FILSAFAT
ILMU DAN
LOGIKA
LOGIKA MATERIAL
Program Tatap
Fakultas Kode MK Disusun Oleh
Studi Muka
Fakultas 13 Kode MK Masyhar, MA
Psikologi
Abstract Kompetensi
Logika adalah aspek yang penting dalam Mengerti dan memahami tentang
memahami suatu pemikiran yang hakiki. Dalam pengetahuan dan kebenaran yang
tulisan ini akan dibahas mengenai beberapa bentuk disertai dengan cara berpikir logis
kesalahan dalam logika, cara membuat kesimpulan Mampu berpikir reflektif terhadap
berdasar analogi, hukum generalisasi. masalah-masalah psikologi
Dalam menyimpulkan sesuatu, kita sering membuat generalisasi, bahkan terlalu sering.
Oleh karena itu, pesan yang dapat kita sampaikan, hendaknya orang waspada.
Waspada terhadap generalisasi yang kita buat sendiri, dan waspada terhadap
generalisasi yang sudah terbiasa dalam masyarakat. Kita harus selalu bertanya:
“Betulkah generalisasi itu? Guna menjawabnya kita harus tahu metode-metode yang
tepat untuk menyusun generalisasi dan metode-metode untuk rnenguji generalisasi
tersebut. Ada kalanya tidak sulit membuat generalisasi, yaitu cukup dengan satu atau
beberapa contoh saja, dengan mudah kita membuat generalisasi suatu golongan
barang. Misalnya guna mengetahui rasa air dalam suatu gelas cukup hanya merasakan
setetes saja. Tetapi di lain pada saat tertentu tidaklah semudah ini.
Kebanyakan generalisasi didasarkan pada pemeriksaan atas suatu sample dari
seluruh golongan yang diselidiki. Oleh karena itu, generalisasi juga biasa disebut induksi
tidak sempurna, tidak lengkap. Guna menghindari generalisasi yang terburu-buru,
Aristoteles berpendapat bahwasanya bentuk induksi semacam ini harus didasarkan
pada pemeriksaan atas seluruh fakta yang berhubungan. Tetapi seperti telah kita
katakana di depan, tujuan semacam itu jarang dapat kita capai. Ini karena kita sangat
jarang mempunyai waktu dan kesempatan untuk memeriksa seluruh hal-hal atau
peristiwa individual yang dapat kita masukkan pada generalisasi yang mutlak sempurna.
Kita harus mencari jalan yang lebih praktis guna membuat generalisasi yang sah.
Untuk menentukan generalisasi yang sehat, harus kita terapkan tiga buah cara
pengujian sebagai berikut:
a. Kita telah mempertimbangkan hal-hal atau kejadian-kejadian dari kelompok yang
diuji dalam jumlah secukupnya? Pengujian ini menimbulkan pertanyaan, apakah
yang disebut "dalam jumlah secukupnya". mengenai hal ini, memang tidak ada
jawaban yang sepenuhnya memuaskan. Dalam keadaan yang sesungguhnya jumlah
kasus yang tercakup dalam suatu generalisasi dapat berkisar antara 0 dan 100
persen, bergantung pada pokok persoalan yang dicakup. Menambah jumlah kasus
yang diuji, juga dapat menambah kemungkinan (probabilitas) sehatnya generalisasi.
Oleh karena itu, orang harus saksama dan kritis untuk menentukan apakah
generalisasi (mencapai kemungkinan probabilitas) dapat dipercaya.
Adapun salah satu bentuk generalisasi yang perlu dikaji adalah seperti: semua
orang laki-laki sama saja; orang yang masuk ke mesjid tidak mungkin jadi komunis;
barangsiapa memuji Marx adalah komunis; semua orang kaya kikir dan materialis.
Pernyataan-pernyataan semacam ini mudah dan cepat sekali beredar. Akan tetapi,
pemikir yang kritis akan selalu mendesak untuk mengujinya terlebih dahulu guna melihat
2015 Logika material Pusat Bahan Ajar dan eLearning
13 Masyhar, MA http://www.mercubuana.ac.id
adakah pernyataan-pernyataan semacam itu memiliki bukti faktualnya sebelum
menerimanya.
b. Adakah hal-hal atau kejadian-kejadian yang diuji merupakan sample yang cukup dari
seluruh kelompok yang dipertimbangkan? orang hendaknya melihat adakah sample
yang diselidiki cukup representatif mewakili kelompok yang diperiksa. Apabila tidak,
agak sulitlah untuk memperoleh hasil yang saksama.
c. Ada kekecualian dalam kesimpulan umum? Apabila ada kekecualian, apakah juga
diperhitungkan dan diperhatikan dalam membuat dan melancarkan generalisasi?
Apabila jumlah kekecualiannya banyak, kita tidak mungkin dapat membuat
generalisasi. Tetapi jika hanya terdapat beberapa kekecualian, kita masih dapat membuat
generalisasi, asalkan selalu waspada dan hati-hati untuk tidak menggunakan kata-kata
seperti: semua, setiap, tiap-tiap, dalam generalisasi. Kata-kata seperti itu hendaknya diganti
dengan istilah: pada umumnya, kebanyakan, menurut garis besarnya. Meskipun yang
terakhir ini akan mewujudkan generalisasi yang tidak sempurna, namun cukup merupakan
bentuk yang sehat dalam kejadian-kejadian praktis sehari-hari.
Kekeliruan dalam bentuk pemikiran ini adalah generalisasi tergesa gesa. Kekeliruan
ini terjadi karena membuat generalisasi jauh lebih luas dari pada dasar evidensi yang ada.
Generalisasi umum biasanya cenderung membuat kekeliruan ini. Contoh-contoh seperti itu
adalah: semua yang berambut merah buruk perangainya; semua wanita suka bertingkah;
semua laki-laki itu binatang; semua orang Spanyol berdarah panas. Kekeliruan ini juga
sering menggunakan istilah kebanyakan, seperti misalnya; Kebanyakan gadis cantik itu
bodoh.
Kekeliruan inilah yang sering terdapat dalam banyak keyakinan nasional, rasial, dan
religius kita. Dan, kebanyakan perselisihan-perselisihan kita yang bersumber dari kekeliruan
tersebut.
B. Analogi induktif
Pemikiran ini juga biasa disebut pemikiran melalui persamaan atau pemikiran melalui
analogi, atau disebut juga analogi logis. Pemikiran ini berangkat dari suatu kejadian khusus
ke suatu kejadian khusus lainnya yang semacam, dan menyimpulkan bahwasanya apa yang
benar pada yang satu juga akan benar pada yang lain. Misalnya:
Sartono sembuh dari pusing kepalanya karena minum obat ini, maka Siti juga akan
sembuh dari pusing kepalanya jika minum obat ini.
Guna menentukan sahnya pemikiran ini, kita harus mengujinya. Adakah dua barang
yang diperbandingkan itu benar-benar sama dalam ciri hakikinya (karakteristika esensial)
untuk dapat dihubungkam dengan kesimpulan? Adakah perbedaan yang serius antara
Pikiran adalah benda kodrat, maka berlaku juga hukum-hukum yang mengikat
semua benda kodrat, semua ada khusus (semua beings). Hukum-hukum tadi adalah
pangkalan yang tidak boleh ditinggalkan dan tidak dapat diabaikan. Prinsip-prinsip ini
disebut prinsip-prinsip formal, karena merupakan prinsip-prinsip yang menjamin
terlaksananya proses pemikiran dengan benar, baik dari jenis rasionalitas stricto sensu
maupun jenis rasionalitas lato sensu.
Prinsip-prinsip tersebut merupakan prinsip-prinsip dasar karena prinsip-prinsip
tersebut demikian bersahaja, mudah dan cepat dilihat. Dengan membandingkan suatu
benda dengan dirinya sendiri atau dengan membandingkan ada khusus dan bukan ada
khusus (being dengan non-being), dengan sangat mudah, kita dapat menemukan prinsip-
prinsip tersebut:
a. Prinsip identitas:
Prinsip ini merupakan dasar dari semua pemikiran. Artinya ialah pengakuan bahwa
benda ini adalah benda ini, dan bukan benda lain; bahwa benda itu adalah benda itu, dan
bukan benda lain. Dalam bahasa Latin dirumuskan: ens est quod est. A adalah A. Suatu
benda adalah benda itu sendiri. Setiap benda identik dengan dirinya sendiri. Prinsip ini
langsung, analitis, dan jelas dengan sendirinya.
Dalam logika prinsip ini berarti: bila sesuatu diakui, maka juga harus diakui semua
kesimpulan yang dibuat dari pengakuan tadi. Apabila orang sudah mengakui tentang suatu
F. Kekeliruan berpikir
Kekeliruan berfikir biasa disebut dengan fallacy yang berasal dari bahasa Yunani yang
berarti ‘sesat pikir’. Fallacy didefinisikan secara akademis sebagai kerancuan pikir yang
diakibatkan oleh ketidakdisiplinan pelaku nalar dalam menyusun data dan konsep, secara
sengaja maupun tidak sengaja. Hal ini juga bisa diterjemahkan dalam bahasa sederhana
sebagai berpikir ‘ngawur’.
Ada dua pelaku fallacy yang terkenal dalam sejarah filsafat, yaitu mereka yang
menganut Sofisme dan Paralogisme. Sofis adalah nama suatu kelompok cendekiawan yang
2015 Logika material Pusat Bahan Ajar dan eLearning
13 Masyhar, MA http://www.mercubuana.ac.id
mahir berpidato pada zaman Yunani kuno. Mereka melakukan sesat pikir dengan cara
sengaja menyesatkan orang lain, padahal si pengemuka pendapat yang diserang
sebenarnya justru tidak sesat pikir. Mereka selalu berusaha memengaruhi khalayak ramai
dengan argumentasi-argumentasi yang menyesatkan yang disampaikan melalui pidato-
pidato mereka agar terkesan kehebatan mereka sebagai orator-orator ulung. Umumnya
yang sengaja ber-fallacy adalah orang menyimpan tendensi pribadi. Sedangkan
paralogisme (berpikir ngawur) adalah orang yang tidak menyadari kekurangan dirinya atau
kurang bertanggungjawab terhadap setiap pendapat yang dikemukakannya.
Fallacy sangat efektif dan manjur untuk melakukan sejumlah aksi tak bermoral,
seperti mengubah opini publik, memutar balik fakta, pembodohan publik, fitnah, provokasi
sektarian, pembunuhan karakter, memecah belah, menghindari jerat hukum, dan meraih
kekuasaan dengan janji palsu. Secara sederhana kesesatan berpikir dapat dibedakan dalam
dua kategori, yaitu kesesatan formal dan kesesatan material.
Kesesatan formal adalah kesesatan yang dilakukan karena bentuk (forma) penalaran
yang tidak tepat atau tidak sahih. Kesesatan ini terjadi karena pelanggaran terhadap prinsip-
prinsip logika mengenai term dan proposisi dalam suatu argumen (hukum-hukum silogisme).
Kesesatan material adalah kesesatan yang terutama menyangkut isi (materi)
penalaran. Kesesatan ini dapat terjadi karena faktor bahasa (kesesatan bahasa) yang
menyebabkan kekeliruan dalam menarik kesimpulan, dan juga dapat terjadi karena memang
tidak adanya hubungan logis atau relevansi antara premis dan kesimpulannya (kesesatan
relevansi).
Berikut beberapa bentuk kekeliruan dalam Bahasa
a. Ekuivokasi, yakni pemakaian kata istilah yang sama dalam arti yang berlainan.
Contoh:
Semua burung memPunyai sayap
Parwati adalah burung
Jadi Parwati mempunyai sayap
Kata "burung" dipakai sebagai terminus medius dalam premis mayor dan premis
minor. Kesan kita terminus medius tersebar baik sehingga nampaknya argumen tersebut
benar. Tetapi arti "burung" sama sekali tidak sama dalam kedua premis tersebut.
Keterangan di atas dapat kita fahami sebagai berikut:
Semua burung dalam arti yang sebenarnya mempunyai sayap, setuju.
burung dalam arti metaforis mempunyai sayap, tidak setuju.
Parwati adalah burung dalam arti sebenarnya, tidak setuju
Parwati adalah burung dalam arti metaforis, setuju,
Daftar Pustaka