Anda di halaman 1dari 18

A.

jenis-jenis Bahan
kimia
1. mengenal Bahan kimia
Bahan kimia adalah semua materi yang bentuk cairan,padat,atau gas yang berupa unsur atau
senyawa dalam bentuk tunggal atau campuran yang mempunyai sifat khusus.Bermacam
macam merek bahan kimia tersedia dipasaran,seperti merck (jerman barat), baker chem
(amerika serikat), dan fluka (swiss).Setiap merek mempunyai ciri khas tersendiri mengenai
bahan baku,harga,dan sebagainya.

2. Pengelompokan Bahan kimia


bahan kimia dapat dikelompokan sebagai berikut.

A.Bahan kimia alam

bahan kimia alam adalah bahan kimia berdasarkan asal usulnya dikelokpokan menjadi dua.

1) hasil tumbang/mineral(emas,perak,besi,timah,solar,minyak tanah,aspal,dan oli).

2)Produk pertanian (karbohidrat,lemak,protein,vitamin,dan mineral)

B.Bahan kimia sintetik

Bahan kimia sintetik adalah bahan kimia yang dibuat secara kimiawi meliputi

1)PVC,fiber glass,dan plastic;

2)aditif makanan(pemanis sintetis seperti sakarin,siklamat,dan aspartam);

3)pengemasan sintetis(asam sitrat dan asam asetat);

4)pengawet sintetis(tartrazine dan metilen

blue); 5)cita rasa sintetis(vanilin dan

menthol);dan

6)bahan kimia yang digunakan di labolatorium seperti asam sulfat,asam klorida,amonium


klorat,perak natriun hidroksida,dan sebagainga.

C.Dibuat secara metabolit

Bahan kimia yang dibuat secara metabolit adalah bahan yang dibuat melalui proses
fermentasi.

contoh: asam cuka(hasil fermentasi air kelapa),alkohol(hasil peragian dari singkong),dan asam
laktat(hasil proses pengasinan) jenis² bahan kimia berdasarkan tingkag kemurnian dapat
dibedakan menjadi tiga bagaian

1) teknis

zat kimia ini agak kasar dan masih mengandung zat-zat kimia lain yang dianggap mencemari
zat asli.

2) purified

zat kimia ini lebih sempurna dari zat kimia teknis dan dapat digunakan untuk beberapa jenis
percobaan serta analisis.

3) Extrapure dan pro analysa ('p.a")

zat kimia ini sangat sempurna dan harus digunakan untuk analisi yang memerlukan ketelitian
tinggi.

3.sifat fisika dan kimia bahan


sifat fisika maupun sifat kimia suatu bahan harus diketahui dan dipahami oleh
analisi/karyawan.tujuanya agar terlaksana keselamatan kesehatan kerja dilaboratorium.sifat
fisika bahan kimia diantaranya warna,wujud,bentuk kristal,kelarutan,titik didih,titik lebur,titik
beku,densitas,dan sebagainya.

B.Sifat-Sifat Bahan Kimia


1. Bahan Kimia Beracun
a.Hubungan dosis dan respons

Prinsip dasar toksikologi adalah tidak ada zat kimia yang sepenuhnya aman.Semua bahan kimia
menimbulkan efek racun jika jumlah unsur yang cukup tinggi berhubungan dengan sistem hidup.
Satu faktor terpenting yang menentukan suatu zat berbahaya atau aman adalah hubungan antara
konsentrasi bahankimia dan efek racun yang dihasilkan.

Gambar 5.1 gas NO2 Beracun jika terhirup


Semua bahan kimia ada kisaran konsentrasi yang menyebabkan efek bertingkat antara tidak
ada efek sama sekali hingga menyebabkan kematian. Dalam toksikologi kisaran ini disebut
dengan hubungan dosis-respons

untuk bahan kimia. Dosis adalah jumlah bahan kimia yang diserap (melalui penghirupan,
pencernaan, atau penyerapan melalui kulit). Respons adalah efek yang dihasilkan bahan kimia.
Cara untuk mengevaluasi toksisitas akut bahan kimia atau toksisitas setelah satu kali paparan
dapat dilakukan sebagai berikut.

1) Memeriksa dosis letal (LD)

LD50 adalah jumlah bahan kimia yang saat dicerna, disuntikkan, atau dioleskan ke kulit hewan
uji. Dalam kondisi laboratorium yang terkendali, membunuh setengah atau 50% dari jumlah
hewan. LD50 biasanya dinyatakan dalam miligram atau gram per kilogram berat badan.

2) Nilai konsentrasi letal (LC) bahan

LC50 diberikan dalam bagian per juta, milligram per liter, atau
miligram per meter kubik. LC50 lebih sering digunakan untuk bahan
kimia yang mudah menguap atau bahan kimia dengan tekanan uap
cukup sehingga penghirupan menjadi rute penting masuknya bahan
kimia ke tubuh.

Gambar simbol bahan kimia beracun

Bahan kimia beracun ditetapkan berdasarkan sifat kimia, fisika,


dan

toksik berikut:

 mulut: LD 50 > 25 atau < 200 mg/kg berat badan;

 kulit: LD 50> 25 atau < 400 mg/kg berat badan; dan

 pernapasan: LC 50> 0.5 atau < 2 mg/l.

 Kriteria sangat beracun ditetapkan dengan memperhatikan sifat kimia, fisika dan toksit
sebagai berikut:

 mulut: LD 50 < 25 mg/kg berat badan;

 kulit: LD 50 < 25 mg/kg berat badan; dan

 pernapasan: LC 50 < 0.5 mg/l.


Lethal Dose 50 (LD 50) adalah dosis yang menyebabkan kematian
pada 50% binatang percobaan. Lethal Concentration 50 (LC 50)
adalah konsentrasi yang menyebabkan kematian pada 50% binatang
percobaan.

B.Risiko paparan bahan kimia beracun

Kadar racun dari berbagai bahan kimia merupakam salah satu risiko yang sulit diprediksi. Hal ini
paling berbahaya yang dihadapi pekerja di laboratorium dan area kerja industri kimia. Banyak
bahan kimia memiliki lebih dari satu jenis kandungan racun.

C.Pencegahan paparan bahan kimia beracun

Berdasarkan tempat masuknya melalui tubuh, bahan-bahan beracun dikelompokkan menjadi tiga
kelompok besar, yaitu bahan beracun yang masuk melalui pencernaan (mulut), absorpsi kulit, dan
melalui sistem pernafasan.Tabel 5.2 berikut akan menyajikan tindakan yang dilakukan untuk
pencegahan terpaparnya bahan kimia beracun berdasarkan masuknya ke dalam tubuh.

d. Penyimpanan bahan kimia beracun

Penyimpanan bahan kimia yang bersifat racun, karsinogen, reproduktif, dan bahan kimia dengan
tingkat toksisitas akut tinggi dapat dilakukkan dengan cara:

1)disimpan dalam ruang berventilasi dan dalam perangkat pengama

sekunder yang resisten secara kimia dan antipecah;

2)emberi label tanda bahaya/peringatan;

3)inventarisasi bahan kimia beracun harus jelas; dan

4) membatasi aksesibilitas area penyimpanan.

2. Bahan Kimia Mudah Terbakar


a.Mengenal bahan kimia mudah terbakar

Bahan kimia mudah terbakar adalah bahan kimia yang siap memantik api dan terbakar di udara.
Bentuk bahan mudah terbakar di antaranya padat, cair, atau uap.

Gambar simbol bahan kimia mudah terbakar

Berikut sifat-sifat bahan yang mudah terbakar.


1)Bahan mudah terbakar merupakan bahan yang dapat meledak (terbakar)apabila tercampur atau
terdispersi dengan udara. Bahan ini dapat berwujud gas, cairan yang mudah menguap, atau bahan
padat yang dalam bentuk debu.

2)Bahan kimia yang mudah terbakar (flammable) umumnya mempunyai titiknyala antara 22-
66°C, sedangkan bahan kimia yang sangat mudah terbakar (highly flammable) memiliki titik
nyala di bawah 22°Cseperti aseton dan eter.

3)Untuk menggunakan bahan mudah terbakar dengan benar, diperlukan pengetahuan tentang
kecenderungan bahan untuk menguap, memantik

api, atau terbakar dalam berbagai kondisi di laboratorium dan di area kerja lain. Cara terbaik
untuk menangani bahaya ini adalah mencegah munculnya uap mudah terbakar dan sumber
pemantik api pada saat bersamaan

b. karakteristik zat mudah terbakar

Berikut karakteristik zat yang membuat mudah terbakar.

1)Titik nyala

Titik nyala adalah suhu terendah dari cairan, memiliki tekanan uap cukup untuk membentuk
campuran yang dapat menyala dengan udara di sekitar permukaan cairan. Banyak cairan
organik biasa memiliki titik nyala di bawah suhu ruang. Derajat bahaya yang terkait dengan
cairan yang mudah terbakar bergantung pada sifat lain seperti titik penyulutan dan titik didih.
Bahan kimia yang dijual bebas biasanya dilabeli terkait dengan kemudahan terbakar dan titik
nyala.

2) Suhu penyulutan

Suhu penyalaan zat yang berupa padat, cair, maupun gas adalah suhu minimal yang diperlukan
untuk memulai atau menyebabkan terjadinya pembakaran mandiri tanpa bergantung pada
sumber panas. Semakin rendah suhu penyulutan maka semakin besar potensi terjadinya
kebakaran yang dipicu oleh peralatan laboratorium biasa. Tidak harus selalu ada percikan bagi
terjadinya penyulutan jika uap yang mudah terbakar mencapai suhu penyulutannya. Panas juga
dapat menyebabkan penyulutan.

3) Batas mudah terbakar

Batas mudah terbakar dari masing-masing gas dan cairan (sebagai uap)memiliki dua batas
yang cukup jelas. Ini menunjukkan kisaran konsentrasi bahan kimia dalam campuran udara
yang akan menghasilkan api dan menyebabkan ledakan.

4) Ambang ledakan bawah (Lower Explosive Limit/LEL)

Ambang ledakan bawah (Lower Explosive Limit/LEL) adalah konsentrasi minimal (uap) bahan
bakar di udara (persen per volume) dan api mampu dihasilkan jika ada sumber penyulutan.

5) Ambang ledakan atas(Upper Explosive Limit UEL)

Gambar ambang ledakan atas(upper explosive limit/uel)

Dietil-eter sangat mudah terbakar dan dapat membentuk dietil eter

peroksida yang mudah terbakar jika tidak disimpan dan diuji secara reguler.Ambang ledakan atas
(Upper Explosive Limit/UEL) adalah maksimal uap di udara (persen per volume) dan api akan
dihasilkan. Akan tetapi, api tidak dapat dihasilkan apabila tingkat konsentrasi lebih tinggi daripada
konsentrasi maksimal ini. Ciri-ciri bahan kimia mudah terbakar berdasarkan sifat kimia dan fisika

Bahan yang mudah terbakar dapat dibagi dalam 3 kelompok berikut.

1)Zat padat mudah terbakar, di antaranya belerang, fosfor, kertas/rayon, dan kapas. 2)Zat

cair mudah terbakar, di antaranya eter, alkohol, aseton, benzena, dan formaldehyde. 3)Gas

mudah terbakar, di antaranya hidrogen, asetilen, etilen oksida, dan amonia.

C. Penyebab terjadinya penyulutan

Bahan kimia yang mudah terbakar memiliki potensi untuk terjadi penyulutan. Penyebab
terjadinya penyulutan sebagai berikut.

1) Pembakaran spontan

Pembakaran spontan atau penyulutan sendiri terjadi jika zat mencapai suhu penyulutan tanpa
adanya panas dari luar. Contoh bahan yang rentan terhadap pembakaran meliputi

a) Tumpukan debu;

b)material organik yang dicampur dengan bahan pengoksidasi kuat

(contoh: asam nitrat, klorat, permanganat, peroksida, dan persulfat);

c) Logam alkali seperti natrium dan kalium; serta

d) Logam piroforik dan fosfor yang terpisahkan dengan baik.

2)Sumber penyulutan

Sumber penyulutan potensial di dalam laboratorium meliputi nyala api


terbuka, pembakar
bunsen, dan sejumlah sumber bertenaga listrik yang tidak begitu terlihat, termasuk lemari es,
motor pengaduk, dan oven gelombang mikro. Berikut solusi yang dapat dilakukan.

a) Apabila memungkinkan, ganti api terbuka dengan pemanas listrik.

b)Letakkan sumber penyulutan di tempat yang lebih rendah daripada zat mudah terbakar yang
digunakan.

c)Untuk saluran dan wadah logam yang mengeluarkan bahan yang mudah terbakar, ikat
dengan benar, dan hubungkan ke tanah untuk melepaskan listrik statis.

3) Oksidan selain oksigen

Kebakaran yang paling dikenal melibatkan bahan mudah terbakar yang terbakar di udara.
Namun oksidan yang menyebabkan kebakaran atau ledakan tidak selalu oksigen, hal ini
bergantung pada sifat agen pereduksi.

d. Bahaya bahan mudah terbakar

Berikut bahaya bahan mudah terbakar.

1)Gas yang dimampatkan atau dicairkan menyebabkan bahaya kebakaran karena panas
menyebabkan tekanan meningkat dan wadah dapat pecah.

2)Mudah terbakar, toksisitas, dan peningkatan tekanan menjadi lebih serius jika gas terpapar
dengan panas. Kebocoran atau keluarnya gas yang mudah terbakar menghasilkan atmosfer
eksplosif di laboratorium.

3)Asetilen, hidrogen, amonia, hidrogen sulfida, propana, dan karbon monoksida sangat
berbahaya. Walaupun tidak mendapat tekanan, gas yang dicairkan lebih pekat dibanding fase
uap dan menguap lebih cepat.

4)Oksigen sangatlah berbahaya dan udara yang dicairkan juga berbahaya karena nitrogen
mendidih dahulu dan meninggalkan konsentrasi oksigen yang meningkat.

5)Nitrogen cair yang bertahan selama jangka waktu tertentu mungkin telah memadatkan cukup
oksigen sehingga memerlukan penanganan secara hati-hati. Jika gas yang dicairkan digunakan
dalam sistem tertutup, tekanan dapat meningkat dan memerlukan ventilasi cukup.

e. Penanganan dan penyimpanan bahan mudah terbakar

Aturan penyimpanan bahan kimia mudah terbakar diuraikan sebagai berikut.

1)Secara fisik, bahan mudah terbakar disimpan jauh dari sumber penyulutan api.

2)Bahan yang mudah terbakar yang memerlukan penyimpanan suhu rendah disimpan di lemari es
yang dirancang untuk tujuan tersebut. Tidak kadiizinkan menggunakan lemari es biasa untuk
menyimpan bahan kimia.

3) Menyediakan alat pemadam api di area penyimpanan.

3. Bahan Kimia Mudah Meledak


a.Mengenal bahan mudah meledak

Bahan kimia mudah meledak (explosive) meliputi berbagai bahan yang dapat meledak dalam
kondisi tertentu di antaranya bahan peledak, senyawa azo- organik, peroksida, bahan oksidasi,
bubuk, dan zat khusus. Lambang bahan kimia mudah meledak seperti pada Gambar 5.5 di
bawah ini.

Gambar simbol bahan kimia ekplosif

Beberapa bahan kimia dapat meledak jika bercampur dengan udara.

Meskipun tidak terdapat udara bahan kimia juga dapat terurai dan biasanya disertai ledakan
ketika dipanaskan atau dicampur dengan bahan lain. Hal ini biasanya di laboratorium dengan
konsentrasi yang setara 25% dari batas terendah ledakan (lower explosive limit) dan tidak boleh
dilampaui. Nilai batas terendah ledakan biasanya dinyatakan dalam persen volume di udara.

b. Sifat mudah meledak

Bahan kimia dikatakan mudah meledak apabila reaksi kimia bahan


tersebut menghasilkan hal berikut:

1) Gas dalam jumlah besar;

2) Tekanan Besar;

3) Suhu tinggi; dan

4) menimbulkan kerusakan di sekelilingnya.

Berikut beberapa contoh bahan mudah meledak.

5) Bahan kimia eksplosif seperti trinitoluen (TNT) dan nitrogliserin.

6) Debu eksplosif seperti debu karbon, zat warna diazo, dan magnesium.

7) Campuran eksplosif seperti campuran bahan oksidator dan reduktor (asam nitrat + etanol).
Berikut ciri-ciri bahan kimia yang mudah meledak.

1)Sifat peka terhadap panas dan terhadap pengaruh mekanis. Contoh:

ammonium nitrat, nitroglicerine, TNT, dan tetra nitro glycerin.

2) Debu eksplosif

Contoh: debu karbon dan magnesium.

3)Campuran eksplosif yaitu campuran beberapa bahan oksidator dan

reduktor. Contoh: KCLO,, alumunium nitrat, dan kalium permanganat.

c. Penyebab terjadinya ledakan

Berikut hal-hal yang dapat menyebabkan ledakan.

4)Adanya pelarut yang mudah terbakar. Cairan mudah menguap dan mudah bercampur dengan
udara dengan proporsi yang besar dapat menimbulkan ledakan.

5)Botol yang tidak terisi penuh lebih mudah terbakar dan lebih berbahaya

jika dibandingkan saat diisi penuh. Hal ini karena terjadi percampuran

dengan udara. Oleh karena itu, pada penyimpanan botol berisi bahan

mudah meledak, sisakan ruang berisi udara sedikit (1/8).

6)Ada udara cair dan dapat meledak jika dicampur dengan unsur-unsur, pereduksi, dan
hidrokarbon

7)Ada debu dan debu padat dari bahan mudah terbakar bercampur dengan udara dapat
menimbulkan ledakan dahsyat.

8) Ada gas -gas peroksida.

d. Pencegahan terjadinya ledakan Ledakan yang mungkin ditimbulkan dapat dicegah dengan
cara berikut.

9) Biasakan melakukan eksperimen di tempat terbuka atau di dalam lemari uap

10)Jiika ragu tentang sifat kimia bahan, gunakan dalam jumlah yang sedikit dan lakukan
percobaan di atas penangas air.

11)Gunakan alat-alat yang layak (sesuai) seperti gelas tebal yang stabil oleh tekanan.

12)Lakukan pengamatan dari belakang layar pengaman atau gunakan pelindung


(masker),
e. Penanganan dan penyimpanan bahan yang
mudah meledak

Penanganan dan penyimpanan bahan yang mudah


meledak di antaranya

1) ruang dingin dan berventilasi

2) jauh dan sumber panas/api, dan

3) hindarkan dari gesekan dan tumbukan mekanis.

4. Bahan Kimia Bersifat Korosif


a.Mengenal bahan kimia korosif

bahan korosif merupakan salah satu bahan yang dapat merusak dan mengakibatkan cacat
permanen pada jaringan yang terkena bahan korosif. Lambang bahan kimia yang bersifat
korosif seperti Gambar 5.6 di bawah ini.

Gambar simbol bahan kimia korosif

Bersentuhannya kulit dengan bahan-bahan korosif umumnya kurang disadari sehingga kurang
begitu berbahaya jika dibandingkan dengan racun yang terisap. Banyak bahan yang tidak korosif,
namun menimbulkan iritasi pada kulit dan dapat menyebabkan peradangan. Contoh: senyawa
alkali sabun dan bahan-bahan higroskopik.

b. Sifat-sifat bahan korosif

Sifat-sifat bahan kimia korosif berupa cairan yang tidak dapat terbakar, namun sering
menimbulkan panas dan nyala jika terkena udara atau uap air atau jika bersentuhan dengan
bahan mudah terbakar.

c. Contoh bahan-bahan korosif

Contoh bahan korosif: asam nitrat, asam sulfat, asam klorida, natrium hidroksida,asam asetat,
anhidrida asetat, metanol, perchlorat, ammonia, bromin, fluorin, hidrogen iodida, phenol,
karbondioksida padat, asam format, hidrogen peroksida, fosfor merah dan fosfor kuning, logam
kalium, kalium hidroksida, perak nitrat dan logam natrium.

d. Pengamanan dan penyimpanan bahan kimia yang bersifat korosif

Berikut hal-hal yang perlu dilakukan untuk pengamanan bahan yang bersifat korosif.
1)Menyimpan bahan di tempat yang sesuai (cocok) dan
lakukan pengontrolan atau pengawasan secara
teratur.

2)Mengikuti aturan-aturan penyimpanan, pemberian


label, pemakaian, dan pembuangannya.

3) Menyimpan persediaan di laboratorium dalam jumlah


minimum.

4) Menggunakan pelindung atau sarung tangan, jas lab, dan kaca mata.

5)Menghindarkan jangan sampai tumpah dan jika bersentuhan dengan kulit, cucilah segera
dengan air dan sabun.

6)Tidak diizinkan menggunakan pelarut untuk membersihkan kulit yang terkena bahan korosif
atau bahan penyebab iritasi. Hal ini karena pelarut akan mempercepat penyerapan (absorpsi)
senyawa-senyawa tersebut sehingga lebih membahayakan.

7)Untuk setiap bahan kimia yang tidak dapat dicuci dengan air gunakan emulsi pembersih,
kemudian basuh dengan sabun dan air.

8) Menyimpan di ruangan yang dingin dan berventilasi.

9) Memisahkan dari bahan yang berkemungkinan bereaksi.

5. Bahan Kimia Bersifat Oksidator


a. Mengenal bahan kimia oksidator

Bahan kimia yang bersifat oksidator adalah bahan kimia apabila reaksi kimia atau
penguraiannya menghasilkan oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran pada bahan lain.
Bahan oksidator juga bersifat explosive karena sangat reaktif dan tidak stabil.

Gambar simbol bahan kimia bersifat oksidator

Bahan-bahan pengoksidasi dapat menimbulkan reaksi eksotermis yang sangat tinggi jika
kontak langsung dengan bahan lain, khususnya dengan bahan yang mudah terbakar.

b. Jenis-jenis bahan pengoksidasi

Ada dua kelompok bahan pengoksidasi.

1) Bahan oksidasi anorganik Berikut sifat-sifat bahan pengoksidasi anorganik.


a) Bahan pengoksidasi anorganik ini hanya menimbulkan bahaya api/ kebakaran.

b) Memiliki kemampuan bergabung dengan oksigen dan tidak tahan panas

c) Bahan-bahan tersebut berbahaya pada suhu tinggi.

d) Reaksi dahsyat dapat terjadi jika bahan dicampurkan/terkontaminasi

oleh bahan yang mudah terbakar seperti kayu, kertas, serbuk logam, dan belerang.

e)Dalam kondisi biasa campuran ini harus disimpan pada lemari/rak yang tidak mudah terbakar
(besi dan tembok).

f) Simpan pada wadah aslinya jangan sampai terkontaminasi.

g) Simpan dalam jumlah minimum.

h) Contoh: permanganat, perklorat, dikromat, hidrogen peroksida, persulfat, dan periodat.

2) Bahan pengoksidasi organik Berikut sifat-sifat bahan pengoksidasi organik.

a) Bahan ini sering menimbulkan ledakan dahsyat, terutama peroksida.

b)Contoh: chlorat, perchlorat, bromat, peroksida, asam nitrat, kalium nitrat, kalium petinanganat,
bromin, khlorin, benzil peroksida, asetil peroksida, asam parasetat, fluorin, dan iodin yang mudah
bereaksi dengan oksigen (dalam kondisi tertentu) sehingga dikelompokkan menjadi bahan
pengoksidasi.

c)Peroksida organik dapat terbentuk pada penyimpanan pelarut organik seperti eter, keton,
ester, dan senyawa tidak jenuh.

c)Penanganan dan penyimpanan bahan yang bersifat oksidator

Bahan yang bersifat oksidator dapat disimpan dengan cara berikut:

1) Ruangan dingin dan berventilasi;

2) jauh dari sumber api/panas, terutama loncatan api listrik dan bara
rokok; serta

3) jauh dari bahan cair yang mudah terbakar.

6. Bahan Kimia Bersifat Radioaktif


a. Sifat-sifat bahan kimia radioaktif

Persediaan bahan radioaktif di laboratorium hanya sedikit. Namunpenggunaannya semakin


meningkat. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkancara untuk menghilangkan atau setidaknya
mengurangi bahaya tersebut.
Dampak radiasi bergantung pada lamanya waktu radiasi dan intensitas dosis yang digunakan.
Radiasi dapat merusak sel hidup. Dalam dosis yang tinggi dapat menimbulkan kebakaran dan
kematian. Dampak radiasi bersifat permanen. Berikut tipe utama radiasi berkaitan dengan
pecahnya isotop-isotop radioaktif.

1) Partikel a (alfa)

Partikel a (alfa) berupa atom-atom helium yang bermuatan positif. Partikel ini memiliki daya
tembus yang kecil dengan daya ionisasi yang besar.

2) Partikel B (beta)

Partikel B (beta) yaitu partikel partikel bermuatan negatif dan berenerg

tinggi. Ditimbulkan oleh pecahnya kebanyakan isotop radioaktif dan memiliki daya serta daya
lonisasi sedang

3) sinar y (gamma)

Sinar y dihasilkan dari perubahan inti atom radioaktif yang berup gelombang elektromagnetik

4) Sinar-x yang diperoleh dari tabung sinar -x

b. Penyimpanan bahan bahan radioaktif

Penyimpanan bahan-bahan radioaktif dapat dilakukan dengan cara berikut

5)Bahan-bahan radioaktif seperti uranium dan thorium disimpan dalam lemari terkunci yang
diberi tanda dan catatan peringatan. Bahan ini dapat

disimpan dalam tempat yang tertutup rapat atau disegel agar terhindar dari kontak dan
mencegah terjadinya dispersi.

2) Bahan-bahan radioaktif dengan aktivitas radiasi tinggi harus disimpan di

luar gedung dan dilengkapi dengan lapisan pelindung yang memadai dan terhindar dan api.

Berikut ukuran perlindungan bahan-bahan tersebut.

3)Botol-botol yang berisi bahan radioaktif harus diberi label dengan baik dan disimpan dalam
lemari terkunci yang diberi tanda radiasi.

4) Jika mungkin tempat bekerja harus terpisah dari bahan-bahan radioaktif.

Dinding dan pembatas-pembatas harus berupa permukaan yang halus.Pembatas sebaiknya


terbuat dari stainless steel.

3) Selalu gunakan lab jas dan lap untuk membersihkan bahan sisa.
4) Jaga bahan radioaktif agar tidak menyentuh kulit.

5) Jangan berbicara, makan, atau merokok di daerah yang terkontaminasi.

6) Gunakan alat-alat gelas dalam keadaan kering dan simpan secara terpisah.

7)Cucilah tangan dan bagian lain tubuh yang terkontaminasi bahan radioaktif dengan air dan
sabun sampai benar-benar bersih.

8) Bahan radioaktif harus dibuang setelah selesai praktikum.

7. Bahan Kimia Bersifat Reaktif


a.Mengenal bahan kimia reaktif

Bahan kimia reaktif adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran karena
pelepasan atau penerimaan oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil pada suhu
tinggi. Berikut ciri-ciri bahan kimia reaktif.

9)Apabila bahan tersebut bereaksi dengan air mengeluarkan panas dan gas yang mudah
terbakar. Contoh: alkali, alkali tanah, logam halida, oksida anhidrat, oksida nonlogam halida
litium, sodium, potasium, kalsium, kobalt, nitrat, sulfid, karbid, asam pekat, dan lain-lain.

10)Asam mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar atau beracun atau korosif. Contoh:
kalium klorat, kalium permanganat, asam kromat, litium, sodium, potasium, kalsium sulfida,
sianida, dan asam pekat.

b. Bahan bahan kimia reaktif

Berikut contoh bahan bahan kimia mudah terbakar.

11)Pelarut dan pereaksi organik seperti asetaldehid, asam asetat, aseton,benzen, etil alkohol,
eter, etil asetat, etil alkohol, toluen, isopropil alkohol, karbondisulfida, petroleum eter, dan xylen.

12)Bahan anorganik

a)Legam alumunium, magnesium, dan zinkum (seng) dalam keadaan murni. Apabila terjadi
kebakaran terhadap bahan tersebut jangan gunakan pemadam berisi air, tetapi gunakanlah
serbuk pemadam.

b)Fosfor kuning akan terbakar apabila berhubungan dengan udara. Simpan di dalam air dan
kontrol selalu permukaan air karena permukaan air akan menurun akibat penguapan.

c)Logam k dan Na akan terbakar apabila kontak dengan air. Simpan di dalam minyak parafin.
Kontrol permukaan minyak parafin tersebut.

3) Gas, seperti asetilen, metana, hidrogen, karbonmonoksida, dan butana.


c. Penanganan dan penyimpanan bahan kimia yang bersifat reaktif

Penanganan dan penyimpanan bahan kimia yang bersifat reaktif bertujuan agar keselamatan
dan keamanan tetap terjaga. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara berikut.

1)Bahan tidak boleh dipanaskan secara langsung atau disimpan pada permukaan panas.
Gunakan penangas uap atau penangas air.

2) Simpan bahan pada tempat yang memiliki ventilasi baik.

3)Sediakan dalam jumlah yang minimum di laboratorium. Pelarut yang tidak digunakan lagi
dikembalikan ke botol pelarut.

4)Sediakan alat pemadam kebakaran. Jika terjadi kebakaran dengan api kecil gunakan kain
basal atau pasir, tetapi jika api besar gunakan alat pemadam.

5) Pada saat memanaskan jangan mengisi gelas kimia dengan cairan

mudah terbakar melebihi 1/2 kapasitasnya. Gunakan batu didih untuk menghindarkan
ledakan/letupan.

6) Jangan membuang cairan yang mudah terbakar ke dalam bak cuci.

7)Jangan menyimpan cairan mudah terbakar dekat dengan bahan pengoksidasi atau bahan
korosif

8) Botol penyimpanan bahan mudah terbakar jangan diisi hingga penuh,

sediakan 1/8 isinya untuk udara. Gunakan botol yang tidak mudah terbakar dan jauhkan dan
sumber perapian.

9)Bahan padat mudah terbakar simpan di tempat sejuk, jauhkan dari sumber panas, bahan
lembab, air, dan bahan pengoksidasi atau asam

10) Kontrol semua bahan secara periodik.

C. MENANGGAPI DAN MENYIMPAN BAHAN


KIMIA
1.Dasar Hukum Pengendalian Bahan Kimia
Kegiatan industri yang mengolah, menyimpan, mengedarkan, mengangkut, dan
mempergunakan bahan bahan kimia berbahaya akan terus meningkat sejalan dengan
perkembangan pembangunan.besar bagi industri, tenaga kerja, lingkungan, dan sumber daya
lainnya. Berikut dasar hukum yang mengatur pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat
kerja.
a. Kepmenaker Nomor KEP.187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya.

b. Konvensi ILO Nomor 174 tentang Pengendalian Bahaya Besar (Major Hazard Control).

c. Kepmennaker Nomor Kep.187/Men/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya.

d.Surat edaran Mennakertrans Nomor SE.140/Men/PPK-KK/II/2004 tentang Pemenuhan


Kewajiban Syarat-Syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri Kimia dengan Potensi
Bahaya Besar (Major Hazard Instalation). Pengusaha atau pengurus wajib mengendalikan
bahan kimia berbahaya di tempat kerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan
Penyakit Akibat Kerja.

Gambar pengendalian bahan kimia

Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) dan label diletakkan di tempat yang mudah diketahui
oleh tenaga kerja serta pegawai pengawas ketenagakerjaan (Pasal6).

2. Potensi Besar Bahaya Besar Kimia


Bahan kimia dikatakan berpotensi bahaya besar apabila kuantitas bahan kimia berbahaya yang
digunakan melebihi atau lebih besar dari Nilai Ambang Kuantitas (NAK). Berikut kewajiban
pengusaha atau pengurus perusahaan dalam mengatasi potensi bahaya bahan kimia.

a. Mempekerjakan
petugas K3 kimia meliputi

1) sistem kerja non-shift


minimal 2 orang; dan

2) sistem kerja shift minimal 5 orang.

b. Mempekerjakan ahli K3 Kimia minimal 1 orang.

c. Membuat dokumen pengendalian potensi bahaya besar.

d.Melaporkan setiap perubahan (bahan, kuantitas, proses, dan modifikasi instalasi)

dengan cara:

1) melakukan pemeriksaan dan pengujian faktor kimia minimal 6 bulan sekali

2)melakukan pemeriksaan dan pengujian instalasi minimal 2 tahun sekali

dan

3) melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja minimal 1 tahun sekali


Isi dokumen pengendalian potensi/risiko bahaya besar meliputi

a. Identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko:

b.kegiatan teknis, rancang bangun, konstruksi, pemilihan bahan kimia, serta pengoperasian dan
pemeliharaan instalasi

C kegiatan pembinaan tenaga kerja, serta

d. Rencana dan prosedur penanggulangan keadaan darurat.

Gambar potensi bahaya kimia di lokasi kerja

3. Potensi Bahaya Menengah


Bahan kimia dikatakan berpotensi bahaya menengah apabila kuantitas bahan kimia berbahaya
yang digunakan sama atau lebih kecil dari Nilai Ambang Kuantitas (NAK).Berikut kewajiban
pengusaha atau pengurus perusahaan dalam potensi bahaya menengah.

a. Mempekerjakan petugas K3 kimia meliputi

1) sistem kerja non-shift


minimal satu orang; dan

2) sistem kerja shift


minimal tiga orang.

b. Membuat dokumen
pengendalian potensi
bahaya menengah.

c. Melaporkan setiap
perubahan (bahan, kuantitas, proses, dan modifikasi instalasi)

dengan cara:

3) melakukan pemeriksaan dan pengujian faktor kimia minimal satu tahun sekali;

4) melakukan pemeriksaan dan pengujian instalasi minimal tiga tahun sekali; dan

5)melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja minimal satu tahun sekali. Isi dokumen
pengendalian potensi bahaya menengah meliputi

a. identifikasi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko;


b.kegiatan teknis, rancang bangun, konstruksi, pemilihan bahan kimia, pengoperasian, dan
pemeliharaan instalasi;

c. KLegiatan pembinaan tenaga kerja; dan

d. prosedur kerja aman.

4. Tugas Petugas K3
Tugas petugas K3 di antaranya

e. melakukan identifikasi bahaya;

f. melaksanakan prosedur kerja aman;

g. melaksanakan prosedur penanggulangan keadaan darurat; dan

h. mengembangkan K3 bidang kimia.

5. Persyaratan petugas K3 Persyaratan petugas K3 antara lain

i. Bekerja pada perusahaan yang bersangkutan;

j. tidak dalam masa percobaan;

k. hubungan kerja tidak berdasarkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT);

l. telah mengikuti teknis K3 kimia; dan

m.pengajuan permohonan tertulis dari pengusaha atau pengurus kepada menteri atau pejabat
yang dituju.

Anda mungkin juga menyukai