Anda di halaman 1dari 9

Kelompok 2

1. Fahmi Kurniawan
2. Fanny Angelina Simamora
3. Friska Maduma Tondang
4. Muhammad Ichsan
Ruang Sampel 

Ruang sampel adalah himpunan dari semua hasil yang


mungkin pada suatu percobaan/kejadian. 

Ruang sampel suatu percobaan dapat dinyatakan dalam


bentuk diagram pohon atau tabel dan umumnya dinotasikan
dengan S.
Peluang klasik
Apabila kita bisa mengasumsikan bahwa kejadian-kejadian dalam ruang
sampel (definisi ini sudah dijelaskan sebelumnya) memiliki kesempatan
yang sama untuk muncul, maka kita dapat mengukur peluang kejadian
tersebut sebagai sebuah proporsi relatif terhadap jumlah kejadian dalam
ruang sampel. Ukuran peluang tersebut dinamakan peluang klasik.
Perumusan Peluang Klasik dari kejadian A ialah:

P (A) = Jumlah kejadian A


Total kejadian pada ruang sampel
= n (A)
n (S)
Kejadian Saling Bebas
Kejadian saling bebas adalah dua kejadian dimana ada hubungan
antara kejadian pertama dan kedua. Dalam kata lain, kejadian ini bisa
terjadi dalam waktu bersamaan.
 Contohnya dalam kehidupan sehari hari menonton TV dan makan.
Kita bisa melakukan hal tersebut dalam suatu waktu. Itulah arti dari
kejadian saling bebas. Secara matematis, menghitung kejadian saling
bebas digunakan rumus,
P(A∩B) = P(A).P(B)

Terdapat tambahan bagian rumus yaitu  P(A∩B), ini merupakan


peluang dimana kejadian A dan B terjadi bersamaan.
Kejadian Saling Lepas
Kejadian Saling lepas adalah dua kejadian yang tidak saling
mempengaruhi satu sama lainnya.
 Contoh kejadian saling lepas ini dalam kehidupan sehari hari seperti
tidur dan makan.
2 kejadian tersebut tidak bisa terjadi secara bersamaan dan tidak
saling mempengaruhi (dalam artian waktu kejadian).
Secara matematis, kejadian saling lepas ini bisa dirumuskan sebagai
berikut,
  P(A∪B) = P(A)+P(B) 
PELUANG KEJADIAN BERSYARAT

Jika diketahui dua buah kejadian A dan B, dua kejadian ini dikatakan
kejadian bersyarat/kejadian yang saling bergantung  jika terjadi atau
tidak terjadinya kejadian A akan mempengaruhi terjadi atau tidak
terjadinya kejadian B. Sehingga untuk peluang terjadinya kejadian A
dengan syarat kejadian B telah terjadi.
dapat dihitung menggunakan rumus :
P(A/B) =    P(A∩B)/P(B) dimana  P(B) ≠ 0
sedangkan peluang terjadinya kejadian B dengan syarat kejadian A telah
terjadi dapat dihitung menggunakan rumus :
P(B/A) =    P(A∩B)/P(A) dimana P(A) ≠ 0
TEOREMA BAYES
Teorema Bayes dikemukakan oleh seorang pendeta
Inggris pada tahun 1763 yang bernama Thomas Bayes.
Teorema Bayes ini kemudian disempurnakan oleh
Laplace. Teorema Bayes digunakan untuk menghitung
probabilitas terjadinya suatu peristiwa berdasarkan
pengaruh yang didapat dari hasil observasi. Teorema
ini menerangkan hubungan antara probabilitas
terjadinya peristiwa A dengan syarat peristiwa B telah
terjadi dan probabilitas terjadinya peristiwa B dengan
syarat peristiwa A telah terjadi.
Thomas Bayes, menggambarkan hubungan antara
peluang bersyarat dari dua kejadian A dan B sebagai
berikut:

P(A | B) = P(B | A) P(A)


P(B)
atau
P(A | B) = P(B | A) P(A)
P(B | A)P(A) + P(B | A)P(A)

Anda mungkin juga menyukai