Anda di halaman 1dari 34

Mata Kuliah Pengelolaan Sumber Daya Air dan Lahan

USLE BERBASIS GIS


PERTEMUAN PERTAMA
Jumat, 05 Mei 2017

Roni Farfian, S.T, MPSDA


Universal Soil Loss Equation (USLE)
KONVERSI POLYGON DAN POINT KE RASTER

CURAH HUJAN
(POINT)

KEMIRINGAN
JENIS TANAH LERENG (%)
(POLYGON) CONVERT (RECLASSIFY)
MENJADI
RASTER
DENGAN
UKURAN
CELL SAMA

TATA GUNA GEOLOGI


LAHAN REGIONAL
(POLYGON) (POLYGON)
PERSIAPAN DATA DEM

Persiapan data DEM adalah dengan melakukan Exraction data DEM yang ada dengan batas
DAS yang sesuai dengan lokasi studi.
Data yang dibutuhkan :
- Data Raster DEM
- Data polygon batas DAS (SHP)
Extraction By Mask… Croping DEM dengan batasnya dari data “Feature Polygon”

Masukan feature
polygon batas
propinsi
(Jabar_UTM482.shp)
Masukan data DEM
hasil download SRTM
Lokasi Penyimpanan hasil yang sudah
Croping - Optionaly dikonversi ke ASC
PEMBUATAN PETA POS HUJAN DARI DATA POS HUJAN

Siapkan data koordinat untuk semua stasiun curah hujan yang akan digunakan
dalam program excel. (Filenya : Data Pos Hujan.xlsx)
Bentuk formatnya seperti di bawah ini.

 X adalah kolom untuk koordinat pada arah X (Bujur – Longitudinal). Pada contoh ini diambil
koordinat berbentuk decimal degree. Angka 100.52 menunjukan nilai 100,520 Bujur Timur
 Y adalah kolom untuk koordinat pada arah Y (Lintang – Latitude). Pada contoh ini diambil
koordinat berbentuk decimal degree. Angka -0,950 menunjukan nilai 0,950 Lintang Selatan
(Lintang Selatan menggunakan tanda minus. Lintang Utara – Positif)
 Buka Arc GIS 10.2
Pilih File → Add Data → dan klik Add X Y data
• Buka file excel dengan mengklik Amplop kuning, lalu sesuaikan sheetnya.
• Pilih X dan Y, sesuaikan dengan judul kolom pada excel
• Klik edit (System Koordinat yang akan digunakan) sesuaikan dengan lokasi peta.
• Hasilnya : Tiga Sebaran Pos Hujan
• Export titik pos hujan tersebut menjadi file .shp
• Klik kanan pada peta, pilih data, klik export data
• Simpan file dan beri nama dengan klik amplop kuning.
• Untuk keseragaman kita kasih nama file Pos_Hujan_Coba.shp
• Klik OK

Pembuatan peta shp untuk sebaran pos hujan dari data spreadsheet telah berhasil.
PERSIAPAN DATA EROSIVITAS

Metode Interpolasi IDW


Interpolasi IDW adalah metode untuk mendapatkan data
berdasarkan beberapa data yang telah diketahui. Dalam
pemetaan, interpolasi adalah proses estimasi nilai pada
wilayah yang tidak disampel atau diukur, sehingga
terbentuk peta atau sebaran nilai pada seluruh wilayah.

Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk


melakukan interpolasi dan pada kajian ini akan
menggunakan Inverse Distance Weighted (IDW). Metode
Inverse Distance Weighted (IDW) merupakan metode
deterministik yang sederhana dengan mempertimbangkan
titik disekitarnya. Asumsi dari metode ini adalah nilai
interpolasi akan lebih mirip pada data sampel yang dekat
daripada yang lebih jauh. Bobot (weight) akan berubah
secara linear sesuai dengan jaraknya dengan data sampel.
Bobot ini tidak akan dipengaruhi oleh letak dari data
sampel.

Untuk mengolah dan menganalisa data secara spasial,


Sistem Informasi Geografis (SIG) biasanya digunakan. Di
dalam analisa spasial baik dalam format vektor maupun
raster, diperlukan data yang meliputi seluruh studi area.
Oleh sebab itu, proses interpolasi perlu dilaksanakan untuk
mendapatkan nilai diantara titik sampel. Hal ini bertujuan
agar dalam perbandingan nilai dari titik observasi dan titik
model bisa berimbang.
PERSIAPAN DATA ERODIBILITAS (FAKTOR K)

Proses adalah Konversi dari data jenis tanah (format shp, bentuk Polygon) menjadi
data tanah berformat raster dengan ukuran cell tertentu
Mata Kuliah Pengelolaan Sumber Daya Air dan Lahan

USLE BERBASIS GIS


PERTEMUAN KEDUA
Jumat, 12 Mei 2017

Roni Farfian, S.T, MPSDA


PENGENALAN MODEL BUILDER
• Model Builder adalah sebuah aplikasi untuk membuat, mengedit, dan mengelola model.
• Model adalah cara untuk menerangkan suatu proses dengan menyederhanakan obyek dan kinerjanya

Komponen Model Builder

Model Builder terdiri dari tiga komponen; elements, connectors, and text labels.
Elements adalah data dan tools yang digunakan, connectors adalah garis yang
menyambungkan data dengan tools, text labels dapat di asosiasikan dengan
keseluruhan model, masing-masing elements maupun connectors.

Elements dalam Model Builder terbagi menjadi 2 jenis yaitu tools dan variables. Tool elements di gambarkan
dalam bentuk persegi, biasanya tool elements diambil dari Arc Toolbox. Variables di gambarkan dalam bentuk
oval. Variables terbagi menjadi 2 tipe: data dan values.

Data variables merupakan data yang tersimpan dalam disk atau layer yang tampak pada table
of contents ArcMap. Values variables (nilai variabel) adalah angka, teks, referensi spasial dan
geographic extents. Ada 2 tipe Values variables yaitu: input dan derived.
PENGENALAN MODEL BUILDER
Connectors model builder terdiri dari empat tipe: Data, Environment, Precondition, and Feedback.
Connector arrows menunjukkan arah dari proses.

Text labels dalam model builder digunakan sebagai


keterangan tambahan pada variable, tool, maupun
connector model element. Text labels tidak termasuk
sebagai bagian urutan proses.
Text labels dapat diikatkan kepada element model dan
dapat juga berdiri sendiri di dalam diagram model.

Keunggulan Model Builder


• memproses sebuah model secara sekaligus tidak satu persatu
• dapat membantu mengeksplorasi suatu tool yang digunakan dalam proses membuat
model
• sangat mudah digunakan dengan menggunakan logika dan lain-lain
• keunggulan paling utama model builder adalah dapat memproses model yang sederhana
sampai
Contoh paling rumit
penggunaan model builder seperti: penentuan kawasan lindung, pembuatan batas DAS
atau daerah aliran sungai secara otomatis
PENGENALAN MODEL BUILDER
• Model builder merupakan salah satu tool di ArcGis yang berguna untuk membangun suatu aplikasi
geoprocessing otomatis. Selama ini, geoprocessing yang dilakukan adalah satu persatu melalui
ArcToolbox. Namun, dengan adanya model builder proses-proses yang terpisah tersebut bisa disatukan
sehingga proses geoprocessing bisa berjalan lebih cepat.
• Selain itu, model builder juga berfungsi untuk membuat semacam ‘template’ geoprocessing. Selama
output yang ingin dihasilkan mirip, kita bisa menggunakan model builder untuk data-data yang berbeda.
Jadi apabila suatu saat kita lupa dengan alur-alur geoprocessing yang pernah dilakukan secara manual
(tanpa model), ‘template’ yang telah terbentuk di model builder sangat berguna untuk mengingat kembali
alur tersebut.
• Untuk memulai membangun model, kita akan bermain di ArcToolbox. Anda bisa menggunakan
ArcToolbox di ArcMap ataupun di ArcCatalog.

Cara Membuat Model Builder


• Nyalakan tombol ArcToolbox
• Klick Kanan pada Arctoolbox dan pilih AddArctoolbox
• Setelah ditentukan Folder mana tempat file arctoolbox,
Klik New Toolbox- Beri Nama USLE PSDAL
Pilih Open pada USLE PSDAL
PENGENALAN MODEL BUILDER
• Selanjutnya klik kanan pada toolbox “USLE PSDAL” yang baru terbentuk -> New -> Model.
• Maka akan muncul tampilan area tempat kita membangun model. Perhatikan toolbar yang ada pada
model builder tersebut, secara garis besar mirip-mirip dengan toolbar-toolbar pada umumnya, ada
“save”. ‘cut’, ‘copy’, dsb.
MODEL BUILDER – IDW
ANALISIS SPASIAL UNTUK PARAMETER EROSIVITAS

Layer-layer yang harus sudah masuk ke GIS untuk memproses IDW – Erosivitas :
• File SHP – Nilai Erosivitas untuk masing-masing Pos Hujan
• Batas DAS
• Koordinat System – UTM dengan Zona UTM yang sesuai dengan lokasi kajian
MODEL BUILDER – IDW
ANALISIS SPASIAL UNTUK PARAMETER EROSIVITAS
Proses IDW – Erosivitas :
• Klick & Drug – Analisis IDW dari Arc ToolBox ke New Model Builder
• Klick & Drug – SHP Erosivitas dan Batas DAS
• Pilih Icon Connect – Klick PCH_A.shp dan Connect kan ke IDW – Pilih Input point features
• Pilih Icon Connect – Klick Batas DAS.shp dan Connect kan ke IDW – Pilih Input point features
MODEL BUILDER – IDW
ANALISIS SPASIAL UNTUK PARAMETER EROSIVITAS
• Klick Kanan Tools IDW dan pilih Properties

• Tentukan Ukuran Cell – Raster Analysis (Ambil ukuran cell sesuai dengan file DEM-nya)
• Tentukan Sistem Koordinat – Output Coordinate (Tentukan System Coordinat sesuai dengan lokasi kajian)
• Centang pada Output Coordinate dan Raster Analysis
• Pada pilih masing-masing properties, lalu klick tombol Values… Dan tentukan properties-nya
• Klick Kanan pada Variable hasil IDW – Pilih Open dan tentukan nama file dan posisi foldernya.
MODEL BUILDER – IDW
ANALISIS SPASIAL UNTUK PARAMETER EROSIVITAS
• Hasil dari IDW akan berbentuk Kotak, karena sesuai dengan batas koordinat paling Kiri, Kanan, Atas dan
Bawah
• Sehingga harus dilakukan Cropping sesuai dengan batas DAS nya
• Cropping Hasil IDW Erosivitas terhadap batas DAS nya dilakukan dengan – Spasial Analisys Tools –
Extraction – Extraction By Mask.
• Pada Arctoolbox, Klick & Drug pada model Builder - Spasial Analisys Tools – Extraction – Extraction By Mask
• Klick Connect – Pilih IDW_A.img – Klick Extract By Mask – Input Raster
• Klick Connect – Pilih Batas DAS – Klick Extract By Mask – Input Raster or feauture mask data
• Klick Kanan pada hasil Extraction dan pilih
OPEN,
• Tentukan nama file dan folder hasil
extractionnya.

• Untuk Mengedeit Model Builder – Klick Kanan - Edit


MODEL BUILDER – POLYGON TO RASTER
ANALISIS SPASIAL UNTUK ERODIBILTAS – FAKTOR K

Layer-layer yang harus sudah masuk ke GIS untuk memproses : Polygon to Raster –
Erodibilitas Faktor K:
• File SHP – Jenis Tanah dan Faktor K (SHP)
• Batas DAS
• Koordinat System – UTM dengan Zona UTM yang sesuai dengan lokasi kajian

Tools yang digunakan :


• Analyst Tools – Clip
• Conversion Tolls – To Raster – Polygon To Raster (Double Klick – Pilih Value Field nya
adalah nilai K)
MODEL BUILDER – FAKTOR LS
ANALISIS SPASIAL UNTUK ERODIBILTAS – LS
Layer-layer yang harus sudah masuk ke GIS untuk memproses Faktor LS :
• DEM lokasi kajian
• Koordinat System – UTM dengan Zona UTM yang sesuai dengan lokasi kajian

Tools yang digunakan :


• Spatial Analyst Tools – Surface – Slope (Degree dan Percent Rise)
• Slope Radians
• Slope Length (Visual Basic – Wood & Dent Methode)

• Faktor topografi panjang lereng dan kemiringan lereng hanya ditafsirkan secara terpisah untuk tujuan
penelitian.
• Untuk aplikasi lapangan, faktor LS gabungan lebih sesuai untuk digunakan.
• Faktor LS merupakan faktor penting dalam USLE yang menjelaskan lebih banyak variasi dalam gross
erosion daripada faktor-faktor lain selain faktor pengelolaan lahan (CP).
• Berikut ini adalah formula yang dihasilkan oleh Wood and Dent (1983) yang dapat digunakan untuk
menghitung faktor karakteristik lereng LS.

( ) (
( sin 𝛼 )1.249
)
𝑚
𝐿 1.503 2.249
𝐿𝑆=34.7046 × ( cos 𝛼 ) × + ( sin 𝛼 )
22.1 2
L = panjang lereng (m)
m = 0.5 untuk kemiringan lereng > 5% ; 0.4 untuk kemiringan lereng di antara 3 dan 5%
dan 0.3 untuk kemiringan lereng < 3%
α = sudut kemiringan lereng (deg atau rad)
MODEL BUILDER – FAKTOR LS
ANALISIS SPASIAL UNTUK ERODIBILTAS – LS
MODEL BUILDER – FAKTOR CP
ANALISIS SPASIAL UNTUK ERODIBILTAS – LANDUSE - SCLC

Tindakan pengelolaan lahan dan pengaruhnya terhadap erosi merupakan faktor yang menarik
untuk ditelusuri dalam analisis USLE. Hamer (IPB) (1981) meneliti tentang efek dari tindakan
pengelolaan lahan. Hal tersebut dijabarkan lebih lanjut dan dirujuk dalam Proyek BTA-155
(1988). Merujuk kepada referensi tersebut, tindakan pengelolaan lahan dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu secara kultural (vegetasi penutup) dan mekanis (tindakan konservasi).
Kedua faktor tersebut diuraikan sebagai berikut:
 Faktor vegetasi penutup lahan (C)
Faktor vegetasi penutup lahan menggambarkan pengaruh total dari vegetasi penutup
lahan, dan residu tanaman terhadap erosi. Faktor ini didefinisikan sebagai perbandingan
besarnya erosi dari suatu lahan/tanah dengan pola tanam suatu jenis tanaman tertentu
dengan besarnya erosi dari lahan tanpa pola tanam tertentu. Faktor ini berkisar dari 0 sd
1 dimana nilai 0 menunjukkan perlindungan 100% terhadap lahan dari bahaya erosi.
Tindakan konservasi yang termasuk dalam faktor C adalah seperti tillage, crop rotations,
dan residue management.
 Faktor tindakan konservasi lahan (P)
Faktor tindakan konservasi lahan adalah perbandingan besarnya erosi dari lahan/tanah
yang disertai pengelolaan tertentu dengan besarnya erosi dari lahan tanpa pengelolaan.
Faktor ini juga berkisar dari 0 sd 1 dimana nilai 1 menafsirkan kondisi tanpa usaha
pengendalian erosi, dan nilai kurang dari 1 menafsirkan kondisi dengan penanganan
lahan secara mekanis. Tindakan konservasi yang biasanya termasuk dalam faktor P
adalah contouring, contour strip cropping, terasering dan permukaan mulsa.
MODEL BUILDER – FAKTOR CP
ANALISIS SPASIAL UNTUK ERODIBILTAS – LANDUSE - SCLC

Pada model USLE, faktor vegetasi dan tindakan konservasi lahan digabungkan dalam
satu faktor CP gabungan karena kedua faktor tersebut memiliki banyak keterkaitan. Faktor
CP pada umumnya tergantung pada kemiringan lereng. Untuk kelompok kemiringan
lereng yang berbeda akan didapatkan faktor CP yang berbeda sesuai dengan setiap jenis
tata guna lahannya. Sebuah faktor CP gabungan untuk model USLE telah dikembangkan
sebagai fungsi dari tata guna lahan, kemiringan lereng dan tingkat pengelolaan lahan.
Untuk sebagian besar jenis tata guna lahan dan tingkat pengelolaan lahan, faktor CP
gabungan sangat tergantung pada kemiringan lereng. Untuk menjelaskan hal tersebut,
telah dipertimbangkan kelompok kemiringan lereng sebagai berikut:
1. 0 – 2 % (Rendah)
2. 2 – 15 % (Sedang)
3. 15 – 40 % (Tinggi)
4. > 40 % (Sangat Tinggi)

Untuk menjadikan faktor CP gabungan sebagai fungsi dari tata guna lahan, tingkat
pengelolaan lahan dan kelompok kemiringan lereng, cross matrix yang disajikan pada tabel
berikut di-input sebagai lookup table dalam GIS.
MODEL BUILDER – FAKTOR CP
ANALISIS SPASIAL UNTUK ERODIBILTAS – LANDUSE - SCLC

Cross matrix faktor CP gabungan


Kode CP Kode CP
BTA Tata Guna Lahan Kemiringan Aktual BTA Tata Guna Lahan Kemiringan Aktual
1 Settlement area 0-2 0.05000 7 Production forest 0-2 0.00100
2 - 15 0.05000 2 - 15 0.00150
15 - 40 0.00250
15 - 40 0.05000
> 40 0.00250
> 40 0.05000 8 Shrub 0-2 0.00100
2 Sawah 0-2 0.01000 2 - 15 0.00150
2 - 15 0.01000 15 - 40 0.00200
15 - 40 0.01000 > 40 0.00200
> 40 0.01000 9 Grassland 0-2 0.02000
3 Non-irrigated 0-2 0.11000 2 - 15 0.05000
agriculture (Tegalan) 15 - 40 0.07000
2 - 15 0.14500 > 40 0.07000
15 - 40 0.23000 10 Swamps and 0-2 0.00000
> 40 0.32000 ponds (water) 2 - 15 0.00000
4 Estates and 0-2 0.04680 15 - 40 0.00000
plantations 2 - 15 0.06570 > 40 0.00000
15 - 40 0.08640 11 Unproductive land 0-2 1.00000
2 - 15 1.00000
> 40 0.11700
15 - 40 1.00000
5 Mixed gardens 0-2 0.05500 > 40 1.00000
(Kebun) 2 - 15 0.07550 0 Clouds 0-2 0.00100
15 - 40 0.11500 2 - 15 0.00100
> 40 0.15500 15 - 40 0.00100
6 Natural forest 0-2 0.00035 > 40 0.00100
2 - 15 0.00075 12 Rocks 0-2 0.00000
2 - 15 0.00000
15 - 40 0.00125 15 - 40 0.00000
> 40 0.00125 > 40 0.00000
MODEL BUILDER – FAKTOR CP
ANALISIS SPASIAL UNTUK ERODIBILTAS – LANDUSE - SCLC

1. Right click on SC_LC_Layer in the Table of Contents,


2. Choose Joins and Relates, and then Join...,
3. For the first option, find the field of Value,
4. For the second option, find the file of CPLookup.dbf,
5. For the third option, find the field of SlopeLC.
6. For Join Options, don't choose anything, just let the default choice, Keep all records.
7. All done, just click OK!
MODEL BUILDER – FAKTOR CP
ANALISIS SPASIAL UNTUK ERODIBILTAS
MODEL BUILDER – USLE

Besarnya nilai dan distribusi aktual erosi erosi tanah dapat diketahui dengan meng-
overlaykan keempat raster layer yang telah diperoleh, yaitu raster R, raster K, raster LS dan
raster CP. Perkalian nilai-nilai grid cell dari keempat raster tersebut menghasilkan nilai laju
erosi lahan.
 
Total nilai laju erosi lahan yang terjadi pada setiap sub DAS perlu dibuat sebuah summary
perhitungan yang memberikan informasi mengenai nilai nilai erosi terbesar atau rata-rata
serta total nilai erosi pada masing-masing sub DAS tersebut. Pengkonversian nilai grid cell
pada sistem GIS setiap 1 grid cellnya adalah memiliki nilai (28.5 x 28.5) m 2. Jadi total laju
erosi dalam ton/tahun adalah laju erosi x jumlah cell pada setiap sub das x ukuran cell x
luas Sub DAS.
MODEL BUILDER – USLE
MODEL BUILDER – SUMMARY USLE
Sekian dan Terimakasih

Roni Farfian, S.T, MPSDA

Anda mungkin juga menyukai