Anda di halaman 1dari 59

Oleh:

SEKSI P2PM
DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR
 P2 ISP untuk kelompok penyakit saluran
cerna yang ditularkan secara orofecal
antara lain Hepatitis A, E, Diare, Tifoid, dll
sesuai perkembangan situasi penyakit
menimbulkan dampak kesmas secara
luas
 P2 HEPATITIS untuk Hepatitis virus yang
ditularkan secara parenteral meliputi
Hepatitis B dan C
PENY-CARA BESARAN SPESIFIC DX DINI &
TATALAKSANA
PENULARAN MASALAH PROMOTIF PREVENTIF PROTECTION

FECAL ORAL
HEP A - MASY DG - IPP dg SKD KLB IMM HEP A PD OBATI
HIEGIENE SOSIALISASI PX SCR POP RISTI;
SANITASI, KIE GEJALA
HEP E BERKALA PD POK RISTI
LINGK BURUK - PHBS CTPS
KUALITAS SAAT KLB
- SETIAP BALITA - PENULARAN,
3-4 KALI/ THN PENCEGAHAN AIR & MAK
TERKENA
DIARE
DIARE - 180/100.000
LROA REHIDRASI
(ORALIT) & ZINC
PEND TERKENA
TYPHOID TYPHOID SURV KARIER IMM TYPH PD
PENGOBATAN
TIFOID PD POK RISTI
KARIER (BPJS)
PARENTERAL PENJAMAH
MAKANAN

HEP B HBIG PD BAYI


- 18 JTA HEP IPP dg SOS, KIE CUP; HR IMM HEP B
(PHBS DD POK RISTI IMM HEP B PD & PEP; BPJS
B (<5 TAHUN PENGOBATAN
4,2%; > 15 TH A, B, C, D TTL KASUS; UP POK RISTI
CARA (LIFELONG)
7,1%)
PENULARAN &
PENCEGAHAN) BPJS (+)
HEP C - 3 JT HEP C (>
15 TH 1,01%) TX DG DAA
(CURED)
BESARAN MASALAH DIARE

29 hari – 11 bulan 1 – 4 tahun


Penyebab Kematian
Pada Anak Balita 1 – 4
tahun

DB
D

DBD

Diare

Sumber data kajian Masalah Kesehatan Berdasarkan Siklus Kehidupan 2011, di 15


Kab/Kota oleh Litbangkes
INDIKATOR KEGIATAN ISP 2015 - 2019
NO INDIKATOR 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Menurunnya Angka Kematian Balita Akibat Diare sebesar 50% dari kondisi saat ini
Menurunnya Angka Kesakitan Demam Tifoid pada Anak Sekolah sebesar 30% dari
kondisi saat ini
1 % Kab/kota yang Melaksanakan NA 10 20 40 80 90
Sosialisasi dan atau Advokasi tentang
Diare, Tifoid dan Hepatitis A & E

2 % Kab/kota yg melakukan Layanan NA 10 20 40 80 90


Rehidrasi Oral Aktif

3 % Kab/kota yang Melaksanakan SKD NA 10 20 40 80 90


KLB
4 % Kab/kota yang Melakukan Kegiatan NA 2,5 5 10 20 30
Surveilans Tifoid pada Kelompok
Masyarakat Paling Berisiko

5. % Kelompok Anak Sekolah yang NA 2,5 5 10 20 30


Melakukan Upaya Pencegahan Demam
Tifoid
No Indikator Definisi Operasional Cara Perhitungan

1 % Kab/kota yang Sosialisasi dan atau advokasi dilakukan pada masyarakat dan atau Jumlah kab/kota yang
melaksanakan pemangku kepentingan dan atau petugas kesehatan. melaksanakan sosialisasi
advokasi dan atau Suatu kab/kota melakukan sosialisasi apabila kab/kota paling tidak dan atau advokasi
sosialisasi dalam 1 tahun melakukan kegiatan : tentang diare dibagi
pengendalian diare Sosialisasi dan atau advokasi tentang diare ke masyarakat dan jumlah kab/kota yang
atau pemangku kepentingan dan atau petugas kesehatan ada di Indonesia dikali
a. Sosialisasi dapat dilakukan dengan cara langsung dengan 100 %
melakukan penyuluhan atau diseminasi atau
b. Dengan radio spot, running text di TV, TV spot, talk shw, leaflet,
poster, baliho/spanduk dll media
c. Materi yang disampaikan tentang diare, cara penularan,
pencegahan, tatalaksana diare yang dapat dilakukan

2 % kab/kota yang LAYANAN REHIDRASI ORAL adalah merupakan salah satu layanan Jumlah kab/kota dengan
mempunyai yang ada di puskesmas, pustu, posyandu, poskesdes yang LROA, dibagi jumlah
layanan rehidrasi memberikan: 1) layanan rehidrasi oral pada masyarakat/balita yang kab/kota yg ada di
oral aktif mengalami diare, 2) memberikan konseling rehidrasi, 3)memberikan Indonesia, dikalikan
penyuluhan tg diare, upaya pencegahan dan pertolongannya. 100%
LAYANAN REHIDRASI ORAL AKTIF adalah layanan rehidrasi oral
yang PALING TIDAK memberikan layanan 2 layanan yaitu 1. layanan
rehidrasi oral dan
2) atau 3)
KAB/KOTA LROA aktif, apabila di kab/kota tersebut paling tidak
terdapat 60% dari jumlah puskesmas + pustu + posyandu/poskesdes
melakukan LROA
No Indikator Definisi Operasional Cara Perhitungan
3 % Kab/kota Yaitu prosentase kab/kota yang menerima data data Jumlah kab/kota yg
yang diare secara tepat waktu. KAB/KOTA MAMPU Menerima data diare
melaksanakan melakukan SKD KLB Diare adalah Kab/kota 90% secara tepat waktu,
SKD KLB diare Puskesmas yg ada diwilayahnya mengirimkan data diare dibagi jumlah
secara tepat waktu. kab/kota yg ada di
KETERANGAN: Indonesia, dikalikan
1. SKD KLB, adalah merupakan Sistem Keswaspadaan 100%
Dini, untuk mencegah terjadinya KLB, mencegah
meluasnya KLB yang terjadi, dan mengurangi akibat
terjadinya KLB.
2. SKD KLB dilakukan dg melakukan analisa data atau
informasi terkait dg penyakit sebagai indikator awal akan
terjadinyan KLB
3. Kab/Kota yg menerima data dari Puskesmas yg ada
diwilayah, dianalisa sebagai early warning dalam
memantau ada tidaknya SKD KLB diare.
 Kab/kota yang melaksanakan sosialisasi dan
atau advokasi tentang diare dan tifoid
 Kab/kota yang melakukan Layanan Rehidrasi
Oral Aktif (LROA):
- 4 kab/kota yang telah menerima LROA Kit
belum melaporkan pelaks.nya (Bondowoso,
Lumajang, Jombang dan Ponorogo)
- Kab/kota dianggap telah melaks LROA Kit
apabila 60% fasyankes nya sudah melak-
sanakan LROA (ada RR nya)
 Hepatitis merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di negara-negara berkembang di dunia
termasuk Indonesia
 Upaya penanggulangan Hepatitis dilakukan al :
- Penggalangan komitmen ditingkat global melalui
resolusi WHA tahun 2010 dan 2014 serta resolusi
regional tahun 2014
- Pengendalian Hepatitis masuk program di Subdit
HPISP mulai 2011
LANJUTAN PENDAHULUAN
- Target global
 Eliminasi Penularan Hep B dari Ibu ke anak
(PPIA/EMTCT Hepatitis) tahun 2020
 Eliminasi Hep B dan C tahun 2030
 Pencapaian SDGs : indikator menurunkan
Insidens Hep B per 100.000 penduduk
- Eliminasi Hepatitis C 2030  walau imunisasi Hep
C blm ada, tetapi ada obat baru Hepatitis C yaitu
Direct Acting Antiviral ( DAA) dgn tingkat
kesembuhan tinggi
DI DUNIA :
2 milyar pernah terinfeksi Hepatitis
240 juta hidup pengidap Hepatitis B Kronik
686 ribu meninggal setiap tahun karena sirosis dan kanker hati

150 juta hidup pengidap Hepatitis C Kronik


700 rb meninggal karena hepatitis C

1 orang meninggal setiap 45 detik

INDONESIA 20 juta orang terinfeksi HBV dan HCV


http://www.hepb.org/hepb/statistics.htm. Accessed June 21, 2011
No. PENYEBAB KEMATIAN %
1 Stroke (I60 - I69) 21.1
2 Penyakit Jantung Koroner (I20 – I25) 12.9
3 Diabetes mellitus dengan komplikasi (E10 – E14) 6.7
4 Tuberkulosis Paru (A15 – A16) 5.7
5 Hipertensi dengan komplikasi (I11 – I13) 5.3
6 Penyakit Paru Obstruksi Kronis (J40-J47) 4.9
7 Penyakit Hati (K70 – K76) 2.7
8 Kecelakaan lalu lintas (V01– V99) 2.6
9 Pneumonia (J12 – J18) 2.1
10 Diare dan penyakit infeksi saluran cerna lain (A09) 1.9

Penyakit Hati masuk urutan ke-7 penyebab kematian utama di Indonesia


17.5 juta
jiwa

Courtesy of Dr. Pretty Muharini, World Hepatitis Day, Surabaya, 30-08-2015


PREVALENSI HEPATITIS B KRONIK DI DUNIA

Center for Disease Control, 2010 18


Vertikal

Horizontal
Dari ibu pengidap
virus Hepatitis B
ke bayi yang
dikandung atau
dilahirkan
Pasien bedah
umum/tindakan Bayi dari
Hemodialisis Ibu Hep C
gigi Ibu
Hamil
ODHA
Petugas Kes

POPULASI
BERISIKO
Penderita IMS
DDHBC
Mahasiswa
Kesehatan

Keluarga
penderita
Hepatitis WPS/WPSTL

WBP
Napza
LSL/Gay Waria Suntik
 VERTIKAL  Setiap
tahun terdapat 5,3 juta
bumil, HBsAg reaktif
pada bumil rata – rata
3% maka setiap tahun
terdapat sebanyak
150.000 orang yang TULARI KAMI
95% potensial
mengalami Hepatitis
kronis
 HORIZONTAL  5% dari SAYANGI KAMI
kelompok risti GENERASI PENERUS BANGSA
 Setiap tahun terdapat 5,3 juta bumil, HBsAg
reaktif pada bumil rata – rata 3% maka setiap
tahun terdapat sebanyak 150.000 orang yang
95% potensial mengalami Hepatitis B kronis
 Biaya pengobaan sirosis 1 M transplantasi hati
4-5 M.
 30% bayi yang tertular pada 30 tahun kedepan
akan menjadi sirosis  biaya yg dibutuhkan
45.000 x 1 M = 45 T
Worldwide HCV infection
• 2007: 150 million people
• 2016: 115 million people
Highest: Asia Pacific and Africa

WHO. Guidelines for the screening care and treatment of persons with
chronic hepatitis C infection. Updated version, April 2016
WHO. Guidelines for the screening care and treatment of
persons with chronic hepatitis C infection. Updated version,
April 2016
Courtesy of Dr. Pretty Muharini, World Hepatitis Day, Surabaya, 30-08-2015
1. Pengguna Narkoba Suntik (27,52%)
2. Hemodialisa ( 15,16%)
3. Keluarga Pengidap Hepatitis C (13,83%)
4. Kontak Darah dengan Penderita Hepatitis C
(9,93%)
5. Pasca Operasi ( 8,54%)
6. Hubungan Seks tidak aman ( 7,51%)
7. Tranfusi Darah (6,84%)
8. Tato/Tindik ( 5,89%)
9. Tenaga Kesehatan (4,42%)
10. Transplantasi Organ (0,37%)
TUJUAN PENGENDALIAN &
PENCEGAHAN
TUJUAN UMUM
Melaksanakan kegiatan pengendalian Hepatitis,
secara berhasil-guna dan berdaya-guna dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang optimal

TUJUAN KHUSUS
• Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
• Mencegah terjadinya penularan
• Menurunkan angka kesakitan dan kematian
• Meningkatkan kualitas hidup orang dengan hepatitis
1. Meningkatnya kab/kota yang melaksanakan
advokasi dan atau sosialisasi tentang Hepatitis
sebesar 90% pada tahun 2019.
2. Meningkatnya kab/kota yang melaksanakan
Deteksi Dini Hepatitis B dan C pada kelompok
populasi berisiko sebesar 80% pada tahun 2019.
3. Meningkatnya Propinsi yang melaksanakan
pengamatan Hepatitis pada kelompok paling
bersiko sebesar 100% pada tahun 2019
NO INDIKATOR 2014 2015 2016 2017 2018 2019
ELIMINASI PENULARAN HEPATITIS B DARI IBU KE ANAK TAHUN 2020,
ELIMINASI HEPATITIS C PADA TAHUN 2030
1 % Kab/kota yang Melakukan 3 10 20 40 80 90
Sosialisasi dan atau Advokasi
tentang Hepatitis.
2 % Kab/kota yang Melakukan 3 10 20 30 60 90
Deteksi Dini Hepatitis B pada
Bumil
3 % Kab/kota yang Melakukan NA 10 20 30 60 80
Deteksi Dini Hepatitis B dan C
pada Populasi Berisiko
4 % Orang yang Terdeteksi dg NA 2,5 5 10 20 30
HBsAg Positif yang Mendapatkan
Akses Perawatan/Upaya Lanjutan
5 % Orang dengan Hepatitis C NA 5 10 20 40 60
Mendapatkan Akses Perawatan/
Layanan Lanjutan
• Pemberdayaan
Meningkatnya
masyarakat PENGENDALIAN HEPATITIS Surveilans
• Keterlibatan
lintas sektor epidemiologi

Meningkatkan Upaya
Meningkatkan Deteksi Meningkatkan Akses
promotif dan dini & Mutu Fasyankes
preventif

Meningkatkan Jumlah, Jenis, Meningkatkan Kemandirian, Akses


Kualitas, dan Pemerataan & Mutu Sediaan Farmasi (Obat,
Tenaga Kesehatan Vaksin, Biosimilar) & Alkes

MONITORING DAN EVALUASI


2030
Eliminasi
2019 Hepatitis B
90% Kab/Kota dan C
melakukan DDHBC

2017 2020
30%Kab/kota Eliminasi Hep B
melakukan Pemutusan
DDHBC 2018 Penularan
60% Kab/Kota Ibu ke Anak
melakukan DDHBC

Kab/kota yang melaksanakan


DDHB pada > 90% Bumil
2005-2009 2010-2014 2015-2019 2020-2030

Universal
Coverage
Upaya Kuratif Elimination
Hepatitis
B and C
(2030)
Pendukung/penunjang

Populasi Risti 7. Pasien IMS 1. 80% kelompok Risti


1.Bumil 8.Hemodialisi melakukan Deteksi Dini
2.Nakes s 2. 90% bayi baru lahir
3.Penasun 9.Warga mendapatkan Imun Hep B
4.Pekerja seks Binaan <24 jam
3. 80% orang yang ditemukan
5. LGBT
mendapat layanan lanjutan
6. ODHA
EMTCT  90% bayi baru lahir HBO<24 jam; 90% bumil lakukan DDHB; 90% bayi yg lahir dari
bumil HBsAg pos diberikan HBO dan HBIG
DETEKSI
DINI IBU
HAMIL Bayi
Bayi IBU
Ibu

HB0<24 jam Tatalaksana


sesuai HB 1,2,3
HBIG<24 jam
Indikasi KIE
Vit K Medis
HBsAg
(+)
PRIORITAS PROGRAM
• Melakukan upaya pemutusan penularan Hep B dan C
berdasarkan karakteristik penyakitnya Hep B (fokus
pada penularan ibu dan anak dan pengendalian FR),
Hepatits C (fokus pemutusan penularan, tatalaksana &
mencegah relaps terutama pd kelompok risti)
• Melakukan Screening Hepatitis B&C pada populasi
berisiko :
o Pengguna Narkoba Suntik
o Hemodialisa
o Keluarga Pengidap Hepatitis C
o Kontak Darah dengan Penderita Hepatitis C
o Tranfusi Darah
o Tato/Tindik
o Tenaga Kesehatan, dll
• JAWA TIMUR (Surabaya) • Pengembangan 8 kab/kota
• Pemeriksaan dengan CLIA/ (Lamongan, Gresik, Surabaya,
ELISA Sidoarjo, Mojokerto, Mojokerto
(k), Malang, Malang (k))
• Alokasi sampel 5.500 sampel
• Pemeriksaan dengan rapid test
• Alokasi sampel 36.700 sampel

2014 2016

2015 2017

• Pengembangan 11 kab/kota
• Surabaya (Lamongan, Gresik, Surabaya, Sidoarjo,
• Pemeriksaan Mojokerto, Mojokerto (k), Malang,
dengan CLIA/ELISA Malang (k), Jombang, Kediri dan
Pasuruan (k)
• Alokasi sampel
• Pemeriksaan dengan rapid test
22.000 sampel • Alokasi sampel 55.800 sampel
• Surabaya (62 puskesmas)
• Sasaran :
- 2014 : Ibu Hamil dan Tenaga Kesehatan
- 2015 : Ibu Hamil dan Kelompok Risti
• Pemeriksaan dengan CLIA/ELISA
 semua sampel dikirimkan ke BBLK Surabaya
 pemeriksaan lanjutan
• BHP, Reagen dan HBIG dipenuhi oleh Kemenkes RI
TARGET DIPERIKSA
HEPATITIS B

DIPERIKSA HBsAg

REAKTIF

BAYI LAHIR DIBERI


IMUNOGLOBULIN
IBU HAMIL

KELOMP RISTI
• Target 20% Kab/Kota :
 8 Kab/Kota
 Lamongan, Gresik, Surabaya,
Sidoarjo, Mojokerto, Mojokerto (k),
Malang, Malang (k)
• Pemeriksaan dengan RDT
 reaktif dikirim ke BBLK Surabaya
untuk pemeriksaan konfirmasi
 tanpa pemeriksaan lanjutan
• Sasaran :
 Ibu Hamil melalui ANC Terpadu
 Kelompok Berisiko
• RDT dan HBIG dan dari Kemenkes RI
• RR belum optimal (puskesmas)
• KAB NGAWI, KAB MAGETAN, KAB
SAMPANG
• Dana APBD
• Sasaran :
Ibu Hamil melalui ANC Terpadu
• Pemeriksaan dengan RDT
 tanpa konfirmasi ke BBLK Sby
 tanpa pemeriksaan lanjutan
• HBIG tidak teranggarkan
 pemutusan rantai penularan
vertikal SULIT (harga HBIG mahal)
 permintaan HBIG ke Dinkes Prov
Jatim
* RR ???
* Alur ???
HBsAg Reaktif (%)

TARGET
2.38
DIPERIKSA MOJOKERTO

HEPATITIS B GRESIK 8.83

LAMONGAN 5.25

DIPERIKSA SURABAYA 3.21

HBsAg 2.95
SIDOARJO

MOJOKERTO (K) 2.92

MALANG (K) 2.13


REAKTIF
MALANG 1.80

- 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00


IBU HAMIL (%) KELOMP RISIKO (%)

MOJOKERTO 2.38
MOJOKERTO

MALANG 1.72 1.95


MALANG

MALANG (K) 1.78 MALANG (K) 2.52

SIDOARJO 2.69 MOJOKERTO (K) 2.71

SURABAYA 2.94 LAMONGAN 3.47

MOJOKERTO (K) 3.33 JAWA TIMUR 3.55

JAWA TIMUR 3.68 SIDOARJO 3.66

LAMONGAN 6.62 SURABAYA 6.53

9.34 GRESIK 7.08


GRESIK

- 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 - 5.00 10.00


• Target 30% Kab/Kota :
 11 Kab/Kota
 Lamongan, Gresik, Surabaya,
Sidoarjo, Mojokerto, Mojokerto
(k), Malang, Malang (k),
Pasuruan (k), Jombang, Kediri
• Pemeriksaan dengan RDT
 tanpa pemeriksaan konfirmasi
• Sasaran :
 Ibu Hamil melalui ANC
Terpadu (80% dari target bumil)
 Kelompok Berisiko terbatas
• RDT dan HBIG dari Kemenkes
• RR melalui aplikasi SIHEPI
• Jejaring dengan RS Rujukan (saat
persalinan)
D D H B C 2017
DETEKSI DINI HEPATITIS B DAN C
SASARAN SASARAN
PRIORITAS : KELOMPOK BERISIKO :
• Ibu Hamil (Semua Umur Bayi dari ibu dengan Hepatitis B
Kehamilan) Petugas kesehatan
Mahasiswa kesehatan
Dan lainnya (lihat Juknis)
SKEMA LAYANAN

Poli Tes
Pendaftaran Reaktif Rujuk
KIA/Poli Hep B
FKTP Hep RS
lainnya dan/ C

PKM, BPM, • INFORMED “METODE TANPA MAMPU TATA


BP, DPS CONSENT RAPID” KONFIRMASI LAKSANA
• WAWANCARA HEP
Upaya yg telah dilakukan Hepatitis C
• Memasukkan DAA Sofosbuvir, Simeprevir, Ribavirin) ke
dalam Formularium Nasional

• Pelayanan dan akses Obat Hepatitis C akan didorong


ke layanan BPJS, termasuk pemeriksaan diagnostik
dan juga evaluasi terapi

• Penyediaan Obat – obat Hepatitis C (2016) :


- Sofosbuvir : 18.000 botol (504.000 tab)
- Simeprevir : 1.029 botol (28.812 tab)
- Ribavirin : 37.800 botol (1.512.000 cap)
Pendistribusian dilakukan pada provinsi dengan jumlah
penasun terbanyak & memiliki KGEH
Estimasi jumlah penasun terbesar (Data Subdit HIV AIDS) :
1. Jawa Timur : 5.067
2. DKI Jakarta : 4.585
3. Jawa Barat : 4.532
4. Sumatera Utara : 1.471
5. Sulawesi Selatan : 1.464
6. Jawa Tengah : 1.453

• Untuk monitoring terapi Kasus Hepatitis C, akan dilakukan


dengan Alat Test Cepat Molekular
 Pemeriksaan terintegrasi dengan program P2TB dan
HIV.
SISTEM RUJUKAN DALAM

TATALAKSANA KASUS
HEPATITIS C
• PEMERIKSAAN HEPATITIS C
 FKTP : Rapid Test Anti HCV
 RS RUJUKAN : HCV VL dg TCM
• PENGOBATAN HEPATITIS C
 Obat baru Hepatitis C yaitu Direct
Acting Antivirus ( DAA) dg tkt
kesembuhan tinggi
 Sofosbuvir , Simeprevir dan
Ribavirin
 Ko-Infeksi : Daclastavir

RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA


RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
RSUD Dr. SOEDONO MADIUN
SUDAH TIDAK ADA DANA DEKON
Pelaksanaan DDHBC :
 Pengembangan di 23 Kab/Kota (target 60%
kab/kota)
 Masih ada Logistik (HBsAg dan HBIG) dari
pusat
 Komitmen kab/kota utk DDHBC khususnya
pelaporan (RR)
 % kab/kota yang melakukan deteksi dini hep B pada
bumil
- Mohon dikembangkan lebih lanjut melalui dana APBD
II (perencanaan RDT, HBIG dan jejaring berikut RR
nya)
 % orang yang terdeteksi dg HBsAg positif yang
mendapatkan akses perawatan/upaya lanjutan
› perlu mengetahui faskes yg mampu melakukan
tatalaksana Hep B; dapat dipertimbangkan
pengembangan faskes yg mampu melakukan
tatalaksana Hep B pd RS yang mampu melakukan
pengobatan ARV
TANTANGAN KEDEPAN

BESARAN MASALAH

UKM vs UKP DAMPAK PENYAKIT

KESINAMBUNGAN TANTANGAN
ADANYA PERILAKU BERISIKO
PELAKSANAAN KE & INFEKSI LAIN
PROGRAM DEPAN

KOMITMEN &
SDM
KEPEDULIAN
KETERBATASAN AKSES

Back
 Hepatitis masih merupakan ancaman
untuk kesehatan masyarakat di Jawa
Timur
 Konsep pengendalian melalui
pendekatan yang komprehensif
 Program pengendalian masih
terbatas, baik dari sisi jenis kegiatan
maupun area cakupan
 Perlu komitmen yang kuat dari semua
unsur, termasuk masyarakat, untuk
pengendalian hepatitis

Anda mungkin juga menyukai