Anda di halaman 1dari 63

Laporan Kasus

Sifilis Kongenital
Rikianto
I4061191043

Pembimbing : dr. Muhammad Budi Nugroho, Sp.A


Penyajian Kasus
Identitas:
• Nama : By. Ny. AY
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Usia : 22 jam
• Agama : Islam
• Alamat : Jl. Raya Sungai Bakau Besar
• Tanggal Lahir : 18 Mei 2021
• Urutan anak : 3 dari 3 bersaudara
• Tanggal MRS : 18 Mei 2021
• Tanggal KRS : 01 Juni 2021
Penyajian Kasus
• Nama : Ny. AY • Nama : Tn. I
• Usia : 38 tahun • Usia : 38 tahun
• Pendidikan : SD • Pendidikan : SMP
• Pekerjaan : IRT • Pekerjaan : Nelayan
Penyajian Kasus
Anamnesis:
• Anamnesis dilakukan secara Alloanamnesis dengan
bapak dan ibu pasien via telepon pada tanggal 04 Juni
2021 dan di dukung dengan catatan medis pasien.

Keluhan Utama:
• Bayi lahir spontan dari ibu dengan riwayat sifilis dengan
riwayat pengobatan tidak jelas
Penyajian Kasus
Riwayat Penyakit Sekarang:
• Pada tanggal 18 Mei 2021 Ibu AY G3P2A0M0 dengan
usia kehamilan 39 minggu di rujuk dari Puskesmas ke
RSU Yarsi untuk menjalani persalinan. Pasien
melahirkan secara spontan di VK RSU Yarsi jam 09.30
WIB dengan sifilis yang riwayat pengobatannya tidak
jelas. Saat dilahirkan bayi menangis kuat dan tonus otot
baik, ketuban jernih, Apgar skor 8/9, terdapat ruam
kemerahan di palpebra sinistra. Karena keterbatasan
fasilitas Perinatologi di RSU Yarsi, bayi Ny. AY dirujuk ke
RS. Dr. Soedarso via IGD jam 16.05 WIB.
Penyajian Kasus
Riwayat Penyakit Sekarang:
• Pada usia kehamilan 2 bulan, pasien mengatakan terdapat
luka pada daerah kemaluan yang tidak nyeri dan sedikit gatal.
Menurut pasien keluhan tersebut baru pertama kali dirasakan.
Pasien tidak berobat ke pelayanan kesehatan karena merasa
tidak mengganggu. Pasien juga tidak rutin melakukan
kunjungan prenatal ke dokter saat usia kandungan <6 bulan
dan hanya berada di rumah selama waktu tersebut. Pada saat
usia kehamilan 6 bulan, pasien melakukan kontrol kehamilan
ke dokter dan pada saat tersebut dokter mencurigai bahwa
pasien mengalami sifilis. Pasien kemudian diarahkan
melakukan pemeriksaan sifilis ke puskesmas.
Penyajian Kasus
Riwayat Penyakit Sekarang:
• Pada tanggal 09 Maret 2021, didapatkan data
pemeriksaan serologi VDRL dan TPHA Ibu AY di
Puskesmas dengan hasil Reaktif. Dari hasil
pemeriksaan, pasien dikatakan mengalami sifilis dan
pasien disarankan ke Rumah Sakit untuk mendapat
terapi untuk penyakit tersebut. Setelah itu, pasien
mengatakan bahwa pasien ke RS mempawah untuk
berobat dan diberikan terapi obat yang diminum 2x
sehari selama 5 hari. Pasien mengatakan tidak ingat
nama obat yang diberikan.
Penyajian Kasus
Riwayat Penyakit Keluarga:
• Riwayat penyakit Ibu Sifilis, VDRL dan TPHA reaktif
(9-3-2021), riwayat pengobatan
yang tidak jelas, riwayat sakit gondok
dan sudah di OP, HT(-), DM(-)

• Riwayat Penyakit Ayah HT(-), DM(-), riwayat penyakit


sifilis tidak diketahui karena
belum pernah melakukan pemeriksaan
sifilis
Penyajian Kasus
Riwayat Penyakit Keluarga:
• Anak ke-1 dan ke-2 tidak memilki keluhan yang sama
dengan pasien

• Saudara Ibu pasien  tidak memiliki riwayat sifilis

• Orang tua ayah dan ibu pasien tidak memilki riwayat


sifilis, belum pernah
melakukan pemeriksaan sifilis
Penyajian Kasus
• Genogram
Penyajian Kasus
Riwayat Kehamilan dan Persalinan:
• Ibu pasien mengatakan memeriksakan kehamilannya sekitar 4 x
dari usia kehamilan diatas 6 bulan hingga melahirkan yaitu
sebanyak 2x di puskesmas dan 2x dengan bidan yang datang
kerumah. Selama 6 bulan sebelumnya pasien hanya berada di
rumah.

• Ibu pasien melahirkan secara spontan di ruang VK RSU Yarsi


pada tanggal 18 Mei 2021 jam 09.30 WIB. Pasien kemudian di
rujuk pada tanggal 18 Mei 2021 jam 16.05 WIB ke RS. Dr.
Soedarso via IGD dengan alasan memerlukan ruang
perinatologi dan untuk mendapat perawatan untuk bayi dengan
sifilis kongenital.
Penyajian Kasus
Riwayat Sosial Ekonomi:
• Ayah pasien bekerja sebagai nelayan dan ibu pasien
adalah Ibu Rumah Tangga (IRT). Ibu pasien tinggal
berempat dengan Tn. I dan kedua anaknya yang berusia
11 tahun dan 5 tahun.
Pemeriksaan Fisik
• Bayi laki-laki, berusia 22 jam, berat badan lahir 2700
gram, panjang badan lahir 48 cm, lingkar kepala 33 cm.

• KU: tampak lemah


• HR: 142 x/m
• RR: 42 x/m
• Suhu: 36,5 ◦C
• SpO2: 98%
• Berat badan : 2650 gr (19-05-2021)
Pemeriksaan Fisik
• Kepala :Ubun-ubun besar cekung (-), teraba
datar, sutura belum menutup,
cephalhematom(-), caput (-)
• Mata : CA (-/-), SI(-/-) ruam di palpebral
(-/+)
• Telinga : Low set ears (-/-), terbentuk
sempurna, kembali sempurna setelah ditekuk
• Hidung : Bentuk normal, tidak ada deformitas,
sekret (-)
• Mulut : sianosis (-), mukosa bibir basah, reflek
menghisap(+)
Pemeriksaan Fisik
Paru
• Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (-)
• Palpasi : nyeri tekan (-)
• Perkusi : tidak di lakukan pemeriksaan
• Auskultasi : SND vesikuler(+/+), ronkhi(-/-), wheezing(-/-)

Jantung
• Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : ictus cordis tidak teraba
• Perkusi : tidak di lakukan pemeriksaan
• Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Fisik
Abdomen 
• Inspeksi : datar 
• Auskultasi : bising usus (+) normal
• Palpasi : supel, lien dah hepar tidak teraba
• Perkusi : timpani di seluruh kuadran abdomen

• Umbilicus :masih ada, tampak kering, tidak ada


tanda infeksi
• Genitalia dan anorectal: Jenis kelamin laki-laki, anus (+)
• Ekstermitas : jari lengkap, akral hangat,
sianosis(-), CRT <2 detik
Pemeriksaan Fisik
Reflek primitif

• Reflek hisap : (+)


• Reflek rooting : (+)
• Reflek moro : (+)
• Reflek palmar grasp : (+)
• Reflek plantar grasp : (+)
PBL = 48 cm  antara persentil 50th dan persentil 15th
Berat Badan Lahir = 2700 gr  berada di antara persentil 0 dan -2
Lingkar Kepala = 33 cm  Normosefal (antara +2SD dan -2SD)
Pemeriksaan penunjang
• Laboratorium (18-05-2021)
Pemeriksaan penunjang
• Babygram (18-05-2021)
• Kesan: tak tampak
kelainan pada foto
babygram.
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis
• Neonatus BBLC + CB + SMK + Spontan dengan Sifilis
Kongenital
Tatalaksana
• IVFD D10% 10 cc/jam
• Inj. Ampicillin 4 x 135 mg
• PASI 8 x 25 cc
Prognosis
• Ad vitam : dubia ad bonam
• Ad functionam : dubia ad bonam
• Ad sanactionam : dubia ad bonam
Follow-up
Tanggal Follow Up

18 Mei 2021 Pasien masuk Perinatologi via IGD jam 16.05 WIB. Pasien rujukan dari RSU
YARSI a/i sifilis kongenital, bayi laki-laki lahir spontan jam 09.30 WIB dari ibu
G3P2A0M0 hamil 39 minggu dengan sifilis dengan riwayat pengobatan tidak jelas,
ketuban jernih, A/S = 8/9, terdapat lesi di palpebral sinistra
KU = Lemah, Kes = CM, bayi menangis kuat, tonus otot baik.
 
Terapi yang diberikan:
 IFVD D10% 10 cc/jam
 Inj. Vit K1 1 mg (IM)
 Salep kloramfenikol untuk mata
 Rawat tali pusat
 PASI 8 x 25 cc
 Rencana Pemberian Penicilin Prokain 50.000 unit/KgBB/dosis (IM)
 Rencana Pemeriksaan Serologi VDRL dan TPHA
Follow-up
19 Mei 2021 S: Bayi gerak aktif, menangis kuat, minum ASI adekuat, reflek menghisap
menelan baik, BAB(+), BAK(+), Lesi merah di palpebral sinistra (+)
O: KU=lemah, Kes=CM, BB=2685 gr, PB=48 cm, LK=33 cm, HR=142x/m,
RR=42x/m, T=36,5 C, SpO2= 98%
A: Neonatus BBLC+CB+SMK+Spontan dengan Sifilis Kongenital
P:
 IVFD D10% 10 cc/jam
 PASI 8 x 25 cc
 Inj. Ampicilin 4 x 135 mg
 
Follow-up
20 Mei 2021 S: Bayi gerak aktif, menangis kuat, minum ASI adekuat, BAB(+), BAK(+), Lesi
merah di palpebral (+/+)
O: KU=lemah, Kes=CM, BB=2660 gr, HR=146x/m, RR=44x/m, T=36,7 C, SpO2=
97%
A: Neonatus BBLC+CB+SMK+Spontan dengan Sifilis Kongenital
P:
 IVFD D10% 10 cc/jam
 PASI 8 x 25 cc
 Inj. Ampicilin 4 x 135 mg
 Rencana Tes alergi Penisilin Prokain (PP) , jika tidak alergi berikan terapi
PP (50.000 unit/KgBB/dosis (IM)
 
Follow-up
21 Mei 2021 S: Bayi gerak aktif, menangis kuat, minum ASI adekuat, BAB(+), BAK(+),
Ruam merah di palpebral (-/+) dan ruam di dahi (+), ikterik (Kramer III)
O: KU=lemah, Kes=CM, BB=2660 gr, HR=148x/m, RR=46x/m, T=36,5 C,
SpO2= 98%
 
A: Neonatus BBLC+CB+SMK+Spontan dengan Sifilis Kongenital
Ikterus Neonatorum
P:
 IVFD D10% 10 cc/jam
 PASI 8 x 25 cc- 30cc
 Inj. Ampicilin 4 x 135 mg
 Penicilin Prokain 50.000 unit/KgBB/dosis (IM) 135 mg 0,45 cc
selama 10 hari
 
 
Follow-up
22 Mei 2021 S: Bayi gerak aktif, menangis kuat, minum ASI adekuat, BAB(+), BAK(+),
Ruam merah di palpebral (-/+) dan ruam di dahi (+), ikterik (Kramer III)
O: KU=lemah, Kes=CM, HR=152x/m, RR=44x/m, T=36,7 C, SpO2= 98%
 
A: Neonatus BBLC+CB+SMK+Spontan dengan Sifilis Kongenital
Ikterus Neonatorum
P:
 IVFD D10% 10 cc/jam
 PASI 8 x 30cc
 Inj. Ampicilin 4 x 135 mg
 Penicilin Prokain 50.000 unit/KgBB/dosis (IM) 135 mg 0,45 cc Hari ke-
2
 
Follow-up
24 Mei 2021 S: Bayi gerak aktif, menangis kuat, minum ASI adekuat, BAB(+), BAK(+),
Ruam merah di palpebral (-/+) dan ruam di dahi (+), ikterik (Kramer III)
O: KU=lemah, Kes=CM, HR=128x/m, RR=45x/m, T=37 C, SpO2= 98%
 
A: Neonatus BBLC+CB+SMK+Spontan dengan Sifilis Kongenital
Ikterus Neonatorum
P:
 PASI 8 x 30cc
 Inj. Ampicilin 4 x 135 mg
 Penicilin Prokain 50.000 unit/KgBB/dosis (IM) 135 mg 0,45 cc Hari
ke-4
 Rencana cek bilirubin total dan bilirubin direk
 Hasil Tes VDRL  Non-reaktif (24-05-2021)
 Hasil Tes TPHA  Non- reaktif (24-05-2021)
  
 
Follow-up
25 Mei 2021 S: Bayi gerak aktif, menangis kuat, minum ASI adekuat, BAB(+), BAK(+),
Ruam merah di palpebral (-/+) dan ruam di dahi (+), ikterik (Kramer III), ruam
merah diseluruh badan (+)eritema neonatorum toksikum
O: KU=lemah, Kes=CM, HR=124x/m, RR=44x/m, T=36,6 C, SpO2= 98%
 
A: Neonatus BBLC+CB+SMK+Spontan dengan Sifilis Kongenital
Ikterus Neonatorum
P:
 PASI 8 x 30cc-35cc
 Penicilin Prokain 50.000 unit/KgBB/dosis (IM) 135 mg 0,45 cc Hari ke-
5
 
Follow-up
27 Mei 2021 S: Bayi gerak aktif, menangis kuat, minum ASI adekuat, BAB(+), BAK(+),
Ruam merah di palpebral (-/+) dan ruam di dahi (+), ikterik (Kramer III),
ruam merah diseluruh badan (+)eritema neonatorum toksikum
O: KU=lemah, Kes=CM, HR=126x/m, RR=48x/m, T=36,6 C, SpO2= 98%
 
A: Neonatus BBLC+CB+SMK+Spontan dengan Sifilis Kongenital
Ikterus Neonatorum
P:
 PASI 8 x 30cc-35cc
 Penicilin Prokain 50.000 unit/KgBB/dosis (IM) 135 mg 0,45 cc Hari
ke-7
 
Follow-up
28 Mei 2021 S: Bayi gerak aktif, menangis kuat, minum ASI adekuat, BAB(+), BAK(+),
Ruam merah di palpebral (-/+) dan ruam di dahi (+), ikterik (Kramer IV)
O: KU=lemah, Kes=CM, HR=120x/m, RR=45x/m, T=36,6 C, SpO2= 98%
 
A: Neonatus BBLC+CB+SMK+Spontan dengan Sifilis Kongenital
Ikterus Neonatorum
P:
 PASI 8 x 30cc-35cc
 Penicilin Prokain 50.000 unit/KgBB/dosis (IM) 135 mg 0,45 cc Hari
ke-8
 
Follow-up
29 Mei 2021 S: Bayi gerak aktif, menangis kuat, minum ASI adekuat, BAB(+), BAK(+),
Ruam merah di palpebral (-/+) dan ruam di dahi (+), ikterik (Kramer IV)
O: KU=lemah, Kes=CM, HR=120x/m, RR=45x/m, T=36,7 C, SpO2= 98%
 
A: Neonatus BBLC+CB+SMK+Spontan dengan Sifilis Kongenital
Ikterus Neonatorum
P:
 PASI 8 x 30cc-35cc
 Penicilin Prokain 50.000 unit/KgBB/dosis (IM) 135 mg 0,45 cc Hari
ke-9
 
Follow-up
31 Mei 2021 S: Bayi gerak aktif, menangis kuat, minum ASI adekuat, BAB(+), BAK(+),
Ruam merah di palpebral (-/+) dan ruam di dahi (+)
O: KU=Baik, Kes=CM,BB=2845gr, HR=120x/m, RR=43x/m, T=36,9 C,
SpO2= 98%
 
A: Neonatus BBLC+CB+SMK+Spontan dengan Sifilis Kongenital

P:
 PASI 8 x 30cc-35cc
 
TINJAUAN PUSTAKA
SIFILIS KONGENITAL
Definisi
• Sifilis kongenital adalah penyakit sifilis yang diderita bayi
dengan manifestasi klinis sifilis kongenital; atau
ditemukannya Treponema pallidum pada lesi, plasenta,
tali pusat atau otopsi jaringan; atau bayi yang dilahirkan
oleh ibu penderita sifilis yang belum mendapat
pengobatan atau telah mendapat pengobatan namun
tidak adekuat sebelum atau selama kehamilan, atau ibu
yang telah mendapat terapi penisilin tetapi tidak
menunjukkan respons serologi; atau ditemukannya salah
satu dari hal berikut, yaitu pemeriksaan radiologi tulang
panjang dan/atau cairan serebrospinal yang sesuai
gambaran sifilis kongenital.
Epidemiologi
• Sejak tahun 1980, di Amerika Serikat terdapat
peningkatan yang pesat jumlah kasus sifilis primer dan
sekunder dan mencapai puncaknya pada tahun 1990
yaitu 20,3 kasus per 100.000 populasi. Namun kemudian
terjadi penurunan jumlah kasus sifilis primer dan
sekunder mencapai 3,2 kasus per 100.000 populasi pada
tahun 1997.
• Faktor risiko yang berhubungan dengan sifilis maternal
adalah usia muda, sosial ekonomi rendah, kurangnya
pemeriksaan selama kehamilan yang adekuat, pernah
menderita penyakit menular seksual, perilaku seksual
tinggi dan pemakai obat narkotika.
Etiologi
• Penyebab sifilis adalah bakteri Treponema Pallidum.
Treponema berasal dari bahasa Yunani yang berarti
benang yang terpuntir. Panjang mikro-organisme ini 5-20
mm dan diameternya 0,092-0,5 mm.
Manifestasi Klinis
• Stadium dini  2 tahun pertama kehidupan
• Stadium lanjut  >2 tahun
• 2/3 bayi  Asimtomatik  jika tidak diobati, gejala akan
muncul dalam beberapa minggu atau bulan
• Hepatosplenomegali
• Ikterik yang menetap
• Peningkatan enzim hati
• Limfadenopati difus dan sembuh dengan sendirinya
Manifestasi Klinis
• Kelainan kulit eritematosa makulopapular, lesi bula
diikuti oleh deskuamasi pada telapak tangan dan kaki.
• Lesi kondiloma
• Rhinitis
• Osteokondritis  nyeri  malas menggerakkan
tungkainya  Pseudoparalisis Parrot
• kelainan susunan saraf pusat
• Gagal tumbuh
• Korioretinitis
• Nefritis
Manifestasi Klinis
• Sindrom nefrotik juga dapat ditemukan
• Manifestasi terkait ginjal hipertensi, hematuria, proteinuria,
hipoproteinemia, hiperkolesterolemia akibat deposit kompleks
imun di glomerulus
• Perubahan tulang akibat periostitis yang menetap atau berulang dan
berhubungan dengan penebalan tulang dapat berupa frontal
boosing, penebalan sternoklavikula yang unilateral atau bilateral,
bagian tengah tibia yang melengkung ke depan (Saber Shin), dan
scapula skapoid. Kelainan hidung berupa saddle nose akibat rhinitis
yang menghancurkan tulang sekitarnya. Manifestasi stadium lanjut
dapat berupa keratitis interstisialis yang unilateral atau bilateral
dengan gejala fotopobi dan lakrimasi, diikuti opaksifikasi kornea
yang mengakibatkan kebutaan pada beberapa minggu sampai
dengan beberapa bulan
Diagnosis
• Diagnosis sifilis kongenital ditegakkan berdasarkan
anamnesis riwayat ibu yang menderita sifilis tanpa
pengobatan yang adekuat, atau uji serologis positif, atau
pada pemeriksaan mikroskop lapangan pandang gelap
ditemukan bakteri Treponema Pallidum dalam cairan
tubuh.
Diagnosis
• Laboratorium darah tepi pada sifilis kongenital
menunjukkan kelainan berupa anemia, monositosis, dan
trombositopenia.3,4 Pemeriksaan serologi dapat dilakukan
dengan metode deteksi langsung dengan baku emas
pemeriksaan rabbit infectivity test (RIT). Uji serologi non-
treponema untuk skrining seperti uji Venereal Disease
Research Laboratory (VDRL), Rapid Plasma Reagen (RPR)
yang memiliki sensitivitas 70-100% dan spesifisitas 97-99%,
serta ujia serologi untuk konfirmasi yaitu Treponema
Pallidum Hemagglutination Assay (TPHA), Fluorescent
Treponemal Antibody Absorption (FTA-Abs) yang memiliki
sensitivitas sebesar 76-100% dan spesifisitas 97-99%.
Pemeriksaan Serologi
Terapi sifilis
Tatalaksana
Komplikasi
• Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit sifilis adalah
neurosifilis. Neurosifilis terjadi pada kurang lebih 60% bayi
yang menderita sifilis kongenital. Hal ini ditandai dengan uji
VDRL dari bahan CSS (+), pleositosis, dan peningkatan
protein.

• Pada kasus berat dapat menimbulkan komplikasi sistemik,


misalnya meningitis, ensefalitis ataupun sepsis.
Tonsilofaringitis oleh Streptococcus Group A Beta hemoliticus
dapat meneybabkan komplikasi non supuratif demam rematik
dan glomerulonephritis, disamping komplikasi supuratif
seperti abses perintonsil, otitis meda dan sebagainya
Prognosis
• Sifilis kongenital yang berat dapat menyebabkan
kematian pada masa janin maupun perinatal. Bila
penyakit tersebut telah mengenai meningovaskular
dapat menyebabkan sekuele permanen. Sifilis kongenital
dapat sembuh sempurna bila mendapat terapi adekuat.
Pengobatan dengan penisilin bersifat kuratif, sehingga
perubahan serologi dapat terjadi dalam satu tahun.
Pembahasan
• Berat badan lahir bayi 2700 gram termasuk dalam
kategori berat badan lahir cukup yaitu ≥2500-4000 gram
dan berdasarkan kurva WHO BB/Usia 0-6 bulan berada
antara persentil 0 dan persentil -2 yang bermakna dalam
kategori normal. Panjang badan lahir bayi 48 cm
termasuk dalam kategori panjang badan normal yaitu
48-52 cm dan berdasarkan kurva WHO PB/Usia 0-
6bulan berada antara persentil 15th dan persentil 50th
yang bermakna dalam kategori normal. Lingkar kepala
bayi 33 cm termasuk dalam kategori lingkar kepala
normal yaitu 33-37 cm dan berdasarkan kurva lingkar
kepala nellhaus tergolong normosefal.
Pembahasan
• Bayi ini dilahirkan oleh ibu yang didiagnosis dengan
sifilis dan bayi ini juga dilahirkan secara spontan melalui
jalan lahir yang merupakan salah satu faktor risiko terjadi
nya transmisi infeksi sifilis kongenital ke bayi.

• Selain itu, dari anamnesis diketahui bahwa riwayat


pengobatan ibu setelah didiagnosis sifilis berdasarkan
hasil pemeriksaan serologi VDRL dan TPHA reaktif di
Puskesmas pada tanggal 9 maret 2021 masih belum
jelas apakah sudah tuntas atau tidak.
Pembahasan
• Terapi yang diberikan saat bayi berada di ruang
perinatologi salah satunya adalah injeksi Ampicilin 4 x
135 mg. Terapi ini diberikan sambil menunggu obat
penicillin prokain yang merupakan obat pilihan dalam
tatalaksana sifilis kongenital dengan dosis 50.000
unit/kgBB/dosis selama 10 hari. Terapi ini sudah sesuai
dengan pedoman tatalaksana sifilis kongenital. Selain
itu, pasien juga mendapatkan terapi IVFD D10% 10
cc/jam dan PASI 8 x 25 cc dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan cairan bayi.
Kesimpulan
Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan yang didapatkan,
diagnosa pada pasien ini yaitu sifilis kongenital. Sifilis
kongenital ini dapat disebabkan oleh infeksi Treponema
Pallidum yang terjadi antara ibu dengan sifilis dan bayi baik
pada periode prenatal maupun pada saat kelahiran secara
spontan pervaginam. Pemeriksaan yang dapat dilakukan
yaitu dengan pemeriksaan serologi VDRL dan TPHA untuk
melihat apakah bayi terinfeksi oleh Treponema Pallidum
yang merupakan penyebab sifilis. Terapi utama sifilis
kongenital salah satunya adalah penisilin prokain dengan
dosis 50.000 unit/KgBB/dosis selama 10 hari.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai