Sifilis Kongenital
Rikianto
I4061191043
Keluhan Utama:
• Bayi lahir spontan dari ibu dengan riwayat sifilis dengan
riwayat pengobatan tidak jelas
Penyajian Kasus
Riwayat Penyakit Sekarang:
• Pada tanggal 18 Mei 2021 Ibu AY G3P2A0M0 dengan
usia kehamilan 39 minggu di rujuk dari Puskesmas ke
RSU Yarsi untuk menjalani persalinan. Pasien
melahirkan secara spontan di VK RSU Yarsi jam 09.30
WIB dengan sifilis yang riwayat pengobatannya tidak
jelas. Saat dilahirkan bayi menangis kuat dan tonus otot
baik, ketuban jernih, Apgar skor 8/9, terdapat ruam
kemerahan di palpebra sinistra. Karena keterbatasan
fasilitas Perinatologi di RSU Yarsi, bayi Ny. AY dirujuk ke
RS. Dr. Soedarso via IGD jam 16.05 WIB.
Penyajian Kasus
Riwayat Penyakit Sekarang:
• Pada usia kehamilan 2 bulan, pasien mengatakan terdapat
luka pada daerah kemaluan yang tidak nyeri dan sedikit gatal.
Menurut pasien keluhan tersebut baru pertama kali dirasakan.
Pasien tidak berobat ke pelayanan kesehatan karena merasa
tidak mengganggu. Pasien juga tidak rutin melakukan
kunjungan prenatal ke dokter saat usia kandungan <6 bulan
dan hanya berada di rumah selama waktu tersebut. Pada saat
usia kehamilan 6 bulan, pasien melakukan kontrol kehamilan
ke dokter dan pada saat tersebut dokter mencurigai bahwa
pasien mengalami sifilis. Pasien kemudian diarahkan
melakukan pemeriksaan sifilis ke puskesmas.
Penyajian Kasus
Riwayat Penyakit Sekarang:
• Pada tanggal 09 Maret 2021, didapatkan data
pemeriksaan serologi VDRL dan TPHA Ibu AY di
Puskesmas dengan hasil Reaktif. Dari hasil
pemeriksaan, pasien dikatakan mengalami sifilis dan
pasien disarankan ke Rumah Sakit untuk mendapat
terapi untuk penyakit tersebut. Setelah itu, pasien
mengatakan bahwa pasien ke RS mempawah untuk
berobat dan diberikan terapi obat yang diminum 2x
sehari selama 5 hari. Pasien mengatakan tidak ingat
nama obat yang diberikan.
Penyajian Kasus
Riwayat Penyakit Keluarga:
• Riwayat penyakit Ibu Sifilis, VDRL dan TPHA reaktif
(9-3-2021), riwayat pengobatan
yang tidak jelas, riwayat sakit gondok
dan sudah di OP, HT(-), DM(-)
Jantung
• Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : ictus cordis tidak teraba
• Perkusi : tidak di lakukan pemeriksaan
• Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Fisik
Abdomen
• Inspeksi : datar
• Auskultasi : bising usus (+) normal
• Palpasi : supel, lien dah hepar tidak teraba
• Perkusi : timpani di seluruh kuadran abdomen
18 Mei 2021 Pasien masuk Perinatologi via IGD jam 16.05 WIB. Pasien rujukan dari RSU
YARSI a/i sifilis kongenital, bayi laki-laki lahir spontan jam 09.30 WIB dari ibu
G3P2A0M0 hamil 39 minggu dengan sifilis dengan riwayat pengobatan tidak jelas,
ketuban jernih, A/S = 8/9, terdapat lesi di palpebral sinistra
KU = Lemah, Kes = CM, bayi menangis kuat, tonus otot baik.
Terapi yang diberikan:
IFVD D10% 10 cc/jam
Inj. Vit K1 1 mg (IM)
Salep kloramfenikol untuk mata
Rawat tali pusat
PASI 8 x 25 cc
Rencana Pemberian Penicilin Prokain 50.000 unit/KgBB/dosis (IM)
Rencana Pemeriksaan Serologi VDRL dan TPHA
Follow-up
19 Mei 2021 S: Bayi gerak aktif, menangis kuat, minum ASI adekuat, reflek menghisap
menelan baik, BAB(+), BAK(+), Lesi merah di palpebral sinistra (+)
O: KU=lemah, Kes=CM, BB=2685 gr, PB=48 cm, LK=33 cm, HR=142x/m,
RR=42x/m, T=36,5 C, SpO2= 98%
A: Neonatus BBLC+CB+SMK+Spontan dengan Sifilis Kongenital
P:
IVFD D10% 10 cc/jam
PASI 8 x 25 cc
Inj. Ampicilin 4 x 135 mg
Follow-up
20 Mei 2021 S: Bayi gerak aktif, menangis kuat, minum ASI adekuat, BAB(+), BAK(+), Lesi
merah di palpebral (+/+)
O: KU=lemah, Kes=CM, BB=2660 gr, HR=146x/m, RR=44x/m, T=36,7 C, SpO2=
97%
A: Neonatus BBLC+CB+SMK+Spontan dengan Sifilis Kongenital
P:
IVFD D10% 10 cc/jam
PASI 8 x 25 cc
Inj. Ampicilin 4 x 135 mg
Rencana Tes alergi Penisilin Prokain (PP) , jika tidak alergi berikan terapi
PP (50.000 unit/KgBB/dosis (IM)
Follow-up
21 Mei 2021 S: Bayi gerak aktif, menangis kuat, minum ASI adekuat, BAB(+), BAK(+),
Ruam merah di palpebral (-/+) dan ruam di dahi (+), ikterik (Kramer III)
O: KU=lemah, Kes=CM, BB=2660 gr, HR=148x/m, RR=46x/m, T=36,5 C,
SpO2= 98%
A: Neonatus BBLC+CB+SMK+Spontan dengan Sifilis Kongenital
Ikterus Neonatorum
P:
IVFD D10% 10 cc/jam
PASI 8 x 25 cc- 30cc
Inj. Ampicilin 4 x 135 mg
Penicilin Prokain 50.000 unit/KgBB/dosis (IM) 135 mg 0,45 cc
selama 10 hari
Follow-up
22 Mei 2021 S: Bayi gerak aktif, menangis kuat, minum ASI adekuat, BAB(+), BAK(+),
Ruam merah di palpebral (-/+) dan ruam di dahi (+), ikterik (Kramer III)
O: KU=lemah, Kes=CM, HR=152x/m, RR=44x/m, T=36,7 C, SpO2= 98%
A: Neonatus BBLC+CB+SMK+Spontan dengan Sifilis Kongenital
Ikterus Neonatorum
P:
IVFD D10% 10 cc/jam
PASI 8 x 30cc
Inj. Ampicilin 4 x 135 mg
Penicilin Prokain 50.000 unit/KgBB/dosis (IM) 135 mg 0,45 cc Hari ke-
2
Follow-up
24 Mei 2021 S: Bayi gerak aktif, menangis kuat, minum ASI adekuat, BAB(+), BAK(+),
Ruam merah di palpebral (-/+) dan ruam di dahi (+), ikterik (Kramer III)
O: KU=lemah, Kes=CM, HR=128x/m, RR=45x/m, T=37 C, SpO2= 98%
A: Neonatus BBLC+CB+SMK+Spontan dengan Sifilis Kongenital
Ikterus Neonatorum
P:
PASI 8 x 30cc
Inj. Ampicilin 4 x 135 mg
Penicilin Prokain 50.000 unit/KgBB/dosis (IM) 135 mg 0,45 cc Hari
ke-4
Rencana cek bilirubin total dan bilirubin direk
Hasil Tes VDRL Non-reaktif (24-05-2021)
Hasil Tes TPHA Non- reaktif (24-05-2021)
Follow-up
25 Mei 2021 S: Bayi gerak aktif, menangis kuat, minum ASI adekuat, BAB(+), BAK(+),
Ruam merah di palpebral (-/+) dan ruam di dahi (+), ikterik (Kramer III), ruam
merah diseluruh badan (+)eritema neonatorum toksikum
O: KU=lemah, Kes=CM, HR=124x/m, RR=44x/m, T=36,6 C, SpO2= 98%
A: Neonatus BBLC+CB+SMK+Spontan dengan Sifilis Kongenital
Ikterus Neonatorum
P:
PASI 8 x 30cc-35cc
Penicilin Prokain 50.000 unit/KgBB/dosis (IM) 135 mg 0,45 cc Hari ke-
5
Follow-up
27 Mei 2021 S: Bayi gerak aktif, menangis kuat, minum ASI adekuat, BAB(+), BAK(+),
Ruam merah di palpebral (-/+) dan ruam di dahi (+), ikterik (Kramer III),
ruam merah diseluruh badan (+)eritema neonatorum toksikum
O: KU=lemah, Kes=CM, HR=126x/m, RR=48x/m, T=36,6 C, SpO2= 98%
A: Neonatus BBLC+CB+SMK+Spontan dengan Sifilis Kongenital
Ikterus Neonatorum
P:
PASI 8 x 30cc-35cc
Penicilin Prokain 50.000 unit/KgBB/dosis (IM) 135 mg 0,45 cc Hari
ke-7
Follow-up
28 Mei 2021 S: Bayi gerak aktif, menangis kuat, minum ASI adekuat, BAB(+), BAK(+),
Ruam merah di palpebral (-/+) dan ruam di dahi (+), ikterik (Kramer IV)
O: KU=lemah, Kes=CM, HR=120x/m, RR=45x/m, T=36,6 C, SpO2= 98%
A: Neonatus BBLC+CB+SMK+Spontan dengan Sifilis Kongenital
Ikterus Neonatorum
P:
PASI 8 x 30cc-35cc
Penicilin Prokain 50.000 unit/KgBB/dosis (IM) 135 mg 0,45 cc Hari
ke-8
Follow-up
29 Mei 2021 S: Bayi gerak aktif, menangis kuat, minum ASI adekuat, BAB(+), BAK(+),
Ruam merah di palpebral (-/+) dan ruam di dahi (+), ikterik (Kramer IV)
O: KU=lemah, Kes=CM, HR=120x/m, RR=45x/m, T=36,7 C, SpO2= 98%
A: Neonatus BBLC+CB+SMK+Spontan dengan Sifilis Kongenital
Ikterus Neonatorum
P:
PASI 8 x 30cc-35cc
Penicilin Prokain 50.000 unit/KgBB/dosis (IM) 135 mg 0,45 cc Hari
ke-9
Follow-up
31 Mei 2021 S: Bayi gerak aktif, menangis kuat, minum ASI adekuat, BAB(+), BAK(+),
Ruam merah di palpebral (-/+) dan ruam di dahi (+)
O: KU=Baik, Kes=CM,BB=2845gr, HR=120x/m, RR=43x/m, T=36,9 C,
SpO2= 98%
A: Neonatus BBLC+CB+SMK+Spontan dengan Sifilis Kongenital
P:
PASI 8 x 30cc-35cc
TINJAUAN PUSTAKA
SIFILIS KONGENITAL
Definisi
• Sifilis kongenital adalah penyakit sifilis yang diderita bayi
dengan manifestasi klinis sifilis kongenital; atau
ditemukannya Treponema pallidum pada lesi, plasenta,
tali pusat atau otopsi jaringan; atau bayi yang dilahirkan
oleh ibu penderita sifilis yang belum mendapat
pengobatan atau telah mendapat pengobatan namun
tidak adekuat sebelum atau selama kehamilan, atau ibu
yang telah mendapat terapi penisilin tetapi tidak
menunjukkan respons serologi; atau ditemukannya salah
satu dari hal berikut, yaitu pemeriksaan radiologi tulang
panjang dan/atau cairan serebrospinal yang sesuai
gambaran sifilis kongenital.
Epidemiologi
• Sejak tahun 1980, di Amerika Serikat terdapat
peningkatan yang pesat jumlah kasus sifilis primer dan
sekunder dan mencapai puncaknya pada tahun 1990
yaitu 20,3 kasus per 100.000 populasi. Namun kemudian
terjadi penurunan jumlah kasus sifilis primer dan
sekunder mencapai 3,2 kasus per 100.000 populasi pada
tahun 1997.
• Faktor risiko yang berhubungan dengan sifilis maternal
adalah usia muda, sosial ekonomi rendah, kurangnya
pemeriksaan selama kehamilan yang adekuat, pernah
menderita penyakit menular seksual, perilaku seksual
tinggi dan pemakai obat narkotika.
Etiologi
• Penyebab sifilis adalah bakteri Treponema Pallidum.
Treponema berasal dari bahasa Yunani yang berarti
benang yang terpuntir. Panjang mikro-organisme ini 5-20
mm dan diameternya 0,092-0,5 mm.
Manifestasi Klinis
• Stadium dini 2 tahun pertama kehidupan
• Stadium lanjut >2 tahun
• 2/3 bayi Asimtomatik jika tidak diobati, gejala akan
muncul dalam beberapa minggu atau bulan
• Hepatosplenomegali
• Ikterik yang menetap
• Peningkatan enzim hati
• Limfadenopati difus dan sembuh dengan sendirinya
Manifestasi Klinis
• Kelainan kulit eritematosa makulopapular, lesi bula
diikuti oleh deskuamasi pada telapak tangan dan kaki.
• Lesi kondiloma
• Rhinitis
• Osteokondritis nyeri malas menggerakkan
tungkainya Pseudoparalisis Parrot
• kelainan susunan saraf pusat
• Gagal tumbuh
• Korioretinitis
• Nefritis
Manifestasi Klinis
• Sindrom nefrotik juga dapat ditemukan
• Manifestasi terkait ginjal hipertensi, hematuria, proteinuria,
hipoproteinemia, hiperkolesterolemia akibat deposit kompleks
imun di glomerulus
• Perubahan tulang akibat periostitis yang menetap atau berulang dan
berhubungan dengan penebalan tulang dapat berupa frontal
boosing, penebalan sternoklavikula yang unilateral atau bilateral,
bagian tengah tibia yang melengkung ke depan (Saber Shin), dan
scapula skapoid. Kelainan hidung berupa saddle nose akibat rhinitis
yang menghancurkan tulang sekitarnya. Manifestasi stadium lanjut
dapat berupa keratitis interstisialis yang unilateral atau bilateral
dengan gejala fotopobi dan lakrimasi, diikuti opaksifikasi kornea
yang mengakibatkan kebutaan pada beberapa minggu sampai
dengan beberapa bulan
Diagnosis
• Diagnosis sifilis kongenital ditegakkan berdasarkan
anamnesis riwayat ibu yang menderita sifilis tanpa
pengobatan yang adekuat, atau uji serologis positif, atau
pada pemeriksaan mikroskop lapangan pandang gelap
ditemukan bakteri Treponema Pallidum dalam cairan
tubuh.
Diagnosis
• Laboratorium darah tepi pada sifilis kongenital
menunjukkan kelainan berupa anemia, monositosis, dan
trombositopenia.3,4 Pemeriksaan serologi dapat dilakukan
dengan metode deteksi langsung dengan baku emas
pemeriksaan rabbit infectivity test (RIT). Uji serologi non-
treponema untuk skrining seperti uji Venereal Disease
Research Laboratory (VDRL), Rapid Plasma Reagen (RPR)
yang memiliki sensitivitas 70-100% dan spesifisitas 97-99%,
serta ujia serologi untuk konfirmasi yaitu Treponema
Pallidum Hemagglutination Assay (TPHA), Fluorescent
Treponemal Antibody Absorption (FTA-Abs) yang memiliki
sensitivitas sebesar 76-100% dan spesifisitas 97-99%.
Pemeriksaan Serologi
Terapi sifilis
Tatalaksana
Komplikasi
• Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit sifilis adalah
neurosifilis. Neurosifilis terjadi pada kurang lebih 60% bayi
yang menderita sifilis kongenital. Hal ini ditandai dengan uji
VDRL dari bahan CSS (+), pleositosis, dan peningkatan
protein.