0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
9 tayangan13 halaman
1. Koagulasi adalah proses destabilisasi partikel di dalam air baku dengan koagulan untuk menjernihkannya.
2. Ada tiga faktor yang mempengaruhi koagulasi: jenis koagulan, dosis, dan proses pengadukan.
3. Rumus digunakan untuk menghitung banyaknya aluminium sulfat yang dibutuhkan berdasarkan konsentrasi larutan, dosis optimum, dan volume air baku.
1. Koagulasi adalah proses destabilisasi partikel di dalam air baku dengan koagulan untuk menjernihkannya.
2. Ada tiga faktor yang mempengaruhi koagulasi: jenis koagulan, dosis, dan proses pengadukan.
3. Rumus digunakan untuk menghitung banyaknya aluminium sulfat yang dibutuhkan berdasarkan konsentrasi larutan, dosis optimum, dan volume air baku.
1. Koagulasi adalah proses destabilisasi partikel di dalam air baku dengan koagulan untuk menjernihkannya.
2. Ada tiga faktor yang mempengaruhi koagulasi: jenis koagulan, dosis, dan proses pengadukan.
3. Rumus digunakan untuk menghitung banyaknya aluminium sulfat yang dibutuhkan berdasarkan konsentrasi larutan, dosis optimum, dan volume air baku.
tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, pada BAB 1 tentang pengembangan sistem penyediaan air minum, Pasal 1, Ayat 1 : Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum. Koagulasi adalah proses destabilisasi koloid dan partikel-partikel yang tersuspensi didalam air baku karena adanya pencampuran yang merata dengan senyawa kimia tertentu (koagulan) melalui pengadukan cepat. Ada tiga factor yang mempengaruhi keberhasilan proses koagulasi, yaitu : 1. Jenis koagulan yang dipakai 2. Dosis pembubuhan koagulan 3. Proses pengadukan Koagulan yang biasanya digunakan adalah koagulan garam logam dan koagulan polimer kationik. Contoh koagulan garam logam diantaranya adalah : a. Aluminium Sulfat atau Tawas (Al2(SO4)3.14H2O) b. Feri Khlorida (FeCl3) c. Feri Sulfat (Fe2(SO4)3) Dosis koagulan berbeda-beda tergantung dari jenis koagulan yang dibubuhkan, temperature air, serta kualitas air yang diolah. Penentuan dosis koagulan dapat dilakukan melalui penelitian laboratorium dengan metode jar test. Prosedur jar test pada prinsipnya merupakan proses pengolahan air skala kecil. Unit koagulasi merupakan suatu unit dengan pengadukan cepat dimana pengadukan cepat (koagulasi) dilakukan dengan berbagai cara,misal dengan hydraulic jump mixing, merupakan pengadukan cepat secara hidrolis. BAl = Berat Alumunium Sulfat yang dibutuhkan, LI = Konsentrasi Larutan Induk, (g/l), DO = Dosis Larutan Induk yang ditambahkan pada sampel, (ml/l), Vab = Volume air baku yang akan diolah, (l). Rumus tersebut adalah rumus untuk menghitung banyaknya Alumunium Sulfat yang dibutuhkan dalam menjernihkan sejumlah volume air. Komponen yang perlu diketahui adalah Konsentrasi larutan induk, dosis optimum yang ditemukan dalam percobaan Jar Test, dan volume air baku yang akan diolah. Larutan ini adalah konsentrasi larutan Alumunium Sulfat dalam air. Biasanya konsentrasi yang dipergunakan adalah 1% atau dengan melarutkan padatan Alumunium Sulfat 10 gram dalam 1 liter air bersih. Pemilihan konsentrasi ini adalah untuk mempermudah proses Jar Test dan perhitungannya. Dosis optimum diperoleh dari hasil percobaan Jar Test pada 1 liter air baku yang menghasilkan proses penjernihan terbaik. Nilai 1 liter air baku selayaknya tidak dikurangi volumenya karena akan mempengaruhi hasil penetapan dosis optimum walaupun apabila dikonversikan dengan rumus di atas akan mendapatkan nilai yang sama. Nilai dosis optimum ditentukan dengan tingkat kekeruhan yang paling rendah dan residu alumunium yang di bawah ambang batas. Apabila ditemukan 2 sampel dari variasi sampel yang dipergunakan nilainya sama, pilihlah dosis yang paling kecil sebagai dosis optimum. Syarat untuk mengolah air adalah adanya volume yang pasti. Air baku yang masih mengalir di sumbernya tidak dapat dikenakan perlakukan pengolahan karena tidak ada kepastian volumenya. Nilai volume ini akan berpengaruh pada jumlah bahan kimia yang akan dipergunakan. 1. Berapakah Aluminium Sulfat yang harus ditambahkan ke dalam 10.000 liter air baku yang akan diolah jika data dari hasil Jar Test menunjukkan dosis optimum dengan larutan induk 1% adalah 5 ml untuk 1 liter air sampel? Penyelesaian: LI 1% : 10 g/l = 10 g/1000 ml DO : 5 ml/l = 5 ml/1000 ml Vab : 10.000 l = 10.000.000 ml BAl = LI x DO x Vab = (10 g/1000 ml)x(5 ml/1000 ml)x(10000000 ml) = (10 g) x (5) x (10) = 500 gram = 0,5 kg Jadi untuk menjernihkan 10.000 liter air baku diperlukan penambahan Aluminium Sulfat sebanyak 0,5 kg 2. Jika harus mendapatkan 200 liter air bersih dengan data Jar Test menunjukan bahwa dengan konsentrasi larutan induk 10 g/1 liter didapat dosis optimum 10 ml? Penyelesaian: LI 1% : 10 g/1 l = 10 g/1000 ml DO : 10 ml/1 l = 10ml/1000 ml Vab : Karena volume air hasil olahan harus 200 liter maka volume air baku yang akan diolah harus lebih besar dari air bersih hasil olahan. Asumsinya adalah ketika endapan terjadi, maka air disekitar endapan tidak akan terambil untuk menghindari endapan mengkontaminasi hasil. Minimal penambahan air baku untuk mendapatkan volume hasil yang diharuskan adalah 10%, Vab = 200 + 10% = 220 liter = 220.000 ml BAl = LI x DO x Vab = (10 g/1000 ml)x(10 ml/1000 ml)x(220000 ml) = (1 g) x (1) x (22) = 22 gram Jadi untuk menjernihkan 220 liter air baku diperlukan penambahan Aluminium Sulfat sebanyak 22 gram