Asy’ariyah dan
Analisis
Pemikirannya
Muhammad Amrullah Aufa
SLIDESMANIA
A. PENDAHULUAN
Sejarah telah mencatat bahwa perpecahan umat Islam sebagian besar dipengaruhi oleh perbedaan pandangan pada suatu persoalan subtansi agama. Ini telah dicontohkan
s. We can adanya
buildperpecahan
these pada lessons together
umat Islam and I am
pasca meninggalnya happy to
Nabi Muhammad SAW,model, co-teach,bani
zaman khulafaurrosidin, observe,
Umayyah danand/or provide
bani Abbasiyah. feedback
Umat Islam semakin to help you
succeed! mengeneralisasi pada saat perbedaan pemikiran dan pandangan telah masuk dalam ranah teologi, dan hukum. 1 Perpecahan umat Islam tidak berhenti pada ranah pemikiran
namun juga telah masuk pada ranah action, bukan hanya perbedaaan pendapat namun juga berbeda aliran, dan diperparah lagi perbedaan itu berkahir dengan pertumpahan
darah. Dari rangkaian diatas maka penulis mencoba mengurai kembali sejarah penyebab perpecahan umat Islam dalam sudut pandang salah satu aliran yang fenomenal dalam
sejarah pemikiran Islam agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap generasi selanjutnya. Adapun tulisan ini membahas tentang bagaimana sejarah munculnya aliran
Mu‟tazilah, siapa saja tokoh-tokoh dan pemikirannya dan bagaimana perkembangan aliran Mu‟tazilah sebagai aliran teologi.
Kemudian Aliran lain yang menjadi sorotan adalah aliran Asy’ariyah, aliran ini muncul karena ketidakpuasan Abdul-Hasan Ali bin Ismail Al-Asy’ary terhadap
pemikiran Mu’tazilah yang dirasakan sudah terlalu memuja akal-pikiran. Aliran Asy’ariyah ini meletakkan akal dan tekstual sebagai pondasi untuk menjelaskan konsep
teologi dan ilmu kalam. Penganut paham dari Asy’ary ini kemudian disebut Ahlussunnah wal Jama’ah. Aliran ini mempercayai adanya konsep Islam sebagai cabang ilmu
fiqih, Iman sebagai cabang ilmu tauhid, dan Ihsan sebagai ilmu tasawwuf.
SLIDESMANIA
B. Aliran Mu’tazilah
s. We can 1.
buildSejarah munculnya
these lessons aliran Mu‟tazilah
together and I am happy to model, co-teach, observe, and/or provide feedback to help you
succeed! muncul di kota Bashrah (Iraq) pada abad ke 2 Hijriyah, tahun 105 – 110 H, tepatnya pada masa pemerintahan
khalifah Abdul Malik Bin Marwan dan khalifah Hisyam Bin Abdul Malik. Pelopornya adalah seorang penduduk
Bashrah mantan murid Al-Hasan Al-Bashri yang bernama Washil bin Atha‟ Al-Makhzumi Al-Ghozzal yang lahir di
Madinah tahun 700 M, kemunculan ini adalah karena Wasil bin Atha‟ berpendapat bahwa seorang muslim yang
berdosa besar bukan termasuk mukmin dan bukan kafir yang berarti ia fasik. Imam Hasan al- Bashri berpendapat
mukmin yang berdosa besar masih berstatus mukmin.
SLIDESMANIA
2. Tokoh – Tokoh Mu’tazilah
s. We can 1. Wasil bin Atha
build these lessons together and I am happy to model, co-teach, observe, and/or provide feedback to help you
2. Abu Huzail al-Allaf
succeed! 3. Al-Jubba’I
4. An-Nazzam
5. Al- jahiz
6. Mu’ammar bin Abbad
7. Bisyr al-Mu’tamir
8. Abu Musa al-Mudrar
9. Hisyam bin Amr al-Fuwati
SLIDESMANIA
3. Ushul Al Khamsah
s. We can Abu
buildHasan
theseAl-lessons
Kayyathtogether
berkata dalam
andkitabnya Al- Intisar
I am happy “Tidak ada
to model, seorang pun
co-teach, yang berhak
observe, and/ormengaku
provide sebagai penganut
feedback to help you
succeed! Mu`tazilah sebelum ia mengakui Al- Ushul Al- Khamsah ( lima landasan pokok ) yaitu Tauhid, Al - „Adl, Al- Wa`du Wal
Wai`id, Al- Manzilah Baina Manzilatain, dan Al Amr bi Al Ma‟ruf wa Al Nahi an Al Munkar.
1. At- Tauhid (ke-Esaan)
At-tauhid (pengesaan Tuhan) merupakan prinsip utama dan intisari ajaran mu‟tazilah. Sebenarnya, setiap mazhab teologis
dalam islam memegang doktrin ini.Namun bagi mu‟tazilah ,tauhid memiliki arti yang spesifik. Tuhan harus disucikan dari
segala sesuatu yang dapat mengurangi arti kemahaesaannya. Untuk memurnikan keesaan Tuhan, Mu‟tazilah menolak konsep
Tuhan memiliki sifat-sifat.
SLIDESMANIA
2. Al – ‘Adl (keadilan Tuhan)
Ajaran dasar Mu‟tazilah yang kedua adalah al-adl, yang berarti Tuhan Maha Adil. Adil ini merupakan sifat yang
paling gamblang untuk menunjukkan kesempurnaan, karena Tuhan Maha sempurna dia pasti adil. Faham ini
s. We can bertujuan
build these lessons
ingin together
menempatkan and benar-benar
Tuhan I am happyadilto model,
menurut co-teach, observe,
sudut pandang and/or
manusia. provide
Tuhan feedback
dipandang adil to help you
succeed! apabila bertindak hanya yang baik dan terbaik. Begitupula Tuhan itu adil bila tidak melanggar janjinya. Dengan
demikian Tuhan terikat dengan janjinya.
SLIDESMANIA
3. Al-Wa’ad wa al-Wa’id (Janji dan ancaman)
Ajaran ini berisi tentang janji dan ancaman. Tuhan yang Maha Adil tidak akan melanggar janjinya dan perbuatan Tuhan terikat dan di batasi oleh janjinya sendiri. Ini sesuai
dengan prinsip keadilan. Ajaran ketiga ini tidak memberi peluang bagi Tuhan selain menunaikan janjinya yaitu memberi pahala orang yang ta‟at dan menyiksa orang yang
berbuat maksiat, ajaran ini tampaknya bertujuan mendorong manusia berbuat baik dan tidak melakukan perbuatan dosa.
Golongan kedua, (disebut Mu‟tazilah II) muncul sebagai respon persoalan teologis yang berkembang di kalangan Khawarij dan Mur‟jiah akibat adanya peristiwa tahkim.
Golongan ini muncul karena mereka berbeda pendapat dengan golongan Khawarij dan Mur‟jiah tentang pemberian status kafir kepada yang berbuat dosa besar. Mu‟tazilah II
inilah yang dikaji dalam bab ini yang sejarah kemunculannya memiliki banyak versi.
Kaum Mu‟tazilah sudah tidak ada lagi. Mereka mendapat tantangan keras dari umat Islam lain setelah mereka berusaha diabad ke Sembilan untuk memaksa faham-faham
mereka dengan kekerasan pada umat Islam yang ada pada waktu itu. Pemikiran rasionil Mu‟tazilah dan sikap kekerasan mereka, membawa pada lahirnya aliran-aliran teologi
lain dalam Islam. Aliran-aliran itu timbul untuk menjadi tantangan bagi aliran yang bercorak rasionil dan liberal tersebut.
SLIDESMANIA
c. Aliran Asy’ariyah
Latar Belakang Munculnya Asy’ariyah
s. We can Teologi
build Asy’ariyah
these lessons together
muncul tidak terlepas dariand
situasiI politik
am happy to model,
yang berkembang co-teach,
pada saat observe,
itu. Teologi Asy’ariyah and/or
muncul sebagaiprovide feedback
teologi tandingan to help you
dari aliran
succeed! Mu’tazilah yang bercorak rasionil. Aliran Mu’tazilah ini mendapat tantangan keras dari golongan tradisional islam terutama golongan hanbali. Hal ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Pertama, Pada tahun 827 M, Khalifah Abasiyah al-Makmun, menerima doktrin Mu’tazilah secara resmi, dan dilanjutkan pada pemerintahan dua khalifah
setelahnya. Orang-orang yang teguh memegang tradisi, khususnya Ahmad bin Hanbal disiksa bahkan lebih dari itu, orang-orang yang tidak memahami dogmatis
Mu’tazilah yang cerdas atau menolak menerima mereka dan kadang-kadang sebagian besar dianggap kafir.
Kedua, Selain faktor politik, latar belakang munculnya Asy’ariyah juga dipengaruhi oleh kaum Mu’tazilah (yang mulai redup dan cenderung di tinggalkan oleh
masyarakat) juga tidak banyak berpegang teguh pada al-Sunnah atau al-Hadits, ini bukan lantaran mereka tidak percaya pada hadits Nabi dan kata-kata para
sahabat, akan tetapi mereka ragu dengan originalitas sunah, sehingga mereka dipandang sebagai golongan yang tidak berpegang teguh pada sunnah. Kelemahan
mu’tazilah pada sisi ini kemudian dimanfaatkan oleh kalangan Asy’ariyah dengan terang- terangan mengusung sunah dan tradisi sahabat hingga menyebabkan
term Ahl- Sunnah wa al-Jamaah.
SLIDESMANIA
Mengenal Asy’ariyah
s. We can Aliran Asy’ariyah
build these adalah
lessons aliran kalam
together and I yang dinisbahkan
am happy kepada
to model, Abu al-Hasan
co-teach, Ali bin
observe, Ismail provide
and/or al-Asy’ariyah. Ia to help you
feedback
succeed! keturunan Abu Musa al-Asy’ari, salah seorang perantara dalam sengketa antara Ali bin Abi Thalib dengan
Mu’awiyyah. Al-Asy’ari lahir tahun 260 H/873 M dan wafat pada 324 H/935 M. al-Asy’ari lahir di Bashra, namun
sebagian besar hidupnya di Bagdad. Pada waktu kecil ia berguru pada seorang tokoh Mu’tazilah terkenal, yaitu al-
Jubbai, mempelajari ajaran-ajaran Mu’tazilah dan mendalaminya. Namun, pada tahun 912 dia mengumumkan keluar
dari paham Mu’tazilah, dan mendirikaan teologi baru yang kemudian dikenal dengan Asy’ariyah.
SLIDESMANIA
Paham Asy’ariyah
secara umum pandangan kaum Asy’ariyah berlawanan dengan paham Mu’tazilah. Diantara paham Asy’ariyah, sebagai berikut:
a. Sifat Tuhan
Mengenai sifat Tuhan, Mu’tazilah menyatakan bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat. Sebab jika Tuhan mempunyai sifat, mestilah sifat itu jga kekal seperti Tuhan.
Berbeda halnya dengan Asy’ariyah yang mengemukakan bahwa Tuhan mempunyai sifat yang menjadi bukti adanya (wujud) Allah. Sifat-sifat tersebut adalah hidup
(hayat), berkuasa (qudrah), mengetahui (‘ilm), berkehendak (iradah), melihat (bashar), mendengar (sami’), berbicara (kalam).
Akan tetapi dalam pandangannya, sifat Tuhan bukan esensi Tuhan itu sendiri, sifat Tuhan dan zat Tuhan adalah dua hal yang berbeda tetapi satu. Sifat- sifat tersebut lain
dari zat-Nya atau berada diluar zat-Nya dan bukan zat Tuhan itu sendiri. Oleh karena itu, Tuhan mengetahui bukan dengan zat-Nya karena jika demikian berarti Allah
adalah pengetahuan itu sendiri seperti mu’tazilah, melainkan mengetahui dengan pengetahuan-Nya. Demikian pula dengan sifat- sifat lainnya.
Kekuasaan dan Keadilan Tuhan
Bagi Asy’ari, Allah adalah zat yang Maha kuasa dan Maha Adil. Akan tetapi pemahaman mengenai kekuasaan dan keadilan ini ternyata antara satu pihak dengan pihak
lain tidak sama. Adil, dalam pandangan Asy’ari adalah meletekan segala sesuatu pada tempatnya (wadh’u al-syai’ fi mahallihi). Seseorang yang mempunyai kekuasaan
berarti seseorang itu bisa melakukan apa saja terhadaap apa yang dimiliki. Karena Allah adalah zat yang Maha kuasa berarti Dia bisa berbuat apa saja terhadap yang
dikuasai-Nya. Jika Allah diakui zat yang Maha kuasa, maka apapun yang dilakukan Allah adalah sebuah keadilan. Tidak akan pernah ketidakadilan itu terdapat pada diri-
Nya.
SLIDESMANIA
Paham Asy’ariyah
b. Kekuasaan dan Keadilan Tuhan
Bagi Asy’ari, Allah adalah zat yang Maha kuasa dan Maha Adil. Akan tetapi pemahaman mengenai kekuasaan dan keadilan ini ternyata
antara satu pihak dengan pihak lain tidak sama. Adil, dalam pandangan Asy’ari adalah meletekan segala sesuatu pada tempatnya (wadh’u
al-syai’ fi mahallihi). Seseorang yang mempunyai kekuasaan berarti seseorang itu bisa melakukan apa saja terhadaap apa yang dimiliki.
Karena Allah adalah zat yang Maha kuasa berarti Dia bisa berbuat apa saja terhadap yang dikuasai-Nya. Jika Allah diakui zat yang Maha
kuasa, maka apapun yang dilakukan Allah adalah sebuah keadilan. Tidak akan pernah ketidakadilan itu terdapat pada diri-Nya.
5.
Pokok permasalahan
Kekuasan dan kehendak mutlak
tuhan
Mu’ tazilah
Al-Khayyat: Tiap-tiap
dak benda mempunyai han natur tertentu, dan tidak dapat
Asy’ariyah
Al-Bagdadi: Tuhan tidak bertanggung jawab tentang
perbuatan-perbuatan Nya kepada siapapun. Tidak ada
menghasilkan kecuali efek yang sama secara konstan larangan apapun bagi Tuhan.
pada hakekatnya tidaklah mutlak semutlak mutlaknya, Al-Ghazali:
tapi dibatasi olch: Tuhan berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya, dapat
a) Kebebasan yang telah diberikan kepada manusia, menyiksa orang yang berbuat baik dan memberi pahala
b) Janji baik dan ancaman yang telah disampaikan-Nya bagi si Kafir, jika demikian yang dikehendaki-Nya.
pada manusia, sifat keadilan Tuhan dan tidak Asy'ari: (Kesimpulan)
mungkinnya Tuhan mangkir atau bohong. 1. Tuhan bersifat absolut dalam kehendak dan
c) Kewajiban - kewajiban Tuhan terhadap manusia (al - kekuasaanNya, Tuhan adalah Maha Pemilik (al-Malik)
salah wa al-aslah). yang dapat berbuat sekehendakNya pada miliknya itu,
d) Hukum alam yang tidak mengalami perubahan. walaupun perbuatan - perbuatan itu olch akal manusia
kesimpulan: Tuhan = Raja konstitusional. dipandang kurang adil dan tidak baik, seperti meletakkan
beban yang tidak terpikul oleh manusia.
2. Tuhan tidak terikat kepada janji-janji dan ancamanNya
dan hukum keadilan (versi manusia).
Kesimpulan: Tuhan = Raja Absolut.
Kewajiban tuhan terhadap Tuhan mempunyai kewajiban terhadap manusia, yakni: Al-Ghazali: Perbuatan perbuatan Tuhan seluruhnya
6. manusia a) Berbuat baik dan yang terbaik (al-salah wa al-aslah) bersifat "jaiz", tidak ada satupun yang bersifat "wajib".
bagi manusia. Asy'ary: Tuhan sekali kali tidak mempunyai kewajiban
b) Kewajiban menepati janji-janji baik dan ancaman- terhadap hambaNya. Karena bagi Tuhan tidak ada hukum
ancamanNya, yang harus ditaatiNya
c) Mengirimkan Rasul,
d) Memberi rezki. Adanya paham tentang adanya
kewajiban Tuhan tersebut timbul dari adanya paham
keadilan Tuhan, dan adanya batasan-batasan bagi
SLIDESMANIA