Anda di halaman 1dari 12

RESUME

Arsitektur Sistem Informasi Perusahaan

Dosen:

Shofia Hardi, S.Kom., M.T.

Disusun Oleh:

Imam Wahyudi (190441100110)

PRODI SISTEM INFORMASI

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

BANGKALAN

2020
ARSITEKTUR SISTEM INFORMASI PERUSAHAAN

1.1. Pengertian Arsitektur Sistem Informasi

Sistem Informasi adalah sekumpulan perangkat keras dan perangkat lunak


yang dapat mentrasformasikan data dalam bentuk informasi yang berguna.

Arsitektur sistem informasi terkadang disebut juga sebagai arsitektur


teknologi informasi, arsitektur sistem informasi atau infrastruktur teknologi
informasi.Adapun beberapa definisi mengenai arsitektur sistem informasi
adalah sebagai berikut :

“Pemetaan atau rencana kebutuhan-kebutuhan informasi di dalam suatu


organisasi” (Turban, McLean, Wetherbe, 1999)

“Bentuk khusus yang menggunakan teknologi informasi dalam organisasi


untuk mencapai tujuan-tujuan atau fungsi-fungsi yang telah dipilih
“ (Laudon & Laudon, 1998)

“Desain sistem komputer secara keseluruhan (termasuk sistem jaringan)


untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan organisasi yang spesifik” (Zwass,
1998).

Arsitektur dari sistem merupakan sekumpulan dari model-model


terhubung yang menggambarkan sifat dasar dari sebuah sistem.
Keanekaragaman dari banyak model menggambarkan bagian berbeda dan
aspek atau pandangan yang berbeda dari suatu sistem.

Komponen merupakan blok pembangun sistem dapat dibangun dengan


cara menyatukan sekumpulan komponen berdasarkan aturan tertentu.
Pandangan yang berbeda dari tiap komponen bukan berarti komponen-
komponen tersebut berlaku sebagai sebuah sistem yang berdiri sendiri.
Biasanya, sudut pandang dari suatu sistem terbagi menjadi beberapa sudut
pandang yaitu sudut pandang bisnis, sudut pandang fungsional dan sudut
pandang teknis.

Masing-masing dari sudut pandang tersebut dapat dipecah lagi menjadi


beberapa bagian. Sebagai contoh, sudut pandang teknis dapat dipecah
menjadi sudut pandang software dan sudut pandang jaringan. Sedangkan
arsitektur sistem informasi dapat dipecah menjadi empat level yaitu:

1. Business architecture.

2. Functional architecture.

3. Software architecture.

4. Network architecture.

Arsitektur sistem informasi berguna sebagai penuntun bagi operasi


sekarang atau menjadi cetak-biru (blueprint) untuk arahan di masa
mendatang. Sedangkan tujuannya adalah agar bagian teknologi informasi
memenuhi kebutuhan bisnis strategis organisasi.

1.2. Tujuan Arsitektur Sistem Informasi

1. Sebagai penuntun bagi operasi sekarang atau menjadi cetak-biru


(blueprint) untuk arahan di masa mendatang.

2. Agar bagian teknologi informasi memenuhi kebutuhan bisnis strategis


organisasi.

1.3. Macam-macam Arsitektur Sistem Informasi

Arsitektur Sistem Informasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

1. Tersentralisasi (centralized)

Arsitektur ini telah populer semenjak tahun 1960-an, dengan


mainframe (komputer yang berukuran relatif besar yang ditujukan untuk
menangani data yang berukuran cukup besar, dengan ribuan terminal
untuk mengakses data dengan respon yang sangat cepat, dan melibatkan
ribuan bahkan jutaan transaksi) sebagai aktor utama yang melakukan
semua pemrosesan data.
Ciri utama dari arsitektural tersentralisasi ialah pemrosesan data
yang terpusat (komputasi terpusat), semua pemrosesan data dilakukan oleh
komputer yang ditempatkan di dalam suatu lokasi yang ditunjukan untuk
melayani semua pemakai dalam organisasi. Seiring dengan
berkembangnya teknologi informasi dominasi main frame pada
lingkungan dengan komputasi terpusat menjadi berkurang karena
kehadiran mini komputer dan mikro komputer (PC) yang memiliki
kemampuan lebih kecil tetapi dengan harga yang jauh lebih murah.

Kelebihannya:

a. Integitas data, artinya tidak ada sepotong data yang pernah harus
diulang dalam database..

b. lebih mudah untuk mengembangkan laporan yang menumjukkan


berbagal kegiatan.

c. Kemudahan pelatihan (itu adalah sistem yang sama untuk segala


sesuatu) yaitu jika semua proses (keanggotaan, rapat, produk, dll)
berada dalam database yang sama, maka pengguma hanya perlu
belajar satu sistem, bukan beberapa sistem.

d. Dukungan dengan sistem terpusat, dukungan difokuskan pada satu


produk

e. Sebuah sistem pada umummya efisien karena duplikasi berkurang,


kontrol yang lebih terpusat dan standansasi yang lebih.

f. Instalasi lebih aman.

g. Kontrol aman.

h. Biaya pemeliharaan murah.

i. Lebih mudah dalam membuat perencanaan strategis.

j. Lebih mudah melakukan pelatihan.

k. Hardware dan software terstandarisasi sehingga lebih mudah dalam


pemeliharaan.
Kekurangannya:

a. Risiko kegagalan seluruh system.

b. Biaya awal tinggi.

c. Keterlambatan dalam pekerjaan.

d. Kurangnya kerahasiaan.

e. Kerahasiaan dalam set up terpusatva tidak dapat dipertahankan


sebagai perintah dan arahan keputusan dari satu tempat disampaikan
kepada semua.

f. Jika ada masalah maka semua akan terkena dampaknya (kurang


fleksibel).

g. Sistem yang dibuat secara global, tidak spesifik sesuai kebutuhan


masing-masing bagian.

h. Pemrosesan di mainframe lebih lama (traffic padat).

i. Jika ingin merubah subsistem maka akan berdampak ke seluruh sistem


(kurang di kustomisasi).

2. Desentralisasi (decentralized)

Sistem pemprosesan data terdistribusi/ biasa disebut dengan komputasi


tersebar sebagai sistem yang terdiri atas sejumlah komputer yang tersebar
pada berbagai tempat yang dihubungkan dengan sarana telekomunikasi
dengan masing-masing komputer mampu melakukan pemrosesan yang
serupa secara mandiri, tetapi tetap bisa saling berinteraksi dalam
pertukaran data komputer.

Dengan kata lain, sistem pemrosesan data terdistribusi membagi sistem


pemrosesan data terpusat ke dalam masing-masing subsistem yang lebih
kecil, yang pada hakikatnya masing-masing subsistem tetap berlaku
sebagai sistem pemrosesan data terpusat (central).
Model sederhana sistem pemrosesan terdistribusi terdapat pada
sejumlah komputer yang terhubung dalam jaringan yang menggunakan
arsitektur peer-to-peer pada model ini komputer memiliki kontrol terhadap
resource misalnya data, printer atau cd-rom, tetap memungkinkan
komputer lain menggunakan sumber tersebut. Sistem seperti ini menjadi
pemandangan umum semenjak kehadiran PC yang mendominasi
perkantoran. Penerapan sistem terdistribusi biasa dilakukan pada dunia
perbankan. Setiap kantor cabang memiliki pemrosesan data tersendiri.
Namun, jika dilihat pada operasional seluruh bank bersangkutan, sistem
pemrosesan tersebut berupa sistem pemrosesan data yang terdistribusi.

Kelebhihannya:

a. Biaya pengembangan sistem akan lebh hemat karena pembuatan sistem


lebih spesifik dalam kebutuhan bisnis dan lebih mempunyai tanggung
jawab terhadap pengeluaran biaya.

b. Personil sistem informasi lebih agresif dalam menganalisis kebutuhan


sistem.

c. Personil sistem informasi memiliki tanggung jawab terhadap


pengeluaran biaya.

d. Kepuasan pemakai karena pengembangan sistem informasi


berorientasi kepada end user.

Kerugiannya:

a. Biaya perawatan akan lebih mahal karena hardware atau software tidak
terstandarisasi sehingga akan melibatkan banyak pakar.

b. Pengontrolan lebih sulit untuk dilakukan dan dimungkinkan akan


terjadi kekacauanan dalam sistem komputer.

c. Aplikasi dan data antar unit akan terasa lebih sulit.

d. Dalam melakukan tugas akan terjadi kemubadziran karena ketidak


sesuaian dalam menyediakan perangkat keras dan lunak
3. Client/server

Pada Arsitektur ini terbagi 2 (dua) yakni Client dan server. Client
adalah sembarang sistem atau proses yang melakukan suatu permintaan
data atau layanan ke server, sedangkan server merupakan suatu sitem yang
menjadi pusat data yang menyediakan data/layanan yang diminta oleh
Client.

Client mempunyai kemampuan untuk melakukan proses sendiri, ketika


sebuah Client meminta suatu data ke server maka server akan segera
menanggapinya dengan memberikan data yang diminta ke Client
bersangkutan dan setelah diterima oleh Client segera melakukan
pemrosesan. Model komputasi yang berbasis Client/server mulai banyak
diterapkan pada sistem informasi. Dengan menggunakan arsitektur ini,
sistem informasi dapat dibangun dengan menggunakan perangkat lunak
yang berbeda-beda.

Model-model Client/server:

a. Two Tier Client/server

Dalam model Client/server, pemrosesan pada sebuah aplikasi


terjadi pada Client dan server. Client/server adalah tipikal sebuah
aplikasi two-tier dengan banyak Client dan sebuah server yang
dihubungkan melalui sebuah jaringan. Aplikasi ditempatkan pada
komputer Client dan mesin database. dijalankan pada server jarak-
jauh. Aplikasi Client mengeluarkan permintaan ke database yang
mengirimkan kembali data ke Client-nya.

Dalam Client/server, Client-Client yang cerdas bertanggung jawab


untuk bagian dari aplikasi yang berinteraksi dengan user, termasuk
logika bisnis dan komunikasi dengan server database. Aplikasi-
aplikasi berbasis Client/server memiliki kekurangan pada skalabilitas.
Skalabilitas adalah seberapa besar aplikasi bisa menangani suatu
kebutuhan yang meningkat – misalnya, 50 user tambahan yang
mengakses aplikasi tersebut. Walaupun model Client/server lebih
terukur daripada model berbasis host, masih banyak pemrosesan yang
terjadi pada server. Dalam model Client/server semakin banyak Client
yang menggunakan suatu aplikasi, semakin banyak beban pada server.

Koneksi database. harus dijaga untuk masing-masing Client.


Koneksi menghabiskan sumber daya server yang berharga dan masing-
masing Client tambahan diterjemahkan ke dalam satu atau beberapa
koneksi. Logika kode tidak bisa didaur ulang karena kode aplikasi ada
dalam sebuah pelaksanaan executable monolitik pada Client. Ini juga
menjadikan modifikasi pada kode sumber sulit. Penyusunan ulang
perubahan itu ke semua komputer Client juga membuat sakit kepala.

b. Three-Tier/Multi-Tier

Model Three-tier atau multi-tier dikembangkan untuk menjawab


keterbatasan pada arsitektur Client/server. Dalam model ini,
pemrosesan disebarkan di dalam tiga lapisan (atau lebih jika diterapkan
arsitektur multitier). Lapisan ketiga dalam arsitektur ini masing-masing
menjumlahkan fungsionalitas khusus, yaitu:

1) Layanan presentasi (tingkat Client)

2) Layanan bisnis (tingkat menengah)

3) Layanan data (tingkat sumber data)

Arsitektur Three Tier merupakan inovasi dari arsitektur Client


Server. Pada arsitektur Three Tier ini terdapat Application Server yang
berdiri di antara Client dan Database. Server. Contoh dari Application
server adalah IIS, WebSphere, dan sebagainya.

Application Server umumnya berupa business process layer,


dimana bisa didevelop menggunakan PHP, ASP.Net, maupun Java.
Sehingga kita menempatkan beberapa business logic kita pada tier
tersebut. Arsitektur Three Tier ini banyak sekali diimplementasikan
dengan menggunakan Web Application. Karena dengan menggunakan
Web Application, Client Side (Computer Client) hanya akan
melakukan instalasi Web Browser.

Kelebihan arsitektur Three Tier:

1) Segala sesuatu mengenai database. terinstalasikan pada sisi server,


begitu pula dengan pengkonfigurasiannya. Hal ini membuat harga
yang harus dibayar lebih kecil.

2) Apabila terjadi kesalahan pada salah satu lapisan tidak akan


menyebabkan lapisan lain ikut salah.

3) Perubahan pada salah satu lapisan tidak perlu menginstalasi ulang


pada lapisan yang lainnya dalam hal ini sisi server ataupun sisi
Client.

4) Keamanan dibelakang firewall. Transfer informasi antara web


server dan server database optimal.

5) Komunikasi antara sistem-sistem tidak harus didasarkan pada


standart internet, tetapi dapat menggunakan protocol komunikasi
yang lebih cepat dan berada pada tingkat yang lebih rendah.

6) Penggunaan middleware mendukung efisiensi query database.


dalam SQL di pakai untuk menangani pengambilan informasi dari
database..

c. Aplikasi N-Tier

Penggunaan lebih dari satu database. sangat memungkinkan saat


sebuah perusahaan telah memiliki divisi yang cukup besar dimana
harus memiliki database. tersendiri. Dalam kasus penggunaan lebih
dari satu server database, Anda perlu mengimplementasikan strategi
development yang berbeda, pendekatan yang baik adalah dengan
menggunakan model n-tier. Huruf “n” pada n-tier menunjukkan
variabel numerik yang dapat berisi angka sebanyak apapun, misalnya
3-tier, 4-tier dan seterusnya. Karena itu sebuah aplikasi n-tier memiliki
3 atau lebih tingkatan logical, umumnya aplikasi n-tier saat ini
menggunakan 3-tier.

Sebuah sistem 3-tier menyediakan support multi-user yang stabil,


bahkan saat pada Client menjalankan aplikasi yang berbeda, juga dapat
mendayagunakan beberapa database. yang digunakan secara
bersamaan. Dalam pembahasan berikut ini, akan dijelaskan contoh
kasus penerapan 3-tier. Bayangkan sebuah sistem 3-tier, yang terdiri
dari Client, business dan database.

Keuntungan Dan Kerugian n-tier:

Diantara keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari


arsitektur n-tier (atau 3-tier pada umumnya), yang terutama adalah:

1) Kemudahan perubahan business logic di masa yang akan


dating.

2) Business logic yang mudah diimplementasi dan dipelihara.

3) Aplikasi Client dapat mengakses berbagai tipe DBMS yang


berbeda-beda secara transparan.

Apakah terdapat kerugian n-tier? Mungkin lebih tepat dikatakan


sebagai konsekuensinya, yaitu sistem n-tier relatif mahal untuk
development dan instalasinya. Hal ini dikarenakan perencanaan
software pada 3-tier bisa jadi sangat kompleks. Bahkan pada awal tahap
perencanaan, Anda telah harus mempertimbangkan potensi
pengembangan perusahaan pada masa yang akan datang. Kompleksitas
dalam hal ini meliputi seluruh aspek, baik infrastruktur maupun
pembuatan software secara keseluruhan.

Sementara dalam suatu perusahaan, semakin besar perubahan


sistem yang dilakukan, maka akan semakin memerlukan adaptasi yang
semakin luas ruang lingkupnya. Karena itu secara otomatis memerlukan
rentang waktu relatif lebih lama.
Terutama jika sistem 3-tier tersebut akan menggantikan sistem
yang telah lama digunakan, terdapat cukup banyak tantangan untuk
sosialisasi sistem yang baru. Dalam hal ini, interaksi dan komunikasi
dengan pengguna sistem secara keseluruhan sangat diperlukan. Karena
itu terdapat dua sisi yang harus Anda temukan titik imbangnya, antara
keuntungan-keuntungan yang dapat diraih oleh arsitektur aplikasi n-tier
berbanding dengan biaya, tenaga dan waktu yang diperlukan untuk
development dan implementasinya.

1) Arsitektur file server.

2) Model pertama Client/server.

3) Semua pemrosesan dilakukan pada sisi workstation.

4) Satu atau beberapa server terhubungkan dalam jaringan.

5) Server bertindak sebagai file server.

6) File server bertindak sebagai pengelola file dan memungkinkan


klien mengakses file tersebut.

7) Setiap klien dilengkapi DBMS tersendiri.

8) DBMS berinteraksi dengan data yang tersimpan dalam bentuk file


pada server

Keuntungannya:

a. Mengurangi dampak dari traffic padat.

b. Jika salah satu unit mati maka yang lain masih dapat digunakan.

c. Pemrosesan data lebih cepat karena Client dapat mengolah data


sendiri.

d. Sebuah Server Client Bisa ditingkatkan dengan banyak layanan yang


juga dapat digunakan oleh beberapa pengguna.
Kekurangannya:

a. Kurangnya skabilitas.

b. Koneksi database. dijaga.

c. Tidak ada keterbaruan baru.

Anda mungkin juga menyukai