Anda di halaman 1dari 101

PEMBEKALAN TIM NUSANTARA SEHAT

BATCH XI
Seberapa besar kontribusi
Kesehatan Lingkungan
pada kejadian penyakit

?
TEORI BLUM

PELAYANAN
KESEHATAN

STATUS
GENETIK KESEHATAN PERILAKU

LINGKUNGAN
Kaitan Faktor Lingkungan dan penyakit
Malaria TB Schisto- Influensa Diare ISPA Kolera DBD
somiasis

Penggundulan hutan +

Perubahan iklim ++ ++ ++ ++ ++ ++
Kecil, tidak langsung, bukan
Sanitasi & hygiene ++ ++ ++ ++
faktor
buruk
+ Faktor penting
++ Faktor sangat penting Kelaparan /kurang + + ++ ++
gizi
++ Langsung, faktor sangat Perumahan tdk layak ++ ++ + + + ++ ++
penting
Sumber:: Report on Infectious Migrasi + + + ++ + ++ ++
Diseases, WHO
Tdk ada akses ke ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ +
sarana kes

4
PENYELENGGARAAN KESEHATAN LINGKUNGAN

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT PENYEHATAN PANGAN


(TPM: KANTIN SEKOLAH/INSTITUSI ,
PERCEPATAN & PEMBANGUNAN SARANA SENTRA PANGAN JAJANAN, DAM,
SANITASI , PENGAMANAN AIR MINUM, JASABOGA, RM/REST, MAKANAN
PENILAIAN KUALITAS AIR, JAJANAN)
IMPLEMENTASI TEKNOLOGI TEPAT GUNA
DAERAH SULIT

PENYEHATAN UDARA TANAH &


PENGAMANAN LIMBAH dan RADIASI KAWASAN
PENGAWASAN PENGELOLAAN FASYANKES, TTU, PASAR SEHAT,
LIMBAH FASYANKES, LIMBAH B3 RUMAH , SEKOLAH , GREEN OFFICE,
DAN LOGAM BERAT, PEMETAAN KAB/KOTA SEHAT,
RADIASI PENGION DAN NON PELABUHAN/BANDARA SEHAT,
PENGION KEDARURATAN KESLING
Sumber : APBN PUSAT, DEKON,
APBD, DAK, CSR/SWASTA
5
TARGET DAN REALISASI INDIKATOR RKP 2017
PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN
2016 2017
NO INDIKATOR RPJMN REALISASI REALISASI REALISASI REALISASI
TARGET REALISASI TARGET 2018 2019
TW 1 TW 2 TW 3 TW 4
Jumlah desa/kelurahan yang
30000 33.927 35000 34.834 35.976
1 melaksanakan STBM 40.000 45.000
Desa/Kel Desa/Kel Desa/Kel Desa/Kel Desa/Kel
(kumulatif)
Persentase sarana air minum
2 35% 16.02% 40% 0,67% 22,59% 45% 50%
yang dilakukan pengawasan
Jumlah Tempat-Tempat Umum
(TTU) yang Memenuhi Syarat
3 52% 52,64% 54% 0% 30% 56% 58%
Kesehatan Lingkungan
(Puskesmas, SD/SMP)
Persentase TPM yang dilakukan
4 14% 13,66% 20% 10,56% 12,07% 26% 32%
pengawasan

Jumlah Pasar yang diawasi yang


5 - - 1000 Pasar - 250 Pasar 1500 2000
memenuhi syarat kesehatan

Jumlah Kab/Kota Yg
356 350  366 350 354
6 Melaksanakan Tatanan Kawasan 376 386
Kab/Kota Kab/Kota Kab/Kota Kab/Kota Kab/Kota
Sehat
Persentase RS yang melakukan
7 Pengelolaan Limbah Medis 15% 17,98%  21 % 18,65% 19,08% 28% 36%
sesuai standar
6
Sumber : Up date data dari www.kesling.kesmas.kemkes.go.id
Pelayanan Kesehatan Lingkungan
adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan yang
ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang
sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun
sosial guna mencegah penyakit dan/atau gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh faktor risiko
lingkungan
Tujuan Umum
Untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat
melalui upaya preventif,
promotif, dan kuratif yang
dilakukan secara terpadu
dan berkesinambungan
Tujuan Khusus
• Menurunkan angka penyakit dan/atau gangguan
kesehatan
• Meningkatnya pengetahuan, kesadaran,
kemampuan, dan perilaku hidup bersih dan sehat
• Keterpaduan kegiatan lintas program dan lintas
sektor
Penyelenggaraan
• Setiap Puskesmas wajib menyelenggarakan
Pelayanan Kesehatan Lingkungan.
• Pelayanan Kesehatan Lingkungan merupakan
bagian dari pelayanan kesehatan paripurna
yang diberikan kepada Pasien
Kegiatan
1. KONSELING 2. Inspeksi
Pelayanan Kesehatan Lingkungan
Kesling

3. Intervensi Kesehatan Lingkungan


(1) Konseling

adalah hubungan komunikasi


antara Tenaga Kesehatan
Lingkungan dengan pasien yang
bertujuan untuk mengenali dan
memecahkan masalah kesehatan
lingkungan yang dihadapi
(1) Konseling
Untuk ?
Pasien
Oleh ?
Tenaga Kesehatan • Media ?
Lingkungan Alat peraga,
Bagaimana ? percontohan,
Terintegrasi dengan
pelayanan media informasi cetak
pengobatan media elektronik
dan/atau
perawatan
• Kapan ?
Setiap hari kerja.
ALUR PELAYANAN KESEHATAN LINGKUNGAN
DI PUSKESMAS
R. ADMINIS Ka.
R. LAB GUDANG DAPUR R.RAPAT TRASI PUSKESMAS

RUANG R. KIA/KB &


STERILISA
IMUNISASI
SI
KM/WC
R. RAWAT PASCA
RUANG R. PENDAFTARAN & PERSALINAN
PROMKES REKAM MEDIK
RUANG KM/WC
KES.GIMUL
R. PERSALINAN
R. PERIKSA PASIEN KLIEN
UMUM
R. TINDAKAN
RUANG
FARMASI
PINTU
MASUK/KELUAR
Dalam Rangka IKL
KOORDINASI DENGAN KOORDINASI LINTAS KOORDINASI
PERANGKAT PROGRAM DENGAN LINTAS
DESA/KELURAHAN -SEKSI/BIDANG LAIN DI PUSKESMAS SEKTOR
-Kades/Lurah
-RW/RT
-Kadus
-PUSTU
-BIDANG DESA KECAMATAN

Pengamatan Lingkungan, Perilaku,


Konseling, IKL

Penemuan Penderita &


Pemetaan Populasi Berisiko

Memberikan Saran Tindak Lanjut,


Kepada Pasien/Klien

Analisis Risiko
Kesling
Langkah-langkah Konseling
1. Persiapan
a.tempat
b.daftar pertanyaan
c.media informasi dan alat peraga

2. Pelaksanaan
Menggali data/informasi :
1)umum
2) khusus
(2) Inspeksi Kesehatan Lingkungan

adalah kegiatan pemeriksaan dan pengamatan secara


langsung terhadap media lingkungan dalam rangka
pengawasan berdasarkan standar, norma, dan baku mutu
yang berlaku untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang
sehat
Pengamatan Fisik Media Lingkungan

PANGAN
AIR
mengamati kondisi kualitas VEKTOR & BINATANG mengamati sarana (jenis
media pangan, yang PEMBAWA PENYAKIT dan kondisi) penyediaan air
memenuhi prinsip-prinsip mengamati adanya minum dan air untuk
higiene sanitasi dalam tanda tanda kehidupan keperluan higiene sanitasi
pengelolaan pangan vektor dan binatang dan mengamati kualitas air
Pembawa
penyakit
TANAH UDARA
mengamati kondisi kualitas mengamati ketersediaan dan
tanah yang berpotensi sebagai SARANA & BANGUNAN kondisi kebersihan ventilasi
media penularan penyakit mengamati dan memeriksa kondisi dan mengukur luas ventilasi
kualitas bangunan dan sarana pada permanen
rumah/tempat tinggal Pasien
Pengukuran Media Lingkungan di Tempat

Pengukuran media
lingkungan di tempat
dilakukan dengan
menggunakan alat in situ
Untuk mengetahui kualitas
media lingkungan yang
hasilnya langsung diketahui
di lapangan.
Uji Laboratorium

• Apabila hasil pengukuran in situ


memerlukan penegasan lebih
lanjut, dilakukan uji
laboratorium.
• Uji laboratorium dilaksanakan
di laboratorium yang
terakreditasi sesuai
parameternya.
*) Jika Puskesmas mendapatkan sanitarian kit, maka uji laboratorium dilakukan dengan in situ
Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Analisis risiko kesehatan lingkungan dilakukan melalui:
a) Identifikasi bahaya
Mengenal dampak buruk kesehatan yang disebabkan oleh pemajanan suatu bahan dan memastikan
mutu serta kekuatan bukti yang mendukungnya.
b) Evaluasi dosis respon
Melihat daya racun yang terkandung dalam suatu bahan atau untuk menjelaskan bagaimana suatu
kondisi pemajanan (cara, dosis, frekuensi, dan durasi) oleh suatu bahan yang berdampak terhadap
kesehatan.
c) Pengukuran pemajanan
Perkiraan besaran, frekuensi dan lamanya pemajanan pada manusia oleh suatu bahan melalui semua
jalur dan menghasilkan perkiraan pemajanan.
d) Penetapan Risiko.
Mengintegrasikan daya racun dan pemajanan kedalam “perkiraan batas atas” risiko kesehatan yang
terkandung dalam suatu bahan.
• Waktu pelaksanaan Inspeksi Kesehatan
Lingkungan sebagai tindak lanjut hasil
Konseling sesuai dengan kesepakatan
antara Tenaga Kesehatan Lingkungan
dengan Pasien, yang diupayakan
dilakukan paling lambat 24 (dua puluh
empat) jam setelah Konseling.
Langkah-langkah kegiatan IKL
1. Persiapan :
• Mempelajari hasil konseling
• Membuat janji kunjungan rumah dan lingkungannya dengan pasien dan keluarga
• Menyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan kelengkapan lapangan yang diperlukan
(form IKL, media penyuluhan, alat pengukuran)
• Melakukan koordinasi dengan perangkat desa atau kelurahan.
2. Pelaksanaan :
• Melakukan pengamatan media lingkungan dan perilaku masyarakat.
• Melakukan pengukuran media lingkungan di tempat, uji laboratorium dan analisis resiko sesuai
kebutuhan
• Melakukan penemuan penderita lainnya.
• Melakukan pemetaan populasi beresiko
• Memberikan saran dan tindak lanjut kepada sasaran (keluarga, pasien dan keluarga sekitar)
(3)Intervensi Kesehatan Lingkungan
Intervensi Kesehatan Lingkungan adalah tindakan penyehatan, pengamanan, dan
pengendalian untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek
fisik, kimia, biologi, maupun sosial

Intervensi Kesehatan Lingkungan dapat berupa:


• komunikasi, informasi, dan edukasi, serta penggerakan/pemberdayaan
masyarakat;
• perbaikan dan pembangunan sarana;
• pengembangan teknologi tepat guna; dan/atau
• rekayasa lingkungan
Sumber daya
SDM
1 Orang Tenaga Kesling
DANA
APBN, APBD, masyarakat sumber lain yang sah

SARANA & PRASANA


ruang Konseling
Laboratorium terintegrasi;
 peralatan yang dibutuhkan dalam Intervensi Kesehatan
Lingkungan; dan
 media komunikasi, informasi, dan edukasi.

Ruang yang digunakan bersama dengan ruangan promosi


kesehatan
PELAYANAN KESLING
PEMANTAUAN DAN PUSKESMAS:
EVALUASI

PELAKSANAAN PENGAWASAN
KUALITAS MEDIA LINGKUNGAN
DALAM RANGKA PROGRAM
KESEHATAN
KINERJA
PUSKESMAS DAN
INDIKATOR
PENILAIAN PERTEMUAN
INTEGRASI LINTAS
AKREDITASI
PROGRAM
PUSKESMAS
Kesimpulan
Mencegah lebih baik
daripada mengobati.
Pelayanan Kesling merupakan upaya pencegahan penyakit.
PUTAR FILM
5 (LIMA) PILAR SANITASI
TOTAL BERBASIS
MASYARAKAT

31
AKIBAT SANITASI YANG BURUK
GOAL
GOAL KINERJA
KESEHATAN HSP
LINGKUNGAN

KELUARGA
DAN DESA KAB/KOTA
MASYARAKAT SEHAT YANG NUSANTARA
SEHAT MEMENUHI SEHAT
KUALITAS
KESLING

33
Alur Penularan Penyakit & Blocking

Sumber Media Penularan Target

Tinja Tangan

Cairan
Sampah Makanan &
Minuman
Lalat/
serangga
Limbah
Tanah
Strategi STBM
PENINGKATAN PENINGKATAN PENCIPTAAN
KEBUTUHAN PENYEDIAAN LINGKUNGAN
YANG KONDUSIF
Pemicuan Pemasaran Regulasi,
perubahan sanitasi Advokasi,
perilaku Fasilitasi

36
Prinsip – prinsip stbm

Tanpa subsidi Masyarakat Tidak


Totalitas
sebagai menggurui atau
pemimpin memaksa
PROSES PEMICUAN

Perkenalan dan penekanan tidak Transect / melihat tempat kebiasaan Pemetaan


membawa subsidi BAB masyarakat

Monitoring Paska Pemicuan Komite menyusun strategi bersama masyarakat Analisa bersama masyarakat
untuk menghentikan BAB sembarangan
Lima Pilar STBM
Pilar 1 – stop BABS
Mengapa buang air besar harus di jamban sehat ?

Prinsipnya tidak menjadi tempat perkembangbiakan serangga dan binatang penular penyakit
(lalat, kecoa, tikus, dan lain-lain) dan memutus rantai penularan penyakit.
Pilar 2 - CTPS
Mengapa harus CTPS ?
• Risiko penyakit diare dapat
diturunkan 45% jika mencuci tangan
dengan sabun
(WHO, 2007)

 Faecal Streptococci mampu dieliminir


90% dengan cuci tangan pakai sabun
(Pinfold, 1994)
5 WAKTU PALING PENTING UNTUK CTPS
1. Sebelum makan
2. Sebelum menghidangkan makanan
3. Sebelum memberi makan bayi/Balita
4. Sesudah Buang Air Besar atau Buang Air Kecil.
5. Sesudah memegang hewan

Waktu-waktu penting lainnya adalah:


sebelum menyusui bayi, setelah menyeboki bayi/Balita, setelah batuk/bersin dan membersihkan hidung, setelah
membersihkan sampah; dan untuk anak-anak: setelah bermain di tanah atau di lantai.
Pilar 3 - PAMM RT
Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga
Bagaimana Mengolah Air Minum?
Pengolahan air untuk minum pengolahan air minum di
rumah tangga dilakukan untuk mendapatkan air dengan
kualitas air minum. Cara pengolahan yang disarankan, yaitu:
•Filtrasi (keramik filter)
•Desinfeksi (khlorin cair/tablet/UV/SODIS/Merebus)
HIGIENE SANITASI PANGAN
di tingkat RUMAH TANGGA
Mengapa Higiene Sanitasi penting ?
• Menurut Organisasi Kesehatan Dunia :
• Lebih Dari 200 Penyakit Ditularkan Melalui Makanan
- Makanan yang tidak aman dapat menyebabkan penyakit mulai dari Diare sampai
Kanker
- Beberapa penyakit ini bahkan dapat menyebabkan infeksi atau keracunan
sepanjang hidup
- 5 Milyar penyakit Diare terjadi terhadap anak usia 5 tahun setiap tahunnya
6 Tahap Higiene Sanitasi Pangan
• Pemilihan Bahan

• Penyimpanan Bahan

• Pengolahan

• Penyimpanan Makanan Matang

• Pengangkutan Makanan

• Penyajian Makanan
Pemilihan bahan
No Bahan Pangan Pemilihan
A. Bahan pangan mentah
1. Daging,susu, telur, ikan, udang Harus dalam keadaan baik, segar dan tidak rusak
dan olahannya, buah dan sayur atau berubah bentuk, warna dan rasa

2. Jenis tepung dan biji-bijian Harus dalam keadaan baik, tidak berubah warna,
dan tidak berjamur
3. Pangan fermentasi (ragi) Harus dalam keadaan baik, tercium aroma fermentasi,
tidak berubah warna, rasa serta tidak bernoda dan
tidak berjamur

B. Bahan pangan olahan


1. Bahan pangan olahan kemasan Harus mempunyai label dan merk, terdaftar, kemasan
tidak rusak, tidak menggelembung, dan belum
kadaluwarsa
2. Bahan pangan olahan non Tidak basi, tidak busuk, tidak rusak, tidak berubah
kemasan warna dan tidak berjamur
Penyimpanan Bahan
Makanan
 Terhindar dari kemungkinan kontaminasi bakteri, vektor pembawa
penyakit dan hewan lainnya, bahan berbahaya dan racun
 Bahan pangan yang diterima/dibeli lebih awal digunakan lebih
dahulu
 Tempat penyimpanan harus bersih dan tertutup sehingga terlindung
dari vektor penyakit
Pengolahan Pangan

Pengolahan Pangan yang Baik dan Sehat


Tempat pengolahan/dapur bersih, pencahayaan cukup, ventilasi
memenuhi syarat, lantai tidak licin mudah dibersihkan, bebas dari
vektor pembawa penyakit dan hewan lainnya
Peralatan harus tara pangan (aman dan tidak berbahaya bagi
kesehatan), bersih tidak rusak/retak, talenan dari bahan selain kayu
Bahan pangan sebelum dipotong, dicuci dengan air bersih yang
mengalir.
• Bahan pangan yang dimasak harus matang sempurna
Pengolah makanan berbadan sehat
Penyimpanan Makanan Matang
Simpan pangan yang sudah siap saji :
Pada Tempat Yang Tidak, Tercemar Debu
(Tertutup),

Tidak Dapat Dijangkau Tikus, Serangga Dan


Binatang Pengganggu Lainnya.

Pangan Yang Sudah Matang


Tidak Boleh Kontak Langsung
Dengan Tangan.
Pengangkutan Makanan

Makanan siap saji lebih rawan,


terhadap pencemaran sehingga perlu perlakuan ekstra hati-hati

Prinsip :
 Setiap makanan mempunyai wadah masing – masing
 Isi makanan tidak terlalu penuh untuk menghindari pemanasan [akan cepat basi)
 Wadah harus utuh, kuat, ukuran memadai dan terbuat dari bahan anti karat/ bocor
 Selama perjalanan wadah harus tetap tertutup
 Kendaraan pengangkut khusus untuk makanan dan tidak dipakai utk keperluan lain
Penyajian Makanan

Hal – hal yang harus diperhatikan :


1.Tempat Penyajian
2.Waktu Penyajian
3.Cara Penyajian
4.Prinsip Penyajian

Lamanya waktu tunggu makanan mulai dari selesai


proses pengolahan,menjadi matang, sampai disajikan dan
dimakan tidak boleh lebih dari 4 jam, segera dihangatkan
kembali terutama makanan yang berprotein tinggi.
Penyajian Makanan

Prinsip Wadah :
Setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah terpisah dan
diusahakan tertutup

Tujuannya :
1.Makanan tidak terkontaminasi silang
2.Bila satu tercemar yang lain dapat diamankan
3.Memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat
kerawanan makanan
Kebersihan Diri Pengolah Makanan
 Menjaga kebersihan pribadi (mandi, gosok gigi)
 Membiasakan membersihkan hidung, kuku, telinga secara teratur
 Menjaga kebersihan kulit
 Memakai celemek , tutup kepala, tidak pakai perhiasan
 Tangan harus selalu dijaga kebersihannya
 Buang air besar/kecil di toilet/WC
 Menghindari kebiasaan yang tidak sehat
PILAR 4
PENGAMANAN SAMPAH
Potret pengelolaan sampah
yang terabaikan
• Sampah rumah tangga adalah sampah
yang berasal dari kegiatan sehari-hari
Setiap aktifitas manusia
dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja
pasti menghasilkan dan sampah spesifik (UU no 18/2012)
buangan atau sampah yang
jumlah dan volumenya • Sampah rumah tangga terdiri dari
sebanding dengan tingkat sampah organik yang mudah terurai
konsumsi terhadap barang seperti sisa sayuran, sampah dapur dan
atau material yang sampah non organik yang sulit terurai
digunakan sehari – hari. seperti plastik, botol, kaleng.

Siapa penghasil SAMPAH ?


Hasil Riskesdas 2013 pengelolaan sampah
rumah tangga di Indonesia :
•dibakar (50,1%)
•ditimbun dalam tanah (3,9 %)
•dibuang ke kali/parit/laut (10,4)
•dibuang sembarangan (9,7%) dan
•masih rendahnya yang diangkut petugas
(24,9%)
•dibuat kompos (0,9 %)

Pengelolaan sampah rumah tangga dengan cara


dibakar berkontribusi dalam terjadinya
perubahan iklim
Pengelolaan Sampah
Undang-undang no. 18 tahun 2008 pengelolaan
sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang
sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan
yang meliputi pengurangan dan penanganan
sampah.

•Kegiatan pengurangan meliputi pembatasan


timbulan sampah, pendaur ulang sampah
dan/atau pemanfaatan kembali sampah.
•Kegiatan penanganan meliputi pemilahan,
pengumpulan, pengangkutan, pengolahan,
pemrosesan akhir sampah
STBM dalam Penanganan Sampah
STBM
PEMILAHAN, PENAMPUNGAN
PEWADAHAN & 3R SEMENTARA/PENGOLAHAN
Bank
Sampah
Kertas dll RESIDU TPST 3 R
Gelas dll
TPS
Organik PEMROSESAN
SPA AKHIR
Bahan PENGUMPULAN
Beracun
RUMAH
TANGGA
Berbahaya

RESIDU
TPA

PENGANGKUTAN 70
3R di rumah tangga
Reuse:
•Gunakan kembali wadah/kemasan untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya
•Gunakan wadah/kantong yang dapat digunakan berulang-ulang
•Gunakan baterai yang dapat di charge kembali
•Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan (Bank Sampah,
Sedekah Sampah, dll.)

Reduce:
•Pilih produk dengan pengemas yang dapat didaur ulang
•Hindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah dalam jumlah besar
•Kurangi penggunaan bahan sekali pakai misal : membawa tas belanja untuk mengurangi
penggunaan kantong plastik, menggunakan rantang (membeli makanan matang) untuk
mengurangi sampah dari styrofoam, plastik, kertas sebagai wadah makanan
3R dirumah tangga
Recycle :
•sampah organik (yang mudah membusuk) diolah menjadi kompos.

Hasil pengukuran sampah di TPST Bantar Gebang ditemukan bahwa komposisi sampah
organik sebesar 67%, sampah an-organik 32,8% dan 2%nya bentuk lain (Penelitian TL-UI,
Jakarta 2010)
•besi bekas diolah kembali menjadi barang-barang seni dari besi, dll
•Plastik diolah menjadi bijih plastik
•Menjadi barang kerajinan
•Plastik diolah menjadi minyak solar
PILAR 5
PENGELOLAAN LIMBAH CAIR RUMAH
TANGGA
Apa yang dimaksud limbah cair rumah tangga?

Limbah cair rumah tangga adalah Limbah berbentuk cair sebagai hasil
buangan dari kegiatan perumahan (rumah tangga), bangunan, perdagangan
dan perkantoran. Limbah cair rumah tangga di bagi menjadi 2 yaitu :

•Limbah jamban (black water) yang berasal dari kotoran manusia, seperti
tinja dan air seni

•Limbah non jamban (grey water) yang berasal dari hasil cuci-mencuci,
mandi dan hasil memasak/dapur.
Mengapa limbah cair perlu dikelola
 Limbah cair harus dikelola dengan baik dan benar, karena bila
tidak akan dapat menjadi tempat perindukan vektor/serangga
pembawa penyakit.
 Limbah cair akan menarik binatang-binatang yang dikenal dalam
aspek kesehatan dapat menyebarluaskan penyakit, seperti misal
lalat, kecoa , tikus.
 Penyakit-penyakit yang berkaitan erat dengan sampah yang tidak
dikelola dengan benar antara lain : demam berdarah, disentri,
thypus, dan lain-lain
Prinsip Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga

• Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur dengan air dari jamban.
Namun, jika pada kawasan permukiman sudah tersedia sarana IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah) dengan sistem perpipaan atau tangki septik yang
sesuai standar dilengkapi dengan bidang resapan, air limbah jamban dan non
jamban dapat diolah secara tercampur.
•  Tidak boleh menjadi tempat perindukan lalat, nyamuk, kecoa, tikus.
• Tidak boleh menimbulkan bau.
• Tidak boleh ada genangan yang menyebabkan lantai licin dan rawan kecelakaan.
• Terhubung dengan saluran limbah umum/got atau sumur resapan.
Skema Sistem
Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga Komunal (perpipaan) Komunal
Kemana limbah cair harus dibuang
• Limbah cair harus dibuang pada sarana pengolahan air limbah (SPAL) yang
dapat dibuat oleh masing-masing rumah tangga.
• Limbah cair rumah tangga yang berasal dari cucian, buangan dapur, kamar
mandi, dan sarana cuci tangan disalurkan ke Saluran Pembuangan Air
Limbah (SPAL) dengan menggunakan sumur resapan dan saluran
pembuangan air limbah rumah tangga. Sedangkan limbah cair yang berupa
tinja dan air seni disalurkan ke tangki septik yang dilengkapi dengan bidang
resapan.

Dapat digabung jika tangki septik


sudah menggunakan teknologi
yang dapat mengolah limbah
grey water dan black water
SARANA PENGELOLAAN AIR LIMBAH (Grey Water)

Sumber: ilmuGeografi.com
  PEMELIHARAAN
Saluran air limbah agar tetap berfungsi dengan
baik setiap saat perlu dibersihkan dari sampah,
lakukan perbaikan bila ada saluran yang pecah
atau retak.

Menggunakan air limbah untuk menyiram


tanaman dapat meningkatkan manfaat air
limbah.

Mengusir tikus dari tempat pembuangan air


limbah dapat menghindari penyakit yang
disebarkan oleh tikus seperti pes dan
leptospirosis.
Seperti apa pembuangan air limbah di rumah kita ?

• Sarana pembuangan air limbah yang sehat yaitu yang dapat


mengalirkan air limbah dari sumbernya (dapur, kamar mandi) ke
tempat penampungan air limbah dengan lancar tanpa mencemari
lingkungan dan tidak dapat dijangkau serangga dan tikus.
• Rumah yang membuang air limbahnya di atas tanah terbuka tanpa
adanya saluran pembuangan limbah. Akibatnya menjadi kotor,
becek, menyebarkan bau tidak sedap dan dapat menjadi tempat
berkembang biak serangga terutama nyamuk.
• Saluran limbah yang bocor atau pecah menyebabkan air keluar dan
menggenang serta meresap ke tanah. Bila jarak terlalu dekat
dengan sumur maka dapat mencemari sumur.
Break
PENGAMANAN LIMBAH MEDIS
SUMBER DAN TIMBULAN
Laporan Nasional Rifaskes 2011 Puskesmas
7,5 gr/pasien/hari (PATH, 2004)
• 64,6% Puskesmas
melaksanakan pemisahan
limbah medis dan non medis.
• 26,8% Puskesmas
melaksanakan penanganan
limbah medis dengan
incenerator
• 44,5% Puskesmas memiliki
SPAL (Sistem Pembuangan
Air Limbah)
Alur Pengelolaan Limbah medis
Metode Pengolahan Limbah Medis
Logam Tabung
Teknologi Tajam Infeksi Patologi Farmasi
berat bertekanan
Insinerator pirolitik Ya Ya Ya Sedikit Tidak Tidak
Insinerator 1 bilik Tidak Ya Ya Sedikit Tidak Tidak
Disinfeksi kimia Ya Ya Tidak Tidak Tidak Tidak
Autoklaf Ya Ya Ya Tidak Tidak Tidak
Oven microwave Ya Ya TIdak Tidak Tidak Tidak
Penguburan Ya Ya Ya Sedikit Tidak Tidak
Enkapsulasi Ya Tidak Tidak Sedikit Sedikit Tidak
Inertisasi Tidak Tidak Tidak Ya Tidak Tidak
PENGUBURAN

 Fasyankes yang terisolir/terpencil, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota


diperkenankan memberikan izin untuk memberikan persetujuan penguburan, dengan
syarat dilakukan oleh penghasil, BUKAN/TIDAK untuk pihak ke-3 (swasta/komersil).
 Lokasi penguburan limbah medis wajib memiliki persetujuan dari Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten/Kota.
 Fasilitas penguburan limbah medis wajib mendapatkan persetujuan dari Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota.
 Limbah medis yang dapat dilakukan pengelolaan dengan cara penguburan yaitu:
 limbah patologis; dan/atau
 limbah benda tajam.

88
PENGUBURAN
Persyaratan teknis pengolahan limbah medis dengan cara penguburan dilakukan sebagai berikut:
 lokasi kuburan harus bebas banjir, kedap air dan berjarak sekurang-kurangnya 200 m (lima puluh
meter) dari sumur, perumahan, fasilitas umum, dan kawasan lindung;
 kedalaman kuburan sekurang-kurangnya 2 (dua) meter, diisi dengan limbah medis sebanyak-
banyaknya setengah dari jumlah volume total, dan ditutup dengan kapur dengan ketebalan sekurang-
kurangnya 50 cm (lima puluh sentimeter) sebelum ditutup dengan tanah;
 kuburan harus dilengkapi pagar pengaman;
 apabila dilakukan penambahan limbah kedalam kuburan, tanah dengan ketebalan sekurang-
kurangnya 10 cm (sepuluh sentimeter) ditambahkan pada setiap lapisan limbah;
 penguburan harus dilakukan dalam pengawasan yang ketat; dan
 kuburan wajib dirawat dan dicatat oleh usaha dan/atau kegiatan yang melakukan penguburan.
CONTOH FASILITAS PENGUBURAN
UNTUK LIMBAH BENDA TAJAM

90
CONTOH FASILITAS PENGUBURAN
UNTUK LIMBAH PATOLOGIS
ENKAPSULASI

 suatu pengolahan limbah dengan cara limbah dimasukan dalam


kontainer, kemudian ditambahkan zat yang dapat menyebabkan
limbah tidak dapat bergerak, dan kemudian kontainer ditutup.
Kontainer kemudian ditutup dengan adukan semen atau pasir
bitumen, dan setelah kering buang ke lokasi landfill

Limbah yang dapat diproses dengan cara


ini antara lain limbah benda tajam,
residu bahan kimia atau sediaan farmasi.
ENKAPSULASI

• Proses enkapsulasi pada prinsipnya melakukan solidifikasi terhadap


limbah untuk menghindari terjadinya pelindian terhadap limbah.
• Enkapsulasi dilakukan dengan cara memasukkan limbah sebanyak 2/3
dari volume wadah dan selanjutnya ditambahkan material immobilisasi
sampai penuh sebelum wadahnya ditutup dan dikungkung.
• Material immobilisasi dapat berupa pasir bituminus dan/atau semen.
Wadah yang digunakan dapat berupa high density polyethylene (HDPE)
atau drum logam.
• Limbah yang dilakukan enkapsulasi dapat berupa limbah benda tajam,
limbah farmasi dan/atau limbah bahan kimia sebelum akhirnya hasil
enkapsulasi tersebut ditimbun di landfill.

93
Pengecualian
IZIN PENGOLAHAN LIMBAH B3
Break
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN KESLING DI DAERAH
TANGGAP DARURAT
A. DATA UMUM :
1.Data yang menggambarkan kejadian kedaruratan, diskripsi kedaruratan yang menggambarkan
besaran atau skala kejadian, & waktu kejadian,
2.Lokasi kejadian menggambarkan tempat kejadian di desa/kelurahan, kecamatan,
kabupaten/kota, provinsi,
3.Letak geografis: pegunungan, pantai, pulau atau yang lainnya.
4.Jumlah penduduk yang terancam, jumlah jiwa, dan kepala keluarga.
B. Data kondisi sanitasi dan kesehatan lingkungan
1. Tempat Pengungsian
2. Sumber Air Bersih
3. Pembuangan kotoran
4. Pembuangan limbah
5. Vektor
6. Pengelolaan makanan
7. Potensi yang ada : Jumlah tenaga sanitarian & Potensi alam /
sumber air bersih yg ada
8. Logistik kedaruratan kesehatan lingkungan
KAPAN RHA DILAKUKAN ????
Pelaksanaan RHA dilakukan sesaat setelah terjadinya bencana/keadaan darurat. Sedangkan
need assessment dilakukan secara terus menerus sesuai dengan kondisi yang ada termasuk
pasca bencana. Untuk selanjutnya dilakukan mekanisme survailans kesehatan secara rutin
untuk mengetahui dan memonitor kondisi/masalah kesehatan serta untuk memberikan
rekomendasi upaya tindak lanjutnya. Penilaian cepat masalah kesehatan lingkungan
sekurang-kurangnya dilakukan pada setiap tingkat desa/kelurahan dan selanjutnya dilakukan
rekapitulasi tingkat kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi.
KELUARAN RHA :

1. Mengidentifikasi ancaman penyakit menular utama,


2. Membuat outline kebutuhan bidang Kesling
3. Membuat rencana prioritas penanggulangannya

Komposisi Tim :
1.Epidemiologis
2.Sanitarian
3.Medis/paramedis
4.Petugas logistik/administrasi
DAFTAR ASSESSMENT :
1. Jumlah korban luka / meninggal berdasarkan tempat tinggal, jenis kelamin dan umur.
2. Jumlah rumah yang rusak ringan/sedang/berat berdasarkan tempat/desa.
3. Perilaku penduduk sebagai akibat bencana (jenis pengungsian, pola makan, buang hajat, dan lainlain ).
4. Kondisi sanitasi berdasarkan tempat
5. Kondisi sistem pelayanan kesehatan seperti kantor dinas kesehatan setempat, rumah sakit, puskesmas,
puskesmas pembantu, peralatan dan petugasnya, terutama kaitan pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan
6. Kondisi sistem transportasi dan komunikasi
7. Data tentang situasi penyakit menular sebelum terjadi bencana termasuk data KLB, penyakit tertentu yang
diperkirakan menjadi ancaman terhadap masyarakat yang mengalami bencana
8. Data surveilans rutin dan riwayat KLB
9. Data program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan kesehatan lingkungan.
10. Kebutuhan logistik sanitasi lingkungan
Terima Kasih

Impacts of thermal
extremes

Anda mungkin juga menyukai