PRINSIP DASAR:
METODE PEMISAHAN BEBERAPA TAHAP
(MULTI STAGE)
TERJADI BEBERAPA KALI PROSES
KESETIMBANGAN ANTARA DUA FASE.
ALAT YG DIGUNAKAN : TABUNG (DISEBUT
KOLOM) YANG MENGANDUNG BAHAN PADAT
GRANULAR YG SERING DIIKATKAN /
DILAPISI FASE CAIR DGN GAYA FISIK ATAU
KIMIA FASE DIAM.
FASE GERAK : ELUEN YANG MENGALIR
TERUS MENERUS MELEWATI KOLOM.
2
SAMPEL DILETAKKAN DIATAS KOLOM, LALU
ELUEN DIALIRKAN MELEWATI KOLOM
TERJADI BEBERAPA KALI KESETIMBANGAN
ANTARA DUA FASE, KONSTITUEN/ZAT
TERLARUT AKAN BERGERAK KEBAWAH.
3
KATA “CHROMATOGRAPHY” DIKENALKAN OLEH TSWETT (1906)
“CHROMA” ATAU“COLOR” ARTINYA WARNA DAN “ GRAPHEIN”
ATAU “WRITE” ARTINYA MENULIS.
4
PEMISAHAN DAPAT TERJADI KARENA KOMPONEN DARI
SAMPEL MEMPUNYAI PERBEDAAN AFINITAS DIANTARA FASE
DIAM DAN FASE GERAK DAN PERGERAKKAN MEMPUNYAI
KECEPATAN YG BERBEDA BEDA SEPANJANG KOLOM.
5
TYPE DARI METODE KROMATOGRAFI
ADA 4 TYPE BERDASARKAN FASE GERAK -- FASE DIAM :
CAIR – CAIR ; CAIR – PADAT ; GAS – CAIR ; GAS – PADAT
6
KROMATOGRAFI BERDASARKAN ASAS
TERJADINYA PROSES PEMISAHAN :
1. ADSORPSI (FASE DIAM : PADAT & FASE GERAK :
CAIR / GAS), pemisahan tergantung perbedaan
polaritas molekul. contoh :
Kromt kolom konvensional
Kromt lapis tipis
Kromt Penukar Ion
Kromt gas padat
Kromt cair kinerja tinggi
2. PARTISI (FASE DIAM: CAIR & FASE GERAK :
CAIR), pemisahan tergantung perbedaan koefisien
distribusi. Contoh:
Kromt kolom
Kromt kertas
Kromt gas cair
Kromt cair kinerja tinggi
7
3. FILTRASI (FASE DIAM: PADAT & FASE GERAK : CAIR), pemisahan
tergantung perbedaan struktur dan ukuran molekul
8
Adsorption Chromatography
Adsorption chromatography is
probably one of the oldest types
of chromatography around. It
utilizes a mobile liquid or gaseous
phase that is adsorbed onto the
surface of a stationary solid
phase. The equilibriation
between the mobile and
stationary phase accounts for the
separation of different solutes.
9
Partition Chromatography
This form of chromatography is
based on a thin film formed on
the surface of a solid support by
a liquid stationary phase. Solute
equilibriates between the mobile
phase and the stationary liquid.
10
Ion Exchange
Chromatography
In this type of
chromatography, the use of
a resin (the stationary solid
phase) is used to covalently
attach anions or cations
onto it. Solute ions of the
opposite charge in the
mobile liquid phase are
attracted to the resin by
electrostatic forces.
11
KROMATOGRAFI
GPC GFC
12
SFC =SUPERCRITICAL FLUID CHROMT = KROMT CAIR
SUPERKRITIK
13
IEC =ION EXCHANGE CHROMATOGRAPHY = KROMATOGRAFI
PENUKAR ION
14
KROMT METODE PEMISAHAN F. F. DIAM TYPE KESETM
GERAK
GSC/KGP GAS – PADAT GAS PADAT ABSORPSI
GLC/KGC GAS – CAIR GAS CAIR PARTISI
GBPC GAS – BONDED PHASE GAS F.ORG ADSORPSI / PARTISI
TERIKAT
16
JIKA DALAM SAMPEL TERDAPAT ZAT A DAN B YANG AKAN
DIPISAHKAN , MAKA SAAT KEDUANYA BERGERAK KEBAWAH
SEPANJANG KOLOM, KECEPATANNYA TERGANTUNG PADA RATIO
DISTRIBUSI (DC ATAU m )
17
Jika harga k kecil, maka komponen / analat akan bergerak dalam kolom
lebih cepat .
Jika eluen bergerak kebawah didalam kolom dengan kecepatan alir linear
sebesar u (cm/sec), maka pergerakan komponen/analat pada kecepatan linear
yang sama adalah u/(1 + k) (cm/sec).
Bila komponen A dan B mempunyai harga k yang berbeda cukup besar,
maka akan terjadi pemisahan.
18
tm, to = Waktu migrasi , tr = waktu retensi , h = tinggi puncak
tw, W = lebar puncak , random fluctuations
longitudinal diffusion (negligible in liquids)
eddy diffusion or “channeling”
19
PENGARUH KECEPATAN MIGRASI RELATIF DAN
PELEBARAN PITA PADA RESOLUSI
KONSENTRA
B A
B A
SI
JARAK MIGRASI
B
DETEKTOR
SIGNAL
WAKTU 21
KECEPATAN MIGRASI ZAT TERLARUT
KURANG EFEKTIFNYA KOLOM KROMATOGRAFI DALAM
MEMISAHKAN KOMPONEN TERGANTUNG PADA KECEPATAN
RELATIF DARI KOMPONEN/ ANALAT YG DIELUSI,
DITENTUKAN OLEH PERBANDINGAN PARTISI KOMPONEN /
ANALAT DIANTARA 2 FASE.
1. PERBANDINGAN PARTISI
DISTRIBUSI ANALAT DIANTARA FASE DIAM DAN FASE
GERAK DIGAMBARKAN CUKUP SEDERHANA.
ANALAT BERADA DALAM KESETIMBANGAN DIANTARA
DUA FASE
A (FASE GERAK) A (FASE DIAM)
22
Cs
K (1)
Cm
23
2. Waktu retensi (tR)
Adalah waktu yang diperlukan diantara injeksi sampel
dan munculnya puncak / pita komponen pada detektor
dari kolom kromatografi
24
/ VR
/t0
Dimana VR = tR x kec. alir
25
Kecepatan linier rata rata dari migrasi komponen /
analat :
V = L / tR ----(2) dimana L panjang kolom
26
Sehingga
CV
u
M M
C V C V
M M M S
1
u
CSVS
1
CMVM
1
U (4)
KVS
1
VM
27
Persamaan tersebut menunjukkan faktor faktor yang
diperlukan untuk elusi komponen dan bagaimana dua
komponen dapat dipisahkan.
Tiap komponen mempunyai harga K sendiri sendiri.
Harga K besar , elusi lebih panjang / lama
Faktor lain yang mempengaruhi semua pemisahan yaitu:
V umumnya bertambah dalam retensi
s
VM umumnya berkurang dalam retensi
U kecepatan pemisahan bertambah
28
4. Faktor kapasitas
Adalah parameter yang sangat penting dimana
digunakan untuk menggambarkan kecepatan
migrasi komponen pada kolom.
Faktor kapasitasnya k’ didefinisikan sbg:
k’ = KVS / VM ---- (5)
dimana K = koef. Partisi dan harga k’ konstan
untuk kondisi kolom.
29
Untuk menunjukkan harga k’ dapat diturunkan dari
kromatogram, maka substitusi pers 2 dan 3 ke pers 6 .
L Lx 1
t t 1 k '
R M
( 7)
Atau
t t
k '
R M
(8)
t M
31
Faktor Selektifitas (α)
Faktor selektifitas, α, pada kolom untuk dua komponen A
dan B didefinisikan sebagai :
K A
K
B
Dimana K perbandingan partisi untuk komponen B
B=
yang tertahan lebih kuat , KA = adalah konstan untuk
komponen A yang terelusi lebih cepat atau tidak
tertahan.
Substitusi pers 5 kedalam pers 9 , maka
diperoleh
k' A
t t
RB M
k' B t t
RA M
32
Dalam kromatografi (GLC), bentuk kromatogram yang
bagus adalah berupa garis tegak.
B C
A
D
injeksi
33
Hal tersebut disebabkan oleh (Teori laju/ kec):
1. Difusi Eddy (olakan):
Disebabkan oleh kecepatan gas pembawa yang
tidak sama didalam kolom karena bagian dari
pori yang dilalui tidak sama
panjang :Multipath effect (pengaruh jalan
berganda) A
B
2. Difusi Molekuler:
terutama dalam fase gas, dimana molekul
cuplikan dapat bergerak dalam arah yang salah
yang disebabkan oleh difusi eddy
34
3. Kesetimbangan yang lambat:
beberapa molekul tetap tinggal lama, sedangkan lainnya
hanya sebentar dalam fase diam. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan suhu yang kecil (GLC)
4. Harga K yang tidak tetap:
Disebabkan oleh perbedaan ratio distribusi dalam kolom.
Keempat faktor tsb menyebabkan perbedaan puncak.
Faktor 1, 2 dan 3 menyebabkan pelebaran puncak yg
simetris.
Faktor 4 menyebabkan pelebaran puncak yg tak simetris.
Keadaan yg lebih buruk akan terjadi puncak puncak yg
overlap.
35
Pelebaran pita dan efisiensi kolom
Untuk mendapatkan pemisahan yg optimal, tajam, bentuk
kurva yg simetris.
Pelebaran puncak harus dibatasi juga efisiensi kolom harus
diperhitungkan.
Pemisahan puncak puncak itu berhubungan dengan 2
faktor:
1. Efisiensi kolom: pelebaran puncak merupakan hasil dari
bentuk kolom dan kondisi operasional.
2. Efisiensi Pelarut (Faktor selektifitas): Hasil dari interaksi
antara komponen dengan fase diam, hal ini menentukan
kedudukan relatif dari jalur jalur komponen pada sebuah
kromatogram.
36
1. Efisiensi Kolom
Diukur sebagai jumlah pelat teoritis N, Height equivalent of
a theoritical plate (HETP) = ketinggian ekivalen terhadap
pelat teoritis.
HETP = H = L / N
N = jumlah pelat teoritis dari suatu kolom
L = panjang kolom
Efisiensi kolom tergantung pada:
Pelarut = fase diam
Zat terlarut = komponen
Suhu
Kecepatan aliran dari gas pembawa
Ukuran dari komponen
37
Banyak faktor yg mempengaruhi N atau HETP, tetapi secara kuantitatif
teori yg menyatakan pengaruh tsb sangat sukar.
Akan tetapi ada 2 teori yang dapat mempengaruhi N atau HETP yaitu:
1. Teori pelat
2. Teori laju / kecepatan
38
TEORI PELAT – N
39
Pelat atau HETP adalah tinggi/ panjang dari kolom yg cukup
untuk tercapainya kesetimbangan komponen antara 2 fase.
Lebih banyak pelat yg dimiliki, maka akan memberikan puncak
yg lebih kecil, atau efisiensi kolom lebih baik.
Untuk menghitung jumlah pelat teoritis N dari kromatogram
dapat ditentukan dari waktu retensi (tR) dan lebar puncak (w)
40
tR
injeksi
Lebar puncak
41
Jumlah pelat dapat dihitung sebagai berikut :
N = 16 (tR / w)2
Dimana tR adalah waktu retensi dan w = lebar puncak
N = 100
Gambar dibawah ini menunjukkan hasil elusi dengan jumlah pelat yang berbeda
N = 1000
42
Harga H dapat diperoleh bila panjang kolom L diukur
Harga N tsb dapat dihitung dari uraian dibawah ini:
H= (σ)2 /L
L
Jarak migrasi
Packing
L
Sampel detektor
masuk
43
Efisiensi kolom H didefinisikan : H = σ2 /L
Tinggi pelat = panjang kolom yg mengandung fraksi analat yg ada
diantara L dan (L ± σ)
Daerah dibawah kurva yg dikelilingi oleh ± σ kira kira 68% dari total
daerah.
Tinggi pelat kira kira mengandung 34% analat.
JIka varians pada kurva gaussian didasarkan pada waktu dan
disimbolkan τ2 (detik2) untuk membedakan dgn σ2 (cm2 )
Hubungan kedua standar deviasi tsb: τ= σ / (L/tR ), dimana
( L / tR) kecepatan linier rata rata analat (cm / dt).
Tangen pada puncak perpotongan 2 sisi puncak membentuk segitiga
dan luasannya ± 96% dari daerah total dibawah puncak termasuk ±
2σ
Intersep dari kurva kira kira ± 2τdari maksimum dan w=4τ
adalah dasarsegitiga
44
Substitusi hub tsb dengan pers diatas
W Atau WL
4 L
tR 4t R
Untuk mendapatkan
2 N , subs ke N = L / H didapat
L LW 2
t
N 16t R2 N 16 R
atau w
47
48
Teori laju / kecepatan.
Dikembangkan oleh van Deemter
Teori pelat diasumsikan bahwa kolom secara matematik
ekivalen dengan pelat kolom.
Kesetimbangan zat solut terjadi antara fase gerak dan fase diam
untuk setiap pelat dan dapat memprediksi beberapa aspek dari
bentuk kromatografi
Teori pelat mengabaikan konsep difusi solut dan jejak aliran.
Teori laju dapat memprediksi pengaruh pada beberapa faktor
dari bentuk kolom seperti: sifat fase, difusivitas solut, koef
partisi, kec. Fase, ketebalan fase, ukuran dan porositas padatan
pendukung, dan kec. Alir.
49
Persamaan deferensial partial dari van Deemter untuk isoterm
linier dihasilkan dalam fungsi konsentrasi effluent.
50
51
52
53
Besaran A , B dan C menjadi penyebab utama terjadinya pelebaran pita /
puncak.
Simbol “A” = Difusi Eddy (olakan ) : efek jalan ganda ( perbedaan panjang
jalan dalam kolom)
Simbol “B” = Difusi molekuler : pendifusian solut dalam gas pembawa
Simbol “C” = Penahanan terhadap perpindahan massa : ukuran dari jumlah
atau viskositas dari fase diam (cair) didalam kolom
54
55
Sejak kolom dipacking, maka tidak ada yg dapat mengurangi nilai A
Pengaruh tsb dapat direduksi dengan :
ukuran packing reguler, diameter packing kecil, tidak ada packing yg hilang/
lepas atau ruang mati dalam kolom.
56
Diffusi molekuler
57
Pengaruh pada “B” adalah tergantung aliran. Jika aliran
ditambah, maka waktu untuk difusi berkurang.
58
Jika harga harga A, B dan C tertentu, maka dapat dilihat persamaan van
Deemter harus terdapat kec laju gas pembawa/ pengangkut optimum,
dimana kita akan bekerja pada keadaan tsb.
Sehingga dapat dikatakan H minimum = µ optimum.
JIka digambarkan H terhadap µ, maka diperoleh kurva parabola.
59
60
Cara praktis untuk meningkatkan efisiensi kolom:
1. Padatan pendukung harus terbuat dari partikel partikel yang
kecil, ukurannya sama, biasanya dari tanah diatome yg
mempunyai ukuran mesh 100 -200.
2. Kecepatan aliran gas pembawa adalah optimum pada H
minimum
3. Gas pembawa dgn BM besar biasanya N2 akan tetapi dapat
juga He atau H2
4. Fase diam yg digunakan harus mempunyai viskos yang
rendah
5. Banyaknya/jumlah fase diam yg dipakai biasanya 1 – 10%
dari berat padatan pendukung
61
6. Perbandingan antara gas pembawa yg masuk dan yg keluar
harus rendah, tekanan yg masuk 1,5 – 2,5 atm
62
Resolusi (R)
adalah pemisahan nyata antara dua puncak yang berdekatan.
RS = 2 d/ (wa + wB )
= 2 [(tR)A – (tR)A] / (wA + wB)
63
64
Pengaruh faktor kapasitas dan selektifitas pada resolusi dari gambar diatas untuk
solut A dan solut B, maka resolusinya:
2
1 kB
N 1 k '
2
N 16 R S '
RS B
1 kB
4 1 k B'
Dimana k’B adalah faktor kapasitas dari spesies yg bergerak lebih lambat, α adalah
faktor selektifitas.
Persamaan tsb dapat diatur dengan menghitung jumlah pelat yg diperlukan untuk
pemisahan yg baik.
2 2
1 k '
N 16 R 2
S ' B
1 kB
65
Pengaruh resolusi pada waktu retensi
t R B
2
16 R H 1 k
S
2
' 3
B
1 k B' 2
66