BATCH XI
Seberapa besar kontribusi
Kesehatan Lingkungan
pada kejadian penyakit
?
TEORI BLUM
PELAYANAN
KESEHATAN
STATUS
GENETIK KESEHATAN PERILAKU
LINGKUNGAN
Kaitan Faktor Lingkungan dan penyakit
Malaria TB Schisto- Influensa Diare ISPA Kolera DBD
somiasis
Penggundulan hutan +
Perubahan iklim ++ ++ ++ ++ ++ ++
Kecil, tidak langsung, bukan
Sanitasi & hygiene ++ ++ ++ ++
faktor
buruk
+ Faktor penting
++ Faktor sangat penting Kelaparan /kurang + + ++ ++
gizi
++ Langsung, faktor sangat Perumahan tdk layak ++ ++ + + + ++ ++
penting
Sumber:: Report on Infectious Migrasi + + + ++ + ++ ++
Diseases, WHO
Tdk ada akses ke ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ +
sarana kes
4
PENYELENGGARAAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Jumlah Kab/Kota Yg
356 350 366 350 354
6 Melaksanakan Tatanan Kawasan 376 386
Kab/Kota Kab/Kota Kab/Kota Kab/Kota Kab/Kota
Sehat
Persentase RS yang melakukan
7 Pengelolaan Limbah Medis 15% 17,98% 21 % 18,65% 19,08% 28% 36%
sesuai standar
6
Sumber : Up date data dari www.kesling.kesmas.kemkes.go.id
Pelayanan Kesehatan Lingkungan
adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan yang
ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang
sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun
sosial guna mencegah penyakit dan/atau gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh faktor risiko
lingkungan
Tujuan Umum
Untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat
melalui upaya preventif,
promotif, dan kuratif yang
dilakukan secara terpadu
dan berkesinambungan
Tujuan Khusus
• Menurunkan angka penyakit dan/atau gangguan
kesehatan
• Meningkatnya pengetahuan, kesadaran,
kemampuan, dan perilaku hidup bersih dan sehat
• Keterpaduan kegiatan lintas program dan lintas
sektor
Penyelenggaraan
• Setiap Puskesmas wajib menyelenggarakan
Pelayanan Kesehatan Lingkungan.
• Pelayanan Kesehatan Lingkungan merupakan
bagian dari pelayanan kesehatan paripurna
yang diberikan kepada Pasien
Kegiatan
1. KONSELING 2. Inspeksi
Pelayanan Kesehatan Lingkungan
Kesling
Analisis Risiko
Kesling
Langkah-langkah Konseling
1. Persiapan
a.tempat
b.daftar pertanyaan
c.media informasi dan alat peraga
2. Pelaksanaan
Menggali data/informasi :
1)umum
2) khusus
(2) Inspeksi Kesehatan Lingkungan
PANGAN
AIR
mengamati kondisi kualitas VEKTOR & BINATANG mengamati sarana (jenis
media pangan, yang PEMBAWA PENYAKIT dan kondisi) penyediaan air
memenuhi prinsip-prinsip mengamati adanya minum dan air untuk
higiene sanitasi dalam tanda tanda kehidupan keperluan higiene sanitasi
pengelolaan pangan vektor dan binatang dan mengamati kualitas air
Pembawa
penyakit
TANAH UDARA
mengamati kondisi kualitas mengamati ketersediaan dan
tanah yang berpotensi sebagai SARANA & BANGUNAN kondisi kebersihan ventilasi
media penularan penyakit mengamati dan memeriksa kondisi dan mengukur luas ventilasi
kualitas bangunan dan sarana pada permanen
rumah/tempat tinggal Pasien
Pengukuran Media Lingkungan di Tempat
Pengukuran media
lingkungan di tempat
dilakukan dengan
menggunakan alat in situ
Untuk mengetahui kualitas
media lingkungan yang
hasilnya langsung diketahui
di lapangan.
Uji Laboratorium
PELAKSANAAN PENGAWASAN
KUALITAS MEDIA LINGKUNGAN
DALAM RANGKA PROGRAM
KESEHATAN
KINERJA
PUSKESMAS DAN
INDIKATOR
PENILAIAN PERTEMUAN
INTEGRASI LINTAS
AKREDITASI
PROGRAM
PUSKESMAS
Kesimpulan
Mencegah lebih baik
daripada mengobati.
Pelayanan Kesling merupakan upaya pencegahan penyakit.
PUTAR FILM
5 (LIMA) PILAR SANITASI
TOTAL BERBASIS
MASYARAKAT
31
AKIBAT SANITASI YANG BURUK
GOAL
GOAL KINERJA
KESEHATAN HSP
LINGKUNGAN
KELUARGA
DAN DESA KAB/KOTA
MASYARAKAT SEHAT YANG NUSANTARA
SEHAT MEMENUHI SEHAT
KUALITAS
KESLING
33
Alur Penularan Penyakit & Blocking
Tinja Tangan
Cairan
Sampah Makanan &
Minuman
Lalat/
serangga
Limbah
Tanah
Strategi STBM
PENINGKATAN PENINGKATAN PENCIPTAAN
KEBUTUHAN PENYEDIAAN LINGKUNGAN
YANG KONDUSIF
Pemicuan Pemasaran Regulasi,
perubahan sanitasi Advokasi,
perilaku Fasilitasi
36
Prinsip – prinsip stbm
Monitoring Paska Pemicuan Komite menyusun strategi bersama masyarakat Analisa bersama masyarakat
untuk menghentikan BAB sembarangan
Lima Pilar STBM
Pilar 1 – stop BABS
Mengapa buang air besar harus di jamban sehat ?
Prinsipnya tidak menjadi tempat perkembangbiakan serangga dan binatang penular penyakit
(lalat, kecoa, tikus, dan lain-lain) dan memutus rantai penularan penyakit.
Pilar 2 - CTPS
Mengapa harus CTPS ?
• Risiko penyakit diare dapat
diturunkan 45% jika mencuci tangan
dengan sabun
(WHO, 2007)
• Penyimpanan Bahan
• Pengolahan
• Pengangkutan Makanan
• Penyajian Makanan
Pemilihan bahan
No Bahan Pangan Pemilihan
A. Bahan pangan mentah
1. Daging,susu, telur, ikan, udang Harus dalam keadaan baik, segar dan tidak rusak
dan olahannya, buah dan sayur atau berubah bentuk, warna dan rasa
2. Jenis tepung dan biji-bijian Harus dalam keadaan baik, tidak berubah warna,
dan tidak berjamur
3. Pangan fermentasi (ragi) Harus dalam keadaan baik, tercium aroma fermentasi,
tidak berubah warna, rasa serta tidak bernoda dan
tidak berjamur
Prinsip :
Setiap makanan mempunyai wadah masing – masing
Isi makanan tidak terlalu penuh untuk menghindari pemanasan [akan cepat basi)
Wadah harus utuh, kuat, ukuran memadai dan terbuat dari bahan anti karat/ bocor
Selama perjalanan wadah harus tetap tertutup
Kendaraan pengangkut khusus untuk makanan dan tidak dipakai utk keperluan lain
Penyajian Makanan
Prinsip Wadah :
Setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah terpisah dan
diusahakan tertutup
Tujuannya :
1.Makanan tidak terkontaminasi silang
2.Bila satu tercemar yang lain dapat diamankan
3.Memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat
kerawanan makanan
Kebersihan Diri Pengolah Makanan
Menjaga kebersihan pribadi (mandi, gosok gigi)
Membiasakan membersihkan hidung, kuku, telinga secara teratur
Menjaga kebersihan kulit
Memakai celemek , tutup kepala, tidak pakai perhiasan
Tangan harus selalu dijaga kebersihannya
Buang air besar/kecil di toilet/WC
Menghindari kebiasaan yang tidak sehat
PILAR 4
PENGAMANAN SAMPAH
Potret pengelolaan sampah
yang terabaikan
• Sampah rumah tangga adalah sampah
yang berasal dari kegiatan sehari-hari
Setiap aktifitas manusia
dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja
pasti menghasilkan dan sampah spesifik (UU no 18/2012)
buangan atau sampah yang
jumlah dan volumenya • Sampah rumah tangga terdiri dari
sebanding dengan tingkat sampah organik yang mudah terurai
konsumsi terhadap barang seperti sisa sayuran, sampah dapur dan
atau material yang sampah non organik yang sulit terurai
digunakan sehari – hari. seperti plastik, botol, kaleng.
RESIDU
TPA
PENGANGKUTAN 70
3R di rumah tangga
Reuse:
•Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya
•Gunakan wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang
•Gunakan baterai yang dapat di charge kembali
•Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan (Bank Sampah,
Sedekah Sampah, dll.)
Reduce:
•Pilih produk dengan pengemas yang dapat didaur ulang
•Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar
•Kurangi penggunaan bahan sekali pakai misal : membawa tas belanja untuk mengurangi
penggunaan kantong plastik, menggunakan rantang (membeli makanan matang) untuk
mengurangi sampah dari styrofoam, plastik, kertas sebagai wadah makanan
3R dirumah tangga
Recycle :
•sampah organik (yang mudah membusuk) diolah menjadi kompos.
Hasil pengukuran sampah di TPST Bantar Gebang ditemukan bahwa komposisi sampah
organik sebesar 67%, sampah an-organik 32,8% dan 2%nya bentuk lain (Penelitian TL-UI,
Jakarta 2010)
•besi bekas diolah kembali menjadi barang-barang seni dari besi, dll
•Plastik diolah menjadi bijih plastik
•Menjadi barang kerajinan
•Plastik diolah menjadi minyak solar
PILAR 5
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR RUMAH
TANGGA
Apa yang dimaksud limbah cair rumah tangga?
Limbah cair rumah tangga adalah Limbah berbentuk cair sebagai hasil
buangan dari kegiatan perumahan (rumah tangga), bangunan, perdagangan
dan perkantoran. Limbah cair rumah tangga di bagi menjadi 2 yaitu :
•Limbah jamban (black water) yang berasal dari kotoran manusia, seperti
tinja dan air seni
•Limbah non jamban (grey water) yang berasal dari hasil cuci-mencuci,
mandi dan hasil memasak/dapur.
Mengapa limbah cair perlu dikelola
Limbah cair harus dikelola dengan baik dan benar, karena bila
tidak akan dapat menjadi tempat perindukan vektor/serangga
pembawa penyakit.
Limbah cair akan menarik binatang-binatang yang dikenal dalam
aspek kesehatan dapat menyebarluaskan penyakit, seperti misal
lalat, kecoa , tikus.
Penyakit-penyakit yang berkaitan erat dengan sampah yang tidak
dikelola dengan benar antara lain : demam berdarah, disentri,
thypus, dan lain-lain
Prinsip Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga
• Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur dengan air dari jamban.
Namun, jika pada kawasan permukiman sudah tersedia sarana IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah) dengan sistem perpipaan atau tangki septik yang
sesuai standar dilengkapi dengan bidang resapan, air limbah jamban dan non
jamban dapat diolah secara tercampur.
• Tidak boleh menjadi tempat perindukan lalat, nyamuk, kecoa, tikus.
• Tidak boleh menimbulkan bau.
• Tidak boleh ada genangan yang menyebabkan lantai licin dan rawan kecelakaan.
• Terhubung dengan saluran limbah umum/got atau sumur resapan.
Skema Sistem
Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga Komunal (perpipaan) Komunal
Kemana limbah cair harus dibuang
• Limbah cair harus dibuang pada sarana pengolahan air limbah (SPAL) yang
dapat dibuat oleh masing-masing rumah tangga.
• Limbah cair rumah tangga yang berasal dari cucian, buangan dapur, kamar
mandi, dan sarana cuci tangan disalurkan ke Saluran Pembuangan Air
Limbah (SPAL) dengan menggunakan sumur resapan dan saluran
pembuangan air limbah rumah tangga. Sedangkan limbah cair yang berupa
tinja dan air seni disalurkan ke tangki septik yang dilengkapi dengan bidang
resapan.
Sumber: ilmuGeografi.com
PEMELIHARAAN
Saluran air limbah agar tetap berfungsi dengan
baik setiap saat perlu dibersihkan dari sampah,
lakukan perbaikan bila ada saluran yang pecah
atau retak.
88
PENGUBURAN
Persyaratan teknis pengolahan limbah medis dengan cara penguburan dilakukan sebagai berikut:
lokasi kuburan harus bebas banjir, kedap air dan berjarak sekurang-kurangnya 200 m (lima puluh
meter) dari sumur, perumahan, fasilitas umum, dan kawasan lindung;
kedalaman kuburan sekurang-kurangnya 2 (dua) meter, diisi dengan limbah medis sebanyak-
banyaknya setengah dari jumlah volume total, dan ditutup dengan kapur dengan ketebalan sekurang-
kurangnya 50 cm (lima puluh sentimeter) sebelum ditutup dengan tanah;
kuburan harus dilengkapi pagar pengaman;
apabila dilakukan penambahan limbah kedalam kuburan, tanah dengan ketebalan sekurang-
kurangnya 10 cm (sepuluh sentimeter) ditambahkan pada setiap lapisan limbah;
penguburan harus dilakukan dalam pengawasan yang ketat; dan
kuburan wajib dirawat dan dicatat oleh usaha dan/atau kegiatan yang melakukan penguburan.
CONTOH FASILITAS PENGUBURAN
UNTUK LIMBAH BENDA TAJAM
90
CONTOH FASILITAS PENGUBURAN
UNTUK LIMBAH PATOLOGIS
ENKAPSULASI
93
Pengecualian
IZIN PENGOLAHAN LIMBAH B3
Break
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN KESLING DI DAERAH
TANGGAP DARURAT
A. DATA UMUM :
1.Data yang menggambarkan kejadian kedaruratan, diskripsi kedaruratan yang menggambarkan
besaran atau skala kejadian, & waktu kejadian,
2.Lokasi kejadian menggambarkan tempat kejadian di desa/kelurahan, kecamatan,
kabupaten/kota, provinsi,
3.Letak geografis: pegunungan, pantai, pulau atau yang lainnya.
4.Jumlah penduduk yang terancam, jumlah jiwa, dan kepala keluarga.
B. Data kondisi sanitasi dan kesehatan lingkungan
1. Tempat Pengungsian
2. Sumber Air Bersih
3. Pembuangan kotoran
4. Pembuangan limbah
5. Vektor
6. Pengelolaan makanan
7. Potensi yang ada : Jumlah tenaga sanitarian & Potensi alam /
sumber air bersih yg ada
8. Logistik kedaruratan kesehatan lingkungan
KAPAN RHA DILAKUKAN ????
Pelaksanaan RHA dilakukan sesaat setelah terjadinya bencana/keadaan darurat. Sedangkan
need assessment dilakukan secara terus menerus sesuai dengan kondisi yang ada termasuk
pasca bencana. Untuk selanjutnya dilakukan mekanisme survailans kesehatan secara rutin
untuk mengetahui dan memonitor kondisi/masalah kesehatan serta untuk memberikan
rekomendasi upaya tindak lanjutnya. Penilaian cepat masalah kesehatan lingkungan
sekurang-kurangnya dilakukan pada setiap tingkat desa/kelurahan dan selanjutnya dilakukan
rekapitulasi tingkat kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi.
KELUARAN RHA :
Komposisi Tim :
1.Epidemiologis
2.Sanitarian
3.Medis/paramedis
4.Petugas logistik/administrasi
DAFTAR ASSESSMENT :
1. Jumlah korban luka / meninggal berdasarkan tempat tinggal, jenis kelamin dan umur.
2. Jumlah rumah yang rusak ringan/sedang/berat berdasarkan tempat/desa.
3. Perilaku penduduk sebagai akibat bencana (jenis pengungsian, pola makan, buang hajat, dan lainlain ).
4. Kondisi sanitasi berdasarkan tempat
5. Kondisi sistem pelayanan kesehatan seperti kantor dinas kesehatan setempat, rumah sakit, puskesmas,
puskesmas pembantu, peralatan dan petugasnya, terutama kaitan pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan
6. Kondisi sistem transportasi dan komunikasi
7. Data tentang situasi penyakit menular sebelum terjadi bencana termasuk data KLB, penyakit tertentu yang
diperkirakan menjadi ancaman terhadap masyarakat yang mengalami bencana
8. Data surveilans rutin dan riwayat KLB
9. Data program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan kesehatan lingkungan.
10. Kebutuhan logistik sanitasi lingkungan
Terima Kasih
Impacts of thermal
extremes