Anda di halaman 1dari 13

Pengertian Air Bersih berdasarkan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005


tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum,
pada BAB 1 tentang pengembangan sistem penyediaan
air minum, Pasal 1, Ayat 1 : Air baku untuk air minum
rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah
air yang dapat berasal dari sumber air permukaan,
cekungan air tanah dan atau air hujan yang memenuhi
baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum.
Koagulasi adalah proses destabilisasi koloid dan
partikel-partikel yang tersuspensi didalam air baku
karena adanya pencampuran yang merata dengan
senyawa kimia tertentu (koagulan) melalui
pengadukan cepat. Ada tiga factor yang
mempengaruhi keberhasilan proses koagulasi, yaitu
: 1. Jenis koagulan yang dipakai 2. Dosis
pembubuhan koagulan 3. Proses pengadukan
Koagulan yang biasanya digunakan adalah
koagulan garam logam dan koagulan polimer
kationik. Contoh koagulan garam logam
diantaranya adalah :
a. Aluminium Sulfat atau Tawas
(Al2(SO4)3.14H2O)
b. Feri Khlorida (FeCl3)
c. Feri Sulfat (Fe2(SO4)3)
Dosis koagulan berbeda-beda tergantung dari jenis
koagulan yang dibubuhkan, temperature air, serta
kualitas air yang diolah. Penentuan dosis koagulan
dapat dilakukan melalui penelitian laboratorium
dengan metode jar test. Prosedur jar test pada
prinsipnya merupakan proses pengolahan air skala
kecil.
Unit koagulasi merupakan suatu unit dengan
pengadukan cepat dimana pengadukan cepat
(koagulasi) dilakukan dengan berbagai cara,misal
dengan hydraulic jump mixing, merupakan
pengadukan cepat secara hidrolis.
BAl     =   Berat Alumunium Sulfat yang dibutuhkan,
LI    =   Konsentrasi Larutan Induk, (g/l),
DO  =   Dosis Larutan Induk yang ditambahkan pada sampel, (ml/l),
Vab =   Volume air baku yang akan diolah, (l).
Rumus tersebut adalah rumus untuk menghitung
banyaknya Alumunium Sulfat yang dibutuhkan
dalam menjernihkan sejumlah volume air.
Komponen yang perlu diketahui adalah
Konsentrasi larutan induk, dosis optimum yang
ditemukan dalam percobaan Jar Test, dan
volume air baku yang akan diolah.
Larutan ini adalah konsentrasi larutan Alumunium
Sulfat dalam air. Biasanya konsentrasi yang
dipergunakan  adalah 1% atau dengan melarutkan
padatan Alumunium Sulfat 10 gram dalam 1 liter
air bersih. Pemilihan konsentrasi ini adalah untuk
mempermudah proses Jar Test dan perhitungannya.
 Dosis optimum diperoleh dari hasil percobaan Jar Test
pada 1 liter air baku yang menghasilkan proses
penjernihan terbaik. Nilai 1 liter air baku selayaknya tidak
dikurangi volumenya karena akan mempengaruhi hasil
penetapan dosis optimum walaupun apabila dikonversikan
dengan rumus di atas akan mendapatkan nilai yang sama.
Nilai dosis optimum ditentukan dengan tingkat kekeruhan
yang paling rendah dan residu alumunium yang di bawah
ambang batas. Apabila ditemukan 2 sampel dari variasi
sampel yang dipergunakan nilainya sama, pilihlah dosis
yang paling kecil sebagai dosis optimum.
Syarat untuk mengolah air adalah adanya volume
yang pasti. Air baku yang masih mengalir di
sumbernya tidak dapat dikenakan perlakukan
pengolahan karena tidak ada kepastian volumenya.
Nilai volume ini akan berpengaruh pada jumlah
bahan kimia yang akan dipergunakan.
1.
Berapakah Aluminium Sulfat yang harus ditambahkan ke dalam 10.000 liter
air baku yang akan diolah jika data dari hasil Jar Test menunjukkan dosis
optimum dengan larutan induk 1% adalah     5 ml untuk 1 liter air sampel?
Penyelesaian:
LI 1%    : 10 g/l =  10 g/1000 ml
DO       :      5 ml/l =  5 ml/1000 ml
Vab      :    10.000 l = 10.000.000 ml
BAl    =    LI x DO x Vab
        =    (10 g/1000 ml)x(5 ml/1000 ml)x(10000000 ml)
        =    (10 g) x (5) x (10)
        =    500 gram
        =    0,5 kg
Jadi untuk menjernihkan 10.000 liter air baku diperlukan penambahan
Aluminium Sulfat sebanyak 0,5 kg
2.
Jika harus mendapatkan 200 liter air bersih dengan data Jar Test menunjukan bahwa
dengan konsentrasi larutan induk 10 g/1 liter didapat dosis optimum 10 ml?
Penyelesaian:
LI 1%    :    10 g/1 l = 10 g/1000 ml
DO       :    10 ml/1 l = 10ml/1000 ml
Vab     :    Karena volume air hasil olahan harus 200 liter maka volume air baku yang
akan diolah harus lebih besar dari air bersih hasil olahan. Asumsinya adalah ketika
endapan terjadi, maka air disekitar endapan tidak akan terambil untuk menghindari
endapan mengkontaminasi hasil. Minimal penambahan air baku untuk mendapatkan
volume hasil yang diharuskan adalah 10%,
Vab    =       200 + 10%
         =       220 liter 
         =       220.000 ml
BAl    =       LI x DO x Vab
        =       (10 g/1000 ml)x(10 ml/1000 ml)x(220000 ml)
        =       (1 g) x (1) x (22)
        =       22 gram
Jadi untuk menjernihkan 220 liter air baku diperlukan penambahan Aluminium Sulfat
sebanyak 22 gram

Anda mungkin juga menyukai