Anda di halaman 1dari 15

Oleh : LG

Fadhail Ramadhan:
Bulan tempat turunnya al-Qur’an, sebagaimana dituturkan
Allah dalam surat al-Baqarah: 185. Ayat pertama yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. di Gua Hira’ adalah
Iqra’, diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan 13 SH (sebelum
Hijrah) atau bulan Juli 610 M. Karena itu, bulan ini juga disebut
syahr al-Qur’an (bulan al-Qur’an).
Bulan dimana ummat Islam diwajibkan untuk berpuasa selama
sebulan penuh di bulan tersebut. Maka, bulan ini juga disebut
syahru as-shiyam. Allah pun menetapkan puasa dan al-Qur’an
sebagai pemberi syafaat pada Hari Kiamat (HR Ahmad, at-
Thabrani dan al-Hakim). Di bulan ini, malaikat pun akan
memintakan ampunan untuk orang yang berpuasa selama
berpuasa hingga berbuka. Dan, Allah pun memberikan
ampunan untuk mereka di akhir malam bulan Ramadhan.
ٍ َ‫شَه ُْر َر َمضَ َان اذَّل ِ َي ُأ ِنز َل ِفي ِه الْ ُق ْرآ ُن هُدً ى ِل ّلنَّ ِاس َوب َ ِي ّن‬
‫ات ِ ّم َن‬
١٨٥- َ ‫الْهُدَ ى َوالْ ُف ْرقَ ِان‬-
Bulan Ramadlan adalah (bulan) yang di dalamnya
diturunkan al-Quran, sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan
yang batil).
Di bulan ini, Allah telah menjadikan salah satu
malamnya, sebagai Lailatu al-Qadar, yaitu satu malam
yang nilainya lebih baik dibanding seribu bulan (Q.s.
al-Qadar [97]: 1-5), Maka, satu perbuatan baik yang
dilakukan di malam itu nilainya masih lebih baik
ketimbang perbuatan yang sama dilakukan selama
seribu bulan. Itulah malam Lailatu al-Qadar, yang
hanya ada di bulan Ramadhan.
Nabi menuturkan, “Jika memasuki bulan Ramadhan,
maka semua pintu langit dibuka, dan pintu-pintu
neraka Jahannam ditutup, sementara syaitan
dibelenggu.” (HR al-Bukhari, Muslim, an-Nasai
dan Ibn Hibban).
Pahala perbuatan baik di bulan Ramadhan juga
dilipatgandakan oleh Allah. Melakukan satu amalan
sunnah, pahalanya sama dengan amalan fardhu di
bulan lain. Melakukan satu amalan fardhu, nilainya
dilipatgandakan menjadi 70 kali di bulan lain. Karena
itu, Nabi menggunakan bulan ini untuk
melipatgandakan amal shalih. Dalam riwayat Ibn
‘Abbas, dituturkan, bahwa Nabi adalah orang paling
dermawan, dan lebih dermawan lagi ketika bulan
Ramadhan, saat Jibril menemui baginda saw. untuk
mengecek hapalan al-Qur’an baginda saw.
Karena itu, para sahabat dan generasi kaum Muslim setelahnya
menjadikan bulan Ramadhan ini sebagai bulan jihad, selain
karena perintah berjihad fi sabilillah itu diturunkan pada bulan
Ramadhan, juga banyak sekali kemenangan yang ingin mereka
raih di bulan suci ini, karena taqarrub mereka kepada Allah
SWT.
Tercatatlah sejumlah peristiwa penting pada bulan Ramadhan:
(1) Nabi mengirim detasemen Hamzah untuk menghadang
rombongan kaum Quraisy yang datang dari Syam menuju ke
Makkah; (2) Perang Badar Kubra meletus pada Hari Jum’at, 17
Ramadhan 2 H. Dalam peristiwa ini, pasukan kaum Muslim
dibantu oleh 5000 malaikat (Q.s. Ali ‘Imran [03]: 125); (3)
Penaklukkan kota Makkah, tepatnya pada bulan Ramadhan 8
H. Pada saat itulah, turun perintah untuk menghancurkan
berhala dari sekitar Ka’bah. Karena itu, bulan Ramadhan juga
dikenal sebagai syahru al-jihad wa al-intishar (bulan Jihad dan
Kemenangan).
Kiat Sukses Mengisi Ramadhan:
Menyadari kemuliaan bulan ini. Dengan begitu, tidak akan
menyia-nyiakan kesempatan emas bulan suci ini. Sekedar
contoh, jika 1 perbuatan wajib nilainya 70 kali perbuatan wajib
di luar bulan Ramadhan, maka jika dikalkulasi dalam 1 hari ada
5 kali shalat dan 1 puasa, berarti 6 perbuatan wajib dikalikan 70,
sama dengan 420. Dalam sehari saja, minimal seorang Muslim
akan mendapatkan pahala setara dengan 420 perbuatan wajib
di luar bulan Ramadhan. Jika nilai ini dikalikan 30 hari, maka
dia akan mendapatkan 12,600 kali perbuatan wajib. Itu baru 6
kali perbuatan wajib, lalu bagaimana kalau dia berdakwah, yang
nota bene hukumnya wajib? Pasti pahalanya lebih banyak lagi.
Belum lagi kalau ditambah dengan perbuatan sunah.
Menyadari diri tidak bebas dari dosa (ma’shum), maka
Ramadhan harus dijadikan kesempatan emas untuk meraih
ampunan dan melipatgandakan amal shalih.
Program Kegiatan Ramadhan

Mempunyai program pribadi selama Ramadhan,


antara lain:
Sifat Keterangan
No Jenis Kegiatan
Harian Bulanan/Tahunan Jalan Tidak Substitusi
1 Taubatan nashuha 1
2 Menjaga pendengaran,
lisan dan mata dari
perkara yang
diharamkan, baik di siang 1
hari maupun di malam
hari bulan Ramadhan
3 Menjaga amalan-amalan
sunah dan nafilah 1

4 Menjaga shalat rawatib (5


waktu) berjamaah di 1
masjid
5 Berkeingan kuat untuk
menjadi saksi adzan,
iqamat, takbiratul ihram
bersama imam, dan 1
berdiri di baris terdepan
6 Menjaga shalat Tarawih, shalat
syaf’ (shalat 2-10 rakaat) 1
sebelum witir, dan witir
7 Menjaga qiyamullail 1
8 Membaca minimal 1 juz
1

9 Menghapal sebagian ayat al-


1
Qur’an
10 Menghapal satu hadits atau
lebih tiap hari 1

11 Silaturrahmi kepada kerabat


1

12 Bergaul dengan kaum Muslim


dan mengetahui keadaan 1
mereka
13 Dzikir dan mengingat Allah
serta mensucikannya setiap
waktu, disertai menjaga dzikir 1
waktu Subuh dan petang
14 Berinfaq suka rela dengan
memberi makan satu atau lebih
orang yang berpuasa tiap hari, 1
meski hanya dengan satu buah
kurma
15

16 Menjaga shalat Dhuha setiap


1
hari
17 Melakukan shalat dua rakaat
1
setelah berwudhu’
18 Menghadiri majlis ilmu 1
19 Mempelajari minimal satu bab
1
fiqih setiap hari
20 Membaca ringkasan Sirah Nabi
1
dan Akidah
21 Berusaha mendamaikan atau
menyelesaikan urusan orang 1
yang bermasalah.
22 Berdoa saat berbuka
sebagaimana doa yang diajarkan
Nabi 1

23 Dermawan dan membantu


orang lain 1

24 Berdakwah kepada Allah, amar


makruf dan nahi munkar 1

25 Menolong kaum Muslim yang


berjihad di manapun 1

26 Menyegerakan buka, dan


mengakhirkan sahur 1

27 Berbakti kepada kedua orang


tua, baik yang masih ada,
maupun telah tiada 1

28 Melakukan i’tikaf pada sepuluh


terakhir di bulan Ramadhan 1
29 Melaksanakan umrah, karena
umrah di bulan Ramadhan
sama dg ber haji bersama
Rasulullah saw 1

30
1

31 Membayar zakat 1
32

33
1

Jumlah
Hukum-hukum Penting Seputar
Ramadhan
Wajib: Dalam hal ini ada beberapa hukum yang harus
dilaksanakan oleh seorang Muslim: (1) Memonitor datangnya
awal Ramadhan dengan merukyat hilal. Ini hukumnya fardhu
kifayah. Jika tidak menemukan hilal, maka hitungan bulan
Sya’ban digenapkan menjadi 30 hari. (2) Niat berpuasa
Ramadhan, dan tempatnya di dalam hati. (3) Mencegah
masukkan apapun ke dalam salah satu lubang di dalam tubuh
secara sengaja, baik telinga, hidung, kemaluan maupun dubur.
(4) Menahan diri dari berhubungan badan (jimak). (5) Menahan
diri dari mengeluarkan sperma secara sengaja, baik berciuman
maupun onani. (6) Tidak muntah dengan sengaja. Karena
sengaja muntah bisa membatalkan puasa.
Sunnah: Adapun perkara yang disunnahkan adalah: (1)
Mengakhirkan sahur. (2) Menyegerakan buka puasa, baik
dengan kurma, atau air sebelum shalat Maghrib. (3) Dermawan
di bulan Ramadhan. (4) Mengkaji dan mendalami al-Qur’an. (5)
I’tikaf di masjid, terutama pada hari sepuluh terakhir di bulan
Ramadhan, karena ini merupakan kebiasaan Rasulullah saw.
Mubahat: Perkara yang dibolehkan: (1) Siwak dan gosok gigi.
(2) Mencicipi makanan, selama tidak masuk ke tenggorokan. (3)
Menggunakan celak mata. (4) Infus cairan bukan untuk asupan
makanan. (5) Memeriksa darah, dengan mengambil sample
darah, karena yang diambil hanya setetes atau dua tetes darah.
(6) Muntah dengan tidak sengaja
Mubtilat as-Shaum: Beberapa perkara yang bisa membatalkan
puasa: (1) Makan, minum dengan sengaja. (2) Jimak dan
mengeluarkan sperma dengan sengaja. (3) Haid dan nifas. (4)
Sengaja muntah. (5) Memasukkan sesuatu dengan sengaja ke
dalam salah satu lubang tubuh (mulut, hidung, telinga, kemaluan
dan dubur). (6) Transfusi darah bagi orang sakit yang
membutuhkan darah. (7) Bekam dan donor darah, karena ada
hadits yang menyatakan, “Berbuka orang yang membekam dan
dibekam.” (8) Infus cairan dalam tubuh untuk asupan makanan.
Udzur: Ada tiga: (1) Udzur yang mewajibkan berbuka dan haram
berpuasa. Jika berpuasa, malah tidak sah. (2) Udzur yang
dibolehkan tidak berpuasa, bahkan adakalanya wajib. (3) Udzur
yang membolehkan tidak berpuasa, boleh jadi dalam kondisi
tertentu wajib tidak berpuasa dan wajib mengganti, atau boleh
berpuasa dan tidak, dan jika tidak berpuasa, maka wajib
mengganti. Misalnya seperti orang sakit dan bepergian.

Anda mungkin juga menyukai