Anda di halaman 1dari 46

ARSITEKTUR SISTEM

TERDISTRIBUSI

P OK
E L OM
USUN K III
DIS EH
OL
092904006 SYAPUTRI ARTAMI S
092904010 AYU ANGGRIANI H
092904011 RUDI DIAN SYAH
092904030 ZUL FADLY SULTHAN
092904035 JUMIATI
092904041 HUSNAENI
092904043 NURHALIMAH
PRODI PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2011
PEMBAHASAN

1. ARSITEKTUR MULTIPROSESOR
2. ARSITEKTUR CLIENT-SERVER
3. ARSITEKTUR OBJEK TERDISTRIBUSI
4. CORBA
PENDAHULUAN
Hampir semua berbasis komputer yang besar saat ini merupakan sistem
terdistribusi (sistem terbesar). Sistem terdistribusi adalah sistem di mana
pemrosesan informasi didistribusikan pada beberapa komputer dan tidak
terbatas hanya pada satu mesin saja. Rekayasa sistem terdistribusi memiliki
banyak kesamaan dengan rekayasa perangkat lunak yang lain, tetapi ada isu-
isu khusus yang harus diperhitungan ketika merancangan tipe sistem ini.
Perekayasa perangkat lunak harus menyadari isu perangkat ini karena
sistem terdistribusi banyak digunakan. Belum lama ini, kebanyakan sistem
besar merupakan sistem sentral yang berjalan pada satu mainframe dengan
terminal-terminal yang pemrosesan atau bahkan tidak memiliki kemampuan
sama sekali, sehingga semua pemrosesan informasi merupakan tanggung
jawab komputer mainframe.
TIPE SISTEM UTAMA

1. Sistem personal yang tidak terdistribusi dan dirancang untuk berjalan


pada personal komputer atau workstation.
2. Sistem embedded yang berjalan pada satu prosesor atau pada
kelompok prosessor yang terintegrasi.
3. Sistem terdistribusi (tersebar) di mana perangkat lunak sistem
berjalan pada kelompok prosesor yang bekerja sama dan terintegrasi
secara longgar, dengan dihubungkan oleh jaringan.
KERAKTERSISTIK YANG PENTING DARI
SISTEM TERDISTRIBUSI

Coulouris et al .(1994) mengidentifikasi enam keraktersistik yang


penting dari sistem terdistribusi:
1. Pemakaian bersama sumber daya
2. Keterbukaan
3. Konkurensi
4. Skalabilitas
5. Toleransi kesalahan
6. Transparansi
SISTEM TERDISTRIBUSI MEMILIKI
BEBERAPA KERUGIAN

 Kompleksitas
 Keamanan
 Kemampuan untuk dapat dikendalikan
 Tidak dapat diramalkan.
DUA TIPE GENERIK ARSITEKTUR
SISTEM TERDISTIBUSI

1. Arsitektur client-server
Sistem dapat dianggap sebagai satu set layanan yang
disediakan untuk klien yang memakai layanan ini. Server dan
klien diperlakukan berbeda pada sistem ini.

2. Arsitektur objek terdistribusi


Dalam hal ini, tidak ada perbedaan antara server dan klien,
sistem dapat dianggap sebagai satu set objek yang
berinteraksi yang lokasinya tidak relevan. Tidak ada perbedaan
antara penyedia layanan dan user layanan .
1. ARSITEKTUR
MULTIPROSESOR
ARSITEKTUR MULTIPROSESOR

Model sistem terdistribusi yang paling sederhana adalah sistem


multiprosesor di mana sistem terdiri dari sejumlah prosesor yang
dapat (tidak mesti) berjalan pada beberapa prosesor yang
terpisah.
Sistem-sistem ini mengumpulkan informasi membuat keputusan
dengan menggunakan informasi ini, kemudian mengirim sinyal ke
aktuator yang memodifikasi lingkungan sistem.
Gambar 11.2
Sistem kontrol lalu lintas
multiprosesor
Contoh tipe sistem yaitu Gambar 11.2 Sistem kontrol lalu lintas
multiprosesor merupakan model yang disederhanakan dari sistem kontrol
lalu lintas. Satu set sensor terdistribusi mengumpulkan informasi dari lalu
lintas dan memproses informasi ini secara lokal sebelum mengirimnya ke
ruangan kontrol. Operasi mengambil keputusan dengan memakai
informasi ini dan memberi instruksi ke proses kontrol lampu lalu lintas
yang berbeda. Pada contoh ini, ada proses logika yang terpisah untuk
menangani sensor, ruangan kontrol, dan lampu lalu lintas. Proses-proses
logika ini bisa merupakan proses tunggal atau sekelompok proses. Pada
contoh ini, proses-proses berjalanan pada prosesor-prosesor yang
terpisah.
2. ARSITEKTUR
CLIENT SERVER
ARSITEKTUR CLIENT-SERVER

Pada arsitektur clien-server, suatu aplikasi dimodelkan sebagai satu


set layangan yang disediakan oleh server dan satu set klien yang
memakai layanan-layanan ini (Orfali dan Harkey, 1998).
Klien perlu menyadari keberadaan server yang tersedia, tetapi kita
biasanya tidak mengetahui keberadaan klien yang lain.
Klien dan server adalah proses yang berbeda, hal ini ditunjukkan pada
Gambar 11.3 Sistem client Server yang merupakan model logika dari
arsitektur client-server terdistribusi.
Gambar 11.3 Sistem client Server
Gambar 11.4 Komputer pada jaringan client server
Gambar11.4 Komputer pada jaringan client-server menunujukkan
arsitektur fisik sistem dengan enak komputer klien dan dua komputer
server. Sistem ini dapat menjalankan proses klient dan server yang
ditunjukkan pada Gambar 11.3. Membicarakan klien dan server, maka
yang dimaksud adalah proses logika ini, dan bukannya komputer fisik
di mana proses-proses ini berjalan.
Perancangan sistem client-server harus merefleksikan struktur logika
aplikasi yang sedang dikembangkan. Salah satu cara untuk
memandang aplikasi diilustariskan pada Gambar 11.5 yang
menunjukkan aplikasi yang distruktur menjadi tiga lapisan, yaitu:
1. Lapisan presentasi
2. Lapisan Pemrosesan aplikasi
3. Lapisan manajeman data
Gambar 11.5 Lapisan Aplikasi
Gambar 11.6 Thin client dan fat client
Arsitektur client-server yang paling sederhanan disebut arsitektur
client-server two-tier, di mana aplikasi diorganisir seperti server (atau
banyak server yang identik) dan satu set klien. Sebagaimana
diinlustrasikan pada gambar 11.6, arsitektur client server two-tier
memiliki 2 bentuk:
1. Model thin-client
2. Model fat-client
Gambar 11.7 Sistem ATM client-server
Sistem jaringan ATM diilustarikan pada Gambar 11.7. ATM tidak
terhubung langsung ke data base nasabah, tetap terhubung ke
monitorteleprocessing.
Menggunakan transaksi serial mengandung arti bahawa sistem
dapat pulih dari kesalahan tanpa merusak data sistem.
Gambar 11.8 Arsitektur client-server three-tier
Masalah yang penting dengan pendekatan two-tier clien server adalah
bahwa lapisan logika-presentasi, pemrosesan aplikasi, manajemen data
– harus dipetakan pada dua sistem komputer. Mungkin akan ada
masalah dengan dengan skalabilitas dan kinerja jika dipilih model thin-
client. Mungkin pula akan ada masalah manajemen sistem jikadipakai
model fat-client. Untuk menghindari masalah-masalah ini, pendekatan
alternatifnya adalah menggunakan arsitektur three-tier client server
(Gambar.11.8). Pada arsitektur ini, presentasi, pemrosesan aplikasi dan
manajemen data merupakan proses yang terpisah secara logika.
Gambar 11.9 Arsitektur distribusi sistem Internet banking
Sistem Internet banking merupakan satu contoh tipe sistem yang
dapat di implementasikan dengan menggunakan arsitektur three-er
client-server. Database nasabah bank (biasanya berada pada
komputer mainframe) menyediakan layanan manajemen data, web
server menyediakan layanan aplikasi sepeti fasilitas
untukmentrasfer uang tunai. Memunculkan kalimat-kalimat,
membayar tagihan, dll. Dan komputer nasabah dengan
browserInternet merupakan klien. Contoh ini diilustrasikan pada
Gambar 11.9. Sistem ini dapat diskala karena relatif mudah untuk
menembahkan web server baru dengan bertambahnya jumlah
nasabah.
3. ARSITEKTUR
OBJEK
TERDISTRIBUSI
Pada model client-server sistem terdistribusi, klien dan server
berbeda. Klienn menerima layanan dari server dan tidak dari
klien lainnya; server dapat bertindak sebagai klien dengan
menerima layanan dari server lain tetapi klien tidak meminta
layanan dari klien; klien harus mengetahui layanan yang
diberikan oleh server-server tertentu dan harus mengetahui
bagaimana menghubungi server-server ini.
Gambar 11.11 Arsitektur objek terdistribusi
Pendekatan yang lebih umum bagi sistem terdistribusi adalah
menghilangkan perbedaan antara klien dan server, dan merancang
arsitektur sistem sebagai arsitektur objek terdistribusi. Pada arsitektur objek
terdistribusi (Gambar 11.11) komponen-komponen sistem fundamental
merupakan objek yang menyediakaninterface bagi satu set layanan yang
mereka sediakan. Objek-onjek lain memanggil layanan ini tanpa adanya
perbedaan logika antara klien (peneria layanan) dan server (penyedia
layanan).
Kelebihan model arsitektur sistem terdistribusi adalah
 Model ini memungkinkan perancangan sistem menunda keputusan
mengenai di mana dan bagaimana layanan harus disediakan.
 Model ini merupakan arsitektur yang sangat terbuka yang
memungkinkan sumber daya harus ditambahkan jika perlu.
 Sistem ini fleksibel dan dapat diskala
 Rekonfigurasi sistem secara dinamis akan dimungkinkan dengan
objek bermigrasi melintasi jaringan bilamana diperlukan.
Arsitektur objek dapat digunakan dengan dua cara pada
perancangan sistem:

1. Sebagai model logika yang memungkinkan anda menstruktur dan


mengorganisir sistem.
2. Sebagai pendekatan yang fleksibel terhadap sistem client-server.
Gambar 11.12 Arsitektur distribusi sistem penambangan data
Contoh tipe sistem di mana arsitektur objek terdistribusi mungkin
cocok adalah sistem penambangan data (data mining), yang
mencari hubungan antara data yang tersimpan pada sejumlah
database yang berbeda (Gambar 11.12). Contoh aplikasi
penambangan data mungkin berupa kasus bisnis ritel yang
memiliki toko yang berbeda-beda jenisnya (katakanlah toko
makanan dan toko peralatan) dan mereka mencoba mencari
hubungan antara pembelian jenis makanan bayi mungkin juga
membeli wallpaper dengan tipe tertentu. Dengan pengetahuan
ini, bisnis tersebut kemudian dapat menargetkan pelanggan
makanan bayi dengan tawaran gabungan.
Arsitektur objek terdistribusi merupakan arsitektur yang cocok untuk
tipe aplikasi ini, dan bukan arsitektur client-server, berdasarkan tiga
alasan berikut:
1. Tidak seperti ATM (Misalnya), model logika sistem bukan salah
satu penyedia layanan di mana terdapat layanan manajemen
data yang nyata.
2. Cara ini memungkinkan jumlah database yang diakses
bertambah tanpa menggangu sistem.
3. Arsitektur ini memungkinkan tipe hubungan yang berbeda
ditambang (mined) dengan menambahkan objek integrator baru.
4. CORBA
DUA STANDAR UTAMA BAGI MIDDLEWARE
UNTUK MENDUKUNG KOMPUTASI OBJEK
TERDISTRIBUSI

1. CORBA (Common Object Request Broker Architecture)

CORBA merupakan satu set standar untuk middleware yang


diintegrasikan dengan sistem operasi Microsoft.

2. DCOM (Distributed Component Object Mode)

DCOM merupakan standar yang dikembangkan dan


implementasi oleh Microsoft dan diintegrasikan dengan sistem
operasi Microsoft.
Gambar 11.13 Struktur aplikasi terdistribusi berbasis CORBA
Visi OMG mengenai aplikasi terdistribusi ditunjukkan pada Gambar
11.13 yang adaptasi dari diagram Siegel untuk Object Management
Architecture (Siegel , 1998)
Visi ini mengusulkan agar aplikasi terdistribusi terbuat dari sejumlah
komponen yaitu:
1. Objek aplikasi
2. Objek Standar
3. Layanan CORBA
4. Fasilitas CORBA horizontal
Gambar 11.14 Kominikasi objek melalui ORB
Ada empat utama untuk standar CORBA yaitu:
1. Model objek untuk objek aplikasi dimana objek CORMA
2. Object Request Broken (ORB) yang menangani permintaan akan
layanan objek.
3. Satu set layanan objek yang merupakan layanan umum dan
mungkin diperlukan oleh banyak aplikasi terdistribusi.
4. Satu set komponen umum, yang dibangun di atas layanan-
layanan dasar yang mungkin, dibutuhkan oleh aplikasi ini.
Gambar 11.15 Komunikasi antar ORB
Ilustrasi Gambar 11.15, Pada contoh ini, jika objek o1 atau o2
meminta layanan dari o3 atau o4, deperlukan ORB yang terhubung
untuk berkomunikasi. Implementasi CORBA mendunkung
komunikasi ORB-keORB dengan menyediakan semua akses ORB
ke semua definisi interface IDL dan dengan mengimplementasikan
Generic Inter-ORB Protocol (GIOP) standar dari OMG. Protokol ini
mendefenisikan messege standar yang dapat dipertukarkan ORB
untuk implementasi invokasi objek jarak jauh dan transfer informasi.
Kerika dikombinasikan dengan protokol Internet TCP/IP, GIOP
memungkinkan ORB berkomunukasi melintasi Internet.
Beberapa contoh layanan generiknya adalah:
1. Layanan penamaan dan pertukaran yang memungkinkan objek
mengacu ke dan menentukan objek lain pada jaringan.
2. Layanan pengumuman yang memungkinkan objek memberitahu
objek lain bahwa telah terjadi suatu event (peristiwa).
3. Layanan transaksi yang mendukung transaksi atomik dan rollback
(kembali ke asal) jika ada kesalahan.
TERIMA
KASIH
“Semoga Bermanfaat”

Anda mungkin juga menyukai