Anda di halaman 1dari 14

SISTEM PEMILU

DI INDONESIA
Pengertian Sistem Pemilu

Sistem pemilu adalah metode


mengkonversi perolehan suara pemilih
dalam sebuah pemilu, menjadi kursi yang
dimenangkan oleh partai politik dan/atau
kandidat (IDEA, 2005).
Mengapa sistem Pemilu penting?
1. Memengaruhi hasil pemilu.
2. Memengaruhi sistem kepartaian.
3. Memengaruhi perilaku politik
masyarakat.
4. Memengaruhi stabilitas politik.
Perangkat Utama Sistem Pemilu
1. Besaran daerah pemilihan (district
magnitude)
2. Pencalonan
3. Proses pemberian suara
4. Formula penghitungan kursi dan kandidat
DUA VARIAN UTAMA SISTEM PEMILU
Sistem Pluralitas/Mayoritas
• Penekanan pada suara terbanyak.
• Sistem pemilu di mana pemilih memilih
kontestan (orang) dan pemenang pemilu
adalah wakil yang memperoleh suara
terbanyak dibandingkan dengan calon
yang lain.
Sistem Proporsional
Sistem pemilu yang menjamin adanya
perimbangan atau proporsionalitas,
antara perolehan suara dengan
perolehan kursi oleh partai politik
dalam pemilu.
CIRI UTAMA SISTEM PEMILU
Pluralitas/ Mayoritas Proporsional
• Daerah Pemilihan umumnya Single • Daerah Pemilihan (Multi
Member/anggota tunggal. member/multi anggota)
• Pencalonan dapat dilakukan oleh • Pencalonan dilakukan oleh partai
partai dan oleh perorangan. politik.
• Pemberian suara umumnya untuk • Pemberian suara bisa umumnya
kandidat.
untuk partai politik dan/atau
• Formula keterpilihan: kandidat.
Pluralitas (suara pemenang lebih kecil
dibanding total yang kalah) • Formula keterpilihan berdasarkan
Mayoritas (suara pemenang lebih besar proporsi berimbang (metode
dibanding gabungan suara yang kalah) penghitungan)
• Tidak terdapat Parliamentary • Ada Parliamentary threshold formal
Threshold formal
KELEBIHAN
Mayoritas/Pluralitas • Proporsional

1. Dapat membatasi jumlah partai politik. 1. Lebih mewakili keragaman kelompok


masyarakat, termasuk minoritas).
2. Membentuk pemerintahan yang kuat
karena meraih suara mayoritas. 2. Cukup akurat menerjemahkan
proporsi perolehan suara dengan
3. Membentuk oposisi yang kuat.
kursi.
4. Menciptakan hubungan yang kuat antara
3. Sedikit suara terbuang (tidak
wakil dan konstituen.
dihitung).
5. Sederhana, mudah dipahami
4. Menciptakan sistem multipartai
6. Mudah dihitung. untuk mengakomodasi keragaman
politik di masyarakat.
KELEMAHAN
Mayoritas/Pluralitas Proporsional

• Banyak suara terbuang sehingga • Hubungan antara wakil dan


partai kecil tidak terwakili. konstituen cenderung lemah.
• Sulitnya kelompok minorotas dan • Dominasi partai politik.
perempuan untuk terpilih. • Sulit membentuk pemerintahan
• Kursi yang dimenangkan tidak yang efektif dan stabil (tidak ada
proporsional dengan perolehan partai mayoritas di parlemen).
suara. • Proporsional dengan model
• Rawan terhadap manipulasi terbuka lebih sulit dipahami,
pembentukan daerah pemilihan. tidak sederhana dalam
penghitungan suara.
Sistem Pemilu di Indonesia
Metode Konversi Suara
Pluralitas/Mayoritas Proporsional
KESIMPULAN
Ada dua varian utama sistem pemilu di dunia:
1. Mayoritas/distrik
2. Proporsional.
Adaptasi sistem pemilu oleh satu negara dipengaruhi oleh
banyak faktor baik sosial, politik, budaya, dan
sebagainya.
Indonesia menerapkan kedua varian sistem pemilu untuk
memilih presiden, kepala daerah, DPD, dan DPR/DPRD.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai