Anda di halaman 1dari 66

Pertemuan 4 1

 PRINSIP DASAR:
METODE PEMISAHAN BEBERAPA TAHAP
(MULTI STAGE)
TERJADI BEBERAPA KALI PROSES
KESETIMBANGAN ANTARA DUA FASE.
ALAT YG DIGUNAKAN : TABUNG (DISEBUT
KOLOM) YANG MENGANDUNG BAHAN PADAT
GRANULAR YG SERING DIIKATKAN /
DILAPISI FASE CAIR DGN GAYA FISIK ATAU
KIMIA  FASE DIAM.
FASE GERAK : ELUEN YANG MENGALIR
TERUS MENERUS MELEWATI KOLOM.

2
SAMPEL DILETAKKAN DIATAS KOLOM, LALU
ELUEN DIALIRKAN MELEWATI KOLOM 
TERJADI BEBERAPA KALI KESETIMBANGAN
ANTARA DUA FASE, KONSTITUEN/ZAT
TERLARUT AKAN BERGERAK KEBAWAH.

ADA SEDIKIT PERBEDAAN RATIO


DISTRIBUSI YG DIPERLUKAN UNTUK ZAT
TERLARUT BERGERAK DENGAN
KECEPATAN YANG BERBEDA MELALUI
KOLOM DAN TERJADILAH PROSES
PEMISAHAN SATU DARI YG LAINNYA.

GAYA PEMISAHAN PADA METODE MULTI


STAGE INI LEBIH BESAR DARI PADA SINGLE-
STAGE.

3
 KATA “CHROMATOGRAPHY” DIKENALKAN OLEH TSWETT (1906) 
“CHROMA” ATAU“COLOR” ARTINYA WARNA DAN “ GRAPHEIN”
ATAU “WRITE” ARTINYA MENULIS.

 PEMISAHAN KLOROFIL DAN PIGMEN DARI TANAMAN


MENGGUNAKAN TABUNG ( KOLOM) YG DIISI PADATAN KALSIUM
KARBONAT DAN DIELUSI DENGAN PELARUT ORGANIK  TERJADI
PEMISAHAN YG BERUPA PITA PITA YG BERWARNA PADA KOLOM

 KROMATOGRAFI : METODE PEMISAHAN DIMANA


KOMPONEN KOMPONEN TSB TERDISTRIBUSI DIANTARA
FASE DIAM ( STASIONER) DAN FASE GERAK ( MOBILE)

 FASE DIAM : PADATAN BERPORI YG DIGUNAKAN SENDIRIAN ATAU


DILAPISI DGN FASE DIAM ZAT CAIR ( DISEBUT DGN PADATAN
PENDUKUNG)

 FASE GERAK : DISEBUT ELUENT ATAU PEMBAWA

 PROSES DIMANA ELUENT BERGERAK DGN MEMBAWA KOMPONEN


DISEPANJANG KOLOM DISEBUT: ELUSI

4
 PEMISAHAN DAPAT TERJADI KARENA KOMPONEN DARI
SAMPEL MEMPUNYAI PERBEDAAN AFINITAS DIANTARA FASE
DIAM DAN FASE GERAK DAN PERGERAKKAN MEMPUNYAI
KECEPATAN YG BERBEDA BEDA SEPANJANG KOLOM.

 HASIL PEMISAHAN DIGAMBARKAN DALAM KURVA


“KROMATOGRAM”

 TIAP PUNCAK MENGGAMBARKAN KONSTITUEN SAMPEL YG


TERPISAH

 AREA DIBAWAH PUNCAK MENGGAMBARKAN UKURAN


JUMLAH RELATIF DARI KONSTITUEN.

 DASAR KROMATOGRAFI: MENGUBAH SISTEM


KESETIMBANGAN STATIS MENJADI DINAMIS ANTARA FASE
DIAM DAN FASE GERAK

5
TYPE DARI METODE KROMATOGRAFI
 ADA 4 TYPE BERDASARKAN FASE GERAK -- FASE DIAM :
CAIR – CAIR ; CAIR – PADAT ; GAS – CAIR ; GAS – PADAT

 KROMATOGRAFI GAS (GC) TERMASUK DALAM TYPE GAS –


CAIR (GLC) DAN GAS – PADAT (GSC)

 KROMATOGRAFI CAIR (LC) TERMASUK DALAM TYPE CAIR-


CAIR (LLC) DAN CAIR – PADAT (LSC)

 KROMATOGRAFI PENUKAR ION TERMASUK TYPE CAIR


PADAT

 KROMATOGRAFI KERTAS (PC) DAN KROMATOGRAFI LAPIS


TIPIS (TLC) TERMASUK TYPE CAIR –CAIR (LLC) DENGAN
MENGGUNAKAN PADATAN PENDUKUNG YG BERUPA
KERTAS/SELULOSA ATAU SILIKA GEL.

6
KROMATOGRAFI BERDASARKAN ASAS
TERJADINYA PROSES PEMISAHAN :
1. ADSORPSI (FASE DIAM : PADAT & FASE GERAK :
CAIR / GAS), pemisahan tergantung perbedaan
polaritas molekul. contoh :
 Kromt kolom konvensional
 Kromt lapis tipis
 Kromt Penukar Ion
 Kromt gas padat
 Kromt cair kinerja tinggi
2. PARTISI (FASE DIAM: CAIR & FASE GERAK :
CAIR), pemisahan tergantung perbedaan koefisien
distribusi. Contoh:
 Kromt kolom
 Kromt kertas
 Kromt gas cair
 Kromt cair kinerja tinggi

7
3. FILTRASI (FASE DIAM: PADAT & FASE GERAK : CAIR), pemisahan
tergantung perbedaan struktur dan ukuran molekul

4. SUHU KRITIK (PENGEMBANGAN KROMATOGRAFI GAS DAN


HPLC & FASE GERAK : CO2 SUPERKRITIK ),

Sistem kesetimbangan dalam kromatografi lebih ditekankan pada sistem


kesetimbangan partisi( sifatnya ideal) dari pada adsorpsi (sufatnya non
ideal)

8
 Adsorption Chromatography
 Adsorption chromatography is
probably one of the oldest types
of chromatography around. It
utilizes a mobile liquid or gaseous
phase that is adsorbed onto the
surface of a stationary solid
phase. The equilibriation
between the mobile and
stationary phase accounts for the
separation of different solutes.

9
 Partition Chromatography
 This form of chromatography is
based on a thin film formed on
the surface of a solid support by
a liquid stationary phase. Solute
equilibriates between the mobile
phase and the stationary liquid.

10
 Ion Exchange
Chromatography
 In this type of
chromatography, the use of
a resin (the stationary solid
phase) is used to covalently
attach anions or cations
onto it. Solute ions of the
opposite charge in the
mobile liquid phase are
attracted to the resin by
electrostatic forces.

11
KROMATOGRAFI

GAS SFC LIQUID

GSC GLC COLUMN PLANAR

LSC LLC BPC IEC EC TLC PC

GPC GFC

12
 SFC =SUPERCRITICAL FLUID CHROMT = KROMT CAIR
SUPERKRITIK

 GSC = GAS SOLID CHROMATOGRAPHY = KROMATOGRAFI GAS


PADAT= KGP

 GLC = GAS LIQUID CHROMATOGRAPHY = KROMATOGRAFI GAS


CAIR =KGC

 LSC =LIQUID SOLID CHROMATOGRAPHY = KROMATOGRAFI


CAIR PADAT =KCP

 LLC =LIQUID LIQUID CHROMATOGRAPHY = KROMATOGRAFI


CAIR CAIR =KCC

 BPC =BONDED PHASE CHROMATOGRAPHY = KROMATOGRAFI


FASE TERIKAT

13
 IEC =ION EXCHANGE CHROMATOGRAPHY = KROMATOGRAFI
PENUKAR ION

 EC =EXCLUSION CHROMATOGRAPHY = KROMATOGRAFI


EKSKLUSI

 TLC =THIN LAYER CHROMATOGRAPHY = KROMATOGRAFI


LAPIS TIPIS

 PC =PAPER CHROMATOGRAPHY = KROMATOGRAFI KERTAS

 GPC =GEL PERMEATION CHROMATOGRAPHY = KROMATOGRAFI


PERMIASI GEL

 GFC =GEL FILTRATION CHROMATOGRAPHY = KROMATOGRAFI


FILTRASI GEL

14
KROMT METODE PEMISAHAN F. F. DIAM TYPE KESETM
GERAK
GSC/KGP GAS – PADAT GAS PADAT ABSORPSI
GLC/KGC GAS – CAIR GAS CAIR PARTISI
GBPC GAS – BONDED PHASE GAS F.ORG ADSORPSI / PARTISI
TERIKAT

LLC CAIR – CAIR CAIR CAIR PARTISI


LSC CAIR – PADAT CAIR PADAT ADSORPSI
LBC CAIR – BONDED PHASE CAIR F. ORG ADSORPSI/PARTISI
TERIKAT

IEC PERTUKARAN ION CAIR RESIN PERTUKARAN ION


GPC PERMIASI GEL CAIR Z. PDT PENYARINGAN
POLIMER
CAIR
PC CAIR- CAIR CAIR PARTISI
PADAT
TLC CAIR-PADAT CAIR ADSORPSI

SFC GAS/ CAIR CAIR GAS/CAIR CAIR PARTISI


(CO2 SC)
15
 KROMATOGRAFI ELUSI

PADA DASARNYA HAMPIR SEMUA PROSES KROMATOGRAFI


ADALAH ELUSI
DALAM KOLOM KROMT ELUSI, ZAT YANG DIPISAHKAN
TERGANTUNG PADA PERBEDAAN PARTISI / DISTRIBUSI ANTARA
FASE DIAM (TERPACKING DALAM KOLOM ) DAN FASE GERAK
(MENGALIR MELALUI KOLOM)

16
 JIKA DALAM SAMPEL TERDAPAT ZAT A DAN B YANG AKAN
DIPISAHKAN , MAKA SAAT KEDUANYA BERGERAK KEBAWAH
SEPANJANG KOLOM, KECEPATANNYA TERGANTUNG PADA RATIO
DISTRIBUSI (DC ATAU m )

jumlah zat terlarut dalam fase diam


Dm 
jumlah zat terlarut dalam fase gerak
konsentrasi zat terlarut dalam fase diam
Dc 
konsentrasi zat terlarut dalam fase gerak

Dalam kromatografi ratio distribusi lebih sering disebut dengan ratio


kapasitas atau faktor kapasitas (k )

jumlah zat terlarut dalam fase diam


k
jumlah zat terlarut dalam fase gerak

17
 Jika harga k kecil, maka komponen / analat akan bergerak dalam kolom
lebih cepat .
 Jika eluen bergerak kebawah didalam kolom dengan kecepatan alir linear
sebesar u (cm/sec), maka pergerakan komponen/analat pada kecepatan linear
yang sama adalah u/(1 + k) (cm/sec).
 Bila komponen A dan B mempunyai harga k yang berbeda cukup besar,
maka akan terjadi pemisahan.

18
tm, to = Waktu migrasi , tr = waktu retensi , h = tinggi puncak
tw, W = lebar puncak , random fluctuations
longitudinal diffusion (negligible in liquids)
eddy diffusion or “channeling”

19
PENGARUH KECEPATAN MIGRASI RELATIF DAN
PELEBARAN PITA PADA RESOLUSI
KONSENTRA

B A
B A
SI

JARAK MIGRASI

BEBERAPA VARIABEL KIMIA DAN FISIKA DAPAT MEMPENGARUHI


KECEPATAN PADA PEMISAHAN PITA/PUNCAK DAN LEBAR PITA AGAR
DIDAPAT PEMISAHAN YG SEMPURNA :
1. MENAMBAH KECEPATAN PADA PITA PEMISAHAN
2. MENGURANGI KECEPATAN DARI LUAS/LEBAR PITA

ALTERNATIF TSB DAPAT DILIHAT PADA GAMBAR DIBAWAH INI.


20
KROMATOGRAM MULA MULA DENGAN PUNCAK YG OVERLAP

DIPERBAIKI DENGAN MENAMBAH KECEPATAN PITA PEMISAHAN

B
DETEKTOR
SIGNAL

DIPERBAIKI DENGAN MENGURANGI KECEPATAN DARI LUAS PITA

WAKTU 21
KECEPATAN MIGRASI ZAT TERLARUT
 KURANG EFEKTIFNYA KOLOM KROMATOGRAFI DALAM
MEMISAHKAN KOMPONEN TERGANTUNG PADA KECEPATAN
RELATIF DARI KOMPONEN/ ANALAT YG DIELUSI,
DITENTUKAN OLEH PERBANDINGAN PARTISI KOMPONEN /
ANALAT DIANTARA 2 FASE.
1. PERBANDINGAN PARTISI
 DISTRIBUSI ANALAT DIANTARA FASE DIAM DAN FASE
GERAK DIGAMBARKAN CUKUP SEDERHANA.
 ANALAT BERADA DALAM KESETIMBANGAN DIANTARA
DUA FASE
A (FASE GERAK) A (FASE DIAM)

 KONSTANTA KESETIMBANGAN , K, KOEFISIEN PARTISI


DIDEFINISIKAN SEBAGAI KONSENTRASI MOLAR
ANALAT DALAM FASE DIAM DIBAGI DENGAN
KONSENTRASI MOLAR ANALAT DALAM FASE GERAK.

22
Cs
K (1)
Cm

Harga K idealnya konstan, tidak tergantung pada konsentrasi, tetapi dapat


dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti temperatur.
Jika K bertambah besar, maka komponen akan lebih lama melewati
kolom
Untuk pemisahan diasumsikan bahwa:
Kolom panjangnya tetap dan alirannya konstan

23
2. Waktu retensi (tR)
Adalah waktu yang diperlukan diantara injeksi sampel
dan munculnya puncak / pita komponen pada detektor
dari kolom kromatografi

 Volume retensi (VR)


adalah volume yang diperlukan oleh fase gerak untuk
mengelusi komponen sampai maksimum dari kolom

Tiap komponen dalam sampel punya tR yang berbeda


beda.

Waktu yang diberikan untuk fase gerak atau komponen


yang tidak tertahan melewati kolom disebut waktu
migrasi / waktu mati ,tM atau to

24
/ VR

/t0
Dimana VR = tR x kec. alir

Puncak kecil sebelah kiri menggambarkan komponen


yang tidak tertahan oleh fase diam pada kolom dan
mencapai detektor hampir langsung setelah elusi dimulai.

Waktu migrasi / waktu mati melengkapi pengukuran dari


kecepatan migrasi rata rata dari fase gerak. tM sangat penting
dalam identifikasi puncak komponen/ analat.

25
Kecepatan linier rata rata dari migrasi komponen /
analat :
V = L / tR ----(2) dimana L panjang kolom

kecepatan linier rata rata untuk fase gerak adalah:


u = L / tM --- (3)

3. Hubungan antara kecepatan migrasi dan


perbandingan partisi
V =uxf
dimana f adalah fraksi dari waktu komponen keluar
dari fase gerak.
f = jumlah mol komponen dalam f.gerak) / jumlah
total mol komponen dalam kolom

26
 Sehingga
CV
 u
M M

C V C V
M M M S

 
 1 
u  
 CSVS 
1 
 CMVM 

 
 1 
  U  (4)
 KVS 
1 
 VM 

27
 Persamaan tersebut menunjukkan faktor faktor yang
diperlukan untuk elusi komponen dan bagaimana dua
komponen dapat dipisahkan.
 Tiap komponen mempunyai harga K sendiri sendiri.
 Harga K besar , elusi lebih panjang / lama
 Faktor lain yang mempengaruhi semua pemisahan yaitu:
 V umumnya bertambah dalam retensi
s
 VM umumnya berkurang dalam retensi
 U kecepatan pemisahan bertambah

 Vs dan VM dapat diubah dengan mengganti diameter dan


panjang kolom untuk column packing spesifik .
 U dapat diubah dengan mengganti kecepatan alir.

28
4. Faktor kapasitas
 Adalah parameter yang sangat penting dimana
digunakan untuk menggambarkan kecepatan
migrasi komponen pada kolom.
Faktor kapasitasnya k’ didefinisikan sbg:
k’ = KVS / VM ---- (5)
dimana K = koef. Partisi dan harga k’ konstan
untuk kondisi kolom.

Substitusi pers 5 ke pers 4, sehingga


diperoleh :
V = u [1 / (1 + k’)] ---- (6)

29
 Untuk menunjukkan harga k’ dapat diturunkan dari
kromatogram, maka substitusi pers 2 dan 3 ke pers 6 .

L Lx 1
t t 1 k '
R M
( 7)

Atau
t t
k '
R M
(8)
t M

Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa


bagaimana
menentukan harga k didasarkan pada waktu elusi
30
 Jika faktor kapasitas < 1, elusi terjadi lebih cepat sehingga
penentuan waktu retensi yang akurat sangat sulit.
 Jika faktor kapasitas lebih besar dari 20 ( antara 20 - 30),
elusi menjadi terlampau panjang.
 Idealnya faktor kapasitas mempunyai harga antara 1 dan 5.
 Faktor kapasitas dalam GC dapat divariasikan dengan
mengubah temperatur dan packing kolom.
 Dalam LC, faktor kapasitas dapat dimanipulasi dengan
cara memvariasikan komposisi fase diam dan fase gerak.

31
 Faktor Selektifitas (α)
 Faktor selektifitas, α, pada kolom untuk dua komponen A
dan B didefinisikan sebagai :


K A

K
B
 Dimana K perbandingan partisi untuk komponen B
B=
yang tertahan lebih kuat , KA = adalah konstan untuk
komponen A yang terelusi lebih cepat atau tidak
tertahan.
 Substitusi pers 5 kedalam pers 9 , maka
diperoleh

k' A

t t
RB M

k' B t t
RA M

 JIka menghitung faktor selektifitas,


komponen A terelusi lebih cepat dari pada
komponen B, maka faktor selektifitasnya
selalu lebih besar dari pada 1

32
 Dalam kromatografi (GLC), bentuk kromatogram yang
bagus adalah berupa garis tegak.
B C
A
D
injeksi

 Garis yang tipis merupakan pemisahan yang sempurna,


tapi keadaan ideal ini sulit tercapai

 Bentuk kromatogram yg sering muncul adalah kurva


melebar (kurva gauss) atau puncak yang mengekor atau
pemanjangan dimuka.

33
 Hal tersebut disebabkan oleh (Teori laju/ kec):
1. Difusi Eddy (olakan):
Disebabkan oleh kecepatan gas pembawa yang
tidak sama didalam kolom karena bagian dari
pori yang dilalui tidak sama
panjang :Multipath effect (pengaruh jalan
berganda) A

B
2. Difusi Molekuler:
terutama dalam fase gas, dimana molekul
cuplikan dapat bergerak dalam arah yang salah
yang disebabkan oleh difusi eddy

34
3. Kesetimbangan yang lambat:
beberapa molekul tetap tinggal lama, sedangkan lainnya
hanya sebentar dalam fase diam. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan suhu yang kecil (GLC)
4. Harga K yang tidak tetap:
Disebabkan oleh perbedaan ratio distribusi dalam kolom.
 Keempat faktor tsb menyebabkan perbedaan puncak.
 Faktor 1, 2 dan 3 menyebabkan pelebaran puncak yg
simetris.
 Faktor 4 menyebabkan pelebaran puncak yg tak simetris.
 Keadaan yg lebih buruk akan terjadi puncak puncak yg
overlap.

35
 Pelebaran pita dan efisiensi kolom
 Untuk mendapatkan pemisahan yg optimal, tajam, bentuk
kurva yg simetris.
 Pelebaran puncak harus dibatasi juga efisiensi kolom harus
diperhitungkan.
 Pemisahan puncak puncak itu berhubungan dengan 2
faktor:
1. Efisiensi kolom: pelebaran puncak merupakan hasil dari
bentuk kolom dan kondisi operasional.
2. Efisiensi Pelarut (Faktor selektifitas): Hasil dari interaksi
antara komponen dengan fase diam, hal ini menentukan
kedudukan relatif dari jalur jalur komponen pada sebuah
kromatogram.

36
1. Efisiensi Kolom
Diukur sebagai jumlah pelat teoritis N, Height equivalent of
a theoritical plate (HETP) = ketinggian ekivalen terhadap
pelat teoritis.
HETP = H = L / N
N = jumlah pelat teoritis dari suatu kolom
L = panjang kolom
Efisiensi kolom tergantung pada:
 Pelarut = fase diam
 Zat terlarut = komponen
 Suhu
 Kecepatan aliran dari gas pembawa
 Ukuran dari komponen

37
 Banyak faktor yg mempengaruhi N atau HETP, tetapi secara kuantitatif
teori yg menyatakan pengaruh tsb sangat sukar.

 Akan tetapi ada 2 teori yang dapat mempengaruhi N atau HETP yaitu:
1. Teori pelat
2. Teori laju / kecepatan

38
 TEORI PELAT – N

 Konsep tentang pelat adalah imajisi, karena suatu kolom tidak


memiliki pelat pelat. Tetapi merupakan gambaran dari partikel
partikel yang tertarik/ terikat fase cair.
 Dasar teori pelat adalah Distribusi
 Kesetimbangan dari pemisahan komponen terjadi diantara fase
diam dan fase gerak yang terjadi didalam pelat.
 Komponen bergerak kebawah kolom oleh transfer pada fase
gerak yg disetimbangkan dari satu pelat ke pelat yang
berikutnya.

39
 Pelat atau HETP adalah tinggi/ panjang dari kolom yg cukup
untuk tercapainya kesetimbangan komponen antara 2 fase.
 Lebih banyak pelat yg dimiliki, maka akan memberikan puncak
yg lebih kecil, atau efisiensi kolom lebih baik.
 Untuk menghitung jumlah pelat teoritis N dari kromatogram
dapat ditentukan dari waktu retensi (tR) dan lebar puncak (w)

40
tR

injeksi

Lebar puncak

41
 Jumlah pelat dapat dihitung sebagai berikut :

N = 16 (tR / w)2
 Dimana tR adalah waktu retensi dan w = lebar puncak

 Atau jumlah pelat dapat pula dihitung dari setengah tinggi


puncak / setengah lebar puncak w1/2
N = 5,54 (tR / w1/2 )2

N = 100
 Gambar dibawah ini menunjukkan hasil elusi dengan jumlah pelat yang berbeda
N = 1000

42
 Harga H dapat diperoleh bila panjang kolom L diukur
 Harga N tsb dapat dihitung dari uraian dibawah ini:

(L-1σ) (L+ 1σ)


Jml molekul

H= (σ)2 /L

L
Jarak migrasi

Packing
L
Sampel detektor
masuk
43
 Efisiensi kolom H didefinisikan : H = σ2 /L
 Tinggi pelat = panjang kolom yg mengandung fraksi analat yg ada
diantara L dan (L ± σ)
 Daerah dibawah kurva yg dikelilingi oleh ± σ kira kira 68% dari total
daerah.
 Tinggi pelat kira kira mengandung 34% analat.
 JIka varians pada kurva gaussian didasarkan pada waktu dan
disimbolkan τ2 (detik2) untuk membedakan dgn σ2 (cm2 )
 Hubungan kedua standar deviasi tsb: τ= σ / (L/tR ), dimana
( L / tR) kecepatan linier rata rata analat (cm / dt).
 Tangen pada puncak perpotongan 2 sisi puncak membentuk segitiga
dan luasannya ± 96% dari daerah total dibawah puncak termasuk ±

 Intersep dari kurva kira kira ± 2τdari maksimum dan w=4τ
adalah dasarsegitiga
44
 Substitusi hub tsb dengan pers diatas
 W  Atau WL
  
4 L
tR 4t R

 Substitusi L dengan harga H = σ2 /L didapat:


L2 W 2 LW 2
H H
16 t R2 L 2
16t R

 Untuk mendapatkan
2 N , subs ke N = L / H didapat
L LW 2
 t
N 16t R2 N  16 R 
atau  w

N dapat dihitung dari 2 waktu pengukuran tR dan w


45
 Pengaruh kecepatan alir fase gerak:
pelebaran pita tergantung pada lamanya waktu fase
gerak yang kontak dengan fase diam.

Gambar tsb menunjukkan efisiensi kolom tgt pada kec


alir fase gerak.
46
Dari gb tsb keduanya menunjukkan tinggi pelat minimum /
efisiensi max, terjadi pada kec alir yg rendah.
Kolom pada GC panjangnya dapat mencapai 50 m atau lebih,
sedangkan kolom pada cair dapat lebih panjang dari 25 – 50
cm, sebab tetesan sepanjang kolom tekanannya cukup tinggi.
Jumlah pelat N pada GC lebih banyak dari pada LC
 Pengaruh ukuran diameter partikel : efisiensi kolom bertambah
dengan berkurangnya ukuran partikel packing kolom, yaitu
berupa lapisan yg tipis ( fase diam cairan yg diadsorb pada
padatan) dan viskositas fase gerak yg rendah.
 Pengaruh temperatur : kenaikan temperatur juga mengurangi
pelebaran pita.

47
48
 Teori laju / kecepatan.
 Dikembangkan oleh van Deemter
 Teori pelat diasumsikan bahwa kolom secara matematik
ekivalen dengan pelat kolom.
 Kesetimbangan zat solut terjadi antara fase gerak dan fase diam
untuk setiap pelat dan dapat memprediksi beberapa aspek dari
bentuk kromatografi
 Teori pelat mengabaikan konsep difusi solut dan jejak aliran.
 Teori laju dapat memprediksi pengaruh pada beberapa faktor
dari bentuk kolom seperti: sifat fase, difusivitas solut, koef
partisi, kec. Fase, ketebalan fase, ukuran dan porositas padatan
pendukung, dan kec. Alir.

49
 Persamaan deferensial partial dari van Deemter untuk isoterm
linier dihasilkan dalam fungsi konsentrasi effluent.

50
51
52
53
 Besaran A , B dan C menjadi penyebab utama terjadinya pelebaran pita /
puncak.
 Simbol “A” = Difusi Eddy (olakan ) : efek jalan ganda ( perbedaan panjang
jalan dalam kolom)
 Simbol “B” = Difusi molekuler : pendifusian solut dalam gas pembawa
 Simbol “C” = Penahanan terhadap perpindahan massa : ukuran dari jumlah
atau viskositas dari fase diam (cair) didalam kolom

54
55
 Sejak kolom dipacking, maka tidak ada yg dapat mengurangi nilai A
 Pengaruh tsb dapat direduksi dengan :

ukuran packing reguler, diameter packing kecil, tidak ada packing yg hilang/
lepas atau ruang mati dalam kolom.

56
 Diffusi molekuler

57
 Pengaruh pada “B” adalah tergantung aliran. Jika aliran
ditambah, maka waktu untuk difusi berkurang.

 Pengaruh “C”, Penahanan terhadap perpindahan massa.


 Waktu untuk solut mencapai kesetimbangan diantara fase gerak dan fase
diam.
 Ketebalan atau viskos dari fase diam memperbesar harga C

 Untuk meminimalkan pengaruh C:


 Gunakan lapisan tipis dari fase diam pada padatan pendukung
 Viskos fase rendah

58
 Jika harga harga A, B dan C tertentu, maka dapat dilihat persamaan van
Deemter harus terdapat kec laju gas pembawa/ pengangkut optimum,
dimana kita akan bekerja pada keadaan tsb.
 Sehingga dapat dikatakan H minimum = µ optimum.
 JIka digambarkan H terhadap µ, maka diperoleh kurva parabola.

59
60
 Cara praktis untuk meningkatkan efisiensi kolom:
1. Padatan pendukung harus terbuat dari partikel partikel yang
kecil, ukurannya sama, biasanya dari tanah diatome yg
mempunyai ukuran mesh 100 -200.
2. Kecepatan aliran gas pembawa adalah optimum pada H
minimum
3. Gas pembawa dgn BM besar biasanya N2 akan tetapi dapat
juga He atau H2
4. Fase diam yg digunakan harus mempunyai viskos yang
rendah
5. Banyaknya/jumlah fase diam yg dipakai biasanya 1 – 10%
dari berat padatan pendukung

61
6. Perbandingan antara gas pembawa yg masuk dan yg keluar
harus rendah, tekanan yg masuk 1,5 – 2,5 atm

7. Pemisahan akan lebih baik pada suhu kolom yg rendah


tetapi dgn demikian waktu analisa menjadi lama
8. Diameter kolom yang kecil memberikan pemisahan lebih
baik (1/8” atau 1/16” )

Delapan cara tsb dapat menaikkan efisiensi kolom,


sehingga puncak puncak yg terjadi sekecil mungkin.
Disamping cara tsb juga faktor yg lain yaitu efisiensi pelarut
( faktor selektifitas).

62
 Resolusi (R)
adalah pemisahan nyata antara dua puncak yang berdekatan.
RS = 2 d/ (wa + wB )
= 2 [(tR)A – (tR)A] / (wA + wB)

Pemisahan yg baik harus mempunyai RS ≥ 1,5, karena hanya


0,3% daerah yg overlap atau pemisahanya mencapai 99,7%.
Sedangkan jika RS = 0,75 pemisahannya jelek.
RS = 1, berarti daerah A akan mengandung 4% B dan daerah B
akan mengandung 4% A.

63
64
 Pengaruh faktor kapasitas dan selektifitas pada resolusi dari gambar diatas untuk
solut A dan solut B, maka resolusinya:
2
    1  kB
N    1  k '

2
N  16 R S   '
RS    B
    1   kB
4    1  k B' 
 Dimana k’B adalah faktor kapasitas dari spesies yg bergerak lebih lambat, α adalah
faktor selektifitas.

 Persamaan tsb dapat diatur dengan menghitung jumlah pelat yg diperlukan untuk
pemisahan yg baik.

2 2
   1 k '

N  16 R  2
S   ' B

  1  kB 
65
 Pengaruh resolusi pada waktu retensi

Kromatografi berhasil dengan baik jika memungkinkan resolusinya


paling tinggi dan waktu retensinya singkat.
Pengaruh resolusi pada waktu retensi adalah:

t R B 
2
16 R H    1  k
S
 
2
 ' 3
B 
    1  k B'  2

Dimana µ =kecepatan linier dari fase gerak

66

Anda mungkin juga menyukai