PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN
INFEKSI
TUBERKULOSIS
DI CONGREGATE
SETTING
PR Konsorsium Penabulu – STPI, 2022
OUTLINE
BAB I Pendahuluan
BAB IV Linkage
Lamanya pajanan, makin lama pajanan maka akan makin besar risiko terinfeksi;
Derajat pajanan, yaitu dipengaruhi oleh jumlah kuman TBC di udara karena banyaknya
pasien TBC di tempat tersebut;
Peraturan Presiden
nomor 67 tahun 2021
pasal 11
PPI di congregate setting ini bertujuan agar pasien TBC yang telah ditemukan dan diobati di tempat
khusus tersebut tidak tertular kembali akibat pengendalian infeksi yang buruk dan juga mencegah
penularan ke sekitarnya.
Selain itu juga untuk meminimalisir risiko penularan COVID-19.
•Pelaksana
•Populasi beresiko
•Pasien TBC
BAB II. KONSEP DASAR PPI TBC DI
CONGREGATE SETTING
Bagian dari epidemiologi penyakit infeksi yang berfungsi sangat penting dalam penanggulangan penyakit menular
secara global dan juga merupakan isu kesehatan masyarakat yang mendasar dalam menjaga keselamatan pasien, petugas
kesehatan dan masyarakat / komunitas secara keseluruhan
Permenkes RI nomor 27 tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasyankes, PPI
Tuberkulosis merupakan bagian dari PPI secara keseluruhan di fasyankes, dan merupakan salah satu penyakit (selain
HIV dan penyakit menular lainnya) yang memerlukan implementasi PPI secara khusus untuk mencegah penularannya,
baik di fasyankes maupun di tempat-tempat khusus lainnya.
Pelaksanaan PPI TBC juga mengacu Keputusan Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI tahun 2021 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian TBC Sensitif Obat (SO) dan TBC Resisten Obat (RO) di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang dapat diaplikasikan juga pada congregate setting, dengan rekomendasi:
1) Etika batuk pada orang terduga ataupun pada pasien TB.
2) Untuk pencegahan dan pengendalian infeksi airborne perlu diupayakan ventilasi yang adekuat di semua area
pelayanan pasien di fasyankes.
3) Untuk fasilitas yang menggunakan ventilasi alamiah, perlu dipastikan angka ventilation rate per jam yang minimal
tercapai, yaitu:
a. 160/l/detik/pasien untuk ruangan yang memerlukan kewaspadaan airborne (dengan ventilation rate terendah
adalah 80l/detik/pasien).
b. 60/l/detik/pasien untuk ruangan perawatan umum dan poliklinik rawat jalan.
c. 2.5l/detik untuk jalan atau selasar atau koridor yang hanya dilalui sementara oleh pasien. Bila pada suatau
keadaan tertentu ada pasien yang dirawat di selasar RS maka berlaku ketentuan yang sama seperti ruang
kewaspadaan airborne atau ruang perawatan umum.
4) Desain ruangan harus memperhitungkan fluktuasi dalam besarnya ventilation rate.
5) Rancangan ventilasi alamiah perlu memperhatikan arah aliran udara dari tempat yang lebih bersih
kearah yang lebih kotor (sumber infeksi) kemudian didorong kearah udara luar sehingga terjadi dilusi
udara dengan droplet nuclei ke udara luar.
6) Ventilasi campuran:
a) Usahakan agar udara luar segar dapat masuk ke semua ruangan
b) Usahakan ventilasi alamiah semaksimal mungkin
c) Penambahan dan penempatan kipas angin untuk meningkatkan pertukaran udara harus
memperhatikan arah aliran udara yang dituju
d) Mengoptimalkan aliran udara
e) Menyalakan kipas angin selama masih ada orang di ruangan tersebut (menyalakan kipas angin
bila ruangan digunakan)
CONGREGATE SETTING
Merupakan lingkungan dimana sekumpulan orang hidup, bertemu, atau berkumpul dalam
jarak dekat baik untuk jangka waktu relatif lama (misalnya: tempat penampungan tunawisma,
lapas / rutan, sekolah berasrama, barak militer, dan tempat kerja).
Di tempat-tempat tersebut orang berkumpul dan bersentuhan satu sama lain yang dapat
menyebabkan peningkatan risiko penularan penyakit TBC.
Menurut WHO, dibagi menjadi 2 kelompok besar berdasarkan lama terjadinya kontak antar
individu, yaitu:
1) Kontak lama yang terjadi terus menerus dalam jangka panjang misalnya lapas, barak /
asrama militer, dan sekolah berasrama.
2) Kontak relatif lama tapi tidak terus menerus, misalnya kontak yang terjadi di tempat
kerja (pabrik), tempat penampungan pengungsi dan tunawisma.
Komponen Dasar dalam Implementasi PPI TBC di Congregate Setting
Komponen dasar
Implementasi PPI TBC
Menyediakan akses untuk rujukan
Melakukan pemantauan gejala
ke layanan diagnosis dan
TBC
pengobatan
Berdasarkan pedoman WHO TB Infection and Control 2019, terdapat 3 pilar pelaksanaan
PPI TBC yang terdiri dari 7 komponen rekomendasi:
Rekomendasi 4. Kebersihan
pernafasan (etika batuk)
BAB III. PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI TUBERKULOSIS DI
CONGREGATE SETTING
Pada pedoman ini, ada 3 fokus tempat / setting area pelaksanaan PPI TBC di congregate setting:
1. Lapas / Rutan
2. Sekolah Berasrama
3. Tempat Kerja
PELAKSANAAN PPI TBC DI LEMBAGA
PEMASYARAKATAN (LAPAS) DAN RUMAH
TAHANAN (RUTAN)
Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) merupakan salah satu populasi berisiko tinggi untuk terkena
TBC.
Tahun 2018 terdapat 522 unit pelaksana teknis pemasyarakatan (UPT PAS) dengan kapasitas hunian
sebesar 126.981 orang.
Jumlah penghuni tidak sebanding dengan kapasitas ruangan yang ada, dimana dihuni oleh 255.380
WBP atau dengan kata lain kapasitas berlebih 200% atau 2 kali lipat.
Hal tersebut meningkatkan kemungkinan transmisi penyakit TBC di antara penghuni Lapas/Rutan,
sehingga perlu implementasi PPI TBC yang memadai untuk mencegah penularan tersebut .
Kewaspadaan Isolasi di Lapas/Rutan
Terdiri dari kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis transmisi.
Kewaspadaan Standar
Jaga kebersihan tangan; dianjurkan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir bila
1. Kebersihan Tangan terkena cairan tubuh dan bila tangan jelas terlihat kotor (dibutuhkan 40-60 detik) atau
dengan alcohol gliceryn based handrubs bila tangan tidak tampak kotor (dibutuhkan
waktu 20-30 detik).
Kebersihan tangan dilakukan dengan 6 langkah.
Kuku petugas dan WBP harus selalu bersih dan terpotong pendek.
2. Alat Pelindung Diri Alat pelindung diri yang dibutuhkan untuk WBP adalah:
(APD) Masker bedah atau masker kain 3 lapis digunakan untuk mencegah transmisi partikel besar
dari droplet saat kontak jarak dekat, misalnya pada area Masa Pengenalan Lingkungan
(mapenaling)
Alat pelindung diri yang dibutuhkan untuk Petugas Rutan /Lapas:
Masker bedah untuk kegiatan sehari hari
N95/FFP2 bila akan menolong/membantu merujuk WBP terdeteksi TBC
Untuk masyarakat / WBP sehat:
Pakai masker reuse dicuci setiap hari. Bila pakai disposable harus merobek, menggunting
masker dan dikemas rapi sebelum dibuang ke tempat sampah yang disiapkan yaitu tempat
sampah (dropbox) khusus masker di ruang publik untuk menghindari penyalahgunaan.
3. Alat Pengelolaan
Pemisahan sesuai ketentuan di dalam Pedoman Pengendalian Infeksi Kemenkes RI (Permenkes
Limbah nomor 27 tahun dan sesuai SE.2/MENLHK/PSLB3/PLB/3/2020, 24 Maret 2020.
Limbah terkena cairan tubuh dan darah dimasukkan kantong kuning (limbah infeksius).
Pengemasan wadah dengan kantong kuning yang tertutup, tidak bocor, dan kedap udara;
Limbah dibuang bila kantong terisi 2/3 atau 3/4;
Penampungan limbah sementara hanya boleh disimpan 2 x 24 jam sejak limbah dihasilkan di
setiap Lapas / Rutan;
Harus ada sistem transportasi pembuangan limbah dari tempat sementara ke Tempat
Pembuangan Akhir yang berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup.
Ganti linen setiap dua hari atau jika kotor;
4. Penatalaksanaan Linen Tempatkan linen bersih pada lemari tertutup, dan tidak bercampur dengan peralatan lainnya;
Mesin cuci dapat menggunakan air 60-90oC. Jika linen terkena cairan tubuh (misalnya darah,
dahak, dll), linen direndam dahulu dalam klorin 0,05% (500 ppm) selama 10-30 menit, bilas
dengan air bersih dan dikeringkan.
5. Pengendalian Pertahankan ventilasi udara ruangan yang bersih dan baik, tidak bau, pertukaran udara sesuai
Lingkungan rekomendasi WHO yaitu > 12 ACH;
Pertahankan permukaan lingkungan ruangan senantiasa dalam kondisi bersih, dan bersihkan
2x/hari atau saat terlihat kotor;
Tempatkan barang di ruangan sedemikian rupa sehingga mudah untuk dibersihkan;
Pengunjung memakai APD dan dilakukan skrining gejala;
Pembersihan seluruh lantai ruangan dengan cairan detergen dan bilas dengan air bersih. Jika ada
area yang terkena darah atau cairan tubuh pasien/WBP dengan TBC, maka selanjutnya lantai
pada area tersebut dibersihkan dengan air deterjen kemudian menggunakan klorin 0.5 %
kemudian bilas dengan air bersih;
Selalu bergerak dari area bersih ke area kotor;
Bersihkan dari area tinggi ke area rendah dan dari luar ke dalam. Area isolasi dibersihkan
terakhir;
Disarankan menggunakan mop/lobby duster mendorong debu, BUKAN menggunakan sapu;
Lap dan pel yang dipakai dipilih bahan microfiber karena dapat menyerap debu 40x lipat
dibandingkan lap katun biasa.
6. Perlindungan Petugas Setiap petugas harus waspada dalam bekerja untuk mencegah terjadinya penularan TBC;
Lapas / Rutan (Sipir) Pemeriksaan kesehatan rutin berkala petugas sipir dan petugas lain yang berisiko dilaksanakan
minimal 1 (satu) kali dalam setahun atau saat ada kontak atau muncul gejala.
Kewaspadaan berdasarkan transmisi dilaksanakan sebelum pasien didiagnosis dan setelah terdiagnosis jenis infeksinya.
1. Kewaspadaan
Kewaspadaan ini bertujuan untuk menurunkan risiko penularan melalui
Transmisi melalui
kontak langsung dan tidak langsung.
Kontak
2. Kewaspadaan
Transmisi melalui Transmisi terjadi bila partikel droplet berukuran 1- 4 µm yang
Udara (Airborne dikeluarkan pada saat batuk, bersin, dan berbicara dapat melayang di
Precautions) udara dan terbawa hingga 3 m.
Pilar Pelaksanaan PPI TBC di Lapas/Rutan
1. Pengendalian Administratif
Menetapkan kebijakan untuk melaksanakan skrining gejala TBC pada saat WBP/ tahanan baru masuk, selama dalam
masa tahanan sampai menjelang bebas dengan cara survei batuk dan menggunakan formulir skrining;
Melaksanakan triase dan pemisahan antara WBP dan tahanan yang batuk dan tidak batuk. WBP dengan batuk diberi
masker dan diberikan akses untuk diagnosis dan pengobatan;
Memberikan penyuluhan, menerapkan etika batuk bagi setiap WBP, memakai masker bila batuk atau terdiagnosis
TBC;
Menyediakan sarana cuci tangan dilengkapi dengan sabun cair, tisu, tempat sampah dan leaflet 6 langkah kebersihan
tangan;
Melaksanakan strategi TemPO (Temukan Pisahkan Obati sampai sembuh) TBC. Langkah Strategi TemPO di Lapas /
Rutan dimulai dengan menemukan pasien batuk secepatnya. WBP yang baru masuk dilakukan survei batuk, skrining
gejala TBC, dan diberi penyuluhan mengenai TBC saat baru masuk, selama di dalam Lapas/Rutan sampai
pemeriksaan kesehatan menjelang bebas.
2. Pengendalian Lingkungan
Menetapkan kebijakan untuk melaksanakan skrining gejala TBC pada saat WBP/ tahanan baru masuk, selama dalam
masa tahanan sampai menjelang bebas dengan cara survei batuk dan menggunakan formulir skrining;
Melaksanakan triase dan pemisahan antara WBP dan tahanan yang batuk dan tidak batuk. WBP dengan batuk diberi
masker dan diberikan akses untuk diagnosis dan pengobatan;
Memberikan penyuluhan, menerapkan etika batuk bagi setiap WBP, memakai masker bila batuk atau terdiagnosis
TBC;
Menyediakan sarana cuci tangan dilengkapi dengan sabun cair, tisu, tempat sampah dan leaflet 6 langkah kebersihan
tangan;
Melaksanakan strategi TemPO (Temukan Pisahkan Obati sampai sembuh) TBC. Langkah Strategi TemPO di Lapas /
Rutan dimulai dengan menemukan pasien batuk secepatnya. WBP yang baru masuk dilakukan survei batuk, skrining
gejala TBC, dan diberi penyuluhan mengenai TBC saat baru masuk, selama di dalam Lapas/Rutan sampai
pemeriksaan kesehatan menjelang bebas.