Anda di halaman 1dari 165

PERKEMBANGAN

KEPERAWATAN
JIWA
Dr.Lenny Rosbi Rimbun, SKp., M.Si.,M.Kep
DULU KALA

Gangguan jiwa dianggap kemasukan


Terapi : mengeluarkan roh jahat
MASA PERTENGAHAN

 RUMAH SAKIT JIWA PERTAMA :


BETHELEHEM ROYAL HOSPITAL DI
ENGLAND
 DI NEGARA ARAB, PERAWATAN GANGGUAN
JIWA DG TEMPAT PEMANDIAN, OBAT,
WANGIAN, MUSIK HALUS DALAM SUASANA
YANG SANTAI
 PERAWATAN MASIH TRADISIONAL
ABAD 18 & 19
 BEJAMIN RUSH, DISEBUT BAPAK
PSIKIATRIC AMERIKA, MENULIS BUKU
PSIKIATRIC AMERIKA

 SEKOLAH DIDIRIKAN

 METODE TINDAKAN BARU NON


RESTRAIN
ABAD 20
PERUBAHAN BESAR
 CLIFFORD BEERS  MEMBENTUK NATIONAL
SOCIETY FOR MENTAL HYGIENE  MENEKANKAN
PADA PENCEGAHAN DAN TINDKAN YG LEBIH
MANUSIAWI
 ADOLPH MEYER : TEORI PSIKOBIOLOGI,

 EMIL KRAEPELIN : MENGKALSIFIKASIKN GGN


JIWA
 EUGEN BLEULER : MENEMUKAN ISTILAH
SKIZOFRENIA
 SIGMUND FREUD : TEORI PSIKOANALISIS,
PSIKOSEKSUAL, NEUROSIS
 JUNG & SULLIVAN : TEORI INTERPERSONAL
 PENDIDIKAN PERAWATAN PSIKIATRI
BERKEMBANG, RSJ BANYAK DIDIRIKAN
Focus pada
 Preventif
 Community based service,
primary preventive using various
approaches,
 Such as mental health center,
 Hospital service,
 Day care center,
 Home health and hospice care
PERKEMBANGAN KEPERAWATAN
JIWA
SEJARAH KEPERAWATAN JIWA DILUAR NEGERI
 Sblm th 1860

perawatan klien jiwa dgn costudial care


(tertutup & isolatif)
 Th 1873

Linda Richards mengembangkan perawatan


mental di RSJ & mengorganisasi pelayanan &
pendidikan keperawatan jiwa di RSJ
 Th 1883 didirikan sekolah perawat yang
berorientasi pd fisik & mental di Mclean Hospital
 Th 1913
John Hopkins mendirikan sekolah perawat &
memasukkan keperawatan psikiatri dlm kurikulum.
Muncul berbagai hal, antara lain terapi somatik &
ECT
 Th 1950
peran perawat psikiatri mulai berkembang
 Th 1951
Mellow mengembangkan hubungan perawat-klien
mrpk proses terapeutik
 Th 1952
Peplau mengembangkan hubungan interpersonal dlm
keperawatan
 Th 1960
Fokus keperawatan psikiatri yaitu prevensi primer,
implementasi perawatan, & konsultasi dlm
komunitas
 Th 1970
Pengembangan kerangka kerja praktik
keperawatan, yaitu proses keperawatan & standar
praktek keperawatan
PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA DI INDONESIA
Th 1882 dibuka RSJ pertama di Indonesia yaitu di
Bogor

Sampai sekarang telah berdiri 34 RSJ di Indonesia.


Pd awal praktek keperawatan jiwa dilakukan dgn
cara costudial care, lalu berkembang terapi
kejang listrik, dll

Dgn berkembannya ilmu, perawatan dgn costudial


care berubah. Pasien mulai dilatih bekerja sesuai
kemampuan, walaupun ruangan masih dikunci &
pasien tdk boleh keluar ruangan.
SEJARAH PERKEMBANGAN DAN UPAYA
KESEHATAN JIWA DI INDONESIA
 Zaman Kolonial
Sebelum ada RSJ, pasien ditampung di RSU – yang
ditampung, hanya yg mengalami gangguan Jiwa berat
 1862  hsl sensus : 600 pnderita ggn jiwa di Pulau
Jawa & Madura, 200 pndrita didaerah lain
 - 1882 : RSJ Bogor, pertama di Indonesia
- 1902 : RSJ Lawang
- 1923 : RSJ Magelang
- 1927 : RSJ Sabang diRS ini jauh dari perkotaan
 Perawat pasien bersifat isolasi & penjagaan
(custodial care)
- Stigma
- Keluarga menjauhkan diri dari pasien
 Sejak tahun 1910 – mulai dicoba hindari
Custodial care ( penjagaan ketat) & restraints
(pengikatan )
 Mulai tahun 1930 – dimulai terapi kerja seperti
menggarap lahan pertanian
 Selama Perang Dunia II & pendudukan jepang –
upaya kesehatan jiwa tak berkembang
 Tahun 1966
- PUPJ Direktorat Kesehatan Jiwa
- UU Kesehatan Jiwa No.3 thn 1966 ditetapkan
oleh pemerintah
- Adanya Badan Koordinasi Rehabilitasi Penderita
Penyakit Jiwa ( BKR-PPJ) Dgn instansi diluar
bidang kesehatan
 Tahun 1973 – PPDGJ I yg diterbitkan tahun 1975
ada integrasi dgn puskesmas
 Sejak tahun 1970 an : pihak swastapun mulai
memikirkan masalah kes. Jiwa
 Ilmu kedokteran Jiwa berkembang
- Adanya sub spesialisasi seperti
kedokteran jiwa masyarakat, Psikiatri
Klinik, kedokteran Jiwa Usila dan
Kedokteran Jiwa Kehakiman
 Program Kes. Jiwa Nasional dibagi dalam 3
sub Program yang diputuskan pd
masyarakat dengan prioritas pd Heath
Promotion : perbaikan pelayanan,
pengembangan sistem, establishment
community mental health
MATERI-MATERI
 KESEHATAN JIWA & RUANG
LINGKUPNYA
 STATUS KESEHATAN JIWA
GLOBAL
INDONESIA
 ISU DAN TREN MASALAH KESEHATAN
JIWA
 KEBIJAKAN
KESEHATAN JIWA
& RUANG LINGKUPNYA
KESEHATAN

SEHAT ADALAH KEADAAN SEJAHTERA DARI


BADAN, JIWA DAN SOSIAL YANG
MEMUNGKINKAN SETIAP ORANG HIDUP
PRODUKTIF SECARA SOSIAL DAN EKONOMIS.
(UU KESEHATAN NO 36 TH 214)

KESEHATAN JIWA BAGIAN INTEGRAL DARI KESEHATAN


Glossary dari WHO World Health
Report 2001:
• Mental health is state of wellbeing in which the
individual
 realises his or her own abilities,
 can cope with normal stress of life,
 can work productively and fruitfully, and
 is able to make a contribution to his or her
community
Ciri-ciri “Sehat Jiwa”
♥ Menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya
♥ Mampu hadapi stres kehidupan yg wajar
♥ Mampu bekerja produktif dan memenuhi
kebutuhan hidupnya
♥ Dapat berperan serta di lingkungannya
♥ Menerima baik apa yg ada pada dirinya
♥ Merasa nyaman bersama orang lain
Life
cycle
Masalah Kesehatan Jiwa-Life cycle

Depresi, ansietas, ggn emosional


Autisme, Hiperaktif
Skizofrenia, manik depresif
Retardasi Mental Demensia
Post power sdr
Drug Abuse, Ggn Makan
Ggn perkembangan Gangguan penyesuaian
Keswa Calon haji

-----Bayi - Anak - Remaja - Dewasa - Usia lanjut-----

Penyakit kongenital Penyakit degeneratif

Penyakit kompleks perilaku


Depresi pada ibu pasca melahirkan

Dampak negatif pada interaksi ibu anak:


♥ Ibu gagal untuk berbicara, bermain dan merawat anaknya
♥ Ibu gagal menyediakan lingkungan yang dapat menstimulasi
proses tumbuh kembang
♥ Disiplin dan pengawasan tidak dapat dilakukan
♥ Bayi dari ibu depresi juga terlihat kurang aktif
♥ Bayi dari ibu depresi berisiko terjadi penganiayaan dan
ditolak
Bayi dan Balita memperlihatkan gejala
Gangguan jiwa, seperti:
Pola tidur yang jelek
Kesulitan makan
Masalah Pencernaan
Kecemasan dan Rasa Takut
Bila kebutuhan emosi pada usia ini tidak direspon
dengan cinta dan empati oleh pengasuhnya maka
insiden gangguan jiwa akan meningkat kemudian hari
Beberapa gejala keswa yang dapat terjadi
♥ Takut pada orang asing, “hantu” sering merupakan
gejala kecemasan atau depresi
♥ Gangguan Hiperaktif dan Pemusatan perhatian
♥ Kesulitan belajar
♥ Anak dengan HIV/AIDS yang ditularkan dari ibu
♥ Anak tinggal dengan keluarga yang berisiko untuk:
♥ penyalahgunaan NAPZA,
♥ KDRT dan
♥ kemiskinan
• Hampir 1 juta anak & remaja usia 10-19 tahun meninggal karena
• kecelakaan,
• bunuh diri,
• kekerasan,
• sakit dan
• penyakit yang sebetulnya bisa dicegah
• WHO memperkirakan 70% kematian dini ~ remaja  perilaku
mereka selama masa remaja
 Remaja
 usia awal terjadinya gg jiwa berat spt depresi & psikotik
 dihadapkan pada masalah:
alkohol, rokok, NAPZA,
Kehamilan remaja ,
Penyakit Menular Seksual dan HIV/AIDS.
Beberapa remaja terjadi stres akibat: tidak mampunya
mengatasi stres, kecemasan, agresi, penyakit fisik,
kurangnya keterampilan mengatasi masalah
WHO:
 Gangguan Jiwa pada usia 45-64 tahun: 93/ 100.000
 Gangguan Jiwa pada usia lanjut: 236/100.000
MASALAH
KESWA/PSIKOSOSIAL
• Kriminal/kekerasan
• Kecelakaan/bunuh diri
• Perceraian/mas.RT
• Penganiayaan anak
• Perjudian/sex bebas
• Konflik/bencana
• Kenakalan remaja
• Narkoba/HIV/AIDS
• Tawuran
• Ekonomi sulit
Kemiskinan
Ekonomi Sulit
Pendidikan Rendah
Pengangguran

Ggn. Mental &


Perilaku

Dampak Ekonomi
Kebutuhan Kesehatan
Kehilangan Pekerjaan
Produktivitas
Konflik Bomb gempa/tsunami Gunung berapi
STATUS KESEHATAN JIWA
25% penduduk
pernah mengalami ggn
mental dan perilaku,
hanya

40%
terdiagnosis
yang

10% populasi orang dewasa
pernah mengalami ggn mental dan
perilaku

 20% pasien di puskesmas adalah


penderita ggn mental
1orang dari 4
rumah tangga
mempunyai
keluhan ggn
perilaku
Komorditas dalam Keswa Depresi Alcohol
abuse
Social
Komorbiditas Gg. Jiwa dengan gangguan penyakit fisik yang
Phobia

umum
Depresi
Infeksi
Berat HIV
Kejadian yang bersamaan antara Gg. Jiwa dan masalah
sosial
Skizofrenia

Multi-morbiditas Stigmatisasi Kemiskinan


Alkohol

Depresi KDRT
Penyakit

Jantung Stroke
PREVALENSI
Hipertensi > 29%

Infark jantung > 22%

Epilepsi > 30%

Stroke > to 31%

Diabetes > 27%

Kanker > 33%

HIV/AIDS > 44%

TBC > 46%

Populasi > 10%


Umum WHO, 2003,
PENYAKIT KRONIS+ KOMORBIDITAS DEPRESI

KEPATUHAN

MORTALITAS DISABILITAS BIAYA

QUALITY OF LIFE
PENYAKIT JIWA:
Beban yang besar

Kondisi ibu Kondisi perinatal


Kekurangan gizi
Infeksi pernafasan
Malaria Penyakit tidak menular lain
7%
Penyakit pada masa anak 6% Keganasan
3%
5%
Diabetes
Penyakit Diare 3%

4%
Gangguan jiwa dan
HIV/AIDS 6% 13% syaraf
Tuberkulosisi

Penyakit Menular lain Gangguan indra


6% 3%

10% Penyakit jantung dan pembuluh darah


Kecelakaan 12%
4%
Kelainan kongenital 3% Penyakit pernafasan
Penyakit pencernaan
Penyakit otot dan tulang Penyakit sistem genitourinaria
Beban Penyakit yang diukur dengan Disability Adjusted Life Years Source: WHR 2002
(DALYs)
 Beban akibat gangguan dan
ketidakmampuan yang 16
diakibatkan dihitung dengan14
indikator DALY (Disability 12
Adjusted Life Years) atau
hilangnya waktu produktif:10
Tahun 1995, 8,1% 8

Tahun 2000, 12,3% 6

Tahun 2020, 15% 4


(angka proyeksi)
2
0
1995 2000 2020
Persentase dari angka kematian dan DALY di seluruh dunia yang disebabkan
tembakau, alkohol, dan zat illegal

Faktor risiko Negara Negara Negara maju Seluruh


berkembang berkembang dunia
dengan angka dengan angka
kematian kematian
tinggi rendah
Kematian
Tembakau 7.5 12.2 26.3 8.8
Alkohol 2.6 8.5 8.0 3.2
Zat illegal (Heroin & 0.5 0.6 0.6 0.4
Kokain)

DALY
Tembakau 3.4 6.2 17.1 4.1
Alkohol 2.6 9.8 14.0 4.0
Zat illegal (Heroin & 0.8 1.2 2.3 0.8
Kokain)

*Disability Adjusted Life Years


** Heroin dan kokain
140

120  SKRT tahun 1995


100
 gangguan mental pada
remaja dan dewasa per
80

60
1000 art 140
 gangguan mental anak
40
usia sekolah sebesar per
20
1000 art 104
0
> 15 < 15
 Prevalensi Gangguan Jiwa (per 1000 ART)

Psikosis 3
Demensia 4
Retardasi Mental 5
Ggn jiwa lain 5
Angka bunuh diri
(di Indonesia) 1,6-
1,8 per 100.000.
Kualitas Hidup
Masyarakat
Indonesia (Human
Development Index
= HDI): 112 di
antara 180 negara
(WHO 2002)
 Di Indonesia laporan gangguan jiwa yang
datang berobat ke Puskesmas kurang dari
2% dari jumlah kunjungan (Data SP2TP
1999)
Puskesmas Tambora (1985): 28 %
20 PKM di NAD (2002) 51,1%
Penelitian PKM Bandung (2003): 36%
WHO (2001) 30-50%
Penelitian pada 20 Puskesmas di 11 Kab/Kota.
Masing-masing PKM mengumpulkan 50 responden
dengan total 1000
 Episode Depresi 25,7%
 Gangguan Panik 18,4%
 Gangguan Penyalahgunaan NAPZA (Ganja, diazepam)
16%
 Gangguan Depresi Berulang 10,9%,
 Gangguan Stres Pasca trauma 8,8%,
 Gangguan Cemas Menyeluruh 7,7%,
 Ketergantungan Alkohol 1,3%,
 Gangguan Psikiatrik keseluruhan 51,1%.
ISU DAN TREN MASALAH
KESEHATAN JIWA
ISU DAN TREN MASALAH
KESEHATAN JIWA
1. > 50% penderita gangguan kesehatan jiwa di negara-negara
berkembang belum mendapatkan perawatan
 terjadi, akibat minimnya akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan jiwa
2. jumlah psikiater di sebagian besar negara berkembang 0-1 per 100
ribu penduduk dan belum tersebar merata.
 65,1 % praktik di rumah sakit jiwa
 15,9 % praktik di rumah sakit umum dan
 19,0 % praktik di tempat-tempat praktik khusus.
3. Sarana pelayanan kesehatan jiwa belum berada di dekat
komunitas, sehingga tidak mampu menjangkau semua sasaran.
4. kualitas pelayanan gangguan kesehatan jiwa rata-rata masih buruk
 penderita enggan atau jera memeriksakan diri atau mendapatkan
perawatan dari sarana pelayanan kesehatan jiwa yang ada.
 Di beberapa negara, biaya perawatan gangguan kesehatan jiwa sangat
tinggi sehingga tidak bisa dijangkau oleh semua kalangan
5. stigma  penderita enggan atau tidak mau memeriksakan diri dan
mendapatkan perawatan
6. proporsi alokasi anggaran kesehatan jiwa rata-rata
masih sangat kecil dibandingkan total anggaran untuk
kesehatan.
 % alokasi anggaran untuk kesehatan jiwa dari total anggaran di
bidang kesehatan di negara berpenghasilan rendah, menengah
ke bawah dan tinggi masing-masing hanya sebesar 1,5 %, 2,78
% dan 3,49 %.
 Di negara dengan penghasilan sangat tinggi pun alokasi
anggaran untuk kesehatan jiwanya tidak besar
 rata-rata anggaran yang dibutuhkan untuk kesehatan jiwa
sebesar 13 % dari total anggaran kesehatan, namun yang
dapat disediakan oleh setiap negara saat ini rata-rata baru 2,0
%
7. politisi dan pembuat kebijakan belum
sepenuhnya memahami masalah gangguan
kesehatan jiwa  tidak membuat kebijakan
yang mendukung
 Gangguan kesehatan jiwa selalu diartikan dengan
gangguan jiwa berat membangun RSJ ~ solusi.
 gangguan kesehatan jiwa juga meliputi
 depresi dan
 gangguan emosional yang lain, termasuk
• pertengkaran dengan suami atau istri,
• bunuh diri atau
• kekerasan terhadap anak.
8. minimnya perhatian negara-negara di dunia terhadap masalah
gangguan kesehatan jiwa juga terlihat dari
 masih rendahnya tindakan preventif dan promotif yang
dilakukan untuk mencegah atau meminimalkan kasus
gangguan kesehatan jiwa.
 hasil studi Bank Dunia tahun 1995 di beberapa negara yang menunjukkan
bahwa 8,1 % hari-hari produktif hilang akibat beban penyakit disebabkan
oleh masalah kesehatan jiwa.
 bunuh diri, yang terjadi karena gangguan kesehatan jiwa,
merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di beberapa
negara.
 pada penduduk usia 15-35 tahun pada 1998,
• bunuh diri merupakan penyebab kematian
 pertama di China dan
 penyebab kematian kedua setelah kecelakaan lalu lintas
di Eropa.
PERMASALAHAN KESWA
DI INDONESIA

 Masih termarjinalkan, bukan program prioritas


 Kurang SDM keswa (psikiater dan perawat jiwa)
 Kurangnya dana
 Sistem pencatatan dan pelaporan yang belum
tertata dengan baik
 Terbatasnya psikofarmaka di PKM
 Pengelola program keswa/NAPZA ditingkat
propinsi maupun kabupaten/kota tidak jelas
 Kebingungan Dinkes Prov, Kab/Kota yang ingin
melanjutkan program keswamas disebabkan ada
penterjemahan kedalam UKP dan UKM
 Banyak program kesehatan ( Pelayanan Keswa di
pelayanan Kesehatan dasar, Perawat kesehatan
Masyarakat termasuk Perawat kesehatan jiwa
masyarakat ) termasuk dalam UKM tetapi tidak dapat
diusulkan dalam program Yanmedik yang
diinterprestasi harus UKP
 Resistensi terhadap pelayanan Kesehatan Jiwa dalam
penanggulangan masalah bencana dan konflik
dikalangan stakeholders
 Pengetahuan dan Pemahaman keswa bencana masih
terbatas di kalangan pengambil kebijakan, masyarakat
dan profesi kesehatan sendiri
 Sistem yang efektif BELUM ada

PELAYANAN KESEHATAN JIWA


KURANG MENDAPAT PERHATIAN

Alokasi
Dana terbatas/ kurang
1. Pelayanan kesehatan jiwa pasca
bencana
 Pelatihan petugas kesehatan di sarana
pelayan kesehatan dasar dan rujukan
 Pengenalan kesehatan jiwa bagi tokoh
masyarakat, kader, petugas non
kesehatan
 Perencanaan dan penganggaran kegiatan
kesehatan jiwa bagi pemegang program
2. Sumber Daya Manusia
 Perlu ada penyusunan Master Plan Kesehatan jiwa yang termasuk
didalamnya adalah pengembangan SDM
 Perlu memperhatikan implikasi hukum bagi dokter umum yang
menangani kesehatan/kedokteran jiwa dikaitkan dengan UU Praktik
Kedokteran
 Perlu adanya Monitoring dan Evaluasi terhadap pelatihan-pelatihan
yang telah dilakukan baik oleh Dinkes maupun oleh RSJ
 Perlu ada kerjasama dengan pusat pendidikan yang ada untuk
menyusun instrumen Monev
 Perlu kerja sama dengan pusat pendidikan untuk mengatasi
kekurangan SDM
 Advokasi kepada Pemda dan DPRD untuk pendanaan pengembangan
SDM
 Perlu ada Komunikasi antara Dinkes dan RSJ dalam merumuskan
sistem keswa khususnya untuk kebutuhan SDM
 Kalau akan ada pelayanan umum di RSJ hendaknya terkait dengan
pelayanan keswa (core business) jangan atas dasar finansial
melakukan diversifikasi
3. Keswa NAPZA dan VCT
Diversifikasi pelayanan keswa untuk NAPZA dan VCT
hendaknya dilakukan berdasarkan suatu studi/analisis
situasi besaran masalah NAPZA yang ada di suatu
daerah, bukan hanya Narkotika dan Psikotropika saja
tetapi juga masalah yang terkait dengan alkohol dan
rokok
Rendahnya pemanfaatan fasilitas Pelayanan NAPZA dan
VCT yang ada di beberapa RSJ saat ini perlu di review
apakah fasilitas yang dikembangkan ini sudah
berdasarkan demand dari masyarakat? bukan karena
“latah” atau ingin mendapatkan “anggaran” atau
“perintah dari atasan”
Pelatihan VCT hendaknya tidak menghilangkan unsur
NAPZA.
3. Keswa NAPZA dan VCT

Belum adanya focal point yang jelas untuk


mengelola program NAPZA dan Keswa di Dinas
Kesehatan
Sistem informasi yang belum lengkap sehingga
kebutuhan data sulit di dapat dan tersebar pada
beberapa program
4. Pelayanan Keswa Terintegrasi

Adalah pelayanan keswa yg


dilakukan oleh dokter umum atau
perawat secara terintegrasi dengan
yankes umum

Sambil memeriksa kesehatan umum,


juga dideteksi adanya masalah M.E
yg menyertainya
4. Pelayanan Keswa Terintegrasi
 Tenaga keswa/psikiater sebagai konsultan (pembina) untuk
melakukan transfer of knowledge dan melakukan supervisi
berkala thd pelayanan keswa
 RSJ adalah tempat rujukan pasien yg sulit diatasi di Puskesmas
dan RSU
 Tanggung jawab pelayanan keswa berada pada Dinkes
setempat
 Pelatihan tenaga dan penyediaan obat dilakukan oleh Dinkes
perlu usulan psikofarmaka ada dalam buffer stock obat provinsi
REKOMENDASI “WHO”
(2001)
 Pelayanan Kesehatan Jiwa di Pelayanan Kesehatan
Dasar
 Ketersediaan obat psikotropik di berbagai tingkat
pelayanan
 Tersedianya perawatan Kesehatan Jiwa di
masyarakat
 Pendidikan kesehatan jiwa pada masyarakat
 Partisipasi masyarakat dlm bidang kesehatan jiwa
 Penetapan Kebijakan Nasional dan Peraturan
Perundang-Undangan tentang Kesehatan Jiwa
 Pengembangan Sumber Daya Manusia
 Membentuk Jejaring untuk Upaya Kesehatan Jiwa
 Monitoring kesehatan jiwa di masyarakat
 Dukungan thd penelitian kesehatan jiwa
KEBIJAKAN
 LANGKAH ANTISIPASI
 semua pihak, termasuk pembuat kebijakan,
 gencar melakukan sosialisasi menggeser paradigma tentang
gangguan kesehatan jiwa.
 masalah gangguan kesehatan jiwa tidak bisa hanya dilihat dari
jumlah pasien di rumah sakit jiwa yang bisa diatasi dengan
membangun RSJ harus dilihat secara menyeluruh.
 masalah ini tidak hanya tentang gangguan jiwa berat (psikotik),
 juga tentang gangguan emosional lainnya seperti
 depresi,
 kekerasan terhadap anak dan yang lainnya.
 Penanganan gangguan kesehatan jiwa,
harus digeser dari
 metode biomedikal menjadi biopsikososial,
 dari jangka pendek menjadi jangka panjang,
 dari perawatan menjadi pelayanan, dan
 dari pendekatan klinis ke pendekatan kesehatan
masyarakat.
sistem pelayanan gangguan kesehatan jiwa di
rumah sakit harus digeser  sistem pelayanan
kesehatan jiwa komunitas.
pelayanan gangguan kesehatan jiwa harus
disediakan di sarana kesehatan primer,
RENSTRA
DEPKES

PROGRAM
YANMED

KEGIATAN POKOK
BINYAN KESWA
KEGIATAN POKOK
DIREKTORAT BINA PELAYANAN

KESEHATAN JIWA
Tingkat Pelayanan dan Intervensi
rendah tinggi

1
R.S. Jiwa
Frekwensi Biaya
kebutuhan Pelayanan Psikiatri pada
2
RSU/Klinik

3 Pelayanan kes jiwa masyarakat


(outpatient/outreach)

4 Perawatan Kesehatan Jiwa


Melalui Pelayanan Kesehatan Dasar

5 Dukungan Komunitas Informal dan formal


Diluar sektor kesehatan

6
Perawatan mandiri dan keluarga

tinggi rendah
Jumlah kebutuhan pelayanan
(Maramis A, 2005; adapted from van Ommeren, 2005)
Sasaran, Program dan Kegiatan
Sasaran Indikator Rencana Program
tingkat
capaian
Setiap Puskesmas Jumlah RS yang Jumlah masyarakat Pembangunan sarana
dan jaringannya dapat dapat menjangkau yang dapat dijangkau dan prasarana RS di
menjangkau dan dan dijangkau oleh RS daerah tertinggal
dijangkau seluruh masyarakat secara selektif
masyarakat di wilayah
kerjanya
Pelayanan kesehatan Jumlah RS yang Seluruh RS Peningkatan
di setiap rumah sakit, menerapkan standar kesehatan rujukan
puskesmas dan mutu pelayanan
jaringannya kesehatan jiwa
memenuhi standar
mutu
Pembangunan sarana dan prasarana RS di daerah
tertinggal secara selektif

Kegiatan Tujuan Sasaran

Penerapan Standar Meningkatkan akses Dinkes, RSJ


Balai Kes Jiwa pelayanan
Masyarakat
Peningkatan kesehatan rujukan

Kegiatan Tujuan Sasaran


Deteksi dini Meningkatkan Petugas kesehatan
gangguan jiwa pengetahuan dan di RS dan
ketrampilan jaringannya
Konseling Meningkatkan Petugas kesehatan
Kesehatan Jiwa pengetahuan dan di RS dan
ketrampilan untuk jaringannya
melakukan konseling
Pola Asuh Anak Meningkatkan Petugas kesehatan
pengetahuan dan di RS dan
ketrampilan untuk jaringannya
melakukan konseling
Kegiatan Tujuan Sasaran
Intervensi Meningkatkan Petugas kesehatan di
singkat/wawancara pengetahuan dan RS dan jaringannya,
motivasional dengan ketrampilan sarana rehab NAPZA,
instrumen ASSIST LAPAS
Program P2 NAPZA, Meningkatkan Petugas kesehatan di
alkhol, dan rokok pengetahuan dan RS dan jaringannya
melalui Ketrampilan ketrampilan
Interpersonal Interpersonal
Penerapan Konsep Meningkatkan RSJ
Model pengetahuan dan
Penanggulangan ketrampilan
NAPZA Berbasis RSJ
Penerapan Pedoman Meningkatkan Lintas Program, Lintas
Umum TPKJM cakupan pelayanan Sektor
kesehatan jiwa
Kegiatan Tujuan Sasaran
Penerapan Pedoman Meningkatkan Petugas kesehatan di
Diagnosis dan pengetahuan dan RS dan jaringannya
Penatalaksanaan ketrampilan
GME Anak usia < 6
tahun
Penerapan Standar Meningkatkan mutu Dinkes, RSJ
Pelayanan Keswa di pelayanan
sarana rehabilitasi
Penanggulangan Meningkatkan Petugas kesehatan di
Masalah Kesehatan pengetahuan dan RS dan jaringannya
Jiwa di daerah pasca ketrampilan
konflik
Penerapan Standar Meningkatkan Lintas Program, Lintas
Pelayanan Keswa cakupan dan mutu Sektor, Dinkes, RSJ
Jamaah Haji pelayanan kesehatan
jiwa
PROGRAM KESWA PUSKESMAS

TDK MASUK 6 PROGRAM WAJIB


TAPI TERINTEGRASI DG UPAYA KES.WAJIB
SERTA MENJADI UPAYA PENGEMBANGAN
(KW-SPM)

PROMOSI GIZI
KIA/KB KESEHATAN
PENGOBATAN KESLING
MASY
P2M

YANKESWA
• LIFE SKILL TERINTEGRASI PERILAKU
• POLA ASUH HIDUP SEHAT
• PARENTING EDUCATION
KESWA HAJI (TDK
• POLA ASUH VCT
• KESWA REMAJA MEROKOK, • PARENTING
SKILL • NAPZA ALKOHOL & SKILL
NAPZA/HIV
NAPZA)
UPAYA YAN. KESWA

BERBASIS merupakan BERBASIS


RS satu kesatuan KOMUNITAS

UKP UKM
Upaya Kesehatan Perorangan Upaya Kesehatan Masyarakat
Prinsip-prinsip UKP Prinsip-prinsip UKM
• Memelihara dan • Memelihara dan
meningkatkan kesehatan meningkatkan kesehatan
serta mencegah dan serta mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta menanggulangi timbulnya
memulihkan kesehatan masalah kesehatan di
perorangan masyarakat
• Mencakup upaya pencegahan • Mencakup upaya : Promkes,
penyakit, pengobatan Rawat Pemeliharaan Kesmas, P2M,
Jalan, Rawat Inap, Kesehatan Jiwa, Perbaikan
pembatasan dan pemulihan Gizi Masyarakat, Penyehatan
kecacatan yang ditujukan Lingkungan, Penanggulangan
pada perorangan. Termasuk bencana dan bantuan
pengobatan tradisional dan kemanusiaan
alternatif serta kebugaran
fisik dan kosmetika
MASALAH PELAYANAN KESEHATAN JIWA DI UKP
DAN UKM

UKP (RS Jiwa/ RSU) UKM (Puskesmas, Posyandu)


 Pelayanan belum Holistik  Kasus cukup banyak
 Kualitas Pelayanan belum  Kemampuan tenaga kesehatan
terstandarisasi mendeteksi gangguan jiwa
 Angka Remisi cukup tinggi terbatas
 Tenaga Profesional terbatas  Obat-obatan terbatas
 Orientasi pelayanan hanya pada  Kegiatan pelayanan Kesehatan
gangguan Psikotik Jiwa belum terintegrasi dalam
 Riset dan Penelitian sangat pelayanan kesehatan umum
terbatas  Kesadaran masyarakat dan
 Keterbatasan Anggaran Rumah penentu kebijakan terhadap
Sakit masalah kesehatan jiwa masih
rendah
 Belum sempurna sistem
kesehatan daerah  Belum sempurna sistem
kesehatan daerah
 Belum memadai sistem informasi
kesehatan jiwa
 Untuk menanggulangi masalah Kesehatan
Jiwa yg komplek - perlu dibentuk TP-KJM
sebagai wadah koordinatif.

 TP-KJM Pusat - Tim Pembina


TP-KJM Provinsi - Tim Pengarah
TP-KJM Kabupaten/Kota - Tim Pelaksana
MENU KEGIATAN
BINA PELAYANAN KESEHATAN
JIWA
 PERTEMUAN ADVOKASI DAN SOSIALISASI KEBIJAKAN
PROGRAM UKP OLEH DINKES PROVINSI KEPADA DINKES
KAB/KOTA DAN SARANA KESEHATAN DI DAERAH
BINAANNYA
 Deteksi Dini Gangguan Jiwa di Pelayanan Kes Dasar
 Kesehatan Jiwa Ibu Hamil, Melahirkan, Nifas dan Menyusui
 Konseling Kesehatan Jiwa
 Dampak Psikis kekerasan pada perempuan
 Pola Asuh Anak
 Program Intervensi Singkat/ Wawancara Motivational dengan
Menggunakan Instrument ASSIST (Alcohol, Smoking, Substance
Involvement Screning Test)
 Program P2 Napza, Alkohol dan Rokok
melalui "Keterampilan Interpersonal“
 Konseling HIV/AIDS Bagi Pengguna
Napza Suntik
 Pencegahan tindakan bunuh diri
 PENERAPAN KEBIJAKAN, REGULASI,
STANDAR DAN PEDOMAN KEBIJAKAN
PROGRAM UKP YANG DILAKSANAKAN OLEH
DINKES PROVINSI KEPADA DINKES
KAB/KOTA DAN RS/SARANA KESEHATAN DI
DAERAH BINAAN
 Penerapan Konsep Model Penanggulangan
Napza Berbasis RS Jiwa
 Penerapan Pedoman Umum Tim Pembina, Tim
Pengarah, Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa
Masyarakat (TP-KJM)
 Penerapan Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan GME Anak umur 6 tahun
kebawah
 Penerapan Pedoman Umum Kesehatan Jiwa
Masyarakat bagi LS terkait
 Penerapan Pedoman Umum Penatalaksanaan
Kegiatan Kesehatan Jiwa Masyarakat bagi LP &
LS
 Penerapan Panduan Pemberdayaan Masyarakat
dibidang Kesehatan Jiwa
 Penerapan Standar Balai Kesehatan Jiwa
Masyarakat
 Penerapan Standar Pelayanan Keswa di Sarana
Rehabilitasi
 Penerapan Standar Pelayanan Keswa Jamaah
Haji
 MONITORING, EVALUASI DAN BIMTEK OLEH
DINKES PROVINSI KEPADA DINKES
KAB/KOTA DAN SARANA KESEHATAN
LAINNYA
 Pembinaan Program Implementasi ASSIST di
Prov Bali, Banten, NTT dan Irja
 Pembinaan Program Penanggulangan Masalah
Keswa di Daerah Pasca Konflik di NTT, Maluku
dan Ambon
 Pilot Proyek Integrasi Pelayanan Keswa di
Pelayanan Kesehaan Dasar
KONSEP DASAR
KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA
Dr. Lenny Rosbi Rimbun, SKp.,M.Si
KONSEP SEHAT-SAKIT JIWA
SEHAT JIWA : KEMAMPUAN INDIVIDU
MENYESUAIKAN DIRI SENDIRI, ORANG
LAIN, MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN.
ADANYA KEHARMONISAN FUNGSI JIWA
DAN KELANGSUNGAN MENGHADAPI
MASALAH.
DAPAT DINILAI : PRESTASI KERJA,
HUBUNGAN INTERPERSONAL,
PENGGUNAAN WAKTU LUANG
SEHAT JIWA
 Townsend (1996)
Keberhasilan adaptasi terhadap
stresor dari lingkungan internal
maupun eksternal, dibuktikan
melalui pikiran, perasaan, dan
perilaku yang sesuai dengan usia
dan norma lokal serta budaya
setempat.
SEHAT JIWA
 Maslow (1970)
 Self Actualization
 Persepsi terhadap realita tepat.
 Kemampuan untuk menerima diri sendiri, orang lain, dan
keberadaan manusia.
 Kemampuan untuk memperlihatkan spontanitas.
 Kemampuan untuk konsentrasi dan menyelesaikan
masalah.
 Kebutuhan “privacy”
 Kemandirian, otonomi
 Intensitas reaksi emosi
 Kemampuan mengalami kekayaan dan keindahan
kehidupan
 Kemampuan mengidentifikasi kebaikan manusia
 Kemampuan untuk mencapai kepuasan hubungan
interpersonal
 Memiliki karakter demokratik dan etika yang tinggi
 Kreativitas

 Jahoda (1958)
 Perilaku positif terhadap diri sendiri
 Bertumbuh, berkembang, dan mampu mencapai
aktualisasi diri
 Integrasi
 Otonomi
 Mampu mempersepsikan realita secara tepat
 Kemampuan menguasai lingkungan
SEHAT JIWA
1. Perilaku sehat terhadap diri sendiri
a. Penerimaan diri sendiri dan
kesadaran diri
b. Memiliki target pencapaian diri
c. Memiliki aspirasi yang realitas dan
fleksibel
d. Memiliki rasa identitas, keutuhan,
rasa memiliki, rasa aman, dan rasa
berarti.
SEHAT JIWA
2. Pertumbuhan, perkembangan, dan aktualisasi
a. Berfokus pada individu
b. Memiliki kriteria:
1) Menggunakan seluruh potensi yang dimilikinya

2) Merasa nyaman berhubungan dengan perasaan-


perasaan pribadi dan dapat
mengintegrasikannya dengan pikiran dan
perilaku
3) Dapat berinteraksi secara bebas dan terbuka
dengan lingkungannya
4) Dapat berbagi dengan orang lain dan
bertumbuh berdasarkan pengalaman yang
dialaminya.
SEHAT JIWA
3. Integritas
a. Merupakan kesinambungan antara apa yang
diekspresikan dan apa yang direpresikan
antara konflik-konflik “outer” dan “inner”
b. Dapat diukur melalui kemampuan seseorang
untuk bertahan terhadap stres dan menangani
kecemasan
c. Ego yang kuat namun tidak kaku memampukan
seseorang untuk mengatasi perubahan dan
bertumbuh melalui hal tersebut.
4. Autonomi
a. Meliputi “Self Determination”: suatu
keseimbangan antara
ketergantungan dan kemandirian
serta penerimaan konsekuensi dari
tindakan seseorang
b. Bertanggung jawab untuk
pengambilan keputusan,
pengambilan tindakan, pikiran, dan
perasaan
c. Akibatnya: dapat menghargai
otonomi dan kebebasan orang lain.
SEHAT JIWA
5. Persepsi Realitas
a. Merupakan kemampuan untuk menguji
asumsi tentang dunia melalui pemikiran
empiris
b. Seseorang yang sehat jiwa dapat
mengubah persepsinya berdasarkan
informasi baru yang diterimanya
c. Meliputi empati atau sensitivitas sosial,
seperti penghargaan terhadap perasaan
dan perilaku orang lain
SEHAT JIWA
6. Penguasaan Lingkungan
a. Dapat berhubungan secara efektif dengan
dunia luar, menyelesaikan masalah personal
dan memperoleh kepuasan dari
kehidupannya.
b. Mampu menghadapi kesepian, kemarahan,
dan frustasi dengan cara yang sehat
c. Dapat berespons terhadap orang lain,
mencintai, dan dicintai serta menghadapi
hubungan timbal balik
d. Dapat membangun persahabatan baru dan
memiliki kepuasan dalam keterlibatannya di
kelompok sosial
GANGGUAN JIWA
 Townsend (1996)
 Respons maladaptif terhadap stresor dan
lingkungan internal atau eksternal, dibuktikan
melalui pikiran, perasaan, dan perilaku yang
tidak sesuai dengan norma-norma lokal atau
budaya setempat, dan mengganggu fungsi sosial,
pekerjaan, dan/atau fisik
GANGGUAN JIWA
 Dua Respons Utama terhadap Stres:
 Berduka
 Ansietas (ringan – sedang – berat - panik)
 Perilaku yang berhubungan dengan respons ansietas
mencakup:
 Mekanisme koping
 Mekanisme pertahanan diri
 Respons psikofisiologik
 Respons psikoneurotik
 Respons psikotik
RESPONS ADAPTASI PADA RENTANG ANSIETAS

Ringan Sedang Berat Panik

Mekanisme Mekanisme Respons Respons Respons


koping pertahanan psikofisiologik psikoneurotikpsikotik
GANGGUAN JIWA

Klasifikasi Gangguan Jiwa:


1. Neurosis
2. Psikosis
GANGGUAN JIWA
1. Karakteristik Neurosis:
a. Suatu gejala atau kumpulan gejala yang
membuat stres serta tidak dapat diterima dan
asing bagi individu
b. Uji realitas secara umum adalah utuh
c. Perilaku yang dimunculkan tidak melanggar
norma-norma sosial yang mayor
d. Gangguan yang dialami bertahan lama atau
kambuh lagi tanpa “treatment” dan tidak
semata-mata hanya suatu reaksi peralihan
terhadap stresor
e. Tidak tampak adanya penyebab/faktor organik
GANGGUAN JIWA
2. Karakteristik Psikosis
a. Perilaku regresif
b. Disintegrasi kepribadian
c. Penurunan tingkat kesadaran terhadap realita
secara bermakna
d. Sukar untuk dapat berfungsi secara adekuat
e. Kerusakan berat dalam uji realita
PENGERTIAN

Kesehatan Jiwa mrpk :


Kondisi yang memfasilitasi secara optimal &
selaras dgn orang lain, shg tercapai
kemampuan menyesuaikan diri dgn diri
sendiri, orang lain, masyarakat & lingkungan;
keharmonisan jiwa yaitu sanggup
menghadapi masalah yg biasa terjadi &
merasa bahagia
Menurut UU no.3 th 1966 ttg Kesehatan Jiwa
→ KESEHATAN JIWA adl suatu kondisi yg
memungkinkan perkembanganfisik, intelektual, &
emosional yg optimal dr seseorang & perkembangan
itu berjalan selaras dgn keadaan orang lain
→ GANGGUAN JIWA adl keadaan adanya gangguan
pd fungsi kejiwaan, yaitu proses pikir, emosi,
kemamuan & perilaku psikomotorik, termasuk bicara

Dlm PPDGJ III gangguan jiwa :


adanya kelompok gejala atau perilaku yg ditemukan
scr klinis, yg disertai adanya penderitaan pd
kebanyakan kasus dgn terganggunya fungsi
seseorang
PENGERTIAN

 Keperawatan jiwa adl proses interpersonal yg


berusaha utk meningkatkan dan mempertahankan
perilaku shg klien dpt berfungsi utuh sbg manusia.
 Area khusus dlm keperawatan yg menggunakan
teori ilmiah ttg perilaku dan diri sendiri scr terapeutik
sesuai dgn kiat keperawatan
 Memperhatikan dlm meningkatkan kesehatan mental
optimal masyarakat dan individu yg hidup
didalamnya
TUJUAN
 Menolong klien agar dpt kembali ke
masyarakat sbg individu yg mandiri &
berguna
 Pencegahan mrpk tujuan utama yg terdiri
dr 3 tingkat pencegahan, yaitu : primer,
sekunder dan tertier
 Perawatan umum → titik berat pd fisik, tp
tdk mengabaikan psikososial/mentalnya
 Perawatan kesehatan mental → titik berat
pd mental/psikiatri, tdk mengabaikan
masalah fisik
DERAJAT KESEHATAN JIWA

Sangat Sehat Cukup Kurang Sakit


sehat sehat sehat

Sehat jiwa Sakit jiwa

• Tdk ada batasan yg tegas antara orang yg sehat dgn orang yg


tidak sehat atau terganggu kesejahteraan jiwanya
• Tdk seorang pun selalu merasa sehat jiwa sepanjang hidupnya.
Suatu saat mereka dpt mengalami stres & aneka gangguan
kesehatan jiwa lainnya
DASAR-DASAR KESEHATAN JIWA
1. Kesehatan jiwa tdk dpt dipisahkan dr masalah
kepribadian manusia
2. Kesehatan jiwa ditentukan oleh faktor intrinsik (organo-
biologik, keturunan) & ekstrinsik (keluarga, masyarakat,
& lingkungan)
3. Kesehatan jiwa tdk terjadi dgn sendirinya, perlu
usaha/waktu utk mengembangkan & membinanya
4. Dasar-dasar pembinaan jiwa yg sehat diletakkan di
lingkungan keluarga
5. Komunikasi yg sehat, suasana keluarga yg harmonis &
bahagia mrpk syarat berkembangnya jiwa anak yg sehat
6. Keluarga yg sehat jiwa berawal dr orang tua atau
perkawinan yg sehat jiwa pula
7. Orang tua perlu memahami dasr-dasar kesehatan jiwa
& berusaha mencapai kondisi jiwa yg sehat

Mengapa diperlukan yg sehat jiwa ?


karena keluarga adl lembaga terkecil dlm masyarakat,
dimana tdpt interaksi/hubungan psikososial antar
individu scr khusus & bermakna

Keluarga yg sehat jiwa menentukan masyarakat yg


sejahtera jiwa
PERAN PERAWAT KESEHATAN JIWA
1. Pelaksana asuhan keperawatan
bertanggung jawab melaksanakan asuhan
keperawatan scr komprehensif
2. Pengelola keperawatan
bertanggung jawab dlm administrasi keperawatan,
seperti menerapkan teori manajemen dan
kepemimpinan dlm mengelola askep, mengorganisasi
pelaksanaan terapi modalitas, dll
3. Pendidik keperawatan
bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan
kepada individu, keluarga, komunitas shg mampu
merawat diri sendiri
4. Peneliti
bertanggung jawab dlm penelitian utk meningkatkan
praktek keperawatan jiwa
FUNGSI PERAWAT KESEHATAN
JIWA
1. Memberikan lingkungan terapeutik
2. Bekerja utk mengatasi masalah klien “here and now”
3. Sebagai model peran
4. Memperhatikan aspek fisik dari masalah kesehatan
klien
5. Memberikan pendidikan kesehatan
6. Sebagai perantara sosial
7. Kolaborasi dgn tim lain
8. Memimpin dan membantu tenaga perawatan
9. Menggunakan sumber di masyarakat sehubungan dgn
kesehatan mental
PRINSIP ASUHAN KEPERAWATAN
KESEHATAN MENTAL
1. MENERIMA KLIEN APA ADANYA
* Jangan menghukum
* Berpusat pada asuhan keperawatan : respek
terhadap individu, hargai perbedaan individu,
memperhatikan nilai dan keterbelakangan
klien.

2. USAHAKAN MENGERTI PENGALAMAN KLIEN


* Menenangkan hati klien dengan cara
profesional, empati, ajak mengerti hikmah, beri
feed back yang positif.
MOTIVASI MERAWAT KLIEN
GANGGUAN JIWA :
1. GANGGUAN JIWA TIDAK PERNAH MERUSAK
SELURUH KEPRIBADIAN DAN PERILAKU
MANUSIA.

2. PERILAKU SELALU DAPAT DIARAHKAN

3. PERILAKU DIPENGARUHI FAKTOR YANG DAPAT


MENGUATKAN DAN MELEMAHKAN
PERAWAT DAPAT
MENGEVALUASI DIRI DENGAN :

1. STATUS FUNGSIONAL : YAITU TUGAS DAN


FUNGSINYA SEHARI-HARI SUDAH
DIPERTANGGUNG JAWABKAN DENGAN
BENAR
2. STASTUS PSIKOLOGIS : KESEJAHTERAAN
JIWA.
3. STATUS KLINIS
RENTANG ASUHAN
Tatanan tradisional dr keperawatan jiwa mencakup
fasilitas psikiatri, pusat kesehatan mental masyarakat,
unit psikiatri di RSU, fasilitas tempat tinggal dan
praktek pribadi.

Dgn diprakarsainya bentuk baru pelayanan kesehatan,


timbul suatu tatanan penanganan alternatif.
Meliputi : pelayanan dirumah, pelayanan rawat inap, pusat-
pusat penitipan, panti asuhan atau rumah kelompok, asosiasi
perawat kunjungan, unit kedaruratan, klinik pelayanan utama,
sekolah, penjara, industri, fasilitas pengelolaan perawatan,
organisasi pemeliharaan kesehatan
PUSAT KESEHATAN MENTAL MASYARAKAT
YG IDEAL (MNRT PRESIDEN JOHN F.
KENEDDY)
1. Rawat inap
2. Patient hospitalization
3. Pengobatan
4. Emergency
5. Konsultasi dan edukasi utk komuniti
6. Diagnostic service → apa perlu dirawat atau tidak
7. Rehabilitasi service dan konseling
8. Screening follow up
9. Training utk semua personil kesehatan mental
10. Research dan evaluasi

Setiap orang pasti akan mengalami stres dan sering kali individu
tdk dpt mengatasinya sendiri → minta bantuan pd pusat
kesehatan mental seperti di atas
TINGKAT PENCEGAHAN
1. Pencegahan primer
pencegahan primer mendahului penyakit dan
diterapkan pd populasi yg umumnya sehat.
Pencegahan ini termasuk peningkatan kesehatan dan
mencegah penyakit

2. Pencegahan sekunder
mencakup reduksi penyakit aktual dgn deteksi dini dr
penanganan masalah kesehatan

3. Pencegahan tersier
mencakup pengurangan gangguan atau kecacatan yg
diakibatkan oleh penyakit
KONSEP MODEL
PERAWATAN
KESEHATAN JIWA
KONSEP MODEL PERAWATAN
KESEHATAN JIWA

 KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA ADALAH :


AREA KHUSUS DALAM PRAKTEK
KEPERAWATAN YANG MENGGUNAKAN ILMU
PERILAKU MANUSIA DAN DIRI SENDIRI SECARA
TERAPEUTIK UTK MENINGKATKAN,
MEMPERTAHANKAN, MEMULIHKAN KESEHATAN
JIWA KLIEN DAN MENINGKATKAN KESEHATAN
MENTAL MASYARAKAT DIMANA KLIEN BERADA
MODEL PSIKOANALISA

DIKEMUKAKAN OLEH SIGMUN FREUD


MEYAKINI PEYIMPANGAN PERILAKU USIA
DEWASA BERHUBUNGAN DENGAN
PERKEMBANGAN PADA MASA ANAK
PROSESTERAPINYA :
1. MEMPERBAIKI TRAUMA MASA LALU
2. MENGANALISA RESPON KLIEN
MODEL INTERPERSONAL

 DIKEMUKAKANOLEH HARRY STACK SULLIVAN DAN


HILDEGARD PEPLAU.

 MEYAKINI
PERILAKU BERKEMBANG DARI
HUBUNGAN INTERPERSONAL

 HUBUNGANINTERPERSONAL MULAI DARI DALAM


KANDUNGAN.

 KECEMASAN PERTAMA INDIVIDU SAAT DILAHIRKAN


LANJUTAN…….
 KECEMASAN, PENOLAKKAN, KRITIK YANG BERLEBIHAN
AKAN MENGEMBANGKAN SISTEM DIRI YANG NEGATIF.

 INDIVIDU INI CENDERUNG SELALU CURIGA.

 DALAM HUBUNGAN INTERPERSONAL DORONGAN YG


HARUS DIPENHI ADALAH :
* DORONGAN UTK MEMENUHI KEBUTUHAN
DASAR MANUSIA
* DORONGAN KEAMANAN ANCAMAN TERHADAP
SISTEM NILAI
PROSES TERAPINYA
1. MENGEKSPLORASI PROSES PERKEMBANGAN

2. MENGOREKSI PENGALAMAN INTERPERSONAL

3. REDUKSI

4. MENGEMBANGKAN HUBUNGAN SALING PERCAYA


MODEL SOSIAL

BERFOKUS PADA LINGKUNGAN SOSIAL


PENYIMPANGAN JIKA ADA MASALAH SOSIAL :
MIS : BENCANA, POLITIK, EKONOMI DLL

JIKA TIDAK BISA MENYESUIKAN DIRI DIANGGAP


MENYIMPANG.

SZASZ : INDIVIDU BERTANGGUNG JAWAB TERHDAP


PERILAKUNYA.

CAPLAN : SITUASI SOSIAL DPT MENYEBABKAN GANGGUAN


JIWA. KEMISKINAN, KURANG NAPSU MENGATASI
STERESS, KURANG SUPORT SISTEM
PROSES TERAPINYA

1. PREVENSI PRIMER

2. KESEHATAN JIWA MASYARAKAT

3. KRISIS INTERVESI
MODEL EKSISTENSI
BERFOKUS PADA PENGALAMAN INDIVIDU SAAT
INI DAN DISINI

PENYIMPANGAN PERILAKU JIKA PUTUS


HUBUNGAN DENGAN LINGKUNGAN

REAKSI PUTUS ASA, SEDIH, SEPI, KURANGNYA


KESADARAN DIRI
PROSES TERAPINYA

1. RASIONAL EMOTIF TERAPI

2. TERAPI LOGO

3. TERAPI REALITAS
MODEL KOMUNIKASI
SE MUA PERILAKU MENGKOMUNIKASIKAN
SESUATU

MENGERTI ARTI PERILAKU TERGANTUNG DARI


KEJELASAN KOMUNIKASI ANTARA PENGIRIM
DAN PENERIMA.

PENYIMPANGAN PERILAKU JIKA PESAN YANG


DISAMPAIKAN TIDAK JELAS DISAMPAIKAN
PROSES TERAPINYA
1. MEMBERI UMPAN BALIK DAN KLARIFIKASI
MASALAH

2. MEMBERI PENGUATAN UNTUK KONSULTASI


YANG EFEKTIF

3. MEMBERI ALTERNATIF KOREKTIF UNTUK


KOMUNIAKSI YANG TDK EFEKTIF

4. MELAKUKAN ANALISA PROSES INTERAKSI


MODEL PERILAKU
KEMUKAKAN OLEH HJ.EYSENCK, J. WOLPE DAN
BF. SKINNER

TERAPI INI DIKEMBANGKAN DARI TEORI BELAJAR (


LERNING TEORY )

BERFOKUS PADA PERILAKU BUKAN PIKIRAN DAN


PERASAAN.

PENYIMPANGAN PERILAKU JIKA PERILAKU HABITUAL


DAN MAU BELAJAR JIKA ADA STIMULUS.
PROSES TERAPINYA
1. DESENTIFKASI
2. TEHNIK RELAKSASI
3. ASERTIF TRAINING
4. POSITIF REINFORCMEN
5. SELF REGULASI
MODEL MEDIKAL
FOKUSNYA PADA DIAGNOSA PENYAKIT

PENYIMPANGAN PERILAKU JIKA :


1. ADANYA GANGGUAN SUSUSNAN SARAF
PUSAT
2. GANGGUAN BIOKIMIA SSP
3. LINGKUNGAN SOSIAL SEBAGAI PENCETUS
PROSES TERAPINYA
1. PENGOBATAN JANGKA PENDEK
2. PENGOBATAN JANGKA PANJANG
3. TERAPI SUPORTIF
4. INSIGHT MENGATASI STRESSOR
MODEL KEPERAWATAN
MENGGUNAKAN PENDEKATAN KEPERAWATAN
1. TEORI SISTEM
2. TEORI PERKEMBANGAN
3. TEORI INTERAKSI
4. PENDEKATAN HOLISTIK
5. TEORI KEPERAWATAN
MEDIKAL
KEPERAWATAN
 PENYEBAB VULNERABILITY
↓ ↓
 PENYAKIT RESIKO
↓ ↓
 MASHL KES RESPON MANUSIA
↓ ↓
 PENGOBATAN ASUHAN
KE[ERAWATAN
PENYIMPANGAN PERILAKU
DIFOKUSKAN :
1. RENTANG SEHAT SAKIT
2. TEORI DASAR KEPERAWATAN
3. TINDAKAN KEPERAWATAN
4. DAMPAK HASIL TINDAKAN
5. PERILAKU ADAPTIF DAN MAL ADAPTIF
PROSES TERAPINYA
1. PENGKAJIAN
2. DIAGNOSA
3. PERENCANAAN
4. TINDAKAN
5. EVALUASI
6. TERAPI MODALITAS
KOLABORASI
 Perawat jiwa berkolaborasi dgn pasien,
keluarga, tim kesehatan lainnya
 Kolaborasi mrpk perencanaan,
pengambilan keputusan, penyelesaian
masalah, penetapan tujuan, dan
kewajiban individu yg bekerjasama dalam
komunikasi terbuka
3 KUNCI KOLABORASI
1. Kontribusi aktif dan asertif dr masing-
masing individu
2. Menghargai dan menerima kontribusi
orang lain
3. Negosiasi yang dibangun dari tiap
anggota untuk membentuk suatu
pemahaman baru terhadap masalah
Perawat bisa menjadi anggota dari 3 tipe
kelompok :
1. Unidisiplin : semua anggota tim dlm disiplin
ilmu yg sama
2. Multidisiplin : anggota dari berbagai disiplin
ilmu
3. Interdisiplin : anggota dari berbagai disiplin
ilmu yg terlibat dalam pengaturan khusus
utk pelayanan thd pasien dan juga utk
memaksimalkan pertukaran ilmu. Misalnya
pada tatanan pelayanan kesehatan
MENTAL HEALTH PERSONNEL
 PERAWAT JIWA
 PSIKIATER
 PEKERJA SOSIAL
 PSIKOLOG
 TERAPIS AKTIVITAS
 CASE WORKER
 KONSELOR PENYALAHGUNAAN ZAT
KOLABORASI PERAWAT JIWA

PASIEN DAN
KELUARGA

TIM TIM
KEPERAWAT KESEHATAN
AN LAIN
PENUTUP
Kolaborasi interdisiplin tdk selalu bisa
dikembangkan dengan mudah. Ada banyak
hambatan antara anggota interdisiplin,
meliputi ketidaksesuaian pendidikan dan
latihan anggota tim, struktur organisasi yg
konvensional, konflik peran dan tujuan,
kompetisi interpersonal, status dan
kekuasaan, dan individu itu sendiri
Pelayanan dan Kolaborasi
Interdisiplin di Kesehatan
Jiwa
Latar Belakang
Topik ini penting, karena:
 Menjelaskan Peran dan Fungsi Perawat

 Meningkatkan kemampuan mahasiswa

praktik profesional
 Menciptakan & Meningkatkan Kenyamanan

dan kepuasan tim


 Menciptakan & Meningkatkan Kepuasan klien
Pengertian

 “to work jointly with others or together especially in


an intellectual endeavor” (Merriam Webster Online,
2006)

 “ Is the shared planning, decision making, problem


solving, goal setting, and assumption of
resposibilities by individuals who work together
cooperatively and wuth open communication”
(Stuart, 2005)
Tim Kesehatan Jiwa
 Psikiater
 Dokter Umum
 Psikolog
 Pramu Husada
 Terapi Okupasi
 Gizi, Lab, dll
Perawat---Psikolog
Peran Perawat:
 Advokat

 Skrining kesiapan klien untuk pemeriksaan

psikologis
 Mediator keluarga---psikolog

 Persiapan keluarga untuk pemeriksaan

psikologis
Perawat---Dokter
Peran perawat:
 Orientasi

 Skrining

 Tindak lanjut terapi fisik

 Persiapan rujukan
Perawat---Psikiater
Peran perawat:
 Orientasi

 Mediator psikiater keluargaklien

 Perkembangan psikologis klien

 Keefektifan obat

 Efek samping obat

 Program ECT

 Situasi emergensi
Elemen kolaborasi
 Struktur
 Proses
 Hasil AKhir
Struktur
Tiga model struktur
Model Praktek Hirarkis

Dokter

Registered Nurse

Pem Yan Lain

Klien
 Model Praktek Kolaboratif Tipe 1

Dokter

Pemberian
Registered Pelayanan Lain
Nurse

Klien
 Model Praktek Kolaboratif Tipe 2
Dokter Registered
Nurse

Klien

Pemberi
Pelayanan
Lain
Proses
 Kerjasama
 Koordinasi
 Saling berbagi
 Kompromi
 Rekanan/mitra
 Saling ketergatungan
 Kebersamaan
Model Praktek Kolaboratif Tipe 2
Asertif
Bersaing Berkolaborasi

Keasertifan Menyetujui

Tdk asertif Menghindari Menunjang

Tidak
Kooperatif
Kooperatif Kekooperatifan
Hasil Akhir

Ditujukan untuk peningkatan


Asuhan keperawatan
Bentuk Kolaborasi di Ruang MPKP
 Metode penugasan kombinasi metode tim dan
keperawatan primer
 Perawat kolaborator:perawat primer
 Pendampingan Klien oleh perawat
primer/katim
 Prograam pendidikan kesehatan
Hambatan kolaborasi
 Perbedaan bahasa dan sosial
 Penurunan minat praktek bersama diantara
lingkungan keperawatan
 Tidak adanya tunjangan hukum dan keuangan
Tips kolaborasi efektif Untuk
perawat
 Tingkatkan kemampuan intelektual
 Tingkatkan kemampuan teknikal
 Tingkatkan kemampuan interpersonal
 Identifikasi target setiap profesi
 Konsistensi

Anda mungkin juga menyukai