dalam argumen sehari-hari, yaitu generalisasi.

Apa itu generalisasi?


Kita pasti sering mendengar atau mengucapkan kalimat-kalimat seperti ini:
“Setiap tanggal tua, mall pasti sepi pengunjung.”
“Penginapan di Bali selalu penuh setiap musim liburan sekolah.”
“Barang yang dijual di pasar tradisional lebih lengkap daripada pasar swalayan.”

Kalimat-kalimat tersebut merupakan contoh penggunaan


generalisasi, yaitu proses membuat kesimpulan yang berlaku
untuk suatu kelompok besar (orang, benda, atau topik)
berdasarkan informasi seperti fakta atau pengalaman. Akan
tetapi, dalam generalisasi, informasi yang kita miliki sebenarnya
tidak mencerminkan seluruh kenyataan tentang kelompok yang
bersangkutan. Oleh karena itu, kesimpulan dari generalisasi
sesungguhnya adalah sebuah dugaan tentang kondisi umum,
bukan dalil yang mutlak benar.

Untuk memahami penjelasan di atas dengan lebih baik, mari kita lihat kembali contoh-contoh kalimat
di atas:

 “Setiap tanggal tua, mall pasti sepi pengunjung.”


Di sini, kita membuat kesimpulan umum tentang tingkat keramaian pengunjung mall
menjelang tanggal pembagian upah bulanan. Mungkin kita sangat sering ke mall sehingga
dapat berkesimpulan demikian. Tetapi, kita tidak dapat memastikan kebenaran kesimpulan
tersebut karena tidak mungkin mengunjungi mall setiap hari atau mengetahui keadaan semua
mall.

20
 “Penginapan di Bali selalu penuh setiap musim liburan sekolah.”
Kalimat ini mengandung kesimpulan tentang tingkat hunian penginapan di Bali secara umum.
Orang yang mengucapkannya mungkin sering bepergian ke pulau tersebut dan selalu kesulitan
menemukan penginapan setiap musim liburan. Namun, kita tidak tahu apakah semua
penginapan di seluruh Bali mengalami hal yang sama.

 “Barang yang dijual di pasar tradisional lebih lengkap daripada pasar swalayan.”
Kesimpulan yang berlaku umum tentang kelengkapan barang yang ditawarkan pasar tradisional
dan pasar swalayan ini mungkin muncul dari pengalaman seseorang berbelanja di keduanya.
Tetapi, orang tersebut tidak mungkin sudah pernah berbelanja di semua pasar tradisional dan
pasar swalayan yang ada.

Setelah membedah kalimat-kalimat tersebut, kita dapat mengatakan


bahwa tantangan dalam melakukan generalisasi bukanlah soal benar-
salah, namun apakah kesimpulan yang dihasilkan cukup kuat atau dapat
dipercaya. Untuk itu, ada hal-hal yang perlu diperhatikan ketika membuat
generalisasi atau mengkritisi yang dibuat orang lain.

Cara membuat generalisasi yang menghasilkan


kesimpulan kuat
Seperti telah disampaikan sebelumnya, kesimpulan generalisasi sangat bergantung kepada informasi
pendukungnya. Oleh karena itu, kita harus menyiapkan informasi pendukung kita sebaik mungkin
sebelum melakukan generalisasi. Langkah-langkah di bawah ini dapat membantu kita melakukannya:

1. Gunakan lebih dari satu contoh.

Sebuah contoh dapat berfungsi sebagai ilustrasi agar lawan bicara lebih memahami maksud
kita. Namun, sebuah generalisasi membutuhkan lebih dari satu contoh agar ia memiliki
dukungan yang kuat.

Perhatikan kalimat berikut:

“Mawar cenderung memilih teman yang berprestasi, contohnya Tobi yang pernah
memenangkan berbagai kompetisi akademik tingkat nasional.”

Kalimat di atas adalah contoh generalisasi yang lemah. Kita sulit untuk percaya bahwa Mawar
lebih suka berteman dengan anak yang berprestasi karena hanya Tobi saja yang menjadi

21
contohnya. Jika pernyataan tersebut menyebutkan 3-4 nama anak berprestasi lainnya sebagai
teman Mawar, maka kita akan lebih mudah mempercayainya.

2. Gunakan contoh yang mewakili

Perhatikan kalimat berikut:

“Semua siswa di kelas saya setuju sekolah masuk lebih siang dan pulang lebih sore.
Karena itu, kemungkinan sekolah saya akan mengubah jam masuknya.”

Ketika hendak melakukan generalisasi terhadap kelompok yang lebih besar daripada sekadar
lingkaran pertemanan, kita bukan hanya harus memperhatikan banyaknya contoh, namun juga
apakah contoh-contoh tersebut mewakili keseluruhan kelompok. Di sinilah pentingnya kita
mengenal konsep “populasi”dan “sampel”.

Populasi berarti keseluruhan kelompok yang


jadi subjek generalisasi, sedangkan sampel
adalah sebagian dari populasi yang kita
gunakan sebagai wakil dari populasi. Pada
contoh di atas, populasi adalah seluruh siswa
di sekolah, sementara sampel adalah
sebagian dari siswa yang kita gunakan
sebagai contoh.

Agar menghasilkan kesimpulan kuat, kita harus memilih sampel yang dapat mewakili seluruh
populasi. Dalam kasus ini, pendapat satu kelas tentu tidak dapat mewakili seluruh siswa.
Setidaknya, sampel kita harus mencakup siswa dari setiap kelas dari seluruh angkatan agar
kesimpulan generalisasi kita dapat dipercaya.

3. Waspadai informasi yang tersembunyi

Informasi pendukung dapat meyakinkan lawan bicara untuk menerima argumen atau
kesimpulan seseorang, namun jika disajikan setengah-setengah, hasilnya justru bisa
menyesatkan. Mari kita lihat contoh berikut:

“Selama satu tahun belakangan, Gita sudah memenangkan 20 pertandingan. Maka Gita
bisa dikatakan sebagai atlet tenis yang andal.”

Sekilas, informasi tersebut cukup mengagumkan dan membuat kita percaya bahwa Gita adalah
pemain tenis yang hebat. Akan tetapi, kita tidak tahu berapa kali Gita kalah dalam setahun

22
belakangan. Jika persentase kemenangan Gita jauh lebih kecil
daripada kekalahannya, bukankah kesimpulan kita akan
berbeda?

Generalisasi di atas seharusnya memiliki pendukung yang


disajikan dalam bentuk perbandingan, Namun, nilai yang
menjadi pembanding tidak disertakan.

4. Waspadai penggunaan data atau statistik.

Penggunaan data atau statistik seringkali membuat kita lebih


mudah percaya pada sebuah kesimpulan. Padahal, mirip
dengan poin sebelumnya, data seringkali disajikan dengan tidak lengkap sehingga menyesatkan
lawan bicara. Contohnya sebagai berikut:

“Sejak satpam kampus diganti, jumlah barang yang hilang meningkat menjadi dua kali
lipat. Ini menunjukkan bahwa satpam yang baru tidak kompeten dibandingkan yang
lama.”

Kata “dua kali lipat” tidak berarti banyak jika kita tidak mengetahui jumlah barang yang
hilang. Jika ini berarti jumlah kehilangan naik dari 1 menjadi 2 atau dari 2 menjadi 4, maka
sesungguhnya tidak ada perubahan drastis yang dapat mendasari kesimpulan “satpam baru
tidak kompeten dibandingkan yang lama”. Selain itu, kita juga tidak tahu nilai barang
bersangkutan dan jarak waktu antara kasus kehilangan satu dan yang lainnya.

Terkadang, orang bahkan menggunakan data statistik yang tidak berhubungan secara langsung
dengan kesimpulannya. Pembaca atau lawan bicara biasanya terkecoh karena statistik dan
kesimpulannya masih berada di bawah satu topik. Contohnya:

“Perampokan terjadi setiap 15 detik. Hampir 80% dari pembobolan rumah dilakukan
lewat pintu depan atau jendela. Karena itu, pemasangan alarm di pintu depan dan
jendela akan sangat efektif untukmencegah perampokan.”

Data pendukung di atas tidak menjelaskan berapa banyak dari kasus penerobosan paksa
berhubungan dengan perampokan. Namun, peletakan kedua fakta tersebut secara bersebelahan
bisa membuat pembaca atau lawan bicara berasumsi bahwa perampokan pasti dilakukan
melalui penerobosan paksa.

23
5. Perhitungkan contoh-contoh yang berlawanan serta pengecualian.

Generalisasi adalah sebuah dugaan, bukan kepastian. Karena itu, generalisasi yang
menggunakan kata penunjuk mutlak seperti “selalu”, “pasti”, “tidak akan”, “semua”, dan
sebagainya harus dicurigai sebagai generalisasi yang lemah.

Ketika kita menjumpai generalisasi yang menggunakan kata penunjuk mutlak seperti di atas,
kita dapat menyanggahnya dengan memikirkan contoh yang berlawanan (counter examples),
yaitu informasi yang bertentangan dengan kesimpulan generalisasi.

“Semua burung bisa terbang.”

Kita tahu bahwa ada banyak spesies burung yang tidak bisa terbang. Burung onta, burung
kasuari, dan burung kiwi adalah sedikit di antaranya. Walaupun memang burung yang bisa
terbang jauh lebih banyak daripada yang tidak bisa terbang, tetap saja bukan berarti semua
burung bisa terbang. Jadi, generalisasi yang lebih kuat adalah “sebagian besar burung bisa
terbang”.

Namun, kualitas generalisasi akan lebih baik lagi apabila kita tidak sekadar mengubah kata
“semua” menjadi “sebagian besar”, tetapi juga menyebutkan contoh yang berlawanan secara
gamblang sebagai sebuah pengecualian.

Contoh dari generalisasi yang mengandung pengecualian adalah:

Selain anak yang berprestasi di bidang non-akademik di tingkat nasional, sebagian


besar pendaftar yang diterima memiliki nilai rata-rata 8 ke atas."

Generalisasi ini terdengar lebih kuat daripada jika kita hanya mengatakan, “Sebagian besar
pendaftar yang diterima memiliki nilai rata-rata 8 ke atas,” bukan?

Stereotip: generalisasi yang berbahaya


Kita pasti sudah tidak asing dengan perkataan seperti berikut:

“Perempuan cenderung berpikir dengan perasaan daripada logika.”

“Orang Padang biasanya pelit.”

“Orang Tionghoa tidak cocok menjadi pemimpin atau pekerja sosial karena mereka lebih
berbakat di bidang bisnis.”

24
Kalimat-kalimat tersebut adalah contoh stereotip, yaitu
generalisasi terhadap suatu kaum atau kelompok yang telah
bertahan lama dalam masyarakat, namun tidak berdasarkan
fakta atau data yang dapat dibuktikan.

Stereotip dilestarikan secara lintas-generasi, dari orang tua


ke anak, bahkan dari guru ke murid. Karena umumnya kita
berkenalan dengan stereotip sejak dini lewat tokoh yang
lebih tua yang kita hormati, stereotip pun menjadi sebuah
kepercayaan yang mempengaruhi tindakan serta perlakuan
kita, terutama terhadap kaum yang berbeda dengan kita.

Dengan mempelajari keterampilan berpikir kritis, termasuk bagaimana membedakan generalisasi yang
baik dari yang buruk, kita bisa membebaskan diri dari pengaruh stereotip, sehingga kita mampu
bersikap lebih adil dan tanpa prasangka.

Dengan mempelajari keterampilan berpikir kritis, termasuk bagaimana membedakan generalisasi yang
baik dari yang buruk, kita bisa membebaskan diri dari pengaruh stereotip, sehingga kita mampu
bersikap lebih adil dan tanpa prasangka.

Soal Latihan
Di bawah ini terdapat contoh-contoh generalisasi. Pilihlah huruf yang sesuai untuk generalisasi
di sampingnya berdasarkan keterangan berikut:

A. Generalisasi kuat
B. Generalisasi lemah karena hanya mengandung satu contoh
C. Generalisasi lemah karena contoh tidak cukup mewakili populasi
D. Generalisasi lemah karena ada informasi atau data yang tidak lengkap
E. Generalisasi lemah karena tidak memperhitungkan contoh yang berlawanan

1. Guru di lembaga bimbingan belajar kami sangat


berkualitas. Divisi sumber daya manusia kami menguji
penguasaan materi serta kemampuan mengajar mereka
dengan menyeluruh. Setiap kami membuka rekrutmen
guru, hanya dua dari seratus pendaftar yang lolos seleksi.

25
2. Percobaan klinis terhadap antibiotik X menunjukkan
hasil yang menjanjikan. Percobaan yang berlangsung
selama 10 tahun ini diikuti oleh 29.000 orang
sukarelawan dari 52 negara. Hasilnya, lebih dari 95%
peserta sembuh total. Selain itu, sejauh ini kurang dari
100 orang menunjukkan reaksi efek samping ringan, dan
tidak ada tanda-tanda efek samping berat.

3. Saya pernah membaca bahwa menjuluki orang


berdasarkan penampilan bisa menyakiti perasaan mereka.
Saya punya teman yang dijuluki ?keling? karena kulitnya
sangat gelap. Tapi, ia tidak tersinggung karena
menurutnya ia bisa balik menjuluki orang yang
melakukannya. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
yang salah dengan julukan karena orang bisa membalas
jika mereka mau.

4. Mamalia adalah hewan bertulang belakang yang


semuanya berkembang biak dengan cara melahirkan.

5. Baik Steve Jobs (pendiri Apple), Bill Gates (pendiri


Microsoft), maupun Mark Zuckerberg (pendiri Facebook)
tidak menyelesaikan kuliahnya. Ini menunjukkan bahwa
kita tidak harus lulus pendidikan tinggi untuk sukses.

6. Pengasuhan anak adalah pengetahuan yang dimiliki


secara alami oleh manusia. Selama puluhan ribu tahun,
nenek moyang kita tidak memiliki buku atau kursus
tentang pengasuhan, tapi tetap bisa melahirkan dan
membesarkan anak hingga mereka punya keturunan
sendiri. Karena itu, kita tidak membutuhkan
pengetahuan khusus tentang pengasuhan anak.

7. Dibandingkan tahun lalu, jumlah anak yang tinggal kelas


di SMA 1212 meningkat dua kali lipat. Berarti kualitas
pengajaran di SMA 1212 menurun drastis.

26
8. Nania berlatih memanggang kue brownies setiap
minggu selama setahun. Berdasarkan lebih dari 50
percobaan, hanya 3 kuenya yang gagal. Jadi, kita bisa
mengatakan bahwa Nania sudah pandai memanggang
brownies.

9. Dua dari tiga pekerja profesional bergaji tinggi dari


berbagai bidang mengatakan bahwa mereka mencintai
pekerjaannya. Angka ini meningkat hingga 75%bagi
para eksekutif bergaji tinggi di perusahaan-perusahaan
multinasional. Kesimpulannya, besar upah berbanding
lurus dengan kecintaan terhadap pekerjaan.

10. Kami menerima ratusan keluhan tentang desain


kemasan yang baru. Kami memutuskan untuk kembali
ke desain kemasan lama karena semua konsumen
membenci desain baru ini.

27

Anda mungkin juga menyukai