jenis-jenis Bahan
kimia
1. mengenal Bahan kimia
Bahan kimia adalah semua materi yang bentuk cairan,padat,atau gas yang berupa unsur atau
senyawa dalam bentuk tunggal atau campuran yang mempunyai sifat khusus.Bermacam
macam merek bahan kimia tersedia dipasaran,seperti merck (jerman barat), baker chem
(amerika serikat), dan fluka (swiss).Setiap merek mempunyai ciri khas tersendiri mengenai
bahan baku,harga,dan sebagainya.
bahan kimia alam adalah bahan kimia berdasarkan asal usulnya dikelokpokan menjadi dua.
Bahan kimia sintetik adalah bahan kimia yang dibuat secara kimiawi meliputi
menthol);dan
Bahan kimia yang dibuat secara metabolit adalah bahan yang dibuat melalui proses
fermentasi.
contoh: asam cuka(hasil fermentasi air kelapa),alkohol(hasil peragian dari singkong),dan asam
laktat(hasil proses pengasinan) jenis² bahan kimia berdasarkan tingkag kemurnian dapat
dibedakan menjadi tiga bagaian
1) teknis
zat kimia ini agak kasar dan masih mengandung zat-zat kimia lain yang dianggap mencemari
zat asli.
2) purified
zat kimia ini lebih sempurna dari zat kimia teknis dan dapat digunakan untuk beberapa jenis
percobaan serta analisis.
zat kimia ini sangat sempurna dan harus digunakan untuk analisi yang memerlukan ketelitian
tinggi.
Prinsip dasar toksikologi adalah tidak ada zat kimia yang sepenuhnya aman.Semua bahan kimia
menimbulkan efek racun jika jumlah unsur yang cukup tinggi berhubungan dengan sistem hidup.
Satu faktor terpenting yang menentukan suatu zat berbahaya atau aman adalah hubungan antara
konsentrasi bahankimia dan efek racun yang dihasilkan.
untuk bahan kimia. Dosis adalah jumlah bahan kimia yang diserap (melalui penghirupan,
pencernaan, atau penyerapan melalui kulit). Respons adalah efek yang dihasilkan bahan kimia.
Cara untuk mengevaluasi toksisitas akut bahan kimia atau toksisitas setelah satu kali paparan
dapat dilakukan sebagai berikut.
LD50 adalah jumlah bahan kimia yang saat dicerna, disuntikkan, atau dioleskan ke kulit hewan
uji. Dalam kondisi laboratorium yang terkendali, membunuh setengah atau 50% dari jumlah
hewan. LD50 biasanya dinyatakan dalam miligram atau gram per kilogram berat badan.
LC50 diberikan dalam bagian per juta, milligram per liter, atau
miligram per meter kubik. LC50 lebih sering digunakan untuk bahan
kimia yang mudah menguap atau bahan kimia dengan tekanan uap
cukup sehingga penghirupan menjadi rute penting masuknya bahan
kimia ke tubuh.
toksik berikut:
Kriteria sangat beracun ditetapkan dengan memperhatikan sifat kimia, fisika dan toksit
sebagai berikut:
Kadar racun dari berbagai bahan kimia merupakam salah satu risiko yang sulit diprediksi. Hal ini
paling berbahaya yang dihadapi pekerja di laboratorium dan area kerja industri kimia. Banyak
bahan kimia memiliki lebih dari satu jenis kandungan racun.
Berdasarkan tempat masuknya melalui tubuh, bahan-bahan beracun dikelompokkan menjadi tiga
kelompok besar, yaitu bahan beracun yang masuk melalui pencernaan (mulut), absorpsi kulit, dan
melalui sistem pernafasan.Tabel 5.2 berikut akan menyajikan tindakan yang dilakukan untuk
pencegahan terpaparnya bahan kimia beracun berdasarkan masuknya ke dalam tubuh.
Penyimpanan bahan kimia yang bersifat racun, karsinogen, reproduktif, dan bahan kimia dengan
tingkat toksisitas akut tinggi dapat dilakukkan dengan cara:
Bahan kimia mudah terbakar adalah bahan kimia yang siap memantik api dan terbakar di udara.
Bentuk bahan mudah terbakar di antaranya padat, cair, atau uap.
2)Bahan kimia yang mudah terbakar (flammable) umumnya mempunyai titiknyala antara 22-
66°C, sedangkan bahan kimia yang sangat mudah terbakar (highly flammable) memiliki titik
nyala di bawah 22°Cseperti aseton dan eter.
3)Untuk menggunakan bahan mudah terbakar dengan benar, diperlukan pengetahuan tentang
kecenderungan bahan untuk menguap, memantik
api, atau terbakar dalam berbagai kondisi di laboratorium dan di area kerja lain. Cara terbaik
untuk menangani bahaya ini adalah mencegah munculnya uap mudah terbakar dan sumber
pemantik api pada saat bersamaan
1)Titik nyala
Titik nyala adalah suhu terendah dari cairan, memiliki tekanan uap cukup untuk membentuk
campuran yang dapat menyala dengan udara di sekitar permukaan cairan. Banyak cairan
organik biasa memiliki titik nyala di bawah suhu ruang. Derajat bahaya yang terkait dengan
cairan yang mudah terbakar bergantung pada sifat lain seperti titik penyulutan dan titik didih.
Bahan kimia yang dijual bebas biasanya dilabeli terkait dengan kemudahan terbakar dan titik
nyala.
2) Suhu penyulutan
Suhu penyalaan zat yang berupa padat, cair, maupun gas adalah suhu minimal yang diperlukan
untuk memulai atau menyebabkan terjadinya pembakaran mandiri tanpa bergantung pada
sumber panas. Semakin rendah suhu penyulutan maka semakin besar potensi terjadinya
kebakaran yang dipicu oleh peralatan laboratorium biasa. Tidak harus selalu ada percikan bagi
terjadinya penyulutan jika uap yang mudah terbakar mencapai suhu penyulutannya. Panas juga
dapat menyebabkan penyulutan.
Batas mudah terbakar dari masing-masing gas dan cairan (sebagai uap)memiliki dua batas
yang cukup jelas. Ini menunjukkan kisaran konsentrasi bahan kimia dalam campuran udara
yang akan menghasilkan api dan menyebabkan ledakan.
Ambang ledakan bawah (Lower Explosive Limit/LEL) adalah konsentrasi minimal (uap) bahan
bakar di udara (persen per volume) dan api mampu dihasilkan jika ada sumber penyulutan.
peroksida yang mudah terbakar jika tidak disimpan dan diuji secara reguler.Ambang ledakan atas
(Upper Explosive Limit/UEL) adalah maksimal uap di udara (persen per volume) dan api akan
dihasilkan. Akan tetapi, api tidak dapat dihasilkan apabila tingkat konsentrasi lebih tinggi daripada
konsentrasi maksimal ini. Ciri-ciri bahan kimia mudah terbakar berdasarkan sifat kimia dan fisika
1)Zat padat mudah terbakar, di antaranya belerang, fosfor, kertas/rayon, dan kapas. 2)Zat
cair mudah terbakar, di antaranya eter, alkohol, aseton, benzena, dan formaldehyde. 3)Gas
Bahan kimia yang mudah terbakar memiliki potensi untuk terjadi penyulutan. Penyebab
terjadinya penyulutan sebagai berikut.
1) Pembakaran spontan
Pembakaran spontan atau penyulutan sendiri terjadi jika zat mencapai suhu penyulutan tanpa
adanya panas dari luar. Contoh bahan yang rentan terhadap pembakaran meliputi
a) Tumpukan debu;
2)Sumber penyulutan
b)Letakkan sumber penyulutan di tempat yang lebih rendah daripada zat mudah terbakar yang
digunakan.
c)Untuk saluran dan wadah logam yang mengeluarkan bahan yang mudah terbakar, ikat
dengan benar, dan hubungkan ke tanah untuk melepaskan listrik statis.
Kebakaran yang paling dikenal melibatkan bahan mudah terbakar yang terbakar di udara.
Namun oksidan yang menyebabkan kebakaran atau ledakan tidak selalu oksigen, hal ini
bergantung pada sifat agen pereduksi.
1)Gas yang dimampatkan atau dicairkan menyebabkan bahaya kebakaran karena panas
menyebabkan tekanan meningkat dan wadah dapat pecah.
2)Mudah terbakar, toksisitas, dan peningkatan tekanan menjadi lebih serius jika gas terpapar
dengan panas. Kebocoran atau keluarnya gas yang mudah terbakar menghasilkan atmosfer
eksplosif di laboratorium.
3)Asetilen, hidrogen, amonia, hidrogen sulfida, propana, dan karbon monoksida sangat
berbahaya. Walaupun tidak mendapat tekanan, gas yang dicairkan lebih pekat dibanding fase
uap dan menguap lebih cepat.
4)Oksigen sangatlah berbahaya dan udara yang dicairkan juga berbahaya karena nitrogen
mendidih dahulu dan meninggalkan konsentrasi oksigen yang meningkat.
5)Nitrogen cair yang bertahan selama jangka waktu tertentu mungkin telah memadatkan cukup
oksigen sehingga memerlukan penanganan secara hati-hati. Jika gas yang dicairkan digunakan
dalam sistem tertutup, tekanan dapat meningkat dan memerlukan ventilasi cukup.
1)Secara fisik, bahan mudah terbakar disimpan jauh dari sumber penyulutan api.
2)Bahan yang mudah terbakar yang memerlukan penyimpanan suhu rendah disimpan di lemari es
yang dirancang untuk tujuan tersebut. Tidak kadiizinkan menggunakan lemari es biasa untuk
menyimpan bahan kimia.
Bahan kimia mudah meledak (explosive) meliputi berbagai bahan yang dapat meledak dalam
kondisi tertentu di antaranya bahan peledak, senyawa azo- organik, peroksida, bahan oksidasi,
bubuk, dan zat khusus. Lambang bahan kimia mudah meledak seperti pada Gambar 5.5 di
bawah ini.
Meskipun tidak terdapat udara bahan kimia juga dapat terurai dan biasanya disertai ledakan
ketika dipanaskan atau dicampur dengan bahan lain. Hal ini biasanya di laboratorium dengan
konsentrasi yang setara 25% dari batas terendah ledakan (lower explosive limit) dan tidak boleh
dilampaui. Nilai batas terendah ledakan biasanya dinyatakan dalam persen volume di udara.
2) Tekanan Besar;
6) Debu eksplosif seperti debu karbon, zat warna diazo, dan magnesium.
7) Campuran eksplosif seperti campuran bahan oksidator dan reduktor (asam nitrat + etanol).
Berikut ciri-ciri bahan kimia yang mudah meledak.
2) Debu eksplosif
4)Adanya pelarut yang mudah terbakar. Cairan mudah menguap dan mudah bercampur dengan
udara dengan proporsi yang besar dapat menimbulkan ledakan.
5)Botol yang tidak terisi penuh lebih mudah terbakar dan lebih berbahaya
jika dibandingkan saat diisi penuh. Hal ini karena terjadi percampuran
dengan udara. Oleh karena itu, pada penyimpanan botol berisi bahan
6)Ada udara cair dan dapat meledak jika dicampur dengan unsur-unsur, pereduksi, dan
hidrokarbon
7)Ada debu dan debu padat dari bahan mudah terbakar bercampur dengan udara dapat
menimbulkan ledakan dahsyat.
d. Pencegahan terjadinya ledakan Ledakan yang mungkin ditimbulkan dapat dicegah dengan
cara berikut.
10)Jiika ragu tentang sifat kimia bahan, gunakan dalam jumlah yang sedikit dan lakukan
percobaan di atas penangas air.
11)Gunakan alat-alat yang layak (sesuai) seperti gelas tebal yang stabil oleh tekanan.
bahan korosif merupakan salah satu bahan yang dapat merusak dan mengakibatkan cacat
permanen pada jaringan yang terkena bahan korosif. Lambang bahan kimia yang bersifat
korosif seperti Gambar 5.6 di bawah ini.
Bersentuhannya kulit dengan bahan-bahan korosif umumnya kurang disadari sehingga kurang
begitu berbahaya jika dibandingkan dengan racun yang terisap. Banyak bahan yang tidak korosif,
namun menimbulkan iritasi pada kulit dan dapat menyebabkan peradangan. Contoh: senyawa
alkali sabun dan bahan-bahan higroskopik.
Sifat-sifat bahan kimia korosif berupa cairan yang tidak dapat terbakar, namun sering
menimbulkan panas dan nyala jika terkena udara atau uap air atau jika bersentuhan dengan
bahan mudah terbakar.
Contoh bahan korosif: asam nitrat, asam sulfat, asam klorida, natrium hidroksida,asam asetat,
anhidrida asetat, metanol, perchlorat, ammonia, bromin, fluorin, hidrogen iodida, phenol,
karbondioksida padat, asam format, hidrogen peroksida, fosfor merah dan fosfor kuning, logam
kalium, kalium hidroksida, perak nitrat dan logam natrium.
Berikut hal-hal yang perlu dilakukan untuk pengamanan bahan yang bersifat korosif.
1)Menyimpan bahan di tempat yang sesuai (cocok) dan
lakukan pengontrolan atau pengawasan secara
teratur.
4) Menggunakan pelindung atau sarung tangan, jas lab, dan kaca mata.
5)Menghindarkan jangan sampai tumpah dan jika bersentuhan dengan kulit, cucilah segera
dengan air dan sabun.
6)Tidak diizinkan menggunakan pelarut untuk membersihkan kulit yang terkena bahan korosif
atau bahan penyebab iritasi. Hal ini karena pelarut akan mempercepat penyerapan (absorpsi)
senyawa-senyawa tersebut sehingga lebih membahayakan.
7)Untuk setiap bahan kimia yang tidak dapat dicuci dengan air gunakan emulsi pembersih,
kemudian basuh dengan sabun dan air.
Bahan kimia yang bersifat oksidator adalah bahan kimia apabila reaksi kimia atau
penguraiannya menghasilkan oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran pada bahan lain.
Bahan oksidator juga bersifat explosive karena sangat reaktif dan tidak stabil.
Bahan-bahan pengoksidasi dapat menimbulkan reaksi eksotermis yang sangat tinggi jika
kontak langsung dengan bahan lain, khususnya dengan bahan yang mudah terbakar.
oleh bahan yang mudah terbakar seperti kayu, kertas, serbuk logam, dan belerang.
e)Dalam kondisi biasa campuran ini harus disimpan pada lemari/rak yang tidak mudah terbakar
(besi dan tembok).
b)Contoh: chlorat, perchlorat, bromat, peroksida, asam nitrat, kalium nitrat, kalium petinanganat,
bromin, khlorin, benzil peroksida, asetil peroksida, asam parasetat, fluorin, dan iodin yang mudah
bereaksi dengan oksigen (dalam kondisi tertentu) sehingga dikelompokkan menjadi bahan
pengoksidasi.
c)Peroksida organik dapat terbentuk pada penyimpanan pelarut organik seperti eter, keton,
ester, dan senyawa tidak jenuh.
2) jauh dari sumber api/panas, terutama loncatan api listrik dan bara
rokok; serta
1) Partikel a (alfa)
Partikel a (alfa) berupa atom-atom helium yang bermuatan positif. Partikel ini memiliki daya
tembus yang kecil dengan daya ionisasi yang besar.
2) Partikel B (beta)
tinggi. Ditimbulkan oleh pecahnya kebanyakan isotop radioaktif dan memiliki daya serta daya
lonisasi sedang
3) sinar y (gamma)
Sinar y dihasilkan dari perubahan inti atom radioaktif yang berup gelombang elektromagnetik
5)Bahan-bahan radioaktif seperti uranium dan thorium disimpan dalam lemari terkunci yang
diberi tanda dan catatan peringatan. Bahan ini dapat
disimpan dalam tempat yang tertutup rapat atau disegel agar terhindar dari kontak dan
mencegah terjadinya dispersi.
luar gedung dan dilengkapi dengan lapisan pelindung yang memadai dan terhindar dan api.
3)Botol-botol yang berisi bahan radioaktif harus diberi label dengan baik dan disimpan dalam
lemari terkunci yang diberi tanda radiasi.
3) Selalu gunakan lab jas dan lap untuk membersihkan bahan sisa.
4) Jaga bahan radioaktif agar tidak menyentuh kulit.
6) Gunakan alat-alat gelas dalam keadaan kering dan simpan secara terpisah.
7)Cucilah tangan dan bagian lain tubuh yang terkontaminasi bahan radioaktif dengan air dan
sabun sampai benar-benar bersih.
Bahan kimia reaktif adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran karena
pelepasan atau penerimaan oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil pada suhu
tinggi. Berikut ciri-ciri bahan kimia reaktif.
9)Apabila bahan tersebut bereaksi dengan air mengeluarkan panas dan gas yang mudah
terbakar. Contoh: alkali, alkali tanah, logam halida, oksida anhidrat, oksida nonlogam halida
litium, sodium, potasium, kalsium, kobalt, nitrat, sulfid, karbid, asam pekat, dan lain-lain.
10)Asam mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar atau beracun atau korosif. Contoh:
kalium klorat, kalium permanganat, asam kromat, litium, sodium, potasium, kalsium sulfida,
sianida, dan asam pekat.
11)Pelarut dan pereaksi organik seperti asetaldehid, asam asetat, aseton,benzen, etil alkohol,
eter, etil asetat, etil alkohol, toluen, isopropil alkohol, karbondisulfida, petroleum eter, dan xylen.
12)Bahan anorganik
a)Legam alumunium, magnesium, dan zinkum (seng) dalam keadaan murni. Apabila terjadi
kebakaran terhadap bahan tersebut jangan gunakan pemadam berisi air, tetapi gunakanlah
serbuk pemadam.
b)Fosfor kuning akan terbakar apabila berhubungan dengan udara. Simpan di dalam air dan
kontrol selalu permukaan air karena permukaan air akan menurun akibat penguapan.
c)Logam k dan Na akan terbakar apabila kontak dengan air. Simpan di dalam minyak parafin.
Kontrol permukaan minyak parafin tersebut.
Penanganan dan penyimpanan bahan kimia yang bersifat reaktif bertujuan agar keselamatan
dan keamanan tetap terjaga. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara berikut.
1)Bahan tidak boleh dipanaskan secara langsung atau disimpan pada permukaan panas.
Gunakan penangas uap atau penangas air.
3)Sediakan dalam jumlah yang minimum di laboratorium. Pelarut yang tidak digunakan lagi
dikembalikan ke botol pelarut.
4)Sediakan alat pemadam kebakaran. Jika terjadi kebakaran dengan api kecil gunakan kain
basal atau pasir, tetapi jika api besar gunakan alat pemadam.
mudah terbakar melebihi 1/2 kapasitasnya. Gunakan batu didih untuk menghindarkan
ledakan/letupan.
7)Jangan menyimpan cairan mudah terbakar dekat dengan bahan pengoksidasi atau bahan
korosif
sediakan 1/8 isinya untuk udara. Gunakan botol yang tidak mudah terbakar dan jauhkan dan
sumber perapian.
9)Bahan padat mudah terbakar simpan di tempat sejuk, jauhkan dari sumber panas, bahan
lembab, air, dan bahan pengoksidasi atau asam
b. Konvensi ILO Nomor 174 tentang Pengendalian Bahaya Besar (Major Hazard Control).
Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) dan label diletakkan di tempat yang mudah diketahui
oleh tenaga kerja serta pegawai pengawas ketenagakerjaan (Pasal6).
a. Mempekerjakan
petugas K3 kimia meliputi
dengan cara:
dan
b.kegiatan teknis, rancang bangun, konstruksi, pemilihan bahan kimia, serta pengoperasian dan
pemeliharaan instalasi
b. Membuat dokumen
pengendalian potensi
bahaya menengah.
c. Melaporkan setiap
perubahan (bahan, kuantitas, proses, dan modifikasi instalasi)
dengan cara:
3) melakukan pemeriksaan dan pengujian faktor kimia minimal satu tahun sekali;
4) melakukan pemeriksaan dan pengujian instalasi minimal tiga tahun sekali; dan
5)melakukan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja minimal satu tahun sekali. Isi dokumen
pengendalian potensi bahaya menengah meliputi
4. Tugas Petugas K3
Tugas petugas K3 di antaranya
m.pengajuan permohonan tertulis dari pengusaha atau pengurus kepada menteri atau pejabat
yang dituju.