Anda di halaman 1dari 20

Askep Gagal Ginjal

Pengertian
• Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi
ginjal yang progresif dan irreversibel (tubuh
gagal dalam mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit),
sehingga menyebabkan uremia (retensi urea
dan sampah nitrogen lain dalam darah)
Etiologi

Gagal ginjal kronik merupakan suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif
dan ireversibel dari berbagai penyebab :
• Pre renal
– Penyakit vaskular hipertensif : nefroskeloris benigna, nefrosklerosisi maligna, stenosis
arteria renalis.
– Penyakit metabolik : diabetes melitus, gout, hiperparatiroidisme dan amiloidosis.
– Infeksi : pielonefritis kronik.
– Gangguan jaringan penyambung : lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa,
sklerosis sistemik progresif
• Renal
– Penyakit peradangan : glomerulonefritis.
– Gangguan kongenital dan herediter : penyakit ginjal polikistik dan asidosis tubulus ginjal.
– Nefropati toksik : penyalahgunaan analgesik dan nefropati timbal.
– Nefropati obstruktif : saluran kemih bagian atas (kalkuli, eoplasma, fibrosis
retroperitoneal)
• Post Renal
– Nefropati obstruksi saluran kemih bagian bawah (hipertrofi prostat, striktur uretra,
anomali kongenital apada leher kandung kemih dan uretra).
Tahapan GGK
• Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antara 40-75%)
• Pada tahap ini, ada beberapa hal yang terjadi dalam tubuh penderita, di
antaranya:
– sekitar 40-75% nefron tidak berfungsi,
– laju filtrasi glomerulus 40-50% normal,
– BUN dan kreatinin serum masih normal, dan
– Pasien asimtomatik
– Tahap ini merupakan tahap perkembangan penyakit ginjal yang paling ringan, karena
faal ginjal masih dalam kondisi baik. Oleh karena itu, penderita juga belum
merasakan gejala apapun. Bahkan, hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan
bahwa faal ginjal masih berada dalam batas normal.
– Selain itu, kreatinin serum dan kadar BUN (blood urea nitrogen) masih berada dalam
batas normal dan penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal baru diketahui
setelah pasien diberi beban kerja yang berat, seperti tes pemekatan kemih dalam
waktu lama atau melalui tes GFR dengan teliti.
• Indufisiensi ginjal (faal ginjal antara 20-50%)
• Pada tahap ini, beberapa hal yang terjadi dalam tubuh
penderita, di antaranya:
– sekitar 75-80% nefron tidak berfungsi,
– laju filtrasi glomerulus 20-40% normal,
– BUN dan kreatinin serum mulai meningkat,
– Anemia dan azotemia ringan, serta
– Nokturia dan poliuria
–  Pada tahap ini, penderita masih dapat melakukan tugas-tugas
seperti biasa, walaupun daya dan konsentrasi ginjal menurun.
Pengobatan harus dilakukan dengan cepat untuk mengatasi
kekurangan cairan, kekurangan garam, dan gangguan jantung. Selain
itu, penderita juga harus diberi obat untuk mencegah gangguan faal
ginjal. Apabila langkah-langkah ini dilakukan dengan cepat dan tepat,
perkembangan penyakit ginjal yang lebih berat pun dapat dicegah.
• Gagal ginjal (faal ginjal kurang dari 10%)
• Beberapa hal yang terjadi dalam tubuh
penderita, di antaranya:
– Laju filtrasi glomerulus 10-20% normal,
– BUN dan kreatinin serum meningkat,
– Anemia, azotemia, dan asidosis metabolik,
– Oliguria dan anuria, serta
– Gejala gagal ginjal.
• End-Stage Meal Disease (ESRD)
• Pada tahap ini, beberapa hal yang terjadi
dalam tubuh penderita, di antaranya:
– lebih dari 85% nefron tidak berfungsi,
– laju filtrasi glomerulus kurang dari 10% normal,
– BUN dan kreatinin tinggi,
– anemia, azotemia, dan asidosis metabolik,
– berat jenis urine tetap 1,010,
– oliguria, dan bahkan anuria
– gejala gagal ginjal.
– Pada stadium akhir, kurang lebih 90% massa nefron telah hancur. Nilai GFR 10% di bawah
batas normal dan kadar kreatinin hanya 5-10 ml/menit, bahkan kurang dari jumlah tersebut.
Selain itu, peningkatan kreatinin serum dan kadar BUN juga meningkat secara mencolok.
– Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita tidak sanggup mempertahankan homeostatis
cairan dan elektrolit didalam tubuh. Biasanya, penderita menjadi oliguri (pengeluaran kemih
kurang dari 500ml/hari karena kegagalan glomerulus). Pada stadium akhir gagal ginjal,
penderita harus mendapatkan pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialisis.
– Anemia terjadi akibat produksi eritropoietin yang tidak memadai, memendeknya usia sel
darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecendurungan untuk mengalami perdarahan akibat
status uremik pasien, terutama dari saluran pencernaan. Eritropoietin yang diproduksi oleh
ginjal, menstimulasi sumsum tulang untuk menhasilkan sel darah merah, dan produksi
eritropoietin menurun sehingga mengakibatkan anemia berat yang disertai keletihan,
angina, dan sesak napas
– Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat merupakan gangguan metabolisme. Kadar serum
kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan timbal balik. Jika salah satunya meningkat,
maka fungsi yang lain akan menurun. Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal,
maka meningkatkan kadar fosfat serum, dan sebaliknya, kadar serum kalsium menurun.
Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon, sehingga kalsium
ditulang menurun, menyebabkan terjadinya perubahan tulang dan penyakit tulang.
Demikian juga vitamin D (1, 25 dihidrokolekalsiferol) yang dibentuk di ginjal menurun seiring
perkembangan gagal ginjal
Manifestasi Klinis
• Manifestasi klinik gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut :
• Gangguan pada system gastrointestinal
– Anoreksia, nausea, dan vomitus yang berhubungan dengan gangguan
metabolisme protein didalam usus, terbentuknya zat-zat toksik akibat
metabolisme bakteri usus seperti ammonia dan metal gaunidin, serta rusaknya
mukosa .
– Fetor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur diubah oleh
bakteri di mulut menjadi ammonia sehingga nafas berbau ammonia.
– Cegukan (hiccup) sebabnya yang pasti belum diketahui .
• Gangguan sistem hematologi dan kulit
– Anemia karena kekurangan produksi eritropoetin.
– Kulit pucat dan kekuningan akibat anemia dan penimbunan urokrom.
– Gatal-gatal akibat toksis uremik
– Trombositopenia (penurunan kadar trombosit dalam darah).
– Gangguan fungsi kulit (fagositosis dan kematosis berkurang).
• Sistem saraf dan otot
– Restless leg syndrome (Klien merasa pegal pada kakinya sehingga selalu
digerakkan)
– Burning feet syndrome (Klien merasa semutan dan seperti terbakar, terutama
ditelapak kaki)
– Ensefalopati metabolik (Klien tampak lemah, tidak bisa tidur, gangguan
konsentrasi, tremor, mioklonus, kejang)
– Miopati (Klien tampak mengalami kelemahan dan hipotrofi otot-otot
terutama otot-otot ekstremitas proximal)

• Sistem kardiovaskular
– Hipertensi akibat penimbunan cairan dan garam
– Nyeri dada dan sesak nafas akibat perikarditis, efusi pericardial, penyakit
jantung koroner akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal jantung
akibat penimbunan cairan
– Gangguan irama jantung akibat aterosklerosis dini, gangguan elektrolit, dan
klasifikasi metastatik
– Edema akibat penimbunan cairan
• Sistem endokrin
– Gangguan seksual/libido; fertilitas dan penurunan
seksual pada laki-laki serta gangguan menstruasi
pada wanita.
– Gangguan metabolisme glukosa retensi insulin dan
gangguan sekresi insun.
Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan laboratorium
– Pemeriksaan laboratorium adalah untuk
menentukan laju filtrasi glomerulus. Dan
mennentukan faal ginjal ( Ureum dan kreatinin
• Pemeriksaan EKG
– Untuk melihat kemungkinan hipertrofi ventrikel
kiri, tanda-tanda perikarditis (misalnya voltase
rendah), aritmia dan gangguan elektrolit
(hiperkalemia, hipokalsemia).
• Ultrasonografi (USG)
– Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal,
anatomi sistem, pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostat.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mencari adanya factor yang reversibel seperti
obstruksi oleh karena batu atau masa tumor, juga untuk menilai apakah proses
sudah lanjut (ginjal yang lisut). USG ini sering dipakai oleh karena non-infasif, tak
memerlukan persiapan apapun.
• Foto Polos Abdomen
– Sebaiknya tanpa puasa, karena dehidrasi akan memperburuk fungsi ginjal,
menilai bentuk dan besar ginjal dan apakah ada batu atau obstruksi lain. Foto
polos yang disertai tomogram memberi keterangan yang lebih baik.
• Pielografi Intra-Vena (PIV)
– Pada GGK lanjut tak bermanfaat lagi oleh karena ginjal tak dapat memerlukan
kontras dan pada GGK ringan mempunyai resiko penurunan faal ginjal lebih
berat, terutama pada usia lanjut, diabetes melitus, dan nefropati asam urat. Saat
ini sudah jarang dilakukan pada GGK. Dapat  dilakukan dengan cara intravenous
infusion pyelography, untuk menilai sistem pelviokalises dan ureter.
Penatalaksanaan Medis

• Trasplatasi ginjal
• Dialisis (Cuci darah)
– Dialisis atau dikenal dengan nama cuci darah adalah suatu metode terapi yang
bertujuan untuk menggantikan fungsi/kerja ginjal yaitu membuang zat-zat sisa dan
kelebihan cairan dari tubuh. Terapi ini dilakukan apabila fungsi kerja ginjal sudah
sangat menurun (lebih dari 90%) sehingga tidak lagi mampu untuk menjaga
kelangsungan hidup individu, maka perlu dilakukan terapi. Selama ini dikenal ada 2
jenis dialisis :
• Hemodialisis (cuci darah dengan mesin dialiser)
Hemodialisis atau HD adalah dialisis dengan menggunakan mesin dialiser yang berfungsi
sebagai ginjal buatan. Pada prose ini, darah dipompa keluar dari tubuh, masuk kedalam mesin
dialiser. Di dalam mesin dialiser, darah dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses difusi dan
ultrafiltrasi oleh dialisat (suatu cairan khusus untuk dialisis), lalu setelah darah selesai
dibersihkan, darah dialirkan kembali kedalam tubuh. Proses ini dilakukan 1-3 kali seminggu di
rumah sakit dan setiap kalinya membutuhkan waktu sekitar 2-4 jam.
• Dialisis Peritoneal (cuci darah melalui perut)
terapi kedua adalah dialisis peritoneal untuk metode cuci darah dengan bantuan membran
peritoneum (selaput rongga perut). Jadi, darah tidak perlu dikeluarkan dari tubuh untuk
dibersihkan dan disaring oleh mesin dialisis.
• Obat-obatan
– Diuretik adalah obat yang berfungsi untuk meningkatkan
pengeluaran urin. Obat ini membantu pengeluaran kelebihan cairan
dan elektrolit dari tubuh, serta bermanfaat membantu munurunkan
tekanan darah.
– Obat antihipertensi untuk mempertahankan agar tekanan darah
tetap dalam batas normal dan dengan demikian akan
memperlambat proses kerusakan ginjal yang diakibatkan oleh
tingginya tekanan darah.
– Eritropoietin : Gagal ginjal juga menyebabkan penderita mengalami
anemia. Hal ini terjadi karena salah satu fungsi ginjal yaitu
menghasilkan hormon eritropoietin (Epo) terhambat. Hormon ini
bekerja merangsang sumsum tulang untuk memproduksi sel-sel
darah merah. Kerusakan fungsi ginjal menyebabkan produksi
hormon Epo mengalami penurunan sehingga pembentukan sel darah
merah menjadi tidak normal, kondisi ini menimbulkan anemia
(kekurangan darah).
– Zat besi
• Anemia juga disebabkan karena tubuh kekurangan zat
besi. Pada penderita gagal ginjal konsumsi zat besi
(Ferrous Sulphate) menjadi sangat penting. Zat besi
membantu mengtasi anemia. Suplemen zat besi
biasanya diberikan dalam bentuk tablet (ditelan) atau
injeksi (disuntik).
– Suplemen kalsium dan kalsitriol
• Pada penderita gagal ginjal kronik, kadar kalsium dalam
darah menjadi rendah, sebaliknya kadar fosfat dalam
darah menjadi terlalu tinggi. Untuk mengatasi
ketidakseimbangan mineral ini, diperlukan kombinasi
obat/suplemen yaitu kalsitriol (vitamin D bentuk aktif)
dan kalsium.
Pengkajian
• Keadaan umum
– Data subyektif : lemah, cepat lelah, melayang
– Data obyektif : pucat, nafas terengah-engah
• Kepala
– Retinopati
– Konjungtiva anemis
– Sklera : ikterik, kadang disertai memerah
– Rambut rontok
– Muka : sembab, moonface
– Nafas bau amoniak
• Leher : JVP meningkat atau tidak
• Dada :
– adanya ronkhi basah/kering
– Odema paru
• Abdomen :
– Ketegangan
– Acites
– Mual, muntah
• Kulit :
– Gatal-gatal
– Mudah sekali berdarah
– Kering dan bersisik (uremic Fross)
– Perubahan turgor kulit
• Ekstrimitas
– Kelemahan gerak
– Kram
– Odema
– Adanya akses vaskuler pada ekstremitas atas
Diagnosa Keperawatan
• Kelebihan volume cairan b/d gagal ginjal dengan kelebihan air
• Gangguan perfusi jaringan renal sehubungan dengan kerusakan
nepron sehingga tidak mampu mengeluarkan sisa metabolism
• Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan katabolisme protein Nutrisi seimbang
• Resiko tinggi terjadinya kerusakan integritas kulit sehubungan
dengan efek uremia.
• Resiko tinggi terhadap infeksi b/d depresi pertahanan imunologi.
• Resiko Tinggi terjadinya gangguan persepsi / sensori, gangguan
proses pikir sehubungan dengan abnormalitasnya zat – zat kimia
dalam tubuh yang dihubungakan dengan uremia
• Kurang mampu merawat diri sehubungan dengan kelemahan
fisik.

Anda mungkin juga menyukai