BUDIDAYA PADI

TEKNOLOGI SALIBU (BPTS)

Oleh
ROSNIDEL,S.Pt
KOORDINATOR BALAI PENYULUHAN PERTANIAN
KEC. LIMA KAUM
I. PENDAHULUAN
 DITENGAH RUMITNYA UPAYA PENINGKATAN
PRODUKSI BERAS NASIONAL, TERNYATA SEJAK
TAHUN 2007 DI KABUPATEN TANAH DATAR
ADA SUATU INOVASI TEKONOLOGI
SEDERHANA TELAH DIKEMBANGKAN OLEH
MASYARAKAT DAN SANGAT MUDAH
DILAKSANAKAN, INOVASI TERSEBUT ADALAH
“TEKNOLOGI PADI SALIBU”
 PADI SALIBU ADALAH SEBUTAN OLEH
MASYARAKAT SUMATERA BARAT TERHADAP
TUNAS PADI YANG TUMBUH DARI PANGKAL
POTONGAN BATANG PADI YANG TELAH DI
PANEN . DI DAERAH LAIN ORANG
MENYEBUTNYA PADI RATUN, SINGGANG PADI,
PADI SULI, PADI BERLANJUT (PARLANJUT) Dan
LAIN-LAIN, SESUAI BAHASA DERAH MASING-
MASING.

 SELAMA INI PADI SALIBU HANYA DIJADIKAN

HIJAUAN MAKANAN TERNAK, KARENA GABAH
YANG DIHASILKAN TIDAK MENGUNTUNGKAN
SECARA EKONIMIS.
 DENGAN
SENTUHAN TEKNOLOGI
SEDERHANA TERNYATA DAPAT
MENDATANGKAN HASIL YANG
SANGAT LUAR BIASA.

KARENA BANYAK MERAIH

KEUNTUNGAN
KALAU KITA LIHAT DARI KEUNTUNGANNYA
ADALAH SEBAGAI BERIKUT :
 1. MAMPU MENINGKATKAN HASIL DENGAN IP
3-4 PER TAHUN ( 3-4 KALI PANEN )
 2. MENGHEMAT BIAYA PRODUKSI HINGGA 50 %
 3. MENGHEMAT BIAYA BENIH

 4. MENGHEMAT AIR

 5. MENGHEMAT TENAGA KERJA HINGGA 25 %

 6. PELUANG PENGEMBALIAN BAHAN ORGANIK

LEBIH BESAR TERUTAMA DARI SISA

POTONGAN SETELAH PANEN
Caranya adalah :

 DENGAN MEMBABAT BATANG BAWAH

PADI SETELAH DIPANEN UNTUK
MENGHASILKAN TUNAS SALIBU
SELANJUTNYA TUNAS-TUNAS
TERSEBUT DIPELIHARA, DIPUPUK,
DISIANG DAN TERNYATA MAMPU
MENGHASILKAN GABAH KERING
PANEN 5,6 – 7,5 TON/HA.
 PADA SEBIDANG LAHAN SAWAH YANG SAMA,
SEKALI MENANAM DAPAT DIPANEN DUA
SAMPAI EMPAT KALI DENGAN PRODUKTIFITAS
TIAP KALI PANEN RELATIF SAMA.
 SEMENJAK TAHUN 2012 BPTP SUMBAR MULAI
MELIRIK INOVASI TEKNOLOGI TERSEBUT DAN
MELAKUKAN PENGKAJIAN DI TANAH DATAR
DAN TELAH TERBUKTI SECARA ILMIAH BAHWA
Teknologi padi salibu memang
unggul
Dibanding cara
konvensional.
 SEHINGGA SETAHUN TERAKHIR TELAH
BANYAK BERDATANGAN PETANI DAN
PENYULUH DARI DAERAH LAIN UNTUK
BELAJAR KE TANAH DATAR

 TIDAK SAJA DARI KABUPATEN LAIN

DALAM WILAYAH SUMATERA BARAT
TETAPI JUGA DARI PROPINSI LAIN DI
INDONESIA.
PERMASALAHAN YANG HARUS DIBAHAS
(A) BAGAI MANA CARA PELAKSANAAN TEKNOLOGI PADI SALIBU OLEH
MASYARAKAT TANI DILAPANGAN

(B) BAGAIMANA PROSES YANG TERJADI PADA TUBUH TANAMAN

KETIKA DIBERIKAN PERLAKUKAN DENGAN TEKNOLOGI SALIBU,
SEHINGGA BISA LEBIH UNGGUL DIBANDING CARA
KONVENSIONAL.

(C ) SEBERAPA JAUH KEUNGGULAN DAN KEUNTUNGAN SISTEM

BUDIDAYA PADI DENGAN TEKNOLOGI SALIBU DIBANDINGKAN
DENGAN BUDIDAYA PADI CARA KONVENSIONAL

(DILIHAT DARI SISI EFISIENSI TENAGA, BIAYA DAN WAKTU YANG

DIGUNAKAN UNTUK SATU KALI MUSIM TANAM)
(D) . BAGAIMANA PERBANDINGAN HASIL
PERLAKUAN TANAMAN PADI SAWAH
DENGAN TEKNOLOGI SALIBU

(DIBANDING DENGAN CARA

KONVENSIONAL)
DILIHAT DARI ASPEK FINANCIAL.
 
TUJUAN DAN MANFAAT
 TUJUAN PADI SALIBU ADALAH :
UNTUK MERINGANKAN PETANI DITINJAU DARI
SEGI BIAYA PRODUKSI ( MEMPERKECIL
BIAYA/KOST USAHATANI)
 MANFAAT :

MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS LAHAN

SAWAH PER TAHUN SERTA UNTUK
PENINGKATAN PENDAPATAN DAN
KESEJAHTERAAN PETANI
II. TEKNIS PELAKSANAAN
A. PERSIAPAN
 PERSIAPAN PELAKSANAAN TELAH DIAWALI SEJAK

TANAMAN YANG AKAN DIJADIKAN SALIBU TERSEBUT

SEJAK UMUR MENJELANG PANEN.

 TANAMAN PADI YANG AKAN DI LANJUTKAN DENGAN

SYSTEM BUDIDAYA PADI MENGGUNAKAN TEKNOLOGI
SALIBU JANGAN DIPANEN TERLALU TUA

 KARENA DALAM KONDISI DEMIKIAN BATANG PADI

TELAH BANYAK YANG MULAI RUSAK SEHINGGA
TUNAS SALIBUNYA JADI TIDAK SERAGAM MALAH
BANYAK YANG TIDAK TUMBUH.
 PADA KONDISI LAHAN YANG TERLALU
KERING, SETELAH PANEN SEGERA GENANGI
AIR SEDALAM ± 5 CM DARI PERMUKAAN
TANAH SELAMA 2-3 HARI

 KEMUDIAN SALURAN PEMBUANGAN DILEPAS

KEMBALI.

 TUJUANNYA : UNTUK MENJAGA

KELEMBABAN TANAH DAN UNTUK
MENGHINDARI AGAR SISA BATANG PADI
YANG MASIH BERDIRI SETELAH DIPANEN
TIDAK MATI KEKERINGAN.
B. PEMOTONGAN PANGKAL BATANGDAN PEMBERSIHAN JERAMI

 Secara alamiah pada ruas batang padi yang

tersisa setelah dipotong ketika panen, ± 5
hari kemudian akan bermunculan tunas-
tunas baru yang disebut dengan istilah
salibu.

 Tunas-tunas tersebut bermunculan secara

tidak beraturan ada yang muncul diruas
sebelah ujung, ditengah, dan ada yang
muncul dibagian pangkal batang.
 SETELAH DIAMATI TERNYATA SEMAKIN KEUJUNG
MUNCULNYA TUNAS MAKA TUNAS TERSEBUT SEMAKIN
KERDIL DAN LEMAH, DAN SEBALIKNYA MAKIN KEPANGKAL
MUNCULNYA TUNAS TERNYATA SEMAKIN KUAT DAN
KEKAR.

 AGAR TUNAS YANG MUNCUL HANYA DIBAGIAN PANGKAL

SAJA, SERAGAM, KUAT DAN KEKAR MAKA :

SATU MINGGU SETELAH DIPANEN, BATANG PADI YANG

MASIH BERDIRI DIBABAT PADA PANGKALNYA PADA
KETINGGIAN 3 - 5 CM DARI PERMUKAAN TANAH.

 TUNAS YANG MUNCUL PADA BAGIAN PANGKAL ITU AKAN

SEGERA DIIKUTI OLEH MUNCULNYA AKAR BARU ,YANG
LANGSUNG MENEMBUS KEDALAM TANAH UNTUK
MENGISAP AIR DAN HARA LAINNYA.
 PEMBABATAN PANGKAL BATANG DAPAT DILAKUKAN DENGAN
SABIT ATAU MESIN PEMOTONG RUMPUT YANG TAJAM.

 BILA ALAT YANG DIGUNAKAN DALAM KEADAAN KURANG TAJAM

MAKA HASIL PEMBABATAN JADI BERSERABUT DAN PECAH-
PECAH , SEHINGGA PANGKAL BATANG MENJADI BUSUK DAN
TIDAK MENGHASILKAN TUNAS BARU.

 JERAMI HASIL BABATAN SEBAIKNYA JANGAN DIBIARKAN

BERTABURAN DIANTARA LARIKAN TANAMAN

 KARENA DIKEMUDIAN HARI DARI RUAS - RUAS BATANG PADA

JERAMI AKAN MUNCUL PULA TUNAS-TUNAS BARU SECARA TIDAK
BERATURAN DAN HANYA AKAN MENJADI GULMA PENGGANGGU.

 OLEH SEBAB ITU SEBAIKNYA JERAMI DITUMPUK DISATU TEMPAT

DIPETAK SAWAH DAN SETELAH MELAPUK DITABURKAN KEMBALI
DIANTARA LARIKAN TANAMAN SEBAGAI KOMPOS.
1MINGGU KEMUDIAN SETELAH PEMBABATAN/
PEMOTONGAN , UPAYAKAN AGAR KONDISI LAHAN TIDAK TERGENANG
AIR TETAPI CUKUP DALAM KEADAAN LEMBAB SAJA

TUJUANNYA : AGAR TUNGGUL BEKAS BABATAN TIDAK MEMBUSUK TAPI

SEBALIKNYA AKAN BERMUNCULANLAH TUNAS-TUNAS BARU YANG SEHAT,
KEKAR DAN KUAT.

JANGAN KAWATIR BILA TUNAS YANG TUMBUH HANYA SATU ATAU TIGA
BATANG SAJA

KARENA PADA HARI-HARI BERIKUTNYA TUNAS TERSEBUT AKAN BERANAK

DAN BERKEMBANG BIAK HINGGA MENCAPAI 40 BATANG ANAKAN
PRODUKTIF PER RUMPUN

PADAHARI KEDELAPAN SETELAH PEMBABATAN KONDISI AIR DALAM

PETAKAN SAWAH DIATUR SEDEMIKIAN RUPA AGAR DALAM KEADAAN
MACAK-MACAK SAJA.

SAMPAI PADA HARI KE 15 SETELAH PEMBABATAN SELANJUTNYA GENANGAN

AIR TELAH DAPAT DITINGGIKAN SAMPAI 5 CM DARI PERMUKAAN TANAH.
 
 
 C. MEMUPUK DAN MELUMPURKAN
TANAH.

 UNTUK MERANGSANG PERTUMBUHAN TANAMAN MAKA KURANG LEBIH 3

MINGGU SETELAH PEMBABATAN ATAU SETELAH SEBAGIAN BESAR TUNAS-
TUNAS TELAH MUNCUL KEPERMUKAAN

 LAKUKAN PENYEMPROTAN DENGAN PUPUK CAIR DARI SALAH SATU MEREK

DAGANG YANG ADA DI KIOS SAPRODI TERDEKAT, UPAYAKAN DARI JENIS
ORGANIC AGAR TIDAK MENIMBULKAN DAMPAK NEGATIVE TERHADAP
LINGKUNGAN.

 UNTUK MENINGKATKAN KESUBURAN TANAH SERTA UNTUK PERCEPATAN

PERTUMBUHAN TANAMAN, SELESAI PENYEMPROTAN TABURKAN PULA
PUPUK BUATAN

 DENGAN KOMPOSISI CAMPURAN UREA DAN NPK

PERBANDINGAN 1 : 1 SEBANYAK 50 – 75 KG PER HEKTAR.
 PUPUK SUSULAN DAPAT DIBERIKAN 50 HARI
SETELAH PEMBABATAN DENGAN DOSIS
DISESUAIKAN DENGAN WARNA YANG
TERTERA PADA BAGAN WARNA DAUN ( BWD)

 AGAR TANAH MENJADI LUMPUR DAN GULMA

TIDAK BERKEMBANG DENGAN MUDAH, DAPAT
DILAKUKAN DENGAN CARA MENGEMBALIKAN
JERAMI BEKAS BABATAN KEANTARA LARIKAN
TANAMAN SAMBIL DINJAK-INJAK KEDALAM
TANAH.
D. MENYIANG DAN MENYISIP
 PENYIANGAN DITUJUKAN UNTUK MEMBERSIHKAN SEGALA JENIS
GULMA PENGGANGGU YANG TUMBUH DIANTARA RUMPUN PADI.
PELAKSANAAN PENYIANGAN INI DILAKUKAN BERSAMAAN
DENGAN PELAKSANAAN PENYISIPAN.

 DALAM SATU PETAK SAWAH BIASANYA KARENA BERBAGAI

SEBAB ADA SAJA SEBAGIAN TUNGGUL PADI BEKAS BABATAN
YANG TIDAK MENGHASILKAN TUNAS UNTUK ITU PERLU
DILAKUKAN PENYISIPAN.

 CARA PENYISIPAN DAPAT DILAKUKAN DENGAN MEMBELAH

TUNGGUL PADI YANG TELAH BERTUNAS , LALU BELAHANNYA
DITANAMKAN SEBAGAI PENYISIP PADA TUNGGUL YANG TIDAK
MENGHASILKAN TUNAS TERSEBUT. BIASANYA PENYISIP INI AKAN
MAMPU MENYAMAI PERETUMBUHAN TANAMAN LAINNYA BAIK
JUMLAH ANAKAN MAUPUN TINGGI TANAMANNYA.
E. PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT
TANAMAN
 KARENA TIDAK ADANYA MASA ISTIRAHAT ANTARA SATU DAUR TANAMAN
DENGAN DAUR BERIKUTNYA MAKA PENERAPAN SYSTEM BUDIDAYA PADI
DENGAN TEKNOLOGI SALIBU AKAN LEBIH RENTAN TERHADAP BERBAGAI
KEMUNGKINAN GANGGUAN HAMA PENYAKIT TANAMAN.

 ADAPUN JENIS HAMA YANG SERING MENYERANG ADALAH ULAT

PENGGEREK, TIKUS DAN BURUNG. SEDANGKAN PENYAKIT YANG SERING
MENYERANG ADALAH BLAS.

 UNTUK PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TERSEBUT

DIANJURKAN UNTUK SELALU BERPEDOMAN PADA PROTAP PENGENDALIAN
ORGANISM PENGGANGGU TANAMAN (OPT) DENGAN MENGKEDEPANKAN
PERINSIP PENGENDALI HAMA TERPADU (PHT) YANG DISESUAIKAN DENGAN
KONDISI SERTA REKOMENDASI PETUGAS PENGAMAT HAMA PENYAKIT
(PHP) TANAMAN PANGAN DAN PENYULUH PERTANIAN SETEMPAT.
F. PANEN

 DARI CARA PELAKSANAN PANEN SERTA HASILNYA RELATIVE TIDAK

ADA PERBEDAAN ANTARA SYSTEM KONVENSIONAL DENGAN SYSTEM
SALIBU, JUSTRU YANG BERBEDA ADALAH KALAU PADA CARA
KONVENSIONAL SETELAH PANEN SEGRA DILAKUKAN PEMBERSIHAN
LAHAN, PENGOLAHAN TANAH, MENYEMAI DAN MENANAM KEMBALI.

 PADA SYSTEM SALIBU SETELAH PANEN TUNGGUL PADI SEGRA

DIBABAT, KEMUDIAN PEMELIHARAAN TUNAS DAN PANEN KEMBALI,
SETELAH DIPANEN DIBABAT LAGI, PEMELIHARAAN TUNAS DAN
PANEN LAGI.

 DENGAN DEMIKIAN DAPAT DIBANDINGKAN BAHWA DENGAN CARA

KONVENSIONAL SATU KALI MENANAM UNTUK SATU KALI MEMANEN
SEDANGKAN DENGAN SYSTEM SALIBU SATU KALI MENANAM UNTUK
TIGA KALI MEMANEN
KEUNGGULAN SALIBU DIBANDING SISTEM KONVENSIONAL

 DARI HASIL PENGALAMAN PETANI DI KECAMATAN

LIMA KAUM KABUPATEN TANAH DATAR SUMBAR,
TERNYATA MASA PANEN DENGAN TEKNOLOGI
SALIBU LEBIH AWAL DIBANDINGKAN DENGAN CARA
KONVENSIONAL.

 ARTINYA KETIKA DILAKUKAN PEMBABATAN

TUNGGUL PADI UNTUK PELAKSANAAN TEKNOLOGI
SALIBU, LALU PADA HARI YANG SAMA PADA PETAK
SAWAH YANG BERSEBELAHAN DILAKUKAN PULA
PENANAMAN PADI DENGAN CARA KONVENSIONAL
DENGAN VARITAS YANG SAMA PULA , NYATANYA
DENGAN TEKNOLOGI SALIBU PANEN 15 – 20 HARI
LEBIH AWAL DIBANDING CARA KONVENSIONAL.
 KEUNGGULAN LAIN YANG DIRASAKAN MASYARAKAT DI
KECAMATAN LIMA KAUM TERSEBUT ADALAH :

CARA KONVENSIONAL : DALAM SATU TAHUN

MEREKA BISA PANEN 2 KALI TAPI HARUS
MENANAM 2 KALI JUGA

TEKNOLOGI SALIBU, DALAM KURUN WAKTU 1 TAHUN

MENANAM 1 KALI MEREKA BISA MEMANEN
3 KALI DENGAN PRODUKTIFITAS TIAP KALI PANEN
RELATIVE SAMA ( RATA-RATA 5,5 TON – 7,5 TON / HA).
DENGAN DEMIKIAN KALAU DENGAN CARA

 KONVENSIONAL MENGHASILKAN
GABAH
SEBANYAK : 11–15 TON/ HA /TAHUN

 TEKNOLOGI SALIBU MENGHASILKAN

GABAH
SEBANYAK : 16,5 – 22,5 Ton / HA
/TAHUN.
 DARI SISI PEMBIAYAAN DAPAT DIBANDINGKAN :

 CARAKONVENSIONAL :
UNTUK BISA MEMANEN 2 KALI SETAHUN HARUS
MENGELUARKAN BIAYA UNTUK :
 PENYEMAIAN BENIH

 PENANAMAN

 PENGOLAHAN TANAH 2 KALI KEGIATAN.

 TEKNOLOGI SALIBU
UNTUK BISA MEMANEN 3 KALI DALAM SATU
TAHUN HANYA MEMERLUKAN BIAYA UNTUK --
 PEMOTONGAN JERAMI.
ANALISA FINANSIAL
 Metoda yang digunakan untuk melakukan analisa
finansial terhadap kedua sistem budidaya dalam
pengkajian ini adalah dengan mengetahui

a)Titik Impas (Break event point, BEP)

 Menurut Munawir (1981) break even point adalah

suatu keadaan dimana dalam menjalankan suatu
usaha tidak memperoleh laba tetapi tidak pula merugi
dengan kata lain dalam POSISI BALIK MODAL (PULANG
POKOK)
 Dalam pelaksanaannya , BEP di tinjau dari dua sisi
yakni berdasarkan harga jual dan berdasarkan
volume produksi.
Total biaya produksi
 Titik Impas harga =
--------------------------
Total produksi

 Titik impas harga adalah untuk menyatakan

berapa harga jual gabah minimal
perkuintal agar usahatani tersebut bisa
balik modal . Makin kecil harga titik impas
dibanding harga rata - rata dipasaran maka
makin bonafit usahatani tersebut.
  Total biaya produksi
Titik Impas Produksi = --------------
Harga rata-rata
 
 Untuk menyatakan berapa kilogram
produksi gabah minimal yang harus
dicapai agar usahatani tersebut bisa
balik modal. Makin kecil produksi
titik impas dibanding produksi rata-
rata yang bisa dicapai maka makin
bonafit usaha tersebut.
 keuntungan
c) Efisiensi Penggunaan modal = ---------- x
total input
100% (Returnt on Investment, ROI )

Makin besar porsentase keuntungan

dibanding total input maka makin efisien
penggunaan modal usahatani tersebut serta
untuk memberikan gambaran berapa
keuntungan bisa dihasilkan oleh tiap Rp.1,00
input yang ditanamkan.
 total output
d) Rasio Biaya dan Penerimaan = ------
(Revenue cost Ratio, R/C) total input
 
 Memberikan gambran berapa output

bisa didapatkan oleh setiap Rp.1,00 input

yang dikeluarkan. Bila hasilnya sama
dengan 1,00 maka usahatani tersebut baru
mencapai balik modal. Maka usaha yang
menguntungkan bila rasio biaya dan
pendapatannya lebih besar dari 1,00
 Agar dapat melakukan analisa finansial
dengan metoda tersebut diatas diperlukan
adanya data usahatani meliputi ;

1. Total nilai input

2. Total produksi
3. Nilai output
4. Dan nilai keuntungan bersih masing-
masing sistem budidaya.
 
 
 
A.Penggunaan Waktu

 Untuk sistem konvensional rata-rata

memerlukan waktu 149 hari

 sedangkan untuk sistem salibu memerlukan

waktu rata-rata hanya 110 hari.

 Artinya dengan sistem salibu 39 hari lebih

hemat waktu dibanding sistem konvensional.
 Lebih lamanya waktu yang dibutuhkan
untuk sistem konvensional karena
sebelum lahan sawah ditanami,
didahului dengan proses persiapan lahan
dan pengolahan tanah.

 Jumlah hari yang diperlukan untuk

melangsungkan kegiatan tersebut tidak
sama oleh masing-masing petani
walaupun luas lahan dan varitas yang
ditanam sama.

 Perbedaan itu dipengaruhi oleh beberapa

hal diantaranya;
a). Interval antara pengolahan tanah pertama
dengan pengolahan tanah kedua, menggaru dan
sterusnya pada sistem konvensional tidak sama
antara seorang petani dengan petani lainnya.

b) Tidak sama ketersediaan tenaga kerja dilokasi

yang berbeda sehingga pelaksanaan suatu jenis
kegiatan sering tertunda .

c) Perbedaan Pengaruh lingkungan dan musim

terutama iklim. Dalam keadaan musim hujan
dan suhu rendah dapat memperpanjang fase
pemasakan buah, sebaliknya pada musim
kemarau proses pemasakan buah menjadi lebih
cepat (Soenarso Wirjoprajitno,dkk, 1981)
 Sesuai kebutuhan waktu mulai mengolah
tanah sampai panen untuk sistem
konvensional dan untuk bisa dua kali panen
diperlukan waktu 298 hari.

 Sistem konvensional yang diikuti dengan satu

kali sistem salibu butuh waktu 149 hari+110
hari = 259 hari.

 Setiap satu kali sistem konvensional diikuti

dengan dua kali sistem salibu. Hanya dalam
kurun waktu 369 hari = 149 hari + (2x110
hari), bisa sekali menanam tetapi dengan
tiga kali memanen.
 Analisa uhatani
Jumlah (3X4) Rp……
N Volu Harga
Uraian Sistim Sistim salibu Ket
o me @ konvensional

1 2 3 4 5 6 7

I. UPAH TENAGA
KERJA
1. Membajak - - 1.420.000.- - Upah
borongan
2. Menggaru - - 500.000.- - sda

3. Menyemai 2 hok 60.000.- 120.000.- -

4. Mencabut bibit & 32 hok w 45.000.- 1.440.000.-

menanam
 5. Menyiang 30 hok w 45.000.- 1.350.000.- 1.350.000.-

6. Memupuk 1 hok 60.000.- 60.000.-

7. Pengendalian OPT 2 hok 60.000.- 120.000.- 120.000.-

8. Upah Panen konvensional = 1400 kg 5.000. 7.000.000.- - -

20% X Produksi gabah

9. Membabat tunggul 10 hok 60.000.- - 600.000.-

10. Menginjak-injak jerami dan 8 hok 60.000.- - 480.000.-

memupuk
11. Penyemprotan PPC 2 hok 60.000.- - 120.000.-

Upah Panen salibu (20% X 1.380 kg 5.000.- - 6.900.000.-

12. produksi) gabah

II. Pengadaan Saprodi

Beli Benih 20 kg 8.000.- 160.000.- 160.000.-

Urea 100 kg 1.800.- 180.000.- 180.000.-

NPK Ponska 100 kg 2.300.- 230.000.- 230.000.- -

PPC 1 liter 50.000.- - 50.000.-

III Total Pengeluaran 12.580.000.- 10.190.000.-

 KONVENS SISTIM
IONAL SALIBU

IV. Total Penerimaan

1. Hasil Panen 7.000 kg 5.000.- 35.000.000.-

Sistem
Konvensional
2. Hasil Panen 6.900 kg 5.000.- - 34.500.000-.

Sistem Salibu
V. Keuntungan Bersih 22.420.000,- 24.310.000.-
 Produktifitas
gabah kering
panen baik dengan sistem
konvensional ataupun dengan
sistem salibu rata-rata
didapat :

6 – 7 ton/ ha
ANALISA FINANSIAL
1. SISTIM KONVENSIONAL

a.) Break Event Point (BEP)

Total Input Rp.12.580.000.-

BEP harga = ------------ = -------------- =
Rp.1.797.-/kg
Total Produksi 7.000.- kg
 
total Input Rp.12.580.000.-
BEP hasil = ----------- = ---------------- =
2.516 kg /ha
harga Rp.5000.-
 
 keuntungan Rp.22.420.000.-
b) Return on Investment =--------------- =
-------------- Rp.1,78.-
( ROI) total input Rp. 12.580.000.-
 

 
total output Rp. 35.000.000.-
c) Revenue Cost Ratio = --------------- =
-------------------- = Rp.2,78.- (R/C)
total input Rp.12.580.000.-
 
2. Budidaya Padi Sistem Salibu
 
a)Break Even Point, BEP

total input Rp.10.190.000.-

BEP harga = -------------- = ------------------- = Rp 1.476,80.
/kg .-
total produksi 6.900. kg
 
 
total input Rp.10.190.000.-
BEP hasil = -------------- = ------------------ = 2.038.- kg
/ha
harga Rp. 5.000.-

 
Keuntungan Rp. 24.310.000.-
b)Retur On Investment = ---------------- = -------------------- =
Rp.2,23 .-
(ROI) total input Rp. 10.190.000.-
 
 
total output Rp. 34.500.000.-
c)Revenue Cost Ratio = ----------- = -------------------- = Rp.
3,38,-
(R/C) Total input Rp.10.190.000.-
 Perbandingan konvensional dengan sistim
salibu

Metoda Sistem Sistem Salibu Selisih

Analisa Konvensional

BEP Harga Rp. 1.797.-/kg Rp.1.476,80/kg Rp.320,20.-

BEP Hasil 2.516 kg/ha 2.038 kg/ha 478. kg/ha

ROI Rp. 1,78 Rp. 2,23.- Rp.0,45

 Perkiraan hasil usahatani padi salibu
dalam kurun waktu 1 tahun

N Uraian Tanam Pertama Salibu ke I Salibu ke II Jumlah

o (Konvensional) (Rp) (Rp) (Rp)
Rp…

1. Input .12.580.000 10.190.000 10.190.000.- 32.960.000.-

2. Output 35.000.000.- 34.500.000 34.500.000.- 104.000.000.-

3. Keuntungan 22.420.000.- 24.310.000.- 24.310.000.- 71.040.000.-

 PERKIRAAN HASIL CARA KONVENSIONAL DALAM KURUN
WAKTU 1 TAHUN

Tanam Pertama Tanam Kedua

No Uraian (Konvensional) (Konvensional) Jumlah (Rp)
Rp…. Rp…

1 Input 12.580.000.- 12.580.000.- 25.160.000.-

2. Output 35.000.000.- 35.000.000.- 70.000.000.-

3. Keuntungan 22.400.000.- 22.400.000.- 44.840.000.-

Kesimpulan

 Ditinjau dari aspek teknis

Teknologi padi salibu sangat mudah
dilaksanakan karena hemat waktu dan
tenaga.
- Tidak ada pekerjaan mengolah tanah
- Tidak ada menyemai
- Tidak menanam .
Namun bisa meningkatkan prekuensi
panen dan produksi gabah per tahun .
SAAT PEMOTONGAN
1 MINGGU SETELAH PEMOTONGAN
PADI UMUR 15 HARI SETELAH PEMOTONGAN
PADI UMUR 45 HARI SETELAH PEMOTONGAN
PADI SUDAH MENGUNING
MENUNGGU WAKTUNYA PANEN
1 MINGGU SEBELUM PANEN
SAAT PANEN
 Dari Aspek ekonomi
Sistem salibu jauh lebih menguntungkan
karena :

- Biaya input yang rendah mampu

menghasilkan
gabah relatif sama dengan yang dihasilkan

sistem konvensional.

 Aspek Sosial
Ternyata teknologi padi salibu sangat
diminati oleh petani, jauh melampau minat
untuk melaksanakan komponen teknologi
Terbukti makin hari makin
banyak petani yang
melaksanakan budidaya padi
dengan sistem salibu.

Petani yang telah pernah

mencoba melaksanakan sistem
salibu pasti akan meningkatkan
skala pelaksanaannya dimasa
selanjutnya.
TERIMA KASIH