Anda di halaman 1dari 18

Al-Mu’tazilah, al-

Asy’ariyah dan
Analisis
Pemikirannya
Muhammad Amrullah Aufa
SLIDESMANIA
A. PENDAHULUAN
Sejarah telah mencatat bahwa perpecahan umat Islam sebagian besar dipengaruhi oleh perbedaan pandangan pada suatu persoalan subtansi agama. Ini telah dicontohkan
s. We can adanya
buildperpecahan
these pada lessons together
umat Islam and I am
pasca meninggalnya happy to
Nabi Muhammad SAW,model, co-teach,bani
zaman khulafaurrosidin, observe,
Umayyah danand/or provide
bani Abbasiyah. feedback
Umat Islam semakin to help you
succeed! mengeneralisasi pada saat perbedaan pemikiran dan pandangan telah masuk dalam ranah teologi, dan hukum. 1 Perpecahan umat Islam tidak berhenti pada ranah pemikiran
namun juga telah masuk pada ranah action, bukan hanya perbedaaan pendapat namun juga berbeda aliran, dan diperparah lagi perbedaan itu berkahir dengan pertumpahan
darah. Dari rangkaian diatas maka penulis mencoba mengurai kembali sejarah penyebab perpecahan umat Islam dalam sudut pandang salah satu aliran yang fenomenal dalam
sejarah pemikiran Islam agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap generasi selanjutnya. Adapun tulisan ini membahas tentang bagaimana sejarah munculnya aliran
Mu‟tazilah, siapa saja tokoh-tokoh dan pemikirannya dan bagaimana perkembangan aliran Mu‟tazilah sebagai aliran teologi.
Kemudian Aliran lain yang menjadi sorotan adalah aliran Asy’ariyah, aliran ini muncul karena ketidakpuasan Abdul-Hasan Ali bin Ismail Al-Asy’ary terhadap
pemikiran Mu’tazilah yang dirasakan sudah terlalu memuja akal-pikiran. Aliran Asy’ariyah ini meletakkan akal dan tekstual sebagai pondasi untuk menjelaskan konsep
teologi dan ilmu kalam. Penganut paham dari Asy’ary ini kemudian disebut Ahlussunnah wal Jama’ah. Aliran ini mempercayai adanya konsep Islam sebagai cabang ilmu
fiqih, Iman sebagai cabang ilmu tauhid, dan Ihsan sebagai ilmu tasawwuf.
SLIDESMANIA
B. Aliran Mu’tazilah
s. We can 1.
buildSejarah munculnya
these lessons aliran Mu‟tazilah
together and I am happy to model, co-teach, observe, and/or provide feedback to help you
succeed! muncul di kota Bashrah (Iraq) pada abad ke 2 Hijriyah, tahun 105 – 110 H, tepatnya pada masa pemerintahan
khalifah Abdul Malik Bin Marwan dan khalifah Hisyam Bin Abdul Malik. Pelopornya adalah seorang penduduk
Bashrah mantan murid Al-Hasan Al-Bashri yang bernama Washil bin Atha‟ Al-Makhzumi Al-Ghozzal yang lahir di
Madinah tahun 700 M, kemunculan ini adalah karena Wasil bin Atha‟ berpendapat bahwa seorang muslim yang
berdosa besar bukan termasuk mukmin dan bukan kafir yang berarti ia fasik. Imam Hasan al- Bashri berpendapat
mukmin yang berdosa besar masih berstatus mukmin.
SLIDESMANIA
2. Tokoh – Tokoh Mu’tazilah
s. We can 1. Wasil bin Atha
build these lessons together and I am happy to model, co-teach, observe, and/or provide feedback to help you
2. Abu Huzail al-Allaf
succeed! 3. Al-Jubba’I
4. An-Nazzam
5. Al- jahiz
6. Mu’ammar bin Abbad
7. Bisyr al-Mu’tamir
8. Abu Musa al-Mudrar
9. Hisyam bin Amr al-Fuwati
SLIDESMANIA
3. Ushul Al Khamsah
s. We can Abu
buildHasan
theseAl-lessons
Kayyathtogether
berkata dalam
andkitabnya Al- Intisar
I am happy “Tidak ada
to model, seorang pun
co-teach, yang berhak
observe, and/ormengaku
provide sebagai penganut
feedback to help you
succeed! Mu`tazilah sebelum ia mengakui Al- Ushul Al- Khamsah ( lima landasan pokok ) yaitu Tauhid, Al - „Adl, Al- Wa`du Wal
Wai`id, Al- Manzilah Baina Manzilatain, dan Al Amr bi Al Ma‟ruf wa Al Nahi an Al Munkar.
1. At- Tauhid (ke-Esaan)
At-tauhid (pengesaan Tuhan) merupakan prinsip utama dan intisari ajaran mu‟tazilah. Sebenarnya, setiap mazhab teologis
dalam islam memegang doktrin ini.Namun bagi mu‟tazilah ,tauhid memiliki arti yang spesifik. Tuhan harus disucikan dari
segala sesuatu yang dapat mengurangi arti kemahaesaannya. Untuk memurnikan keesaan Tuhan, Mu‟tazilah menolak konsep
Tuhan memiliki sifat-sifat.
SLIDESMANIA
2. Al – ‘Adl (keadilan Tuhan)
Ajaran dasar Mu‟tazilah yang kedua adalah al-adl, yang berarti Tuhan Maha Adil. Adil ini merupakan sifat yang
paling gamblang untuk menunjukkan kesempurnaan, karena Tuhan Maha sempurna dia pasti adil. Faham ini
s. We can bertujuan
build these lessons
ingin together
menempatkan and benar-benar
Tuhan I am happyadilto model,
menurut co-teach, observe,
sudut pandang and/or
manusia. provide
Tuhan feedback
dipandang adil to help you
succeed! apabila bertindak hanya yang baik dan terbaik. Begitupula Tuhan itu adil bila tidak melanggar janjinya. Dengan
demikian Tuhan terikat dengan janjinya.
SLIDESMANIA
3. Al-Wa’ad wa al-Wa’id (Janji dan ancaman)
Ajaran ini berisi tentang janji dan ancaman. Tuhan yang Maha Adil tidak akan melanggar janjinya dan perbuatan Tuhan terikat dan di batasi oleh janjinya sendiri. Ini sesuai
dengan prinsip keadilan. Ajaran ketiga ini tidak memberi peluang bagi Tuhan selain menunaikan janjinya yaitu memberi pahala orang yang ta‟at dan menyiksa orang yang
berbuat maksiat, ajaran ini tampaknya bertujuan mendorong manusia berbuat baik dan tidak melakukan perbuatan dosa.

s. We can 4.build these


Al-Manzilah lessons
bain together
Al-Manzilatain and Ikedua
(tempat diantara am tempat)
happy to model, co-teach, observe, and/or provide feedback to help you
succeed! Inilah ajaran yang mula-mula menyebabkan lahirnya mazhab mu‟tazilah. Ajaran ini terkenal dengan status orang mukmin yang melakukan dosa besar, seperti dalam sejarah,
khawarij menganggap orang tersebut kafir bahkan musyrik, sedangkan menurut pandangan Mu‟tazilah orang islam yang mengerjakan dosa besar yang sampai matinya belum
taubat, orang itu di hukumi tidak kafir dan tidak pula mukmin, tetapi diantara keduanya. Mereka itu dinamakan orang fasiq, jadi mereka di tempatkan di suatu tempat
diantara keduanya.

5. Al Amr bi Al Ma’ruf wa Al Nahi an Al Munkar (Menyuruh kebaikan dan melarang keburukan)


Ajaran ini menekankan keberpihakan kepada kebenaran dan kebaikan. Ini merupakan konsekuensi logis dari keimananan seseorang. Pengakuan keimanan harus dibuktikan
dengan perbuatan baik, diantaranya dengan menyuruh orang berbuat baik dan mencegahnya dari kejahatan. Perbedaan mazhab Mu‟tazilah dengan mazhab lain mengenai
ajaran kelima ini terletak pada tata pelaksanaanya. Menurut Mu‟tazilah jika memang diperlukan kekerasan dapat ditempuh untuk mewujudkan ajaran tersebut.
SLIDESMANIA
Perkembangan Aliran Mu’tazillah sebagai aliran teologi
Disisi lain secara umum, aliran Mu‟tazilah melewati dua fase yang berbeda. Fase Abbasiyah (100 H - 237 M) dan fase Bani Buwaihi (334 H). Generasi pertama mereka hidup
di bawah pemerintahan Bani Umayah untuk waktu yang tidak terlalu lama. Kemudian memenuhi zaman awal Daulah Abbasiyah dengan aktivitas, gerak, teori, diskusi dan
pembelaan terhadap agama, dalam suasana yang dipenuhi oleh pemikiran baru. Dimulai di Basrah. Kemudian di sini berdiri cabang sampai ke Baghdad. Orang-orang
s. We can build these lessons together and I am happy to model, co-teach, observe, and/or provide feedback to help you
Mu‟tazilah Basrah bersikap hati-hati dalam menghadapi masalah politik, tetapi kelompok Mu‟tazilah Baghdad justru terlibat jauh dalam politik. Mereka ambil bagian dalam
succeed! menyulut dan mengobarkan api inquisisi bahwa “Al Qur‟an adalah makhluk”.
Golongan pertama, (disebut Mu‟tazilah I) muncul sebagai respon politik murni. Golongan ini tumbuh sebagai kaum netral politik, khususnya dalam arti bersikap lunak
dalam menangani pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dan lawan-lawannya, terutama Muawiyah, Aisyah, dan Abdullah bin Zubair golongan inilah yang mula-mula disebut
kaum Mu‟tazilah karena mereka menjauhkan diri dari pertikaian masalah khilafah. Kelompok ini bersifat netral politik tanpa stigma teologis seperti yang ada pada kaum
Mu‟tazilah yang tumbuh dikemudian hari.

Golongan kedua, (disebut Mu‟tazilah II) muncul sebagai respon persoalan teologis yang berkembang di kalangan Khawarij dan Mur‟jiah akibat adanya peristiwa tahkim.
Golongan ini muncul karena mereka berbeda pendapat dengan golongan Khawarij dan Mur‟jiah tentang pemberian status kafir kepada yang berbuat dosa besar. Mu‟tazilah II
inilah yang dikaji dalam bab ini yang sejarah kemunculannya memiliki banyak versi.
Kaum Mu‟tazilah sudah tidak ada lagi. Mereka mendapat tantangan keras dari umat Islam lain setelah mereka berusaha diabad ke Sembilan untuk memaksa faham-faham
mereka dengan kekerasan pada umat Islam yang ada pada waktu itu. Pemikiran rasionil Mu‟tazilah dan sikap kekerasan mereka, membawa pada lahirnya aliran-aliran teologi
lain dalam Islam. Aliran-aliran itu timbul untuk menjadi tantangan bagi aliran yang bercorak rasionil dan liberal tersebut.
SLIDESMANIA
c. Aliran Asy’ariyah
Latar Belakang Munculnya Asy’ariyah
s. We can Teologi
build Asy’ariyah
these lessons together
muncul tidak terlepas dariand
situasiI politik
am happy to model,
yang berkembang co-teach,
pada saat observe,
itu. Teologi Asy’ariyah and/or
muncul sebagaiprovide feedback
teologi tandingan to help you
dari aliran
succeed! Mu’tazilah yang bercorak rasionil. Aliran Mu’tazilah ini mendapat tantangan keras dari golongan tradisional islam terutama golongan hanbali. Hal ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Pertama, Pada tahun 827 M, Khalifah Abasiyah al-Makmun, menerima doktrin Mu’tazilah secara resmi, dan dilanjutkan pada pemerintahan dua khalifah
setelahnya. Orang-orang yang teguh memegang tradisi, khususnya Ahmad bin Hanbal disiksa bahkan lebih dari itu, orang-orang yang tidak memahami dogmatis
Mu’tazilah yang cerdas atau menolak menerima mereka dan kadang-kadang sebagian besar dianggap kafir.
Kedua, Selain faktor politik, latar belakang munculnya Asy’ariyah juga dipengaruhi oleh kaum Mu’tazilah (yang mulai redup dan cenderung di tinggalkan oleh
masyarakat) juga tidak banyak berpegang teguh pada al-Sunnah atau al-Hadits, ini bukan lantaran mereka tidak percaya pada hadits Nabi dan kata-kata para
sahabat, akan tetapi mereka ragu dengan originalitas sunah, sehingga mereka dipandang sebagai golongan yang tidak berpegang teguh pada sunnah. Kelemahan
mu’tazilah pada sisi ini kemudian dimanfaatkan oleh kalangan Asy’ariyah dengan terang- terangan mengusung sunah dan tradisi sahabat hingga menyebabkan
term Ahl- Sunnah wa al-Jamaah.
SLIDESMANIA
Mengenal Asy’ariyah
s. We can Aliran Asy’ariyah
build these adalah
lessons aliran kalam
together and I yang dinisbahkan
am happy kepada
to model, Abu al-Hasan
co-teach, Ali bin
observe, Ismail provide
and/or al-Asy’ariyah. Ia to help you
feedback
succeed! keturunan Abu Musa al-Asy’ari, salah seorang perantara dalam sengketa antara Ali bin Abi Thalib dengan
Mu’awiyyah. Al-Asy’ari lahir tahun 260 H/873 M dan wafat pada 324 H/935 M. al-Asy’ari lahir di Bashra, namun
sebagian besar hidupnya di Bagdad. Pada waktu kecil ia berguru pada seorang tokoh Mu’tazilah terkenal, yaitu al-
Jubbai, mempelajari ajaran-ajaran Mu’tazilah dan mendalaminya. Namun, pada tahun 912 dia mengumumkan keluar
dari paham Mu’tazilah, dan mendirikaan teologi baru yang kemudian dikenal dengan Asy’ariyah.
SLIDESMANIA
Paham Asy’ariyah
secara umum pandangan kaum Asy’ariyah berlawanan dengan paham Mu’tazilah. Diantara paham Asy’ariyah, sebagai berikut:

a. Sifat Tuhan
Mengenai sifat Tuhan, Mu’tazilah menyatakan bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat. Sebab jika Tuhan mempunyai sifat, mestilah sifat itu jga kekal seperti Tuhan.
Berbeda halnya dengan Asy’ariyah yang mengemukakan bahwa Tuhan mempunyai sifat yang menjadi bukti adanya (wujud) Allah. Sifat-sifat tersebut adalah hidup
(hayat), berkuasa (qudrah), mengetahui (‘ilm), berkehendak (iradah), melihat (bashar), mendengar (sami’), berbicara (kalam).
Akan tetapi dalam pandangannya, sifat Tuhan bukan esensi Tuhan itu sendiri, sifat Tuhan dan zat Tuhan adalah dua hal yang berbeda tetapi satu. Sifat- sifat tersebut lain
dari zat-Nya atau berada diluar zat-Nya dan bukan zat Tuhan itu sendiri. Oleh karena itu, Tuhan mengetahui bukan dengan zat-Nya karena jika demikian berarti Allah
adalah pengetahuan itu sendiri seperti mu’tazilah, melainkan mengetahui dengan pengetahuan-Nya. Demikian pula dengan sifat- sifat lainnya.
Kekuasaan dan Keadilan Tuhan
Bagi Asy’ari, Allah adalah zat yang Maha kuasa dan Maha Adil. Akan tetapi pemahaman mengenai kekuasaan dan keadilan ini ternyata antara satu pihak dengan pihak
lain tidak sama. Adil, dalam pandangan Asy’ari adalah meletekan segala sesuatu pada tempatnya (wadh’u al-syai’ fi mahallihi). Seseorang yang mempunyai kekuasaan
berarti seseorang itu bisa melakukan apa saja terhadaap apa yang dimiliki. Karena Allah adalah zat yang Maha kuasa berarti Dia bisa berbuat apa saja terhadap yang
dikuasai-Nya. Jika Allah diakui zat yang Maha kuasa, maka apapun yang dilakukan Allah adalah sebuah keadilan. Tidak akan pernah ketidakadilan itu terdapat pada diri-
Nya.
SLIDESMANIA
Paham Asy’ariyah
b. Kekuasaan dan Keadilan Tuhan
Bagi Asy’ari, Allah adalah zat yang Maha kuasa dan Maha Adil. Akan tetapi pemahaman mengenai kekuasaan dan keadilan ini ternyata
antara satu pihak dengan pihak lain tidak sama. Adil, dalam pandangan Asy’ari adalah meletekan segala sesuatu pada tempatnya (wadh’u
al-syai’ fi mahallihi). Seseorang yang mempunyai kekuasaan berarti seseorang itu bisa melakukan apa saja terhadaap apa yang dimiliki.
Karena Allah adalah zat yang Maha kuasa berarti Dia bisa berbuat apa saja terhadap yang dikuasai-Nya. Jika Allah diakui zat yang Maha
kuasa, maka apapun yang dilakukan Allah adalah sebuah keadilan. Tidak akan pernah ketidakadilan itu terdapat pada diri-Nya.

c. Melihat Allah di Akhirat


Imam al-Asy’ari berpendapat bahwa Allah dapat dilihat di akhirat kelak dengan mata kepala manusia. Menurut al-Asy’ari sifat-sifat yang
tidak dapat diberikan kepada Tuhan hanyalah sifat-sifat yang akan membawa kepada arti diciptakannya Tuhan. Sifat “dapatnya Tuhan
dilihat” tidak membawa kepada arti “diciptakannya Tuhan”. Sebab apa yang dapat dilihat tidak mesti mengandung arti bahwa ia bersifat
diciptakan.
SLIDESMANIA
Paham Asy’ariyah
d. Perbuatan Manusia
Pendapat Asy’ariyah yang paling menyita perhatian adalah pandangan tentang “pandangan manusia”. Asy’ari meluncurkan teori al-kasb sebagai jalan tengah diantara pandangan
jabariyah dan qadariyah, diantaranya sebagai berikut:
1. Perbauatan manusia bukanlah diwujudkan oleh manusia sendiri,
sebagaimana mu’tazilah, melainkan diciptakan oleh Tuhan.
2. Bahwa yang menciptakan pekerjaan “iman” bukanlah orang mukmin (yang
tak sanggup membuat iman bersifat tidak berat dan tidak sulit). Akan tetapi Tuhanlah yang menciptakannya dan memang menghendaki supaya iman bersifat berat dan sulit
4. Dalam mewujudkan perbuatan manusia mempunyai usaha (kasb), hanya saja daya yang ada dalam diri manusia tidak akan berpengaruh terhadap apa-apa terhadap kegiatannya.

e. Kemampuan Akal Manusia


Keberadaan akal manusia sangat tergantung kepada pemahaman mengenai kekuasaan dan keadilan Allah serta perbuatan manusia. Bagi Asy’ari, akal manusia mampu
mengetahui adanya Tuhan, tetapi kewajiban untuk mengetahui Tuhan tidak ditetapkan oleh akal. Wahyu Allah yang mewajibkan manusia untuk mengetahui Tuhan, yang
mewajibkan untuk bersyukur kepada-Nya. Sekiranya wahyu tidak turun kepada manusia maka tidak wajib mengetahui dan bersyukur sama sekali kepada-Nya. Akal juga tidak
mampu mengetahui baik dan buruk. Baginya, baik dan buruk tidak melekat pada suatu perbuatan, tetapi tergantung pada kehendak mutlak Tuhan. Dusta, misalnya adalah jahat
karena dilarang Tuhan. Bila dusta disiruh Tuhan, maka dusta adalah baik.
SLIDESMANIA
Paham Asy’ariyah
F. Kebaikan dan Keburukan
Menurut al-Asy’ari yang disebut kebaikan adalah seluruh yang diperintahkan, dianjurkan maupun diperbolehkan oleh Allah SWT. Kebaikan bukanlah
semata-mata kewajiban atau anjuran, tetapi juga segala sesuatu yang tidak ada larangan secara tegas (ibahah) dari Allah SWT. Sebaliknya, yang disebut
keburukan adalah segala sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT.
 
G. Kebaruan Alam
Bagi Asy’ari, alam ini adalah sesuatu yang baru. Tidak ada yang qadim selain Tuhan. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa terjadi banyak perbedaan
antara berbagai benda dan bahwa benda-benda tersebut selalu mengalami perubahan, yang inilah yang menjadi bukti kebaruan alam.
 
H. Dosa Besar
Menurut Asy’ari, iman itu akan tetap ada dalam diri seseorang selama ia masih mengakui dan membenarkan keberadaan Allah dan Rasul-Nya.
Oleh karena itu, orang mukmin yang melakukan dosa besar dalam pandangan Asy’ari tetap dianggap mukmin. Nabi akan memberi syafa’at kepada umatnya,
termassuk kepada mereka yang melakukan dosa besar selama ia masih beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.18 Adapun mengenai dosa besar diserahkan
sepenuhnya kepada Allah, apakah akan diampuni atau tidak.
SLIDESMANIA
Analilis perbandingan mu’ tazilah dan
asya’riyyah
NO Pokok permasalahan Mu’ tazilah Asy’ariyah
Konsep kufr dan orang Orang yang tidak pernah mengucapkan 2 Orang yang tidak pernah mengucapkan 2
1. Mu'min yang berbuat kalimah syahadah=. Kafir. kalimah syahadah= kafir.
dosa besar (murtakib al Orang Mu'min yang mengerjakan dosa besar Orang mukmin yang pernah berbuat dosa
khabair). = Fasiq (tempat nya antara Mu'min dan Kafir besar = terserah pada allah penilaiannya (kalo
  - al. Manzilah baina al Manzilatain). bertobat diampuni dan tempatnya di syurga)
Fungsi wahyu Al-Khayyat: 1. Wahyu menentukan segala hal. Mengatur
2. a) Konfirmasi, hidup manusia.
b) Informasi, 2. Memberikan tuntunan kepada manusia.
c) Ujian bagi manusia, Tanpa adanya wahyu manusia tidak
d) Mengingatkan manusia mengetahui mana yang baik dan buruk, dan
1. Konfirmasi = memperkuat dan tidak pula tahu cara - cara melaksanakan
menyempurnakan akal. Informasi= kewajiban - kewajibannya dan meninggalkan
menerangkan dan menjelaskan apa-apa yang larangan-larangan. Wahyu mutlak diperlukan
belum diketahui oleh akal. Tapi lebih banyak dalam seluruh segi kehidupan manusia
fungsi konfirmasi dan fungsi informasi.
SLIDESMANIA
Analilis perbandingan mu’ tazilah dan
asya’riyyah
NO Pokok permasalahan
A. Kehendak: oleh :
Mu’ tazilah
Manusia
Asy’ariyah
Bazdawi/ bukhara : Tuhan
3. B. Daya : oleh Manusia -Paham Qadariyah Tuhan Tuhan
C. Perbuatan: oleh manusia Tuhan (efektif), manusia(tidak
  Tuhan efektif)
 Kebebasan dan kekuasaan manusia hanya (sebenarnya )manusia (kiasan) Tuhan (sebenarnya)
dibatasi olch Sunnatullah (hukum alam). manusia (kiasan) konsep
Kebebasan manusia = kebebasan memilih asy’ ariyyah diatas
hukum alam yang akan ditempuhnya. membawa kepada paham
jabariyyah.
Konsep iman (unsur- unsur dan Iman bukan hanya tashdiq dan ma'rifah saja, Bagdadi: Iman =Tashdiq tentang adanya Tuhan, Rasul dan berita yang
4. kemungkinan bertambah dan tapi "amal" yang timbul sebagai akibat mereka bawa. Asy'ary: Iman= Tashdiq bi Allah,
berkurangnya iman serta efek mengetahui Tuhan. Iman= pelaksanaan dengan menerima sebagai suatu kebenaran tentang adanya Tuhan.
konsep iman dalam mendorong perintah-perintah Tuhan. Unsur Iman:
manusia berbuat baik dan Unsur Iman: a) Membenarkan dengan hati (inilah unsur yang inti),
berakhlak baik ) a) Membenarkan b) Mengucapkan dengan lisan,
dengan hati dan ikrar dengan lidah, b) c) Amal perbuatan dengan anggota badan (b dan c hanyalah
Ma'rifah dengan akal, cabang iman bukan unsur). Iman tidak bertambah dan tidak
c) Melaksanakan perintah dan menjauhi berkurang. Konsep Iman Asy'ariyah tidak mendorong orang
larangan. berbuat lebih baik dan lebih bermoral sehari hari.
Iman bisa bertambah dan berkurang, karena
tergantung dengan amal.
Konsep Iman Muktazilah mendorong
seseorang untuk berbuat lebih baik dan lebih
bermoral.
SLIDESMANIA
Analilis perbandingan mu’ tazilah dan
asya’riyyah
NO

5.
Pokok permasalahan
Kekuasan dan kehendak mutlak
tuhan
Mu’ tazilah
Al-Khayyat: Tiap-tiap
dak benda mempunyai han natur tertentu, dan tidak dapat
Asy’ariyah
Al-Bagdadi: Tuhan tidak bertanggung jawab tentang
perbuatan-perbuatan Nya kepada siapapun. Tidak ada
menghasilkan kecuali efek yang sama secara konstan larangan apapun bagi Tuhan.
pada hakekatnya tidaklah mutlak semutlak mutlaknya, Al-Ghazali:
tapi dibatasi olch: Tuhan berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya, dapat
a) Kebebasan yang telah diberikan kepada manusia, menyiksa orang yang berbuat baik dan memberi pahala
b) Janji baik dan ancaman yang telah disampaikan-Nya bagi si Kafir, jika demikian yang dikehendaki-Nya.
pada manusia, sifat keadilan Tuhan dan tidak Asy'ari: (Kesimpulan)
mungkinnya Tuhan mangkir atau bohong. 1. Tuhan bersifat absolut dalam kehendak dan
c) Kewajiban - kewajiban Tuhan terhadap manusia (al - kekuasaanNya, Tuhan adalah Maha Pemilik (al-Malik)
salah wa al-aslah). yang dapat berbuat sekehendakNya pada miliknya itu,
d) Hukum alam yang tidak mengalami perubahan. walaupun perbuatan - perbuatan itu olch akal manusia
kesimpulan: Tuhan = Raja konstitusional. dipandang kurang adil dan tidak baik, seperti meletakkan
beban yang tidak terpikul oleh manusia.
2. Tuhan tidak terikat kepada janji-janji dan ancamanNya
dan hukum keadilan (versi manusia).
Kesimpulan: Tuhan = Raja Absolut.
Kewajiban tuhan terhadap Tuhan mempunyai kewajiban terhadap manusia, yakni: Al-Ghazali: Perbuatan perbuatan Tuhan seluruhnya
6. manusia a) Berbuat baik dan yang terbaik (al-salah wa al-aslah) bersifat "jaiz", tidak ada satupun yang bersifat "wajib".
bagi manusia. Asy'ary: Tuhan sekali kali tidak mempunyai kewajiban
b) Kewajiban menepati janji-janji baik dan ancaman- terhadap hambaNya. Karena bagi Tuhan tidak ada hukum
ancamanNya, yang harus ditaatiNya
c) Mengirimkan Rasul,
d) Memberi rezki. Adanya paham tentang adanya
kewajiban Tuhan tersebut timbul dari adanya paham
keadilan Tuhan, dan adanya batasan-batasan bagi
SLIDESMANIA

kehendak mutlak Tuhan


Kesimpulan
Kaum Mu’tazilah adalah golongan yang membawa persoalan – persoalan teologi yang lebih mendalam dan bersifat filosofis.Golongan ini dikenal sebagai kelompok
rasionalis, karena mereka memberikan peran dan fungsi yang sangat besar kepada akal dalam kehidupan manusia. Tokoh utama aliran Mu’tazilah ini yakni Wasil bin
Atha’. Dalam pemikirannya mereka merumuskan lima prinsip ajaran yang mereka sepakati yaitu: tauhid, adil, janji dan ancaman, tempat di antara dua tempat dan
amar ma’ruf nahi mungkar.
Adapun ciri – ciri Mu’tazilah ialah suka berdebat, terutama di hadapan umum. Mereka yakin akan kekuatan akal fikiran, karena itulah mereka suka berdebat dengan
siapa saja orang yang berbeda pendapat dengannya. Meskipun kaum Mu’tazilah sering melakukan perdebatan dengan menggunakan rasio, mereka tetap mendapatkan
banyak pengikut. Itu semua terjadi karena ajaran Mu’tazilah mendapat dukungan dan penganut dari penguasa bani Umayyah yaitu khalifah Yazid bin Walid.
Asy’ariyah adalah salah satu aliran dalam teologi Islam periode klasik yang namanya dinisbatkan kepada nama pendirinya yaitu Hasan Ali bin Isma’il al-Asy’ari.
Dalam belajar agama, Al-Asy’ari mula-mula berguru kepada Abu Ali al-Jubba’i seorang pemuka Mu’tazilah. Akan tetapi, pada usia 40 tahun ia menyatakan diri
keluar dari Mu’tazilah, karena ia mengalami berbagai keraguan dan tidak puas terhadap doktrin-doktrin Mu’tazilah.
Adapun pokok-pokok ajaran Asy’ariyah yang terpenting antara lain : Sifat Tuhan (Menurut ajaran Asy’ariyah, Tuhan mempunyai sifat-sifat sebagaimana disebutkan
dalam al-Qur’an.), Perbuatan manusia (Perbuatan manusia menurut Asy’ariyah adalah diciptakan Tuhan, bukan diciptakan oleh manusia itu sendiri.), Pelaku Dosa
Besar (Menurut Asy’ariyah, seorang muslim yang melakukan perbuatan dosa besar dan meninggal dunia sebelum taubat tetap dihukumi mukmin.), Keadilan Tuhan
(Asy’ari berpendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai kewajiban apapun.Tuhan tidak wajib memasukkan orang, baik ke surga ataupun ke neraka.).
SLIDESMANIA

Anda mungkin juga menyukai