Anda di halaman 1dari 29

STANDAR PELAYANAN MINIMAL

ACUAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 65 TAHUN 2005
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN
STANDAR PELAYANAN MINIMAL
Standar Pelayanan Minimal (SPM)
adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan
dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang
berhak diperoleh setiap warga secara minimal.

Urusan Wajib  adalah urusan pemerintahan yang


berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar warga
negara yang penyelenggaraannya diwajibkan oleh
peraturan perundangundangan kepada daerah
RUANG LINGKUP
Pelayanan dasar adalah jenis pelayanan publik yang
mendasar dan mutlak untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi dan
pemerintahan.
SPM disusun dan diterapkan dalam rangka
penyelenggaraan urusan wajib Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
yang berkaitan dengan pelayanan dasar sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
PRINSIP-PRINSIP STANDAR PELAYANAN
MINIMAL

(1) SPM disusun sebagai alat Pemerintah dan


Pemerintahan Daerah untuk menjamin akses dan
mutu pelayanan dasar kepada masyarakat secara
merata dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib.
(2) SPM ditetapkan oleh Pemerintah dan
diberlakukan untuk seluruh Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
(3) Penerapan SPM oleh Pemerintahan Daerah
merupakan bagian dari penyelenggaraan pelayanan
dasar nasional.
(4) SPM bersifat sederhana, konkrit, mudah diukur,
terbuka, terjangkau dan dapat
dipertanggungjawabkan serta mempunyai batas
waktu pencapaian.
(5) SPM disesuaikan dengan perkembangan
kebutuhan, prioritas dan kemampuan keuangan
nasional dan daerah serta kemampuan kelembagaan
dan personil daerah dalam bidang yang bersangkutan
PENYUSUNAN SPM
Ditetapkan:
1. Jenis Pelayanan Dasar
2. Indikator SPM
3. Batas Waktu Pencapaian
Indikator SPM adalah tolok ukur prestasi kuantitatif
dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan
besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam
pencapaian suatu SPM tertentu, berupa masukan,
proses, hasil dan/atau manfaat pelayanan
Mempertimbangkan:
a. keberadaan sistem informasi, pelaporan dan evaluasi
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang menjamin
pencapaian SPM dapat dipantau dan dievaluasi oleh
pemerintah secara berkelanjutan;
b. standar pelayanan tertinggi yang telah dicapai dalam bidang
yang bersangkutan di daerah;
c. keterkaitan antar SPM dalam suatu bidang dan antara
SPM dalam suatu bidang dengan SPM dalam bidang lainnya;
d. kemampuan keuangan nasional dan daerah serta kemampuan
kelembagaan dan personil daerah dalam bidang yang
bersangkutan; dan
e. pengalaman empiris tentang cara penyediaan pelayanan
dasar tertentu yang telah terbukti dapat menghasilkan mutu
pelayanan yang ingin dicapai.
PENERAPAN STANDAR PELAYANAN
MINIMAL
(1) Pemerintahan Daerah menerapkan SPM sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri.
(2) SPM yang telah ditetapkan
Pemerintah menjadi salah satu acuan
bagi Pemerintahan Daerah untuk
menyusun perencanaan dan
penganggaran penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah.
(3) Pemerintahan Daerah menyusun
rencana pencapaian SPM yang
memuat target tahunan pencapaian
SPM dengan mengacu pada batas
waktu pencapaian SPM sesuai dengan
Peraturan Menteri.
(4) Rencana pencapaian SPM dituangkan dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) dan Rencana Strategi Satuan Kerja
Perangkat Daerah (Renstra SKPD).
(5) Target tahunan pencapaian SPM dituangkan ke
dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD),
Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah
(Renja SKPD), Kebijakan Umum Anggaran (KUA),
Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah (RKA-SKPD) sesuai klasifikasi
belanja daerah dengan mempertimbangkan
kemampuan keuangan daerah.
Tujuan SPM
1. terjaminnya hak masyarakat untuk menerima suatu
pelayanan dasar dari Pemerintahan Daerah dengan
mutu tertentu
2. menjadi alat untuk menentukan jumlah anggaran
yang dibutuhkan untuk menyediakan suatu
pelayanan dasar
3. menjadi landasan dalam menentukan perimbangan
keuangan dan/atau bantuan lain yang lebih adil dan
transparan.
4. Menjadi dasar dalam menentukan anggaran kinerja
berbasis manajemen kinerja
 SPM dapat dijadikan dasar dalam alokasi anggaran
daerah dengan tujuan yang lebih terukur
 SPM dapat menjadi alat untuk meningkatkan
akuntabilitas Pemerintah Daerah terhadap
masyarakat
 Masyarakat dapat mengukur sejauh mana Pemerintah
Daerah dapat memenuhi kewajibannya dalam
menyediakan pelayanan publik
5. Memperjelas tugas pokok Pemerintah Daerah dan
mendorong terwujudnya checks and balances yang
efektif
6. Mendorong transparansi dan partisipasi masyarakat
dalam proses penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Pelaksanaan SPM 
Desentraliasasi
Diselenggarakan dengan pemberian otonomi yang
seluas luasnya kepada daerah untuk mengurus sendiri
urusan pemerintahannya menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan
Penerapan SPM
SPM harus menjamin akses masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan dasar dari Pemerintah
Daerah sesuai dengan ukuran ukuran yang ditetapkan
oleh Pemerintah
TOLOK UKUR KINERJA
 Tolok ukur kinerja merupakan ukuran keberhasilan
pencapaian program atau kegiatan unit kerja.
 Ditetapkan untuk setiap fungsi pemerintahan dalam
bentuk standar pelayanan minimal.
 Untuk menilai tingkat pelayanan yang diinginkan
dapat digunakan indikator sbb: masukan (input),
keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit),
dan dampak (impact).
Input
Identifikasi jumlah sumber daya yang dibutuhkan
untuk menyediakan barang dan jasa tertentu
Tenaga, material, peralatan dan perlengkapan
Faktor permintaan : karakteristik populasi target,
pelayanan terkait dengan pelayanan lain
Jumlah dana yang dibutuhkan, SDM yang
digunakan, peralatan, jumlah bahan, beban kerja
Ukuran Input
 Jumlah uang yang dikeluarkan untuk peralatan
 Jumlah orang-jam kerja
 Jumlah Kendaraan
 Biaya prasarana
 Jumlah biaya operasi
 Jumlah pegawai
Output
 Jumlah barang atau jasa/pelayanan yang akan disediakan
 Contoh
o Jumlah orang yang akan diimunisasi
o Jumlah permohonan yang diproses
o Jumlah pelatihan
o Jumlah gedung yang dibangun
o Jumlah ijin yang dikeluarkan
o Jumlah km jalan yang diaspal
o Jumlah pegawai yang dilatih
o Jumlah pipa bocor yang diperbaiki
o Jumlah kasus yang diselesaikan
o JumLah dokumen yang diproses
Outcome
Tingkat pencapaian hasil yang lebih luas dari output
Contoh: pengetahuan baru, peningkatan ketrampilan,
perubahan sikap atau nilai, modifikasi perilaku,
kondisi yang lebih baik, perubahan status, dll
Berapa % tingkat pemahaman peserta pelatihan
% tingkat kepuasan konsumen
% penurunan kemacetan
Benefit
Manfaat bukan akhir dari penghitungan indikator
kinerja
Melihat tujuan akhir yang ingin dicapai
Contoh:
Peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat
Penurunan penyakit TBC
Penurunan kriminalitas
Penurunan tingkat kecelakaan lalulintas
Impact
Hasil akhir yang dicari (masyarakat memiliki
jalan yang bersih)
Mengungkapkan dasar pemikiran dibalik
kegiatan tertentu yang dilaksanakan,
menggambarkan aspek makro pelaksanaan
kegiatan di tingkat sektoral, regional dan nasional
Dampak berupa menurunkan angka penyakit
tertentu, meningkatkan angka hasil ujian mhs,
tingkat kejahatan yang menurun, meningkatkan
pendapatan riil keluarga
Contoh dampak
Persentase kenaikan pendapatan
Peningkatan cadangan pangan
Peningkatan PDRB
Penurunan tingkat kemiskinan
Penurunan tingkat kematian

Anda mungkin juga menyukai