Nurjanah
C Nurin
Yayan M
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, pembahasan mengenai agama dan negara merupakan hal yang
menjadi topik tersendiri bagi berbagai pihak. Dalam suatu negara kehidupan
beragama menjadi pilihan bagi warganya karena hal tersebut merupakan hak
asasi bagi setiap manusia. Namun dalam menjalankan kehidupan bernegara,
menghubungkan antara agama dan negara menjadi polemik di antara
berbagai pihak yang lain.
Hubungan Negara
& Agama dalam Hubungan Negara
Politik Islam & Agama di
Indonesia
Hubungan
Negara & Agama Definisi Negara &
dalm Politik Agama
Barat
A. Definisi Agama dan Negara
Menurut Bahrun Rangkuti (seorang muslim cendekiawan)
pengertian agama berasal dari bahasa Sansekerta; a-ga-ma. A (panjang)
artinya adalah cara, jalan, The Way, dan gama adalah bahasa Indo Germania;
bahasa Inggris Togo artinya jalan, cara-cara berjalan, cara-cara sampai kepada
keridhaan kepada Tuhan.
Agama adalah kekuatan supranatural yang diyakini berada di atas kekuatan
manusia yang didorong oleh kelemahan dan keterbatasannya.
Harun Nasution mengatakan bahwa agama dilihat dari sudut muatan atau isi
Definisi Agama yang terkandung di dalamnya merupakan suatu kumpulan tentang tata cara
mengabdi kepada Tuhan yang terhimpun dalam suatu kitab, selain itu beliau
mengatakan bahwa agama merupakan suatu ikatan yang harus dipegang dan
dipatuhi.
R.R. Marett, seorang ahli antropologi Inggris mengatakan bahwa definisi dan
pengertian agama itu menyangkut lebih dari pada hanya pikiran, yaitu
perasaan dan kemauan juga, dan dapat memanifestasikan dirinya menurut
segi-segi emosionilnya walaupun idenya kabur.
A. Definisi Agama dan Negara
Roger H. Soultau: negara didefinisikan sebagai agency (alat) atau authority
(wewenang) yang mengatur atau mengendalikan persoalan – persoalan
bersama, atas nama masyarakat.
. Paradigma Integralistik
Menurut paradigma integralistik, konsep hubungan agama dan negara merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Keduanya merupakan dua lembaga yang menyatu (integrated). Ini memberikan pengertian bahwa
negara merupakan suatu lembaga politik dan sekaligus lembaga agama. Konsep ini menegaskan bahwa Islam
tidak mengenal pemisahan antara agama dan politik (negara). Paradigma integralistik ini dianut oleh kelompok
Islam Syi’ah.
Paradigma Simbiotik
Menurut paradigma simbiotik, hubungan agama dan negara dipahami saling membutuhkan dan bersifat timbal
balik. Agama membutuhkan negara sebagai instrumen dalam melestarikan dan mengembangkan agama. Begitu
juga sebaliknya, negara memerlukan agama, karena agama juga membantu negara dalam pembinaan moral, etika,
dan spiritualitas.
Paradigma sekularistik
Menurut paradigma sekularistik, ada pemisahan (disparitas) antara agama dan negara. Agama dan negara
merupakan dua (2) bentuk yang berbeda dan satu sama lain memiliki garapan bidangnya masing-masing,
sehingga keberadaannya harus dipisahkan dan tidak boleh satu sama lain melakukan intervensi (campur tangan).
C. Hubungan Negara dan Agama dalam Tinjauan Politik Barat
Hubungan Agama dan Negara yang Hubungan Agama dan Negara yang
Bersifat Antagonistik . Maksud bersifat Akomodatif
hubungan antagonistik adalah sifat Maksud hubungan akomodatif adalah
hubungan yang mencirikan adanya sifat hubungan dimana negara dan
ketegangan antar negara dengan islam agama satu sama lain saling mengisi
sebagai sebuah agama. Sebagai bahkan ada kecenderungan memiliki
contohnya adalah kesamaan untuk mengurangi
Pada masa kemerdekaan dan sampai konflik( M. imam Aziz et.al.,1993: 105).
pada masa revolusi politik islam Pemerintah menyadari bahwa umat
pernah dianggap sebagai pesaing islam merupakan kekuatan politik yang
kekuasaan yang dapat mengusik basis potensial, sehingga Negara
kebangsaan negara mengakomodasi islam.
A. Kesimpulan
Negara adalah suatu wilayah dimana didalamnya terdapat kumpulan masyarakat yang memiliki kekuasaan
politik, ekonomi, militer, dan budaya. Sebuah Negara biasanya dipimpin oleh yang namanya pemerintah.
Pemerintah merupakan penguasa tertinggi dalam suatu wilayah yang disebut negara.
Setiap agama memiliki keyakinan dan ajaran yang berbeda satu sama lain, namun pada dasarnya setiap agama
mengajarkan sikap saling menghormati, menghargai, serta hidup berdampingan secara damai dengan pemeluk
agama yang lain. Maka, negara dan masyarakat berkewajiban mengembangkan kehidupan beragama yang
penuh dengan toleransi dan saling menghargai berdasarkan nilai kemanusiaan yang beradab.
DAFTAR PUSTAKA