Anda di halaman 1dari 23

Tri Oktaviyantini

FK UNS/RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
Pendahuluan

Psikiatri
Budaya

Psikiatri
Komunitas
Survei

Beban sosial ekonomi 20-30% pasien


akibat gangguan jiwa: Pelayanan Kesehatan
peringkat 4 DALY Primer memperlihatkan
(Disability-Adjusted Life gejala-gejala gangguan
Year), WHO mental
Survei
• Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013:
– prevalensi gangguan mental emosional: depresi dan
kecemasan sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke
atas atau sekitar 14 juta orang
– prevalensi gangguan jiwa berat, seperti schizophrenia
adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000
orang.
– Berdasarkan jumlah tersebut, ternyata 14,3% di
antaranya atau sekira 57.000 orang pernah atau sedang
dipasung. Angka pemasungan di pedesaan adalah sebesar
18,2%. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan
angka di perkotaan, yaitu sebesar 10,7%.
Determinan Sosiobudaya pada Gangguan Jiwa

• Gangguan jiwa atau gejala psikologis lebih sering


ditemukan pada :
- kelas sosioekonomi yg rendah
- tanpa ikatan sosial yg berarti
- tidak memiliki peran sosial yg
bermanfaat
- kehilangan traumatik ikatan sosial yg
bermakna
- perubahan budaya, jika mendadak: culture shock
- pasca bencana
Urban Mental Health

Urbanisasi

Perubahan sosial

Masalah psikososial
Kekerasan Penyalahgu-
Anak jalanan Tawuran
sosial naan NAPZA
Mental Health After Disaster

Bencana
Alam: gempa bumi, Manusia: konflik sipil,
banjir, gunung meletus perang, teroris

Masalah psikososial & trauma


Culture Bond Disorder

Ggn jiwa yg tjd krn stress / tekanan budaya

Sumber dari stress budaya seperti yang disebutkan


Maslim (1987) dapat berupa:
• perubahan budaya yang cepat dan kehilangan budaya lama, misal:
urbanisasi dan modernisasi
• kontak dan interaksi budaya, misal: kawin antar suku, agama,
ataupun transmigrasi

Fenomena terkait budaya à sindrom psikiatrik (PPDGJ


III: Sindrom Terkait Budaya)
Kesurupan
• Jawa: kemasukan sesuatu hal yang gaib
• Medis: perubahan kesadaran yang disertai tanda–
tanda yang tergolong dalam gangguan disosiatif
atau kepribadian ganda atau dapat pula merupakan
gejala serangan akut dari gangguan psikotik
schizophreniform
Bebainan (Bali)
• kemasukkan “bebai“, yaitu roh yang dapat
mengganggu atau menyakiti manusia
• Perubahan kesadaran, tingkah laku agitatif
yang terjadi mendadak, disertai kebingungan,
halusinasi dan gejolak emosi. Episode ini
cepat menghilang dan disertai periode
amnesia
Cekik (Jawa Tengah)
• histeria konversi dengan kejang–kejang
seluruh badan dan kesadaran menurun
• sebelum jatuh kejang selalu menunjukkan
seperti orang tercekik lehernya
• Sebagian besar mengalami halusinasi
visual menjelang atau saat serangan
• Masyarakat lokal Demak menganalisa
fenomena cekik sebagai gangguan dari
hantu cekik yang muncul setahun sekali
Koro (Sulawesi Selatan)
• panik disebabkan oleh adanya waham bahwa alat
kelaminnya akan mengkerut masuk dan
menghilang ke dalam tubuhnya sehingga dirinya
akan mati, pada umumnya terjadi pada laki–laki
• Orang itu berusaha mencegah dengan cara
memegang erat– erat alat kelaminnya atau
mengikat dengan tali, kalau perlu minta bantuan
orang lain memegang alat kelaminnya secara
terus menerus
• Serangan ini pada suatu saat dapat menghilang
sendiri dan pasienpun menjadi tenang kembali
Amok
• Kegagalan menekan impuls atau rangsangan,
yang mengakibatkan suatu tindak kekerasan
yang ditujukan ke luar dirinya sehingga
mengakibatkan malapetaka bagi orang lain
• Setelah episode itu selesai, pasien tenang
kembali dan menyesal
• Dihubungan dg sifat orang Indonesia yang
tidak suka mengekspresikan emosinya,
sehingga suatu saat menjadi “mata gelap“
New Culture Bound Syndrome

• Bentuk culture bound phenomena yg sering


muncul di dunia industri
• Terbentuk dari pengaruh media
• Bentuk sindrom ini mempresentasikan tingkah
laku anti sosial atau yang tidak terbentuk khas,
sering terletak antar tingkah laku “tidak baik” dan
“gila”
• Misal: geng motor, child abuse, workaholisme,
internet addiction, games addiction, murid pukul
guru, dll
Respon Masyarakat thd Pasien Gangguan Jiwa

• Stigma negatif gangguan jiwa


• Permasalahan : pasien dg gangguan jiwa sulit
diprediksi dan berbahaya
• Sikap negatif terhadap gangguan jiwa akan
menghambat individu mencari bantuan
psikiatrik
Pasung
• Dalam menangani penderita gangguan jiwa masih
banyak masyarakat yang melakukan pemasungan
• Data dari 17 Propinsi : 2.800 orang dipasung à Jateng:
968 orang
• Cara pasung adalah efektif untuk keamanan lingkungan,
tetapi tidak berperikemanusiaan
• Cara pasung: rantai, kandang, ‘belok’
• Surat Menteri Dalam Negeri No PEM 29/6/15 tgl 11
Nov 1977: melarang pemasungan
• UU no 36 Thn 2009: perawatan dan pembiayaan pasien
ggn jiwa yg terlantar, menggelandang dlk o/ pemda
Peran Psikiatri Masyarakat

Pengobatan menyeluruh gangguan mental


dalam masyarakat

rehabilita
promotif preventif kuratif
tif
Psikiatri Pencegahan
(preventive psychiatry)

• Tujuan :
– menurunkan awitan (onset/ insidensi), lama
(prevalensi), dan kecacatan sisa dari gangguan
mental
Pencegahan Primer
(primary prevention )

• Tujuan : Mencegah onset penyakit / gangguan,


sehingga menurunkan insidensi
• Cara : Menghilangkan agen penyebab
Menurunkan faktor risiko
Meningkatkan daya tahan host
Mencegah transmisi penyakit
Pencegahan Sekunder
(secondary prevention)

• Tujuan : Menurunkan prevalensi gangguan


dengan memperpendek durasinya
• Cara :
– Identifikasi/deteksi dini
– Pengobatan segera
Pencegahan Tersier
(tertiary prevention)

• Tujuan : Menurunkan defek dan kecacatan


residual yg disebabkan oleh penyakit/
gangguan
• Cara : Rehabilitasi psikiatrik
Prinsip Psikiatri Masyarakat

Penekanan pada praktek dalam masyarakat

Penekanan lebih pada masyarakat atau populasi daripada


individu

Penekanan pada psikoterapi singkat dan krisis intervensi

Penekanan terutama pada pelayanan yang bersifat preventif

Proses pelayanan berkesinambungan & komprehensif

Anda mungkin juga menyukai