transdermal)
Mengenal struktur kulit
Mengenal jalur transportasi obat melalui
kulit (jalur epidermal)
Jalur appendageal
Proses yang terjadi (pada penggunaan
sediaan topikal)
• 1. difusi zat aktif dari formula atau sediaannya
menembus kulit
• 2. zat aktif berpartisi ke dalam kulit melalui
startum korneum
• Sesuai dengan persamaan Stokes-Einsteins pada
persamaan.
• RT
• D = ............................
• 6лηrN
• keterangan : D= Difusifitas (cm2 dtk-1)
• R= Konstante gas ideal (erg mol-1derajat-1)
• T= suhu mutlak (Kelvin)
• Η= viskositas (dyne cm-2)
• R= jari-jari molekul (cm/molekul)
• N= bilangan Avogadro (6,02 X 1023
molekul/mol)
•
Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi
perkutan
• Obat yang dicampurkan dalm pembawa tertentu harus
bersatu pada permukaan kulit dalam konsentrasi yang
cukup
• Konsentrasi obat yang ada dalam suatu sediaan yg
digunakan pada kulit akan berbanding lurus dengan luas
area permukaan kulit yang diolesi sediaan tersebut, artinya
jika konsentrasi obat dalam sediaan ditambah, dan luas
permukaan kulit yg diolesi obat bertambah maka absorbsi
perkutan obat jg bertambah
• Bahan obat harus mempunyai suatu daya tarik fisiologi yg
lbh besar pada kulit dibandingkan pembawanya
• Koefisien partisi obat
• Absorbsi obat ditingkatkan dengan bahan
pembawa yang mudah menyebar di kulit
• Pembawa yg meningkatkan jumlah uap air yg
ditahan di kulit, baik untuk absorbsi pelarut obat,
pembawa lemak dapat mencegah menguapnya
uap air dari kulit
• Hidrasi kulit akan mempengaruhi absorbsi
perkutan
• Adanya penggosokan sediaan pada kulit akan
meningkatkan jumlah obat yang diabsorbsi
• Tempat pemakaian akan mempengaruhi
absorbsi, kulit yang lapisan tanduknya tebal
absorbsi lebih lama
• Lama pemakaian akan mempengaruhi jumlah
obat yg diabsorbsi
• Kondisi kulit tempat dioleskannya sediaan
Pengertian sediaan transdermal
• Sediaan transdermal, yaitu sediaan obat yang
digunakan melalui kulit dengan tujuan untuk
mencapai sirkulasi sistemik yaitu dengan cara
menembus barrier (pertahanan) kulit.
Keuntungan pemberian obat secara
transdermal
• Keuntungan sistem penghantaran obat secara transdermal
• 1) menghindari metabolisme lintas pertama obat;
• 2) mengurangi terjadinya fluktuasi kadar obat dalam plasma, sehingga
mengurangi efek samping yang mungkin terjadi;
• 3) bermanfaat untuk obat-obat dengan waktu paruh yang pendek dan
indek terapetik yang kecil
• 4) mencegah rusaknya obat-obat yang tidak tahan terhadap pH saluran
pencernaan, dan juga mencegah terjadinya iritasi saluran cerna oleh
obat yang bersifat iritatif
• 5) mudah untuk menghentikan pemberian obat jika terjadi kesalahan
dalam pemberian obat sehingga dapat mencegah terjadinya toksisitas
• 6) mengurangi frekuensi pemberian dosis obat, meningkatkan ketaatan
pasien.
Kerugian Sediaan Transdermal
• 1) efek terapi yang timbul lebih lambat dibandingkan
pemberian secara oral
• 2) tidak sesuai untuk obat-obat yg iritatif terhadap
kulit
• 3) Hanya obat dengan kriteria tertentu (yang dapat
menembus kulit), sehingga tidak semua obat cocok
untuk diberikan secara transdermal
• 4) memerlukan desain formulasi khusus sehingga
obat dapat efektif jika diberikan secara transdermal
Syarat-syarat obat untuk diberikan secara
transdermal
• 1) obat mempunyai bobot molekul yang kurang dari
500 Da, obat dengan bobot molekul lebih besar dari
500 Da biasanya sulit untuk menembus stratum
corneum
• 2) obat dengan koefisien partisi terlalu rendah atau
tinggi sulit untuk mencapai sirkulasi sistemik,
sehingga obat akan mudah transpor transdermalnya
jika mempunyai nilai log P 1-3
• 3) obat dengan titik lebur yang rendah, kurang dari
200oC.
• Keberhasilan penghantaran obat secara
transdermal tergantung dari kemampuan
pembawa untuk melewati barrier kulit dan
mencapai jaringan kulit yang lebih dalam
strategi untuk mengatasi barrier kulit
• 1) Modifikasi formulasi obat.
• Transpor suatu obat dikatakan baik jika fluks obatnya besar,
berdasarkan persamaan dari hukum difusi Fick I, yang disajikan pada
persamaan
•
• keterangan:
• J = fluks (mol detik-1cm-2)
• Cd = konsentrasi obat dalam formula tersebut (Molar)
• D = koefisien difusi dari obat (cm2 detik-1)
• P = koefisien partisi obat
• h = panjang jalur difusi (cm)
Teori pH partisi
• Berdasarkan teori pH partisi, obat yang berbentuk molekul
mempunyai nilai koefisien partisi yang lebih tinggi daripada ion
sehingga lebih mudah menembus kulit. Fraksi obat yang
berbentuk molekul untuk obat yang bersifat asam atau basa
lemah tergantung pH medium. Masalah ini dapat diatasi
dengan menggunakan pembawa buffer pada pH yang sesuai
tergantung sifat asam basa obat dan pKa-nya, sehingga
sebagian besar obat akan menjadi tidak terionkan dan akan
meningkatkan koefisien partisi. Obat asam lemah akan berada
dalam bentuk tidak terion lebih banyak jika pH < pKa, dan
untuk obat basa lemah dalam bentuk tidak terion lebih banyak
jika pH > pKa.
• Pendekatan lain yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan transpor obat menembus kulit yaitu
dengan menambahkan pasangan ion (counter ion)
untuk obat yang bermuatan seperti garam HCl dari
lidokain atau sulfat dari terbutalin (Liu dan
Bergstrom, 1996). Mekanisme penambahan
pasangan ion tersebut dapat meningkatkan
permeasi obat-obat yang terion, dimana obat yang
terion tersebut akan berinteraksi dengan counter
ion sehingga akan lebih mudah permeasinya.
2) Penambahan enhancer kimiawi
• Enhancer kimia adalah senyawa yang dapat
meningkatkan penetrasi perkutan obat dengan
berpartisi pada stratum corneum dan mengubah
susunan lipid-protein di kulit. Perubahan ini
menyebabkan perubahan sifat stratum corneum
dan terjadi penurunan pertahanan pada stratum
corneum. Contoh senyawa-senyawa yang dapat
berfungsi sebagai enhancer kimia yaitu, sulfoksida,
azone, pirolidon, asam lemak, alkohol, glikol,
surfaktan, urea dan terpen.
Syarat-syarat senyawa dapat digunakan sebagai
enhancer kimia yaitu:
• 1) bersifat non-toksik dan tidak menimbulkan iritasi pada
kulit; 2) pada penggunaan di kulit, sifat barrier kulit cepat
pulih kembali seperti semula (penggunaan sediaan
transdermal tidak meninggalkan bekas atau
menyebabkan kulit menjadi rusak); 3) memberikan rasa
nyaman saat digunakan di kulit; 4) dapat campur dengan
obat atau berbagai bahan tambahan yang digunakan
dalam pembuatan sediaan transdermal; 5) aksinya
sebaiknya cepat dan durasi efeknya dapat diprediksi dan
reprodusibel; 6) bersifat inert, tidak memberikan aksi
farmakologi di dalam tubuh;
• Enhancer kimia dapat meningkatkan
permeabilitas stratum corneum melalui
beberapa mekanisme yaitu: 1) meningkatkan
fluiditas lipid di kulit; 2) melalui hidrasi jalur
polar; 3) melalui aksi keratolitik;
4) meningkatkan kelarutan obat;
5) meningkatkan partisi stratum corneum
3) Enhancer fisik