Anda di halaman 1dari 5

Kasus pulau buru 1965-1966

Pulau Buru adalah pulau yang dipilih Rezim Orde Baru


untuk membuang para tahanan politik yang terkait
dengan G30S. Para tapol itu diasingkan ke sebuah
pulau di Kepulauan Maluku. Dilepas untuk membuka
lahan dan hutan sendiri, tanpa bantuan alat.
Pulau Buru mulai baru ditempati oleh tapol PKI sejak
tahun 1969. Mulanya, tapol itu dipenjara di Pulau
Nusakambangan. Namun, kemudian dipindahkan sebab
ribuan tapol tak dapat tertampung. Akhirnya, mereka
dipindahkan ke Pulau Buru. Agustus tahun itu, tepatnya
Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia menjadi
gelombang pertama pelepasan tapol PKI

Pikiran Pram kala itu, kehidupannya di Pulau Buru akan


lebih baik dibandingkan ketika di penjara sebelumnya.
Penjara yang sempit. Alasan lain, pembuangan ini juga
dilampaui oleh program pemerintah, yakni Keputusan
Presiden Soeharto No 16 tahun 1969.
Isinya membentuk Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan
Ketertiban atau Kopkamtib yang bertugas memulihkan
keamanan dan penghentian akibat pemberontakan G30 S-PKI.
Selain itu, juga mengamankan kewibawaan pemerintah demi
mempertahankan hidup berlandaskan Pancasila dan UUD 45.
tapol golongan B mendominasi Pulau Buru. Jumlahnya mencapai 12.000
orang. Mereka adalah yang dianggap terlibat, tetapi tidak secara langsung.
Istilahnya, hanya sebagai kader. Para tapol yang dimasukkan ke dalam
golongan B merupakan hasil seleksi dari golongan A atau mereka yang
terlibat langsung dan dihukum mati mati.
Sementara itu, tapol golongan C berisi orang-orang yang dianggap sebagai
kader PKI yang ikut-ikutan. Selama rentang 1968 hingga 1976, para tapol
diseleksi lagi hingga banyak yang naik ke jenjang golongan B. namun, tak
sedikit pula yang turun menjadi tapol golongan C.

Pulau Buru dipilih karena beberapa sebab.


Pertama , menimbang letaknya yang jauh dari
suhu politik ibu kota.
Kedua , agar meringankan beban keuangan pemerintah demi
menyukseskan program Pelita. Selama ditahan, tapol diharapkan dapat
mencukupi kebutuhan hidup mereka sendiri, tanpa mengganggu anggaran
keuangan negara dengan bertitik tolak pada gagasan transmigrasi. Ketiga ,
melanjutkan pembangunan pemerintah sejak tahun 1954 yang
memfokuskan pada bendungan irigasi pertanian.
Selang enam hari kedatangannya, Pram bercerita bahwa ia dan tapol lain
bekerja membersihkan lahan rumput. Mereka bekerja hanya dengan
tangan, tanpa alat bantu. Nantinya, lahan itu diolah menjadi areal
persawahan dan perladangan. Mereka semua bekerja sama, hingga
terbentuklah areal persawahan sebagai bekal hidup di sana.
Para tapol tak hanya bekerja membuka lahan untuk persawahan belaka.
Mereka juga bekerja membuka hutan dan membuka jalan.
Dahulu terdapat 22 unit barak untuk ditempatkan para tapol di Instalasi
Rehabilitasi atau Inrehab nama resmi kamp tersingkir Pulau Buru. Yakni
Uni I hingga XVIII, lalu ada unit R, S dan T dengan lokasi yang digunakan.
Terdapat unit khusus untuk isolasi tahanan yang membangkang. Setiap
unit diisi sekitar 500 gelas.
Pram menilai Pulau Buru tak layak untuk dihuni. Tak ada hasil hutan yang
bisa dimakan. Gunung di sana pun gersang. lari lari ke hutan, sama juga
dengan bunuh diri. Tapol akan mati kelaparan atau malah mati diterkam
binatang buas.
Sedangkan bila berniat mencari perlindungan kepada penduduk asli, akan
mudah diketahui. Sebab garis wajah para tarpol tampak berbeda dengan
penduduk asli. Beralih ke perairan, laut di sekitar Pulau Buru sangat ganas.

Anda mungkin juga menyukai