Anda di halaman 1dari 40

KEPOLISAN DAERAH SUMATERA UTARA

DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL


UMUM

OLEH

KOMPOL HARYANI, S. Sos., M. AP.


1. UU NO.2 tahun 2002 tentang KEPOLISIAN RI
2. Undang – Undang Nomor 21 tahun 2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.
3. Sprint Dir Reskrimum Nomor : Sprin/ 380/XI/2015 tanggal 15
Nofember 2015 tentang pembentukan Satgas Tindak Pidana
Perdagangan Orang.
UUPTPO (UU No 21 2007)
Undang Undang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

 PERDAGANGAN ORANG:
Tindakan perekrutan, pengangkutan,
penampungan, pengiriman, pemindahan atau
penerimaan seseorang dengan ancaman
kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan,
penyekapan, pemalsuan, penipuan,
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan,
pemjeratan utang atau memberi bayaran atau
manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari
orang yang memegang kendali atas orang lain
tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara
maupun antar negara, untuk tujuan eksploitasi
atau mengakibatkan orang tereksploitasi
PENANGANAN DAN PENCEGAHAN

 Melakukan sosialisasi ke masyarakat terutama


daerah pesisir
 Memperdayakan Babinkamtibmas
 Menempatkan personil di pos-pos penyebrangan
antar-lintas/perbatasan
 Melakukan patrol di daerah perbatasan
 Menggunakan media publikasi seperti poster,
baliho, spanduk, iklan, dll mengenai perdagangan
orang
PENGERTIAN PERDAGANGAN MANUSIA
UU RI no. 21 / 2007
dgn cara :
- SETIAP ORANG • Ancaman kekerasan
- KORPORASI
• Penggunaan kekerasan
• Penculikan
• Perekrutan • Penyekapan
• Pengangkutan manusia • Pemalsuan
• Penampungan • Penipuan
• Pengiriman • Penyalah-gunaan kekuasaan
• Pemindahan • Penyalah-gunaan posisi rentan
• Penerimaan • Penjeratan hutang
• Memberi bayaran / manfaat

untuk tujuan eksploitasi atau


mengakibatkan orang tereksploitasi.
SUBYEK / PELAKU TPPO
UU RI no. 21 / 2007

• Perekrut.
• Pengangkut. MATERIIL
- SETIAP ORANG • Penampung. MENDAPAT
• Pengirim. KEUNTUNGAN
IMMATERIIL
• Pemindah.
• Penerima.

Badan hukum
• Kumpulan orang.
- KORPORASI
• Kekayaan
terorganisasi. Bukan badan
hukum
Perekrutaan – Pengangkutan –Penampungan
- Pengiriman – Pemindahan –Penerimaan

Ancaman –Pemaksaan – Penculikan –


Penipuan – Kebohongan – Kecurangan –
Penyalahgunaan Kekusasaan

Prostitusi – Pornografi – Kekerasan /


Eksploitasi Seksual- Kerja Paksa/dgn Upah
yg tdk layak – Perbudakan/Praktek-praktek
lain serupa Perbudakan
Eksploitasi (Ps 1 bt 7 UU no. 21/2007) adalah tindakan:

meliputi :
- pelacuran,
- kerja atau pelayanan paksa,
- perbudakan, Secara
Dengan / tanpa
Persetujuan
- penindasan, melawan
- pemerasan, hukum
korban
- pemanfaatan fisik / seksual /
organ reproduksi,
- transplantasi organ.

untuk mendapatkan keuntungan


baik materiil maupun immateriil.
PERATURAN UU YANG TERKAIT
DGN TPPO
1. UU RI No. 1 tahun 1946 tentang KUHP
2. UU RI No. 6 tahun 2011 tentang Keimigrasian
3. UU RI No.35 tahun 2014 ttg Perubahan atas UU RI
No. 23 tahun 2002 ttg Perlindungan Anak
4. UU RI No.13 tahun 2003 ttg Ketenagakerjaan
5. UU RI No. 23 tahun 2004 ttg Penghapusan KDRT
6. UU RI No. 39 tahun 2004 ttg Penempatan dan Perlindungan
TKI di Luar Negeri
7. UU RI No. 21 tahun 2007 ttg Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang.
FAKTOR - FAKTOR PENDORONG
TERJADINYA TRAFFICKING
1. Trafficking merupakan bisnis (ilegal) yang
menguntungkan (keuntungan terbesar ketiga, setelah
perdagangan gelap senjata dan narkoba)
2. Kemiskinan & tuntutan ekonomi.
3. Kurangnya kesempatan kerja dan peluang usaha.
4. Pendidikan.
5. Ketidak tahuan akan hak & informasi.
6. Gaya Hidup dsb.
KELOMPOK RENTAN
( Kelompok yg sering jadi korban
perdagangan orang )

 Mereka yang berasal dari keluarga miskin


di desa/kota;
 Anak-anak putus sekolah;
 Anak korban KDRT;
 Buruh migran;
 Anak jalanan;
 Janda cerai krn pernikahan dini,
 Bayi.
MODUS OPERANDI

 Penipuan;
 Bujuk rayu;
 Jeratan utang,
 Jeratan jasa;
 Adopsi ilegal;
 Duta budaya/seni – entertainment;
 Penculikan; pemalsuan identitas.
RUANG LINGKUP TPPO

Perdagangan manusia untuk tujuan :


1. ADOPSI, JUAL ORGAN secara ILEGAL.

2. PROSTITUSI / PEMANFAATAN SEKSUAL.

3. PEMANFAATAN ORGAN REPRODUKSI secara ILEGAL.

4. PERBUDAKAN / KERJA PAKSA / PEMANFAATAN


TENAGA atau KEMAMPUAN secara ILEGAL.
MO SERING TERJADI
1. ADOPSI secara ILEGAL.
- Curi bayi di Klinik Persalinan.
- Curi anak / bayi melalui PRT. • LANGSUNG
- Penculikan anak. DIJUAL PEMBELI/
• VIA YAYASAN BAYI /
- Adopsi tanpa putusan PN. • SINDIKAT.

2. PROSTITUSI / PEMANFAATAN SEKSUAL.


- Dijanjikan kerja di kota besar dgn gaji menarik.
- Dipekerjakan di lokasisasi berselubung panti pijat /
spa / karaoke / panggilan.
- Awalnya tidak berdaya, selanjutnya “terlanjur”.
- Sindikat menyediakan tempat, juga mengambil ‘fee’
dari korban.
MODUS OPERANDI

3. PEMANFAATAN ORGAN REPRODUKSI secara ILEGAL.


a. Pria : - dijual sperma nya secara ilegal.
b. Wanita :- Pemanfaatan ASI secara ilegal.
- Pemanfaatan ovarium untuk pembuahan ilegal.
- Pemanfaatan rahim untuk pertumbuhan janin
secara ilegal.

4. PERBUDAKAN / KERJA PAKSA / PEMANFAATAN


TENAGA atau KEMAMPUAN secara ILEGAL.

a. Berkedok Yayasan Pembantu RT / out sourching di dlm neger


b. Berkedok TKI di luar negeri sebagai PRT / ABK, dsb.
Penjemputan dan
PEMPROPS Pemulangan Korban
U

1. IMIGRASI
Pengawasan pintu keluar
dan penerbitan Dokumen.
KERJASA
Penampungan dan
MA DGN pemulangan ke daerah
DINAS SOSIAL
INSTANSI
Pendataan TKI yang akan
BALAI
bekerja di LN
PELAYANAN
(BP2TKI)
Pendataan TKI yang
berada di LN

2. NCB INTERPOL
KERJASA DGN
KEPOLISIAN LIAISON
ASING OFFICERS (LO)
YG DI LUAR
NEGERI
- RS
- LSM
- PSIKOLOGI
- Shelter / Aman

SPKT

KEJAKSAAN KEHAKIMAN

KORBAN
- Datang sendiri
- Dibawa Keluarga
- Dibawa LSM

BAPAS
JALUR TRAFFICKING KE LN
 TEMPAT HIBURAN
(PSK,PEKERJA
REST, PENARI)
AGEN TDK SINDI  PERUSAHAAN
ILLEGAL PERANTARA RESMI -KAT  PERKEBUNAN
 NELAYAN

CARI,
KUMPULKAN, EKSPLOITASI
HIMPUN TK SEX
ILLEGAL, BUAT
DOKPAL & HUB
KONTAK PERSON
DI LUAR NEGERI

LEGAL

IJIN RESMI HUBUNGI


DARI PJTKI PEKERJA
LEGAL NEGARA SEX
PEMERINTAH TUJUAN

TRAFFICKIN
G
Bentuk-bentuk Eksploitasi di Luar Negeri
 Perempuan dan anak diperdagangkan untuk
dilacurkan dan eksploitasi seksual lainnya (termasuk
phaedopili); Prostitusi – dijalan, bar, rumah bordil,
tempat pijat; sauna, jasa perempuan panggilan;
 Buruh migran di perkebunan dan pabrik; Kerja paksa
– pertanian, perikanan, konstruksi, pabrik, restoran
 Pengantin pesanan (Singkawang - Kalbar);
 Pekerja rumah tangga; Penghambaan dalam Rumah
Tangga (PRT)
 Industri pornografi;
 Pengedaran obat terlarang dan penjualan organ tubuh;
 Isu adopsi lokal/internasional serta bentuk-bentuk
eksploitasi lainnya
Mekanisme pengiriman TKI ke LN

PJTKI
RESMI

KANTONG AGEN
SPONSOR / PJTKI
REKRUTM PTGS. LAP DI NEG. MAJIKAN
ILEGAL
EN TUJUAN
SPONSOR /
AGEN
LIAR

PRIBADI
Masalah CTKI sebelum berangkat

o Sakit / meninggal dunia.


o Mengundurkan diri. KOMPENSASI ?
o Pengguna bangkrut / membatalkan kontrak. ?

o Pemalsuan dokumen.
• Tidak ada job order.
• Pemalsuan identitas.
• Biaya penempatan melebihi ketentuan.
• CTKI tidak diasuransikan. PIDAN
A
o Di Penampungan
• Perlakuan tidak manusiawi / disekap.
• Pelecehan seksual.
• Pelatihan tidak sesuai ketentuan.
EKSPLOITASI ( yg dialami TKI di negara tujuan )

o Gaji tidak dibayar / dipotong diluar ketentuan


o Melebihi jam kerja, pekerjaan tdk sesuai PK.
o Perbudakan.
o Tidak boleh keluar rumah majikan / disekap.
o Dianiaya secara fisik atau “kecelakaan”. OVE DEPOR
o Pelecehan seksual / diperkosa / punya anak. R TASI
STAY
o Perampasan pasport.
o Tekanan psikis / diancam.
o Penempatan yg tidak manusiawi.
MELAKUK
o Ditransfer ke majikan / negara ke 3 / PHK. AN TINDAK
PIDANA
o Tidak mendapat layanan kesehatan yg layak.
M.O. REKRUTMEN & PENGIRIMAN TKI KE
LN
 Dijanjikan kerja di luar negeri dgn gaji menarik.
 Pemalsuan dokumen ( KTP, KK, Akte Lahir, Ijasah )
 Sistem kerja KORPORASI dgn “sel terputus”.
 Tanpa Kontrak Kerja / Kontrak Kerja tidak menjamin
Hak TKI / tidak mengikat majikan / agen LN.
 Ditempatkan / disekap di Penampungan Sementara sampai
berbulan-bulan.
 Pelatihan / BLK yg bersifat FORMALITAS / tidak berijin.
 Tes Kesehatan yg bersifat FORMALITAS.
 Perlindungan / fasilitasi oleh oknum.
 TKI ditakut-takuti Majikan / Agen di LN krn TELAH
MEMALSU IDENTITAS ( takut dilaporkan ke Polisi setempat
).
 PASPORT dipegang Majikan sampai OVER STAY, lalu
dilaporkan ke Polisi / Imigrasi untuk selanjutnya di Deportasi.
FAKTOR PENYEBAB EKSPLOITASI DI
NEGARA TUJUAN

o KONTRAK KERJA tidak menjamin HAK2 TKI, antara lain :


 Jumlah GAJI yg harus dibayar tiap bulan kpd. TKI.
 Jam kerja per hari.
 Hak libur dlm seminggu / cuti dlm setahun.
 Hak mendapat perlakuan (makan / minum / tempat tidur) yg layak.
 Hak mendapat pelayanan kesehatan yg memadai.
o KONTRAK KERJA tidak ditanda-tangani oleh PJTKI / Majikan / Agen di LN.

o TIDAK ADA KONTRAK KERJA.

o TKI ditakut-takuti Majikan / Agen di LN krn TELAH MEMALSU IDENTITAS


( takut dilaporkan ke Polisi setempat )
o PASPORT dipegang Majikan sampai OVER STAY, lalu dilaporkan ke Polisi
/ Imigrasi untuk selanjutnya di Deportasi.

o TKI tidak cukup terlatih / sakit-sakitan.


KENDALA DAN HAMBATAN

1. Sistem pendataan penduduk ( KTP, Akte Lahir, KK ) yg


masih rawan pemalsuan.
2. Sistem pendataan kependudukan belum online secara Nas.
3. Korban mencabut laporan / tuntutan.
4. TKI bermasalah langsung dipulangkan ke rumahnya
masing2 / sdh berangkat lagi ke LN.
5. PPTKIS sering berpindah alamat tanpa updating data kpd
instansi terkait.
6. Sistem sel terputus dari korporasi.
7. Korban tidak tahu identitas pelaku.
8. Pelaku lari ke LN.
9. Belum sama persepsi diantara APH dlm pembuktian kasus
TPPO.
RESTITUSI

27
Pengertian Restitusi :

RESTITUSI adalah pembayaran ganti kerugian yang


dibebankan kepada pelaku berdasarkan putusan pengadilan
yang berkekuatan hukum tetap atas kerugian materiil
dan/atau immateriil yang diderita korban atau ahli warisnya.
(pasal 1 angka 13 UU PTPPO)

Disamping UU PTPPO, pengertian restitusi diatur pula


menurut PP No. 3 Tahun 2002 Tentang Kompensasi, Restitusi
dan Rehabilitasi terhadap korban dan HAM berat berbunyi :

Restitusi adalah ganti kerugian yang diberikan kepada atau


keluarganya oleh pelaku atau pihak ketiga, dapat berupa
pengembalian harta milik, pembayaran ganti kerugian untuk
kehilangan atau penderitaan, atau penggantian biaya untuk
tindakkan tertentu
 Sehingga untuk dapat mengungkap terjadinya
TPPO pun korban harus memiliki keberanian
28
tersendiri dengan mengesampingkan kemungkinan
terjadinya ancaman terhadap dirinya dari kelompok
pelaku, perlakuan kurang manusiawi dari petugas
atau aparat penegak hukum yang seharusnya
melindungi korban yang tertimpa petaka dan
bahkan penderitaan batin yang akan terus
menyertainya. Sering pula terjadi pemeriksaan yang
justru memojokkan korban, dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang menyakitkan dan
melukai perasaan korban.
 Untuk memperhitungkan pemberian
29
ganti rugi immateriil tersebut tidaklah
mudah: salah satu caranya dengan
mendengar kesaksian dari saksi
ahli/psikolog atau saksi
pendamping/keluarga/Rohaniawan/teman
dekat atau petugas Unit Pelayanan
Perempuan dan Anak.
 Korban TPPO sudah mengalami

penderitaan luar biasa karena telah


kehilangan harga diri, dihinggapi
perasaan malu dan dan rendah diri .
Dalam kondisi demikian, mendapatkan ganti rugi
baik materiil maupun immateriil mungkin dapat
30
sedikit mengurangi penderitaannya. Oleh karena
itu para aparat penegak hukum dan petugas terkait
(diawali oleh Penyidik) pada waktu menerima
laporan terjadinya kasus TPPO (pasal 48
penjelasan), harus memberitahukan kepada
Pelapor/Saksi Korban TPPO akan hak-haknya
untuk mendapatkan ganti rugi baik materiil
dan/atau immaterial berupa Restitusi,
sebagaimana diatur dalam pasal 48 Undang-
Undang ini
Diharapkan Hakim dapat mempertimbangkan untuk
memutuskan secara profesional, ganti
rugi/RESTITUSI yang menjadi hak korban serta
31
melalui putusan Hakim, mewajibkan pelaku TPPO
untuk memberikan ganti rugi/Restitusi dimaksud
kepada korban

Mekanisme Pengajuan Restitusi

Permohonan ganti rugi berupa Restitusi dapat


diajukan oleh korban melalui 2 cara:
a. Korban mengajukan Restitusi sejak korban
melaporkan kasus pidana ke Polisi setempat
b. Korban dapat memohon Restitusi dengan cara
mengajukan sendiri gugatan perdata atas
kerugiannya ke Pengadilan Negeri setempat.
Pengajuan Permohonan Restitusi bersama Perkara Pidana
Di bawah ini akan dijelaskan peran Penyidik, Penuntut Umum
32 dan Hakim dalam menangani pengajuan Restitusi oleh korban
TPPO.
 PERAN PENYIDIK

Dalam ketentuan ini mekanisme pengajuan Restitusi


dilaksanakan sejak korban melaporkan kasus yang
dialaminya kepada Kepolisian Negara RI setempat dan
ditangani oleh Penyidik bersama dengan penanganan
tindak pidana yang dilakukan.
Peran penyidik diawali sejak korban melaporkan kasus
pidananya. Penyidik harus segera memberitahukan kepada
korban tentang bagaimana korban mendapatkan hak ganti rugi
dari pelaku, misalnya : bahwa korban harus mengumpulkan
bukti-bukti untuk dapat diajukan sebagai dasar mendapatkan
Restitusi (pengeluaran-pengeluaran, pengobatan berupa
kwitansi/bon). Bukti-bukti tersebut harus dilampirkan bersama
berkas perkaranya (penjelasan pasal 48 UUPTPPO).
Perbedaan
Tindak Pidana Perdagangan Orang –
Trafficking in Person
dengan
Penyelundupan Migran –
People Smuggling
Perbedaan Perdagangan Orang dan Penyelundupan Migran

Perihal Perdagangan OrangPenyelundupan


Manusia
Persetujuan / Korban tidak menyadari akan Orang yang
hubungan korban keseluruhan proses, atau apabila diselundupkan
dan pelaku dia menyadarinya, maka menayadari keseluruhan
seringkali dikarenakan proses, walaupun proses
penipuan, atau ancaman tersebut melibatkan
kekerasan kondisi berbahaya dan
sangat memprihatinkan
Tujuan Ekspolitasi, korban eksploitasi Berakhir di tempat
dapat berlangsung sejka korban tujuan sesuai dengan
berada dalam penampungan dan keinginan orang yang
terus berlangsung hingga diselundupkan
korban sampai di tempat tujuan
Lokasi (wilayah) Bisa terjadi di luar wilayah Kejahatan Lintas batas
negara, atau bisa juga terjado do negara
dalam suatu wilayah negara
Perbandingan UU PTPPO dengan UU Perlindungan Anak
UU PTPPO UU Perlindungan Anak
35
Ps 6 dan Ps 17 Ps 66 dan Ps 88 Ps 83
1. UU PTPPO mengatur 1. Tidak mengatur pengertian
1. Tidak mengatur pengertian
pengertian tentang tentang “Eksploitasi
tentang memperdangankan,
”Eksploitasi secara Ekonomi atau Seksual
menjual atau menculik anak
rinci anak”
2. Mengatur unsur-unsur 2. Tidak mengatur tentang 2. Tidak mengatur unsur-
Eksploitasi secara luas unsur-unsur secara rinci unsurnya dengan rinci
dan terinci tentang Eksploitasi atau
Seksual
3. Ada sanksi pemidanaan 3. Tidak ada sanksi 3. Ada sanksi pemidanaan
minimum, 3 th DAN pemidanaan minimum minimum 3 th DAN
denda Rp120 jt denda Rp 60 jt
4. Maksimum pemidanaan 4. Maksimum pemidanaan 4. Maksimum pemidanaan
penjara 15 th DAN penjara 10 th dan/ atau mencampai 15 th DAN denda
ditambah pidana denda denda Rp 200 jt (bersifat Rp 300 jt (bersifat kumulatif)
maksimum Rp 600 jt alternatif)
(bersifat kumulatif)
Perbandingan UU PTPPO dengan UU Perlindungan Anak
UU PTPPO UU Perlindungan Anak
Ps 6 dan Ps 17 Ps 66 dan Ps 88 Ps 83
36

5. Terhadap percobaan melakukan 5. Tindak pidana percobaan dalam 5. Idem pidana


TPPO, pasal 10 menjatuhkan percobaan
UU Perlindungan Anak berlaku
pidana sama dengan tidak diatur
KUHP pasal 53 yang
sebagaimana dimaksud dalam tersendiri
pemidanaannya dikurangkan
pasal 2, 3, 4, 5 dan 6 (pidana Pasal 53
1/3
utama) KUHP
6 Tidak ada pemberatan sanksi 6. Pemidanaan
6. Khusus untuk pasal 17 jika pidana, karena berlaku KUHP dikurangi 1/3
melakukan tindak pidana maka maksimum pemidanaan
sebagaimana dimaksud dalam utama bagi kejahatan justru di
pasal 2, 3 dan 4 dilakukan kurangkan 1/3 nya baik dilakukan
terhadap Anak maka ancaman oleh/ terhadap orang dewasa atau
pidananya ditambah 1/3 oleh/ terhadap anak
7. UU PTPPO salah satu undang- 7. Perlindungan khusus bagi korban 7.
undang yang sangat diatur dalam ps 64 (3)
memperhatikan perlindungan
terhadap korban anak atau
perempuan yang menjadi
sasaran TPPO
DATA KSS TRAFFICKING YG
DITANGANI SEJAJARAN POLDA SUMUT

JUMLAH KSS
WILAYAH
TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN
2018 2019 2020 2021(s/d
Oktober)
DIT RESKRIMUM 12 8 2 1
POLRESTABES MDN - - 2 -
DELI SERDANG - - - -
LANGKAT - - - -
BINJAI - - - -
ASAHAN - - - -
KP. 3 BELAWAN - - - -

SIMALUNGUN - - - -
BATUBARA - - - 1
JUMLAH 12 Kasus 8 Kasus 4 Kasus 2 Kasus
HAL KHUSUS UU TPPO
UU RI no. 21 / 2007

1. Bukan delik aduan.


2. Penyidik wajib beritahu & ajukan hak Restitusi kpd korban.
3. Tidak perlu buktikan niat pelaku untuk mengeksploitasi.
4. Sahnya alat bukti lain selain 184 KUHAP :
a. Informasi yg diucapkan/dikirim sec. elektronik / optik.
b. Data/rekaman/tulisan/suara/foto/video.
5. Keterangan 1 (satu) saksi korban saja bila disertai satu alat
bukti yg sah lainnya sdh cukup unt buktikan terdakwa
bersalah di pengadilan (psl 30).
3. Penyadapan telepon & alat komunikasi lain (Ps. 31)
4. Pemblokiran Harta Kekayaan
5. Kerahasiaan Identitas nama dan alamat korban.
6. Penyelenggara Negara yg salah guna wwn shg terjadi TPPO.
7. Subyeknya dpt korporasi ( pengurus nya ).
HAL KHUSUS UU TPPO
UU RI no. 21 / 2007

8. Percobaan TPPO sanksinya sama dgn telah terjadinya TPPO.


9. Orang yg cegah / rintangi / gagalkan sec. langsung / tdk
langsung suatu penyidikan TPPO, dapat dipidana maks 5
thn.
10. Orang yg bantu pelarian pelaku TPPO dgn cara:
Sembunyikan tsk, beri fasilitas, pinjamkan uang,
sembunyikan info keberadaan pelaku ; dapat dipidana maks.
5 thn penjara.
11. Penjatuhan pidana thd korporasi, dpt berupa :
a. Pidana penjara thd pengurusnya, dpt ditambah
b. Denda, dpt ditambah
c. Pidana tambahan, berupa :
- Pencabutan ijin.
- Perampasan harta hasil TPPO.
- Pemecatan pengurus.

Anda mungkin juga menyukai