Anda di halaman 1dari 37

OPTEK TAH,SVH,TVH dan

Myomectomy
Mohammad Angitya Satria Hutama
(GIT)
ANATOMI

1.Sumber: Baggish dan Karram, 2016 Sumber: Delancey, 2008


ANATOMI

1.Sumber: Baggish dan Karram, 2016 S


ALAT/BAHAN
• Gunting Mayo Lurus/Lengkung
• Gunting Metzenbaum
• Klem Mosquito
• Klem Kelly
• Klem Heaney
• Foerster/Ring Forceps
• Klem 90/Mixter/Preparer
• Pinset Chirurgie dan Anatomic (pendek + panjang)
• Kocher
• Langen Beck
Persiapan Operasi
• 1)  Pasien diposisikan di atas meja operasi dengan posisi telentang.
• 2)  Desinfeksi lapangan operasi dengan kassa povidone iodine 10%
yang dipegang dengan sponge holding forceps dengan gerakan
melingkar dari dalam ke luar, meliputi daerah xifoid hingga anterior
paha dengan batas superior setinggi papilla mamae, batas inferior
setinggi pertengahan paha, sisi lateral kanan sebatas linea mid
axilaris dextra, dan sisi lateral kiri sebatas linea mid axilaris sinistas.
• 3)  Lakukan desinfeksi perineum dan vagina dengan kassa povidone
iodine10% yang dipegang dengan sponge holding forceps, lalu
dipasang kateter folley.
• 4)  Demarkasi lapangan operasi dengan doek steril.
• 5)  Operator memposisikan diri di sebelah kiri pasien, dan asisten
pertama berada di sebelah kanan pasien.
Teknik Membuka dan Menutup Perut Midline (Lower Abdominal
Midline)

• 1)  Insisi dilakukan mulai dari 1-2 jari di atas simfisis pubis ke arah vertikal mengikuti garis midline abdomen
sampai dengan 2-3 jari di atas umbilikus (sesuai ukuran massa). akan tetapi dapat diperluas ke superior
disesuaikan dengan kebutuhan jika diperlukan paparan yang lebih baik.
• 2)  Insisi dilakukan melalui lapisan lemak subkutan disepanjang insisi hingga tampak fascia. Dilakukan hemostasis
perdarahan subkutis yang berasal dari a. epigastrica superior. Untuk mengurangi perdarahan, dilakukan
hemostasis dengan menggunakan elektrokauter pada pembuluh darah yang terbuka.
• 3)  Fasia anterior dilakukan insisi di tengahnya dengan menggunakan sklapel atau elektrokauter, Dengan
menggunakan gunting, fascia diinsisi sampai tampak otot m. rectus abdominis.
• 4)  Fascia diperluas ke arah inferior sampai dengan simfisis pubis dengan gunting, dan diperluas ke arah superior
dengan elektrokauter.
• 5)  Otot rektus dipisahkan secara tumpul dengan menggunakan punggung pinset dan ditarik ke lateral hingga
tampak peritoneum.
• 6)  Peritoneum diangkat pelan-pelan menggunakan dua pinset anatomis, lalu dibuka secara tajam pada bagian
avaskular yaitu daerah arcus tendinea menggunakan gunting Metzenbaum, kemudian dilebarkan ke atas dan
bawah dengan tangan operator yang lain berada di bawah gunting untuk melindungi organ peritoneum dari
cidera, dilakukan sampai cavum peritoneum terbuka.
SVH
1. Eksplorasi Organ Abdomen
2. Fiksasi Uterus
• Menggunakan kocher → melakukan pemasangan klem kocher
menjepit ligamentum rotundum, tuba, dan ligamentum ovarii
proprium (kanan dan kiri).
• Menggunakan mioma bor → melakukan pemasangan mioma bor
dengan cara melakukan penekanan dan gerakan berputar secara
clockwise pada mioma sampai batas spiral bor.
SVH
3. Memotong Ligamentum Rotundum
• 1)  Uterus ditarik ke lateral untuk memperlihatkan
ligamentum rotundum yang akan dipotong
• 2)  Ligamentum rotundum diklem dengan klem
bengkok Heiss, dipasang sejajar di 1/3 tengah
ligamentum rotundum, dipotong dengan
menggunakan electrocauter, sampai tampak lembar
depan dan lembar belakang. Pemasangan klem
sebaiknya berurutan dari klem distal kemudian klem
proksimal. Pemotongan ligamentum rotundum
sebaiknya Dilakukan pada titik yang lebih proksimal /
mendekati uterus.
• 3) Punctum bagian lateral diikat dengan benang
chromic catgut no. 1, dengan jahitan muka belakang
menggunakan reefknot.
SVH
4. Membuka Bladder Flap
• Memotong plika vesikouterina
melalui lembar depan dengan
gunting metzenbaum, dengan
gerakan diseksi dan memotong
diantara ishmus dan vesika urinaria
sampai lembar depan kanan dan kiri
terbuka, disisihkan ke inferior secara
tajam dengan menggunakan
gunting metzenbaum.
SVH
5. Membuka Tunnel Avaskular
• LLembar belakang ligamentum
latum diperlebar kearah cranial
untuk membuka ruang
retroperitoneal, selanjutnya
dilakukan identifikasi ureter. Tunel
avaskuler dibuat pada ligamentum
latum diantara ligamentum ovarii
propii dan ureter.
SVH
6. Memotong Kompleks Ligamentum Ovarii Proprium, Pangkal
Tuba, dan Pangkal Ligamentum Rotundum
• Pasang satu klem bengkok Heiss pada tuba dan ligamentum
ovarii proprium, dan dipotong diantara fiksasi dan klem
tersebut, lalu dijahit dengan chromic catgut atraumatic no 1
dengan jahitan muka belakang teknik simple reefknot.
SVH
7. Ligasi Arteri Uterina Pars Ascendens dan Pemancungan Uterus
• Pasang histerektomi klem Heaney dengan menyusuri sampai
setinggi isthmus, ujung klem sedekat mungkin dengan
perbatasan isthmus-serviks, kemudian 1 cm di superior klem
histerektomi Heaney dipasang klem bengkok Heiss, dipotong
ditengah dengan menggunakan gunting, diikat dengan benang
PGA nomer 0, selanjutnya uterus dipancung setinggi isthmus,
dijahit dengan benang PGA atraumatic no. 0 dengan jahitan
transfix, jahitan dieratkan dan bersamaan dengan melepaskan
klem Heaney secara perlahan.
SVH
8. Menjahit Stomp Serviks
• Dilakukan penjahitan sudut serviks dari kiri (dekat dengan
operator) dengan benang PGA atraumatic no 0 jahitan transfix,
benang dipotong 6 cm, dipegang dengan klem kocher.
Dilanjutkan penjahitan pada sudut serviks kanan (jauh dengan
operator) dengan benang PGA atraumatic no 0 jahitan transfix.
Dilanjutkan jahitan cross di bagian tengah stomp.
9. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis
TAH
1. Eksplorasi Organ Abdomen
2. Fiksasi Uterus
• Menggunakan kocher → melakukan pemasangan klem kocher
menjepit ligamentum rotundum, tuba, dan ligamentum ovarii
proprium (kanan dan kiri).
• Menggunakan mioma bor → melakukan pemasangan mioma bor
dengan cara melakukan penekanan dan gerakan berputar secara
clockwise pada mioma sampai batas spiral bor.
TAH
3. Memotong Ligamentum Rotundum
• 1)  Uterus ditarik ke lateral untuk memperlihatkan
ligamentum rotundum yang akan dipotong
• 2)  Ligamentum rotundum diklem dengan klem
bengkok Heiss, dipasang sejajar di 1/3 tengah
ligamentum rotundum, dipotong dengan
menggunakan electrocauter, sampai tampak lembar
depan dan lembar belakang. Pemasangan klem
sebaiknya berurutan dari klem distal kemudian klem
proksimal. Pemotongan ligamentum rotundum
sebaiknya Dilakukan pada titik yang lebih proksimal /
mendekati uterus.
• 3) Punctum bagian lateral diikat dengan benang
chromic catgut no. 1, dengan jahitan muka belakang
menggunakan reefknot.
TAH
4. Membuka Bladder Flap
• Memotong plika vesikouterina
melalui lembar depan dengan
gunting metzenbaum, dengan
gerakan diseksi dan memotong
diantara ishmus dan vesika urinaria
sampai lembar depan kanan dan kiri
terbuka, disisihkan ke inferior secara
tajam dengan menggunakan
gunting metzenbaum.
TAH
5. Membuka Tunnel Avaskular
• LLembar belakang ligamentum
latum diperlebar kearah cranial
untuk membuka ruang
retroperitoneal, selanjutnya
dilakukan identifikasi ureter. Tunel
avaskuler dibuat pada ligamentum
latum diantara ligamentum ovarii
propii dan ureter.
TAH
6. Memotong Kompleks Ligamentum Ovarii Proprium, Pangkal
Tuba, dan Pangkal Ligamentum Rotundum
• Pasang satu klem bengkok Heiss pada tuba dan ligamentum
ovarii proprium, dan dipotong diantara fiksasi dan klem
tersebut, lalu dijahit dengan chromic catgut atraumatic no 1
dengan jahitan muka belakang teknik simple reefknot.
TAH
7.Ligasi Arteri Uterina Pars Ascendens
• Pasang histerektomi klem Heaney dengan menyusuri isthmus
sampai pada serviks, ujung klem sedekat mungkin dengan
dinding serviks, kemudian 1 cm di superior klem histerektomi
Heaney dipasang klem bengkok Heiss, dipotong diantara dua
klem, dijahit dengan benang PGA atraumatic no. 0 dengan
jahitan transfix, jahitan dieratkan dan bersamaan dengan
melepaskan klem Heaney secara perlahan.
TAH
8. Memotong Ligamentum Sakrouterina
• Dibuka ruang rektovagina dengan cara memotong ligamentum
retrouterina untuk menyisihkan rektum dan vagina dengan jari
tengah menyusuri dinding vagina posterior sekaligus
mengidentifikasi ureter (untuk menghindari terpotongnya
ureter) dan menampakkan ligamentum sacrouterina, dipasang
klem Heaney pada ligamentum sakrouterina, dipotong dengan
gunting Mayo, diikat dengan benang PGA atraumatic no 0
dengan jahitan muka belakang teknik simple reefknot .
TAH
9. Memotong Ligamentum
Kardinale
• Memasang histerektomi klem
Heaney pada ujung ikatan
ligamentum sakrouterina ke arah
caudomedial sampai pada
paravagina (3 cm), digunting
dengan gunting Mayo, diikat
dengan benang PGA atraumatic no
0 dengan jahitan muka belakang
teknik simple reefknot
TAH
10. Identifikasi Portio Serviks dan
Vagina
• Dengan menempatkan satu jari
telunjuk pada dinding posterior
vagina, dan satu jari telunjuk lain
di dinding anterior vagina,
meraba portio serviks sampai
kedua jari bertemu
TAH
11. Memotong Punctum Vagina
• Memasang dua histerektomi klem
Heaney pada kanan dan kiri pada
dinding lateral vagina, tepat di
bawah serviks. Dipotong dengan
gunting Mayo.
TAH
12. Menjahit Stomp Vagina
• Dilakukan penjahitan sudut vagina dari kiri (dekat dengan operator)
dengan benang PGA atraumatic no 0 jahitan transfix, benang
dipotong 6 cm, dipegang dengan klem kocher. Dilanjutkan penjahitan
pada sudut vagina kanan (jauh dengan operator) dengan benang
PGA atraumatic no 0 jahitan transfix. Dinding vagina posterior
dipegang dengan kocher bengkok, demikian juga dinding anterior,
masukkan kassa povidone iodine, kemudian jahitan dilanjutkan
dengan jahitan interlocking sampai menutup seluruh vagina.
13. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis
TVH
1. Pasien ditidurkan dorsal lithotomy position
2. Antisepsis lapangan operasi dengan savlon dan Providone Iodine,
demarkasi dengan doek steril
3. Retraktor Jackson ditempatkan di vagina posterior dan retraktor
vagina lateral seperti Deaver melengkung digunakan untuk
memfasilitasi paparan
4. Serviks divisualisasikan dan digenggam dengan dua tenakulum, satu
di anterior dan satu di bibir posterior serviks, dapat digunakan untuk
traksi ke bawah pada serviks.
Thompson JD, Warshaw J. Hysterectomy. In: Rock JA, Jones Howard W III, eds. TeLinde’s Operative Gynecol-
ogy, 9th edition. Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins; 2003
TVH
5. servikovaginal junction diinfiltrasi
dengan saline atau agen
vasokonstriksi secara melingkar.
kemudian diiris dengan pisau bedah
atau kauter secara melingkar

Thompson JD, Warshaw J. Hysterectomy. In: Rock JA, Jones


Howard W III, eds. TeLinde’s Operative Gynecol- ogy, 9th edition.
Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins; 2003
TVH
6. retraktor traksi kemudian ditempatkan di garis tengah
anterior untuk menarik kandung kemih ke atas,
kontratraksi diberikan dengan menarik serviks anterior ke
bawah. Kolpotomi anterior dimulai dengan menemukan
bidang yang tepat antara serviks dan kandung kemih.
Diseksi pada bidang ini dapat dilakukan dengan gunting
Metzenbaum yang dipegang pada 45° terhadap serviks
anterior dan dengan forsep Debakie menahan mukosa
vagina anterior ke atas. Diseksi sampai lapisan tipis
peritoneum ditemukan. Peritoneum kemudian dipotong
terbuka untuk mengakomodasi retraktor Deaver, yang
dimajukan secara intraperitoneal melalui kolpotomi
anterior.

Thompson JD, Warshaw J. Hysterectomy. In: Rock JA, Jones Howard W III, eds. TeLinde’s Operative Gynecol-
ogy, 9th edition. Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins; 2003
TVH
7. Untuk kolpotomi posterior, traksi
ke atas pada serviks. Mukosa vagina
posterior dijepit pada tepi insisi
proksimal antara ligamen
uterosakral, dan kolpotomi
posterior dilakukan dengan gunting
Mayo melengkung. Insisi posterior
kemudian diperpanjang ke lateral
sampai perlekatan ligamentum
uterosakral.
.
Thompson JD, Warshaw J. Hysterectomy. In: Rock JA, Jones Howard W III, eds. TeLinde’s Operative Gynecol-
ogy, 9th edition. Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins; 2003
TVH
8.Uterus diangkat ke atas . klem melengkung pertama
ditempatkan ke ligamen uterosakral, ujung klem dijepit hingga
tergelincir dibadan cervix, sambil meraba untuk memastikan
bahwa tidak ada struktur intra-abdomen yang dimasukkan ke
dalam pedikel, kemudian dipotong dan dijahit, Klem berturut-
turut ditempatkan pada ligamen kardinal, masing-masing
diikuti dengan memotong dan menjahit pedikel

Thompson JD, Warshaw J. Hysterectomy. In: Rock JA, Jones Howard W III, eds. TeLinde’s Operative
Gynecol- ogy, 9th edition. Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins; 2003
TVH

Thompson JD, Warshaw J. Hysterectomy. In: Rock JA, Jones Howard W III, eds. TeLinde’s Operative
Gynecol- ogy, 9th edition. Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins; 2003
TVH
9. Arteri uterine diklem dipotong dan di jahit
10. Setelah ligasi arteri uterine secara bilateral. Klem selanjutnya
ditempatkan secara berurutan pada ligamen yang luas, dan pedikel
dipotong dan dijahit hingga ligamen utero-ovarium.
11. Fundus uteri kemudian dipalpasi dengan hati-hati untuk
menyingkirkan adanya perlengketan usus atau omentum . clamps
Rogers melengkung kemudian digunakan untuk menjepit tuba utero-
ovarium dan Fallopi secara bersamaan kemudian di potong dan dijahit
12. Vaginal cuff dijahit dengan simple running suture
Thompson JD, Warshaw J. Hysterectomy. In: Rock JA, Jones Howard W III, eds. TeLinde’s Operative Gynecol-
ogy, 9th edition. Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins; 2003
TVH

Thompson JD, Warshaw J. Hysterectomy. In: Rock JA, Jones Howard W III, eds. TeLinde’s Operative Gynecol- ogy, 9th
Myomectomy
1. Eksplorasi Organ Abdomen
2. Fiksasi Uterus
• Menggunakan mioma bor → melakukan pemasangan mioma bor dengan
cara melakukan penekanan dan gerakan berputar secara clockwise pada
mioma sampai batas spiral bor.
3. Uterus diiris dengan scalpel pada serosa, myometrium hingga fibroid
4. Dengan menggunakan towel clamp atau Lahey traction forceps fibroid
dipegang klem Kelly atau Pean yang melengkung dapat digunakan untuk
membedah fibroid dengan pendekatan multiarah, mengikuti bidang
avaskular antara mioma dan pseudokapsul miometrium.
Thompson JD, Warshaw J. Hysterectomy. In: Rock JA, Jones Howard W III, eds. TeLinde’s Operative Gynecol-
ogy, 9th edition. Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins; 2003
Myomectomy

Thompson JD, Warshaw J. Hysterectomy. In: Rock JA, Jones Howard W III, eds. TeLinde’s Operative Gynecol-
ogy, 9th edition. Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins; 2003
Myomectomy
5. Kemudian myometrium dijahit 3 lapis
• Lapisan pertama→ interrupted sutures (bisa dilakukan 2-3 step)
• Lapisan kedua→ interrunning horizontal mattress
• Lapisan kedua→ subcuticular (subperitoneal)-type
6. Evaluasi Perdarahan
7. Dinding Abdomen dijahit lapis demi lapis

Thompson JD, Warshaw J. Hysterectomy. In: Rock JA, Jones Howard W III, eds. TeLinde’s Operative Gynecol-
ogy, 9th edition. Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins; 2003
Myomectomy

Thompson JD, Warshaw J. Hysterectomy. In: Rock JA, Jones Howard W III, eds. TeLinde’s Operative Gynecol-
ogy, 9th edition. Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins; 2003
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai