Anda di halaman 1dari 18

SISTEM PERPAJAKAN DI INDONESIA, KETENTUAN UMUM DAN

TATA CARA PERPAJAKAN


Disusun Oleh:

1. Amelia Annira (21149000908)


2. Fitria Nurhapizah (2110247612)
3. Irma Irdayanti (2110247613)
4. Yosi Safitri (21149001065)

Dosen Pembimbing: Dr. Ruhul Fitrios, SE, M.Si, Ak, CA

Fakultas Ekonomi
Jurusan Magister Akuntansi
Universitas Riau
SISTEM PERPAJAKAN DI INDONESIA,
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA
PERPAJAKAN

Sistem Perpajakan di
Indonesia

Ketentuan Umum dan


Tata Cara Perpajakan
Kebijakan
• Defini Pajak
• Fungsi Pajak
• Azas Perpajakan
Administrasi
• Stelsel Pajak
• Siistem Pemungutan
• Jenis Jenis Pajak
Hukum Formal dan Material

Teori Pajak
a. Definisi Pajak
 
Definisi pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H.:
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang- undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yangdigunakan untuk
membayar pengeluaran umum.
Definisi tersebut kemudian disempurnakan menjadi:
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kasnegara untuk membiayai pengeluaran ruin
dan "surplus"-nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utamauntuk membiayai public
investment.
Definisi pajak yang dikemukakan oleh S. I. Djajadiningrat:
Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu
keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman,
menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah sera dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari
negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan secara umum.
Fungsi Pajak
 
Terdapat dua fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair (sumber keuangan negara) dan fungsi regularend
(pengatur).
1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah
untuk membiayai pengeluaran, baik ruin maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan negara,
pemerintah berupaya memasukkan untuk kas negara. Upaya uang sebanyak-banyaknya tersebut ditempuh
dengan cara ekstensifikasi dan intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai
jenis pajak, seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan sebagainya.
2. Fungsi Regularend (Pengatur)
Pajak mempunyai fungi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.
Berikut in beberapa contoh penerapan pajak sebagai fungsi pengatur.
Asas Perpajakan
 
Terdapat tiga asas pemungutan pajak, yaitu : 
1.Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal)
Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak yang
bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Setiap Wajib
Pajak yang berdomisili atau bertempat tinggal di wilayah Indonesia (Wajib Pajak dalam Negeri) dikenakan
dari Indonesia maupun dari pajak atas seluruh penghasilan yang diperolehnya, baik luar Indonesia.
2. Asas Sumber
Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya
tapa memerhatikan tempat tinggal Wajib Pajak Setiap orang yang memperoleh penghasilan dari Indonesia
dikenakan pajak atas penghasilan yang diperolehnya tadi.
3. Asas Kebangsaan
Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. Misalnya, pajak
bangsa asing di Indonesia dikenakan atas setiap orang asing yang bukan berkebangsaan Indonesia, tetapi
bertempat tinggal di Indonesia.
Stelsel Pajak
Pemungutan pajak dapat dilakukan dengan tiga stelsel, Yaitu :

(1) Stelsel Nyata (Ril). Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada objek yang
sesungguhnya terjadi (untuk PPh, objeknya adalah penghasilan). Oleh karena itu, pemungutan pajaknya baru
dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu setelah semua penghasilan yang sesungguhnya dalam suatu tahun
pajak diketahui.

(2) Stelsel Anggapan (Fiktif). Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan
yang diatur ole undang-undang. Sebagai contoh, penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan penghasilan
tahun sebelumnya sehingga pajak yang terutang pada suatu tahun juga dianggap sama dengan pajak yang terutang
pada tahun sebelumnya. Dengan stelsel ini, berarti besarnya pajak yang terutang pada tahun berjalan sudah dapat
ditetapkan atau diketahui pada awal tahun yang bersangkutan.

(3) Stelsel Campuran. Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada kombinasi antara stelsel
nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan. Kemudian,
pada akhir tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan keadaan yang sesungguhnya. Jika besarnya pajak
berdasarkan keadaan sesungguhnya lebih besar daripada besarnya pajak menurut anggapan, Wajib Pajak harus
membayar kekurangan tersebut (PPh Pasal 29). Sebaliknya, jika besarnya pajak sesungguhnya lebih kecil
dampada besarnya pajak menurut anggapan, kelebihan tersebut dapat diminta ea rah (restitusi) atau
dikompensasikan pad tahun-tahun berikutnya, setelah diperhitungkan denganutang pajak yang lain (PPh Pasal 28
(a)).
Dalam memungut pajak dikenal beberapa cara pemungutan, yaitu:

1. Official Assessment System


Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untukmenentukan sendiri jumlah pajak yang
terutang setiap tahunnya sesuai denganperaturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam hal ini, inisiatif
serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan para aparatur perpajakan. Dengan
demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan remungutan pajak banyak tergantung pada aparatur perpajakan (peranan
dominan ada pada aparatur perpajakan).
2. Self Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang
setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam cara ini, inisiatif serta
kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan Wajib Pajak. Wajib Pajak dianggap mampu
menghitung pajak, memahami undang-undang perpajakan yang sedang berlaku, mempunyai kejujuran yang tinggi, dan
menyadari akan arti pentingnya membayar pajak.
3. With Holding System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Penunjukan pihak ketiga ini dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan perpajakan, keputusan presiden, dan
peraturan lainnya untuk memotong serta memungut pajak, menyetor, dan mempertanggungjawabkan melalui sarana
perpajakan yang tersedia. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada pihak ketiga
yang ditunjuk. Peranan dominan ada pada pihak ketiga.
Jenis – Jenis Pajak

Terdapat berbagai jenis pajak yang dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu pengelompokan menurut
golongan, menurut sifat, dan menurut ea rah pemungutnya.
Menurut Golongan
Pajak dikelompokkan menjadi dua:
Pajak Langsung, pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak
dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi beban
Wajib Pajak yang bersangkutan. Contoh: Pajak Penghasilan (PPh). PPh dibayar atau ditanggung oleh pihak-
pihak tertentu yang memperoleh penghasilan tersebut.
b. Pajak Tidak Langsung, pajak yang pada akhirnva dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau
pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, atau perbuatan yang
menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa. Contoh: Pajak Pertambahan
Nilai (PPN)
Hukum Formal dan Material

1. Ajaran Formil
Ajaran formil menyatakan bahwa utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat ketetapan
pajak oleh fiskus (pemerintah). Untuk menentukan apakah seseorang dikenakan pajak atau
tidak, berapa jumlah pajak yang harus dibayar, dan kapan jangka waktu pembayarannyadapat diketahui
dalam surat ketetapan pajak. Ajaran ini konsisten dengan penerapan
official assessment system.

2. Ajaran Materiil
Ajaran materiil menyatakan bahwa utang pajak timbul karena diberlaktikannya undang,,
undang perpajakan. Dalam ajaran ini, seseorang akan secara aktif menentukan apakah
dirinya dikenakan pajak atau tidak, sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Ajaran in konsisten
dengan penerapan self assessment system.
Teori Pajak
Teori Asuransi
Tori ini menyatakan bahwa negara bertugas untuk melindungi orang dan segala kepentingannya, meliputi keselamatan dan keamanan jiwa
dan harta bendanya.
 
Teori Kepentingan
Teori ini awalnya hanya memerhatikan pembagian beban pajak yang harus dipungur dari seluruh penduduk. Pembagian beban ini harus
didasarkan ata kepentingan masing-masing orang dalam tugas-tugas pemerintah, termasuk perlindungan jiwa atas orang-orang itu beserta
harta bendanya.

Teori Gaya Pikul


yang diberikan oleh negara kepada Teori ini menyatakan bahwa dasar keadilan pemungutan pajak terletak pada jasa- jasa warganya, yaitu
perlindungan atas jiwa dan harta bendanya. Untuk kepentingan tersebut, diperlukan biaya-biaya yang harus dipikul menikmati perlindungan
itu, yaitu dalam bentuk pajak, Teori oleh segenap orang yang ini menekankan pada asas keadilan, bahwasanya pajak harus sama berat untuk
setiap orang. Pajak harus dibayar menurut gaya pikul seseorang.

Teori Kewajiban Pajak Mutlak


Berlawanan dengan ketiga tori sebelumnya yang tidak mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan warganya, tori ini
mendasarkan pada paham Organische Staatsleer. Paham ini mengajarkan bahwa karena sifat suatu negara, timbul hak mutlak untuk
memungut pajak,setiap orang menyadari untuk membuktikan tanda baktinya terhadap negara dalam bentuk pembayaran pajak.

5. Teori Asas Gaya Beli


Teori ini tidak mempersoalkan asal mula negara memungut pajak, tetapi hanya melihat pada efeknya dan memandang
efek yang baik itu sebagai dasar keadilannya. Menurut teori ini, fungi pemungutan pajak disamakan dengan pompa,
yaitu mengambil gaya beli dari rumah tangga dalam masyarakat untuk rumah tangga negara dan kemudian
menyalurkannya ke masyarakat dengan maksud untuk memelihara hidup masyarakat dan membawanya ea rah tertentu.
1
• Pendaftaran (Self Assesment)

2
• Pelaporan

3
• Pembayaran

4
• Pembetulan SPT

5
• Pencatatan dan Pembukuan
Pendaftaran

Pendaftaran NPWP oleh Wajib Pajak dapat juga dilakukan secara elektronik, yaitu melalui Internet di
situs Direktorat Jenderal Pajak dengan alamat http://www.pajak.go.id dengan mengeklik -registration
(pendaftaran Wajib Pajak melalui Internet); Wajib Pajak cukup memasukkan data-data pribadi
(KTP/SIM/Paspor) untuk dapat memperoleh NPWP. Selanjutnya dapat mengirimkan melalui pos
fotokopi data pribadi tersebut ke KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau kedudukan
Wajib Pajak.
PELAPORAN

Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan sarana bagi Wajib Pajak untuk melaporkan hal-hal yang berkaitan dengan
kewajiban perpajakan. SPT harus diisi dengan benar, lengkap, dan jelas dalam bahasa Indonesia dengan
menggunakan huruf latin dan angka arab, satuan mata uang rupiah dan menandatangani, seta menyampaikannya
ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Fungsi SPT bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan
mempertanggungiawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:
1. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui
pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam
Tahun Pajak;
(satu) Tahun Pajak atau Bagian
2. penghasilan yang merupakan Objek Pajak dan/atau bukan Objek Pajak;
3. harta dan kewajiban; dan/atau
4. pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan
pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Pembayaran

Pembayaran pajak dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:

1. Membayar sendiri pajak yang terutang.


a. Pembayaran angsuran setiap bulan (PPh Pasal 25
b. Pembayaran PPh Pasal 29 setelah akhir tahun

2. Melalui pemotongan dan pemungutan oleh pihak lain (PPh Pasal 4 (2), PPh Pasal 15, PPh Pasal 21, 22,
dan 23, serta PPh Pasal 26). Pihak lainyang dimaksud adalah pemberi penghasilan, pemberi kerja, dan pihak
lain yang ditunjuk atau oleh pemerintah.

3. Melalui pembayaran pajak di luar negeri (PPh Pasal 24).

4. Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau oleh pihak yang ditunjuk pemerintah (misalnya, bendaharawan
pemerintah).

5. Pembayaran pajak-pajak lainnya.


a. Pembayaran Pajak Bumi dan Bangungan (PBB),
b. Pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB
C. Pembayaran Bea Meterai
Pembetulan SPT

Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat yang telah disampaikan dengan menyampaikan
pernyataan tertulis dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan.

Apabila pembetulan Surat Pemberitahuan menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan Surat Pemberitahuan
harus disampaikan paling lama 2 (dua) tahun sebelum kedaluwarsa penetapan. Kedaluwarsa penetapan adalah
jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak bagian tahun pajak,
atau tahun pajak.

Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan pemeriksaan, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum
menerbitkan surat ketetapan pajak, Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat membetulkan Surat
Pemberitahuan yang gtelah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur
Jenderal Pajak belum melakukan Tindakan pemeriksaan, yang dapat mengakibatkan:
 
1. Pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih kecil
2. Rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau lebih besar
3. Jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil atau
4. Jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecil dan proses pemeriksaan tetap dilanjutkan.
Pencatatan dan Pembukuan

Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi
keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, jumlah harga perolehan dan penyerahan
barang atau jasa serta yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi
pada setiap Tahun Pajak berakhir. Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan adalah:
1. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan Indonesia
2. Wajib Pajak badan di Indonesia.
 
Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban pembukuan tapi wajib melakukan pencatatan adalah:
1. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan
Norma Penghitungan Penghasilan Neto;
2.Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas.
 
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pembukuan atau pencatatan:
 
1. Pembukuan atau pencatatan harus dilakukan dengan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha
yangsebenarnya.
2.Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata
uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.
3.Pembukuan diselenggarakan dengan taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel
kas. Perubahan terhadap metode dan atau tahun buku harus mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak.
4. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta
penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.
5. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain rupiah dapat
diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin dari Menteri Keuangan.
 
Jika Wajib Pajak dikecualikan dari kewajiban pembukuan dan diwajibkan melakukan
pencatatan, pencatatan harus mencakup seluruh data yang dikumpulkan secara teratur
tentang peredaran atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang
terutang, termasuk penghasilan yang bukan Objek Pajak dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final.
 
Buku, catatan dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data
dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau secara aplikasi on-line wajib disimpan
selama 10 tahun di Indonesia , yaitu di tempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib Pajak orang pribadi, atau di
tempat kedudukan Wajib Pajak badan.

Anda mungkin juga menyukai