Anda di halaman 1dari 19

KONSEP KEBUTUHAN DALAM

ISLAM
Pandangan ekonomi konvensional atau kapitalisme tentang
kebutuhan atau keinginan merupakan segala sesuatu yang
diperlukan manusia dalam rangka menyejahterakan hidupnya.
Kebutuhan mencerminkan adanya perasaan ketidakpuasan atau
kekurangan dalam diri manusia yang ingin dipuaskan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Kardes dkk definisi kebutuhan;
yakni “A need is a fundamental physical or psychological state
of felt deprivation18. Maksudnya kebutuhan adalah salah satu
keadaan sesorang merasa kekurangan secara fisik atau
psikologis terhadap pemuas dasar tertentu/hakekat biologis.
Akan tetapi hal tersebut tidak didukung pendapat yang
disampaiakn oleh Imam Al-Ghozali, beliau berpendapat bahwa
kebutuhan dan keinginan itu berbeda jauh. Menurut Imam al-
Ghazali kebutuhan adalah keinginan manusia untuk
mendapatkan sesuatu yang diperlukan dalam rangka
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan menjalankan
fungsinya yaitu menjalankan tugasnya sebagai hamba Allah
dengan beribadah secara maksimal.
Menurut Islam semua barang dan jasa yang mempunyai
maslahah dikatakan sebagai kebutuhan. Maslahah ialah
kepemilikan  atau kekuatan barang/jasa yang mengandung
elemen-elemen dasar dan tujuan kehidupan umat manusia
di dunia ini dan perolehan pahala untuk kehidupan akhirat.
Kebutuhan sama artinya dengan keinginan. Suatu keinginan
ditentukan oleh konsep kepuasan. Keinginan dalam perspektif
Islam ditentukan oleh konsep maslahah. Pembahasan konsep
kebutuhan dalam Islam erat kaitannya dengan tujuan syariah,
yaitu mengenai tercapainya kesejahteraan semua umat manusia.
Dalam teori ekonomi konvensional, kepuasan (utility)
digambarkan seperti memiliki barang atau jasa untuk memuaskan
keinginan manusia. Kepuasan ditentukan secara subjektif, tiap
individu mencapai kepuasannya menurut ukuran dan kriterianya
masing-masing. Suatu aktivitas ekonomi untuk menghasilkan
sesuatu adalah didorong karena adanya kegunaan dalam sesuatu
itu. Jika sesuatu itu dapat memenuhi kebutuhan, maka manusia
akan melakukan usaha untuk mengkonsumsi sesuatu itu.
JENIS-JENIS KEBUTUHAN

Kebutuhan menurut tingkat intensitas

- Kebutuhan primer, yaitu jenis kebutuhan yang harus terpenuhi


oleh manusia untuk mempertahankan hidupnya. Misalnya,
makan, minum, rumah, dan pakaian.

- Kebutuhan sekunder, yaitu kebutuhan yang bersifat pelengkap


setelah terpenuhinya kebutuhan primer. Contohnya seperti
kendaraan, kipas angin, meja, kursi, dan peralatan lainnya untuk
meningkatkan kenyamanannya
-Kebutuhan tersier, yaitu kebutuhan yang sifatnya mewah.
Walaupun sudah terpenuhi kebutuhan primer dan sekunder,
sifat manusia selalu ingin mempunyai yang lebih.
Contohnya, mobil, kapal pesiar, dan barang mewah lainnya
yang dapat meningkatkan status sosialnya.
KEBUTUHAN MENURUT SIFAT
 Kebutuhan jasmani, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan
jasmani. Seperti pakaian, makanan, dan minuman.
 Kebutuhan rohani, yaitu kebutuhan yang bersifat kejiwaan.
Misalnya, agar terhindar dari kebosanan rutinitas sekolah, kita
perlu menghibur diri dengan mendengarkan musik atau
menonton film. Sebagai makhluk beragama, kita pun ingin
menjalankan ibadah dengan baik.
KEBUTUHAN MENURUT SUBJEK

 Kebutuhan individual, yaitu kebutuhan tiap orang berbeda-


beda. Misalnya guru membutuhkan kapur tulis atau spidol,
petani membutuhkan cangkul.
 Kebutuhan umum, yaitu kebutuhan yang dapat digunakan oleh
semua orang atau diperuntukkan untuk umum. Contohnya,
jembatan penyeberangan dapat digunakan semua orang untuk
menyeberang.
KEBUTUHAN MENURUT WAKTU
 Kebutuhan sekarang.
 Kebutuhan yang akan datang
KEBUTUHAN MENURUT ISLAM (MASLAHAH)

Menurut Syatibi, maslahah dibedakan menjadi tiga:

Daruriyyah adalah sesuatu yang wajib adanya menjadi


pokok kebutuhan hidup untuk menegakkan kemaslahatan
manusia. Kebutuhan dharuriyyah dalam pengertian ini
berpangkal daripada pemeliharaan lima hal, yaitu: agama,
jiwa, akal,keturunan, dan harta.
- Kebutuhan Hajiyah kebutuhan ini maksudnya untuk
memudahkan, menghilangkan kesulitan atau menjadikan
pemeliharaan yang lebih baik terhadap lima unsur pokok
kehidupan manusia. Pada dasarnya jenjang hajiyah ini
merupakan pelengkap yang mengokohkan, menguatkan,
dan melindungi jenjang dharuriyyah.
 Kebutuhan Tahsiniyah adalah sesuatu yang diperlukan oleh
norma atau tatanan hidup serta perilaku menurut jalan yang
lurus.

Secara lebih spesifik tahsiniyah adalah  semua barang yang


membuat hidup menjadi  lebih mudah  dan gampang tanpa
berlebih-lebihan atau bermewahan, seperti makanan yang baik,
pakaian yang nyaman, peralatan kecantikan, interior rumah
yang tertata lengkap dan  tertata  indah, serta semua barang
yang menjadikan hidup manusia menjadi lebih baik.
MASLAHAH VERSUS UTILITAS

 teori ekonomi konvensional, utilitas dijelaskan sebagai upaya


menguasai atau memiliki barang maupun jasa guna
memuaskan keinginan manusia. Kepuasan ditentukan secara
subjektif, tiap individu mencapai kepuasannya menurut
ukuran dan kriterianya masing-masing. Semua aktifitas
ekonomi, baik itu proses produksi maupun konsumsi,
didasari pada semangat utilitas.
 maslahah dijadikan tujuan dari seluruh pelaku ekonomi (konsumen,
produsen, dan distributor), maka semua aktivitas ekonomi
masyarakat baik konsumsi, produksi, dan distribusi akan mencapai
tujuan yang sama, yaitu kesejahteraan. utilitas mengukurnya dari
kepuasan yang diperoleh konsumen dan keuntungan yang maksimal
bagi produsen dan distributor,
 Dalam konteks perilaku konsumen, utilitas diartikan sebagai konsep
kepuasan konsumen dalam mengkonsumsi barang atau jasa,
sedangkan maslahah diartikan sebagai konsep pemetaan perilaku
konsumen berdasarkan asas kebutuhan dan prioritas.
Dalam ekonomi Islam hanya barang dan jasa yang dapat
mengembangkan dan menopang maslahah Oleh karenanya, dari
sudut pandang agama, seorang individu muslim didorong untuk
memperoleh atau memproduksi barang/jasa yang mengadung
kemaslahatan.
PERBEDAAN MASLAHAH DAN UTILITAS

 Konsep maslahah dikoneksikan dengan kebutuhan (need),


sedangkan kepuasan (utility) dikoneksikan dengan keinginan
(want).
 Maslahah relatif lebih obyektif karena didasarkan pada
pertimbangan yang obyektif (kriteria tentang halal atau baik)
Sementara utilitas mendasarkan pada kriteria yang lebih
subyektif, karenanya dapat berbeda antara individu satu dengan
lainnya.
 Jika maslahah dijadikan tujuan dari seluruh pelaku ekonomi
(konsumen, produsen, dan distributor), maka semua aktivitas
ekonomi masyarakat akan mencapai tujuan yang sama, yaitu
kesejahteraan. Hal ini berbeda dengan utilitas, mengukurnya dari
kepuasan yang diperoleh konsumen dan keuntungan yang
maksimal bagi produsen dan distributor, sehingga berbeda tujuan
yang akan dicapainya.
 Dalam konteks perilaku konsumen, utilitas diartikan sebagai
konsep kepuasan konsumen dalam mengkonsumsi barang atau
jasa, sedangkan maslahah diartikan sebagai konsep pemetaan
perilaku konsumen berdasarkan asas kebutuhan dan prioritas.

Anda mungkin juga menyukai