Anda di halaman 1dari 63

Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19

Puskesmas Malinjak
2021
Presents

dr.Dewa Pandu Winata


Prinsip Pelaksanaan

 Pemberian vaksinasi diberikan oleh Dokter, Perawat atau Bidan yang memiliki
Kompetensi
 Pelaksanaan pelayanan Vaksinasi COVID-19 tidak menganggu pelayanan
imunisasi rutin dan pelayanan kesehatan lainnya
 Melakukan Skrining/penapisan terhadap status kesehatan sasaran sebelum di
berikan vaksinasi
 Mengintegrasikan dengan kegiatan surveilans COVID-19 terutama dalam
mendeteksi kasus dan analisa dampak
Standar Pelayanan

Ketentuan
Ruang dan Alur

Ketentuan Waktu

Dosis dan Cara


Pemberian
Ketentuan Ruang atau tempat pelayanan

Ruangan
tempat Sediakan tempat
Tersedia Atur meja
Menggunakan pelayanan Ruang/ tempat duduk bagi sasaran
fasilitas pelayanan antar untuk menunggu
ruang/tempat dibersihkan pelayanan sebelum dan 30
mencuci tangan petugas agar
yang cukup luas dengan vaksinasi hanya menit 6 sesudah
dengan sirkulasi pakai sabun dan menjaga jarak vaksinasi dengan
disinfektan untuk melayani
udara yang baik air mengalir/ aman minimal jarak aman antar
sebelum dan orang sehat tempat duduk
hand Sanitizer 1-2 meter minimal 1-2 meter
sesudah
pelayanan
Ketentuan Alur Pelayanan
Meja 1 (Pendaftaran)

Meja 1 (Pendaftaran)
• Petugas memastikan sasaran menunjukkan nomor tiket elektronik (e-
ticket) dan/atau KTP untuk dilakukan verifikasi
• Verifikasi data dilakukan dengan menggunakan aplikasi Pcare (pada
komputer/laptop/HP) atau secara manual yaitu dengan menggunakan
daftar data sasaran yang diperoleh melalui aplikasi Pcare yang sudah
disiapkan sebelum hari H pelayanan (data pada aplikasi Pcare diunduh
kemudian dicetak/print)
Meja 2 (Skrining)
Meja 2 (Skrining)
• Petugas kesehatan melakukan anamnesa dan
pemeriksaan fisik sederhana untuk melihat kondisi
kesehatan dan mengidentifikasi kondisi penyerta
(komorbid)
• Skrining dilakukan dengan menggunakan aplikasi
Pcare
Meja 3 (Vaksinasi)

Meja 3 (Vaksinasi)
• Petugas memberikan vaksinasi secara intra muskular sesuai
prinsip penyuntikan aman
• Petugas memasukkan nama vaksin dan nomor batch vaksin
yang diberikan kepada sasaran pada aplikasi Pcare è scan
Barcode atau manual
• Manual à tuliskan nama vaksin dan nomor batch vaksin pada
sebuah memo. Memo diberikan kepada sasaran untuk
diserahkan kepada petugas di Meja 4.
Meja 4 (Pencatatan dan Observasi)

Meja 4 (Pencatatan dan Observasi)


• Petugas mencatat hasil pelayanan vaksinasi ke dalam aplikasi
PCare.
• Sasaran diobservasi selama 30 menit untuk memonitor
kemungkinan KIPI
• Petugas memberikan penyuluhan tentang 3M dan vaksinasi
COVID-19
• Cetak kartu mel. aplikasi Pcare. Peserta mendapatkan kartu
vaksinasi (elektronik/ fisik).
Upaya Skrining di Meja 2

Petugas kesehatan melakukan


anamnesa untuk melihat kondisi
kesehatan dan mengidentifikasi
kondisi penyerta (komorbid) serta
melakukan pemeriksaan fisik
sederhana
Pemeriksaan meliputi suhu tubuh
dan tekanan darah
Vaksinasi COVID-19 tidak diberikan
pada sasaran yang memiliki riwayat
konfirmasi COVID-19, wanita hamil,
menyusui, usia di bawah 18 tahun
dan beberapa kondisi komorbid
sesuai rekomendasi ahli
Ketentuan Waktu Pelayanan

 Pelayanan di puskesmas tidak mengganggu jadwal pelayanan imunisasi rutin.


 Tentukan jadwal hari/jam pelayanan khusus vaksinasi COVID-19di puskesmas
 Jam layanan tidak perlu lama dan dibatasi jumlah sasaran yang dilayani dalam 1 sesi
 pelayanan (1 sesi pelayanan maksimal 10-20 sasaran).
 Untuk layanan vaksinasi COVID-19 di fasyankes lainnya seperti di RS/Klinik baik

milik pemerintah maupun swasta jadwal layanan dapat diatur dan disesuaikan

dengan memperhatikan jadwal layanan kesehatan lainnya, pengaturan ruang dan alur

pelayanan serta tetap memperhatikan protokol kesehatan dengan ketat


Dosis dan Cara Pemberian Vaksin
 Vaksin diberikan Intra
Muskular di Lengan Kiri Atas
Prosedur Penyuntikan
 Pengambilan vaksin dengan cara memasukkan jarum ke dalam vial vaksin dan memastikan ujung jarum selalu berada di
bawah permukaan larutan vaksin sehingga tidak ada udara yang masuk ke dalam spuit
 Tarik torak perlahan-lahan agar larutan vaksin masuk ke dalam spuit dan keluarkan udara yang tersisa dengan cara
mengetuk alat suntik dan mendorong torak sampai pada skala 0.5 ml atau sesuai dosis yg direkomendasikan, kemudian
cabut jarum dari vial.
 Bersihkan kulit tempat pemberian suntikan dengan alkohol swab dan tunggu hingga kering
 Setelah vaksin disuntikkan secara IM, jarum ditarik keluar, kemudian ambil alcohol swab baru lalu tekan pada bekas
suntikan. Jika terjadi perdarahan, kapas tetap ditekan pada lokasi suntikan hingga darah berhenti
 Buang alat suntik habis pakai ke dalam safety box tanpa menutup kembali jarum (no recapping)
 Untuk penyuntikan intramuskular tidak perlu dilakukan aspirasi terlebih dahulu
 Untuk mengantisipasi terjadinya kasus KIPI yang serius maka sasaran dan pengantar diminta untuk tetap tinggal di tempat
pelayanan selama 30 menit sesudah vaksinasi dan petugas harus tetap berada di pos minimal 30 menit setelah sasaran
terakhir divaksinasi
INGAT!!
1. PEMBERIAN vaksin dosis pertama dengan dosis kedua harus memakai jenis VAKSIN
YANG SAMA
2. PASTIKAN tidak salah dalam mengambil vaksin
3. MASUKKAN alat suntik yang sudah dipakai dalam safety box, no reccaping
4. JANGAN menyentuh dan menutup kembali jarum setelah penyuntikan
Beberapa Hal yang harus diperhatikan

Pastikan petugas kesehatan dalam kondisi sehat (tidak demam, batuk, pilek, dan
lain-lain)

Membawa vaksin, ADS, Safety Box, perlengkapan anafilaktik, dan logistik


vaksinasi lainnya, seperlunya , dengan memperhatikan jumlah sasaran yang
telah terdata

Petugas kesehatan menerapkan protokol kesehatan selama pelayanan


berlangsung dengan mengacu pada Petunjuk Teknis Pelayanan Vaksinasi Pada
Masa PandemiCOVID-19.
Surveilans KIPI
Peraturan Menteri
Kesehatan No 12/2017
tentang
Penyelenggaraan
Imunisasi
Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi

ni s i (KIPI) adalah semua


D e fi kejadian medik yang
terjadi setelah
I P I imunisasi, menjadi
K perhatian dan diduga
berhubungan
dengan imunisasi
Dasar Pemantauan &
Penaggulangan KIPI (PMK 12/2017)

Setiap fasyankes yang menyelenggarakan


Pasal 45 imunisasi, wajib melakukan pencatatan dan
pelaporan KIPI.
Keamanan, mutu, khasiat vaksin dan safety
Pasal 31 injection  untuk mencegah KIPI
PMK 12/2017
Melakukan KIE, serta skrining (sehat dan
Pasal 32 kontraindikasi)
Pembentukan Komite Independen
(Komnas, Komda, Pokja PP KIPI) 
Pasal 40 Pemantauan dan Penanggulangan melalui:
• Surveilans KIPI dan laman (website)
keamanan vaksin,
• Pengobatan dan perawatan
• Penelitian dan pengembangan
Laporan dugaan KIPI bisa dilaporkan
Pasal 42 masyarakat/petugas kesehatan, ditindaklanjuti dengan
pengobatan/perawatan, investigasi oleh program dan
kajian oleh komite independen. Pembiayaan
pengobatan dan perawatan sesuai peraturan yang
berlaku.
Pembiayaan
Kasus KIPI
Pembiayaan kasus KIPI imunisasi
rutin diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan:
PMK No.12 tahun 2017 Pasal 42

Untuk imunisasi COVID-19:


bagi pasien yang mengalami gangguan kesehatan yang
diduga akibat KIPI akan menerima pengobatan dan
perawatan selama proses investigasi dan pengkajian
kausalitas KIPI berlangsung dan semua biaya akan
ditanggung sepenuhnya oleh Pemerintah.
Tujuan Sistem Surveilans KIPI
Mengidentifikasi masalah dalam lot atau merek vaksin yang menimbulkan reaksi
vaksin akibat komponen vaksin tersebut,

Mendeteksi, mengoreksi dan mencegah kesalahan prosedur imunisasi yang


disebabkan kesalahan dalam penyiapan, penanganan, penyimpanan atau
pemberian imunisasi,

Mencegah tuduhan yang keliru akibat KIPI koinsiden yang penyebabnya tidak
berhubungan dengan imunisasi baik diketahui ataupun tidak diketahui,

Menurunkan insidensi KIPI akibat kecemasan karena takut disuntik atau nyeri yang
disebabkan oleh imunisasi, dengan memberikan penyuluhan dan meyakinkan
penerima imunisasi, orang tua/wali dan masyarakat tentang keamanan vaksin.

www.vaccine-safety-training.org
Farmakovigilans
Farmakovigilans:
mendeteksi, menilai, memahami, merespon dan mencegah reaksi
samping obat, termasuk reaksi vaksin
bagian integral dari regulasi obat dan kemanan vaksin.

Sistem surveilans ini di tingkat nasional dan internasional untuk menjamin


monitoring yang efektif dan respon yang cepat terhadap KIPI.

Surveilans adalah rangkaian pengumpulan, analisis, interpretasi dan


penyebaran data kesehatan yang sistematik yang dilakukan terus
menerus, untuk mendapatkan pengetahuan tentang pola suatu kejadian
dan potensi penyakit di masyarakat, agar dapat dilakukan penanggulangan
dan pencegahan penyakit tersebut di masyarakat.
www.vaccine-safety-training.org
Vaksin itu aman

Reaksi samping biasanya


ringan dan sementara, seperti
pembengkakan di tempat
suntikan atau demam ringan.

Meski jarang  gejala serius


jarang terjadi.
Komponen untuk Menjamin Keamanan Vaksin

Sistem Respon Cepat Investigasi KIPI

Keamanan
Vaksin
National Vaccine
Injury Compensation Sistem Surveilans KIPI
Program
Kejadian Ikutan & Reaksi Simpang
Jenis KIPI
Serius
KIPI serius adalah setiap kejadian medik setelah imunisasi yang menyebabkan
rawat inap, kecacatan, dan kematian, serta yang menimbulkan keresahan di
01 masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilaporkan segera setiap kejadian secara
berjenjang yang selanjutnya diinvestigasi oleh petugas kesehatan yang
menyelenggarakan imunisasi untuk dilakukan kajian serta rekomendasi oleh
Komda dan atau Komnas PP KIPI, yang terdiri dari para ahli epidemiologi dan
profesi.

Non Serius
02 KIPI non serius adalah kejadian medik yang terjadi setelah imunisasi dan
tidak menimbulkan risiko potensial pada kesehatan si penerima.
Dilaporkan rutin setiap bulan bersamaan dengan hasil cakupan imunisasi.
FOR
M Your Picture Here

KIPI
Formulir KIPI, KIPI Serius &
Investigasi dapat diunduh di :
https://bit.ly/formkipi Form KIPI Form KIPI Form
www.keamananvaksin.kemkes.go.id Non Serius Serius Investigasi
http://bit.ly/LampiranJuknisVC19
Cara Pencatatan dan Pelaporan KIPI dapat
dilakukan melalui:
Tatacara pelaporan melalui web
keamanan vaksin dapat dilihat pada E-mail: komnasppkipi@gmail.com Website: keamananvaksin.kemkes.go.id
Buku Pedoman:
https://bit.ly/jukniswebkipi
Pelaporan KIPI Non Serius

Saat kunjungan
Penerima
berikutnya:
Vaksin/
• Ditanyakan apakah ada
gejala yang timbul setelah
masyarakat
imunisasi sebelumnya? memberi
• Bila ada, petugas informasi
puskesmas mengisi kepada petugas
formulir KIPI non-serius.
kesehatan.
Alur Pelaporan KIPI Non-serius
Penemuan Laporan
Informasi dari Masyarakat
Petugas Kesehatan
24 jam

1.Pengobatan/Perawatan Jika diperlukan


2.Pelaporan, Pelacakan/Investigasi
Konfirmasi : Positif atau negatif
 Identifikasi : Kasus Petugas Puskesmas,
Vaksin Kabupaten/Kota, Provinsi
Petugas
Tata laksana
Sikap Masyarakat
 Tunggal/berkelompok
 Apakah ada kasus lain yang serupa

Analisis Sementara Penyebab dan


Klasifikasi KIPI melengkapi
investigasi Pokja KIPI
Kabupaten/Kota

Tindak Lanjut
Pengobatan
Puskesmas RS
 Komunikasi
 Perbaikan Mutu Pelayanan

Dinas Kes Kab.

Website Keamanan Vaksin


KomDa PP KomNas
Kajian Laporan KIPI PP-KIPI
Etiologi Lapangan
 Kausalitas

Subdit Imunisasi ,
BPOM

Alur Pelaporan dan Investigasi KIPI


Langkah-langkah dalam Investigasi KIPI Serius
Tanggung Jawab
1. Lacak dan kumpulkan data tentang: Program Imunisasi

Pasien Kejadian Vaksin Orang Lain


• Riwayat Imunisasi • Riwayat • Keadaan bagaimana vaksin • Apakah ada org lain yg
• Riwayat medis sebelumnya, • Deskripsi Klinis dikirim mendapat imunisasi dari
termasuk riwayat dengan • Semua hasil laboratorium • Kondisi penyimpanan vaksin yg sama &
reaksi yg sama atau reaksi yg relevan dengan KIPI • Keadaan vaccine vial monitor menimbulkan penyakit
alergi yg lain • Diagnosis dari kejadian & catatan suhu pd lemari es • Apakah ada org lain yg
• Riwayat keluarga dg kejadian • Tindakan apakah dirawat • Penyimpanan vaksin sebelum mempunyai penyakit yg sama
yg sama dan hasilnya tiba di Fasilitas Kesehatan • Investigasi Pelayanan
• Kartu Suhu Imunisasi
2. Menilai Pelayanan dg menanyakan tentang:
Langkah-langkah • Penyimpanan vaksin (termasuk vial/ampul vaksin yg telah

dalam Investigasi dibuka, distribusi & pembuangan limbah


• Penyimpanan pelarut & distribusi
KIPI Serius • Pelarutan vaksin (proses & waktu / jam dilakukan)
• Penggunaan & sterilisasi dari syringe dan jarum
• Penjelasan tentang pelatihan praktik imunisasi, supervisi
& pelaksana imunisasi

3. Mengamati Pelayanan:
• Apakah melayani imunisasi dalam jumlah yang lebih banyak
daripada biasa?
• Lemari pendingin: Apa saja yang disimpan (catat jika ada kotak
penyimpanan yang serupa dekat dengan dengan vial vaksin yang
dapat menimbulkan kebingungan);
• vaksin/pelarut apa saja yang disimpan dengan obat lain, apakah
ada vial yang kehilangan labelnya.
• Prosedur imunisasi (pelarutan, Menyusun vaksin, Teknik
penyuntikan, keamanan jarum suntik dan syringe; pembuangan
vial-vial yang sudah terbuka)
• Apakah ada vial-vial yang sudah terbuka tampak
Tanggung Jawab terkontaminasi?
Program Imunisasi
Langkah-langkah dalam Investigasi KIPI Serius

. Rumuskan suatu hipotesis kerja:


• Kemungkinan besar / kemungkinan
penyebab dari kejadian tersebut

5. Menguji hipotesis kerja:


• Apakah distribusi kasus cocok dengan
hipotesa kerja?
• Kadang-kadang diperlukan uji laboratorium

6. Menyimpulkan pelacakan:
• Buat kesimpulan penyebab KIPI Tanggung Jawab
• Lengkapi formulir investigasi KIPI Komda-Komnas PP-KIPI
• Lakukan tindakan koreksi dan rekomendasikan
tindakan lebih lanjut
Formulir
Investigasi KIPI
Setiap KIPI serius perlu dilakukan investigasi
oleh petugas imunisasi di fasyankes dan Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota atau Dinas
Kesehatan Provinsi.

Investigasi diperlukan untuk melengkapi data-data seperti Place Your Picture Here And Send To Back
identitas pasien, kronologis kejadian, keluhan atau gejala
klinis yang dialami, tatalaksana atau tindakan medis yang
didapatkan, kondisi rantai dingin vaksin, data vaksin, dan
sebagainya

Form Investigasi dapat diunduh di:


https://bit.ly/formkipi
atau di:
www.keamananvaksin.kemkes.go.id
You can simply impress your audience and add a
unique zing and appeal to your Presentations. Get
Buku Pedoman: a modern PowerPoint Presentation that is
https://bit.ly/jukniswebkip beautifully designed.
i
Tindak Lanjut
KIPI
1. Pengobatan
Dengan adanya data KIPI dokter
Puskesmas dapat memberikan pengobatan
segera. Apabila KIPI tergolong serius harus
segera dirujuk untuk pemeriksaan lebih
lanjut dan pemberian pengobatan segera.

Tabel berikut menunjukkan gejala KIPI dan


tindakan yang harus dilakukan.
2. Komunikasi
• Kepercayaan merupakan kunci utama komunikasi pada setiap tingkat,
terlalu cepat menyimpulkan penyebab kejadian KIPI dapat merusak
kepercayaan masyarakat.
• Mengakui ketidakpastian, investigasi menyeluruh, dan tetap beri informasi
ke masyarakat.
• Hindari membuat pernyataan yang terlalu dini tentang penyebab dari
kejadian sebelum pelacakan lengkap.
• Jika penyebab diidentifikasi sebagai kekeliruan prosedur imunisasi,
penting untuk tidak berbohong tentang kesalahan seseorang pada
siapapun, tetapi tetap fokus pada masalah yang berhubungan dengan
sistim yang menyebabkan kekeliruan prosedur imunisasi dan langkah–
langkah yang diambil untuk mengatasi masalah tersebut.
• Dalam berkomunikasi dengan masyarakat, akan bermanfaat apabila
membangun jaringan dengan tokoh masyarakat dan tenaga kesehatan di
daerah, jadi informasi tersebut bisa dengan cepat disebarkan.
3. Perbaikan Mutu Pelayanan

Setelah didapatkan
kesimpulan penyebab dari
hasil investigasi KIPI maka
dilakukan tindak lanjut
perbaikan seperti pada
tabel berikut:
Klasifikasi KIPI
Klasifikasi Penyebab Spesifik

3 4
2 5
1 Reaksi yang Reaksi yang
Reaksi yang Reaksi yang
CONTOH berkaitan dengan berkaitan dengan Kejadian Koinsiden
berkaitan dengan berkaitan dengan CONTOH CONTOH
kekeliruan prosedur kecemasan yang (Coincidental
produk vaksin defek kualitas
Kegagalan pabrik Demam setelah
CONTOH CONTOH
pemberian berlebihan yang
Vasovagal event)
vaksin
vaksin untuk imunisasi
imunisasi berhubungan
syncope pada
menginaktivasi Transmisi infeksi (hubungan
secara komplit dengan imunisasi/
seorang
Trombositopenia melalui vial reaksi suntikan sementara) dan
pasca pemberian suatu lot vaksin multidosis yang dewasa muda parasit malaria
vaksin campak IPV yang terkontaminasi setelah yang diisolasi
menyebabkan imunisasi. dari darah.
polio paralitik
Klasifikasi Kausalitas
Klasifikasi Konsisten: Bersifat temporal karena bukti tidak cukup untuk menentukan hubungan
kausalitas. Data rinci KIPI harus disimpan di arsip data dasar tingkat nasional. Bantu dan
identifikasi petanda yang mengisyaratkan adanya aspek baru yang berpotensi untuk terjadinya KIPI
yang mempuyai hubungan kausal imunisasi.

Indeterminat
Konsisten e
Klasifikasi Inderteminate: berbasis bukti yang ada dan dapat diarahkan pada beberapa
kategori definitif. Klarifikasi informasi tambahan yang dibutuhkan agar dapat membantu
finalisasi penetapan kausal dan harus mencari informasi dan pengalaman dari nara sumber
baik nasional, maupun internasional.

Klasifikasi Inkonsisten: suatu kondisi utama atau kondisi yang


disebabkan paparan terhadap sesuatu selain vaksin
Inkonsisten Unclassifiable

Klasifikasi Unclassifiable: kejadian klinis dengan informasi yang tidak


cukup untuk memungkinkan dilakukan penilaian dan identifikasi
penyebab.
KIPI dengan Perhatian Khusus (AESI)
• KIPI COVID-19 adalah KIPI dengan perhatian khusus (Adverse
Event Special Interest/AESI)
• Deteksi dan pelaporan kejadian ikutan pasca imunisasi COVID-19
yang tepat waktu adalah langkah pertama dalam memastikan
keamanan vaksin.
• Sistem pengawasan perlu disiapkan untuk mengidentifikasi dan
merespons KIPI dengan perhatian khusus serta kejadian terkait
keselamatan lain yang dapat menimbulkan kekhawatiran publik.

Pemantauan KIPI COVID-19 Pencatatan & Pelaporan


• Deteksi KIPI COVID dilakukan Sistem pencatatan dan
Your Picture Here And Send To Back pelaporan KIPI vaksin COVID-
melalui surveilans pasif. Hal ini
melibatkan penerima vaksin, 19 tetap mengacu pada sistem
penyedia layanan kesehatan dan yg ada di PMK No. 12/2017;
staf di fasilitas perawatan  seperti pada imunisasi
kesehatan atau imunisasi yang dengan vaksin-vaksin lain
mendeteksi KIPI dan secara umum
melaporkannya secara
berjenjang sesuai SOP di PMK
Simple Portfolio Investigasi & Audit KIPI
12/2017
• Dapat juga dideteksi pada studi Perlu dilakukan investigasi lebih

KIPI COVID-19
Presentation klinis fase IV yaitu surveilans
aktif (post marketing
lanjut bila ada laporan KIPI
serius agar dapat dilakukan
surveillance) causality assessment oleh
Komnas dan Komda PP-KIPI.
Reaksi yang mungkin terjadi setelah imunisasi COVID-19 hampir sama
dengan vaksin yang lain, yaitu

Reaksi Lokal:
• Nyeri atau bengkak pada tempat suntikan,
• Kemerahan,
• Abses pada tempat suntikan,
• Limfadenitis,
• Reaksi lokal lain yang berat, misalnya
selulitis

Reaksi Sistemik:
• Demam,
• Nyeri otot seluruh tubuh (myalgia),
• Badan Lemah,
• Pusing,
• Nafsu Makan
• Diare

Reaksi Lain:
• Reaksi alergi, urtikaria, dermatitis, oedem,
reaksi anafilaksis,
• Syok Anafilaksis,
• Sindrom Syok Toksik,
• Atralgia,
• Syncope (pingsan)
Pengenalan Mengenali Tanda & Gejala Anafilaktik

Syok Anafilaktik
Petugas sebaiknya dapat mengenali tanda dan gejala anafilaktik. Pada
dasarnya makin cepat reaksi timbul, makin berat keadaan penderita.

Reaksi anafilaktik adalah reaksi


hipersensitifitas generalisata atau sistemik
Tanda Awal
yang terjadi dengan cepat (umumnya 5-30
Tanda awal anafilaktik adalah kemerahan (eritema) menyeluruh dan gatal (urtikaria)
menit sesudah suntikan) serius dan
dengan obstruksi jalan nafas atas dan/atau bawah. Pada kasus berat dapat terjadi
mengancam jiwa. keadaan lemas, pucat, hilang kesadaran dan hipotensi.

Biasanya melibatkan beberapa sistem


tubuh, tetapi ada juga gejala-gejala yang
terbatas hanya pada satu sistem tubuh Penurunan Kesadaran & Denyut Nadi
(contoh: gatal pada kulit). Penurunan kesadaran jarang sebagai manifestasi tunggal anafilaktik, ini hanya terjadi
sebagai suatu kejadian lambat pada kasus berat.
Reaksi anafilaktik adalah KIPI paling serius Denyut nadi sentral yang kuat (contoh: karotis) tetap ada pada keadaan pingsan,
tetapi tidak pada keadaan anafilaktik.
yang juga menjadi risiko pada setiap
pemberian obat atau vaksin.

Jika reaksi tersebut cukup hebat dapat Gejala Klinik


menimbulkan syok yang disebut sebagai Gejala klinik suatu reaksi anafilaktik berbeda-beda sesuai dengan berat-ringannya reaksi
syok anafilaktik. antigen-antibodi atau tingkat sensitivitas seseorang, namun pada tingkat yang berat
berupa syok anafilaktik gejala yang menonjol adalah gangguan sirkulasi dan gangguan
respirasi.
Syok anafilaktik membutuhkan pertolongan
cepat dan tepat & setiap petugas pelaksana
vaksinasi harus sudah kompeten dalam Tatalaksana
menangani reaksi anafilaktik. Tatalaksananya harus cepat dan tepat mulai dari penegakkan diagnosis sampai pada terapinya
di tempat kejadian, dan setelah stabil baru dipertimbangkan untuk dirujuk ke RS terdekat.
Tanda Dan Gejala Anafilaktik
Penanganan Syok Anafilaktik

11. Catat tanda-tanda vital (kesadaran, frekuensi


denyut jantung, frekuensi pernafasan, denyut
nadi) setiap waktu dan catat dosis setiap
pengobatan yang diberikan. Yakinkan catatan
detail tersebut juga dibawa bersama pasien
ketika dirujuk.

12. Tandai catatan/kartu vaksinasi dengan jelas,


sehingga pasien tersebut tidak boleh lagi
mendapatkan jenis vaksin tersebut.
Tindak Lanjut
Penanganan yang cepat dan tepat

• Sekali diagnosis ditegakkan, maka harus diingat bahwa pasien berpotensi untuk
menjadi fatal tanpa menghiraukan berat ringannya gejala yang muncul.
• Mulai tangani pasien dengan cepat dan pada saat yang sama buat rencana untuk
merujuk pasien ke rumah sakit dengan cepat.
• Pemberian epinefrin (adrenalin) akan merangsang jantung dan melonggarkan
spasme pada saluran nafas serta mengurangi edema dan urtikaria. Tetapi adrenalin
dapat menyebabkan denyut jantung tidak teratur, gagal jantung (heart failure),
hipertensi berat dan nekrosis jaringan jika dosis yang dipergunakan tidak tepat.

Rencana Tindak Lanjut:

a. Mencatat penyebab reaksi anafilaktik di rekam medis


serta memberitahukan kepada pasien dan keluarga.
b. Jangan memberikan vaksin yang sama pada Vaksinasi
berikutnya
Kit Anafilaktik
Komunikasi Resiko
Vaccine Safety Communication –
GVSB 2,0

• Komunikasi risiko tentang keamanan


vaksin merupakan komponen esensial
dalam rangkaian interaksi antara
petugas kesehatan, orang tua,
influencer publik, media dan masyarakat

• Isu2 keamanan vaksin biasanya


berhubungan dengan keraguan, tingkat
penerimaan dan minat masyarakat akan
imunisasi
 Tujuan komunikasi keamanan vaksin adalah untuk
membangun kepercayaan dan melindungi program
imunisasi
Komunikasi risiko tentang keamanan
vaksin meliputi kegiatan untuk
mendiseminasikan informasi tentang KIPI
VaccineIsu
Safety dan mengatasi isu2 tentang:
halal dan
Communication – GVSB • bahan2 kandungan vaksin dan
haram terkait di
2,0 kemurniannya
dalamnya
• proses pembuatan vaksin
• hasil studi keamanan vaksin
• regulasi dan kebijakan keamanan vaksin

Hal2 ini akan mempengaruhi tingkat penerimaan masyarakat


terhadap imunisasi
Berbagai bahan bacaan beredar di masyarakat
Jenis-jenis Kekeliruan Informasi

Beberapa tipe informasi yang salah:


• Disinformasi  Sengaja berdusta untuk menyesatkan
• Misinformasi  Kesalahan namun jujur
• Hoax  Sengaja merancang dusta sehingga samar
dan menjadi kebenaran
Cara Menangkal
Disinformasi

Place Your Picture Here

m blic
n
io
nf pu
at
isi the
or
st ing
ain niz
m
ag mu
Im
Cara Menangkal Disinformasi
 "infodemic"
 Informasi berlebihan dan menyebar dengan cepat
serta menyesatkan atau direkayasa dalam bentuk
berita, gambar dan video

 Seperti virus, sifatnya sangat menular dan


berkembang dengan cepat dan tumbuh secara
bermakna, merupakan komplikasi upaya respons
pandemic cpvid-19

 WHO Director-General Tedros Adhanom


Ghebreyesus.
 Kita bukan hanya memerangi virus namun
kita juga memerangi teori konspirasi yang
rumit yang menciptakan misinformasi dan
merusak respons klb.
Cara Menangkal Disinformasi

Pertimbangan sebelum share:


Siapa yang membuat ?
Sumber berita?
Dari mana?
Apa perlu dishare?
Kapan mulai dipublikasi?
Add a footer
Bahaya misinformasi

 Menyebar, global, cepat, tanpa disadari,


potensi mematikan, dapat dihentikan
dengan menghentikan penyebaran
Misinformasi dapat berkembang biak

Memborong makanan dan minuman


Iran: minum alkohol di Iran dapat
Mencegah COVID-19

USA: minum pembersih akuarium


dapat mencegah COVID-19
Cara Menangkal Disinformasi

LAPORKAN CEK SEBELUM FORWARD

Add a footer
Komunikasi Media

Latar Belakang

 Bagaimana cara menghadapi kasus diduga


KIPI dilapangan, terutama kasus yang
dapat menimbulkan keresahan masyarakat
(mendapat perhatian yg berlebihan).
 Apabila tidak segera diatasi akan
berdampak negatif terhadap program
imunisasi.

Anda mungkin juga menyukai