Anda di halaman 1dari 23

REVISI UU ITE: PERSPEKTIF

HUKUM PIDANA

Yoserwan
Fakultas Hukum Universitas Andalas
2021
PENDAHULUAN
Kerangkan pembahasan
1. Perkembangan Iptek
2. Hubungan Iptek bagi kehidupan
manusia
3. Hubungan Iptek dan Hukum
4. Latar Belakang UU ITE
5. Aspek Pidana UU ITE
6. Urgensi Revisi UU ITE
“Technology isn’t just changing
society — it’s changing what it
means to be human”
(Michael Bess,Professor of history and of European studies at Vanderbilt University in
Tennessee)
1. Perkembangan Iptek
(Industry 5.0 and Human-Robot Coworking-Working, Kadir Alspaslan Demir et all. www.sciencedidrect.com)

Industrial 5.0
• Robotic and AI
Industrial 4.0 • Sustaivbility
• IoT • Renewable
• Robotic and AI Resources
Industrial 3.0 • Big Data • Bionic
• Electronic • Cloud Computing
• IT System
• Automatic
Industrial 2.0 Production
• Devision of Labor
• Mass Production
• Electrical Energy

Industrial
1.0
• Mechanical
Production
• Water and
Steampower
2. Timeline and Society

Future
• Human – Robot Co-
2011 working
• Cyber Physical • Bio-Economic
Systems • Personalization
1969 • Cyber/Digital • Smart Society
• First Programmable
Logic Controller
• Industri
1870
• First Mechanical
loom
• Mekanisasi
• Industri
1974
• First
Mechanical
loom
• Tradisional
Agraris
3. Pengaruh Teknologi Bagi Kehidupan Manusia
IPTEK DAN HUKUM

Masyaraka
Iptek Perilaku Hukum
t
4. Latar Belakang UU ITE

 UU ITE (Cyber Law) merupakan sebuah keniscayaan dari


perkembangan Teknologi Informasi
 Teknologi Informasi melahirkan perubahan dalam kehidupan sosial:
 Prubahan Interaksi/komunikasi
 Perubahan Model Transaksi
 Perubahan Perilaku
 Perubahan Perbuatan hukum/hubungan hukum
 Globalisasi
5. Aspek Pidana UU ITE

Aspek Pidana hanya merupakan salah satu segi dari UU ITE

Hukum Pidana merupakan salah satu respon atau kebutuhan terkait


Perkembangan Teknologi Informasi

Melindungi public morality, public interes: Nyawa, tubuh, kemerdekaan,


harta kekayaan, kesusilaan, kehormatan, ketertiban/ketentraman

Kriminalisasi: Ultimum remedium, Fungsi sekunder, proporsinality,


kemanfaatan
Melindungi
Hukum Pidana Public Kriminalisasi Penalisasi
Morality/Publi
c interest
Teori-teori Pemidanaan

Retributif

Reformatio
Deterrent
n/Restoratif

Teori
Pidana/Pemid
anaan

Compensati
Prevention
on

Incapacitati
on
Tindak Pidana Siber (UU ITE)
• Pasal 27: Kesusilaan, Perjudian, Penghinaan/Pencemaran, Pemerasan/pengancaman,
Aktivitas Ilegal • Pasal 28: Menyesatkan/merugikan konsumen, kebencian/permusuhan SARA
• Pasal 29Informasi ancaman kekersan/ menakut-nakuti secara pribadi
(Cyber Enable Crimes • Pasal 30 Akses Ilegal
• Pasal 31: Intersepsi ilegal

Gangguan/Interferene
• Pasal 32 data interference 
(Cyber Indeendent • Pasal 33 system interference
Crime)

Memfasilitasi Perbuatan
yang dilarang • Pasal 34 memfasilitasi perbuatan yang dilarang 
(CEC)

Pemalsuan IE/DE
• Pasal 35: Tindak pidana pemalsuan informasi atau dokumen elektronik 
(CEC)
Karakter Delik dalam UU ITE

Tidak menyebutkan unsur Kesalahan: Kengaja atau kealpaan (kecuali yang


dirubah dengan UU No. 19 Tahun 2016: Pasal 28 ayat (1) dan (2) dan Pasal 29

Delik penghinaan tidak menyebutkan sebagai delik aduan (Putusan MK?)

Mengandung unsur-unsur yang multi interperatatif: kurang sejalan dengan Lex


Certa dan Lex Stricta.
Sanksi Pidana

Lebih berat dari KUHP

Kumulasi tidak murni

Tidak ada ketentuan alternatif pidana denda


Hukum Acara

 1. Hukum acara : KUHAP, UU ITE


 2. Penyidik: Polri, PPNS
Pelaksanaan kewenangan:
 Perlindungan privasi, kerahasiaan, kelancaran layanan publik, integritas data, atau keutuhan
data;
 Penggeledahan dan/atau penyitaan terhadap sistem elektronik atas izin ketua pengadilan negeri
setempat.
 penangkapan dan penahanan, penyidik melalui penuntut umum wajib meminta penetapan ketua
pengadilan negeri setempat dalam waktu satu kali dua puluh empat jam
 PPNS sampaikan SPDP ke PU
 Alat Bukti: KUHAP dan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
Revisi Pasal-Pasal “Bermasalah”

• Ayat (1): tentang Asusila


Pasal 27 • ayat (3): tentang Penghinaan dan Pencemaran
(Defamasi)

• Ayat (2): Ujaran Kebencian/ permusuhan individu/


Pasal 28 Masyarakat SARA

Pasal • Ancaman Kekerasan/ menakut-nakuti pribadi


29
Pasal • Konsep Mengakibatkan kerugian bagi orang lain
36
Pemahaman Unsur/Konsep

 Kesusilaan: KUHP, UU Anti Pornografi/aksi


 Penghinaan dan pencemaran: KUHP
 Ujaran kebencian
 Pemerasan/pengancaman
 Mengakibatkan kerugian
IV. TINDAK PIDANA SIBER

Mabes Polri
Polri menangani 4.656 kasus tindak pidana siber sepanjang periode Januari hingga November 2020
 pencemaran nama baik sebanyak 1.743 kasus.
  penipuan dengan 1.295 laporan;
 pornografi 390 kasus; akses ilegal dengan 292;
 ujaran kebencian atau SARA dengan 209 kasus;
 berita bohong/palsu/hoax dengan 189 kasus;
 manipulasi data dengan 160 kasus dan pengancaman 131 kasus.
 pencurian data/identitas 46 kasus.
 peretasan sistem elektronik dengan 38 kasus;
 pemerasan 35 kasus; intersepsi ilegal 29 kasus; pengubahan tampilan situs 10 kasus dan
gangguan sistem 8 kasus.
Arah Revisi UU ITE

1. Dekriminalisasi/Kembali ke KUHP/delik umum. Permasalahanya,


bagaimana kalau dilakukan melalui internet? Bagaimana alat
bukti? Kebebasan berekspresi v. Perlindungan kehormatan/nama
baik/moralitas masyarakat: kesusilaan, kehormatan/nama baik
2. Depenalisasi: Pengaturan penal mediasi/ deviasi/restorative
justice
3. Pembatasan: Menjadikan delik aduan
4. Penyaringan oleh Penyidik: Diskresi
Hukum Formil

1. Hukum acara : KUHAP, UU ITE


2. Penyidik: Polri, PPNS
Pelaksanaan kewenangan:
 Perlindungan privasi, kerahasiaan, kelancaran layanan publik, integritas data, atau
keutuhan data;
 Penggeledahan dan/atau penyitaan terhadap sistem elektronik atas izin ketua
pengadilan negeri setempat.
 penangkapan dan penahanan, penyidik melalui penuntut umum wajib meminta
penetapan ketua pengadilan negeri setempat dalam waktu satu kali dua puluh empat
jam
 PPNS sampaikan SPDP ke PU
 Alat Bukti: KUHAP dan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
PENUTUP
Pembentukan dan pembaruan hukum harus tetap mengacu:
1. Nilai-nilai Pancasila
2. Nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat
3. Nilai-nilai Universlitas
4. Rechtmatigeheid dan doelmatigheid Kemanfaatan
5. Efektivitas; cost and benefit
6. Dukungan lembaga pranata hukum:
BM Taverne:
“Geef me goede rechter, goede rechter commissarisen,
goede officieren van justitien, goede politie ambtenaren,
en ik zal met een slecht wetboeken van strafprocessrecht
het geode beruken”

Anda mungkin juga menyukai