BIOTEKNOLOGI KONSERVASI
Bioteknologi berkembang sampai pada ranah genetik sehingga bisa melakukan
konservasi pada data genetik sehingga terhindar dari biodiversity loss dengan
bioteknologi konservasi hewan dan tumbuhan langka dapat dipertahankan keragaman
genetiknya sehingga dapat menjamin kelangsungan hidup hewan langka
PENGERTIAN BIOTEKNOLOGI KONSERVASI
Menurut Convention on Biological Diversity (Konvensi Keanekaragaman
Hayati):
● "Bioteknologi konservasi adalah penerapan ilmu biologi dan teknologi untuk pelestarian
keanekaragaman hayati dengan mempertahankan, mengembangkan, atau menggunakan
secara berkelanjutan sumber daya hayati."
Sumber: Convention on Biological Diversity. (1992). Article 2. Use of Terms.
4. Konservasi Habitat:
Bioteknologi konservasi tidak hanya melibatkan organisme individu, tetapi juga mempertimbangkan pelestarian
habitat yang diperlukan untuk kelangsungan hidup spesies. Melalui pemahaman genetik dan ekologi,
bioteknologi konservasi dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk melindungi dan memulihkan
habitat yang rusak atau terancam punah.
5. Kloning dan Pembiakan Buatan: Teknik kloning dan pembiakan buatan digunakan dalam
konservasi untuk menghasilkan individu baru dari materi genetik yang terbatas. Metode seperti
transfer inti sel, fertilisasi in vitro, dan produksi embrio digunakan untuk memperbanyak dan
mempertahankan populasi organisme yang langka atau terancam punah.
6. Bioinformatika dan Analisis Data: Bioinformatika dan analisis data memainkan peran penting
dalam konservasi bioteknologi. Teknik-teknik komputasi dan analisis data digunakan untuk
memahami sekuens genetik, memprediksi perubahan lingkungan, dan mengidentifikasi
METODE PENYELESAIAN
BIOTEKNOLOGI KONSERVASI
TAHAP ANALISIS
MOLEKULER
● Isolasi DNAprinsip dasarnya lisis DNA dan Nukleuspenghilangan protein dan
RNAPresipitasi DNApencucian DNApanen DNAGenom (organisme hidup dan spesimen
maupun fosil)gen Transferpeningkatan variasi genetikperubahan nukleutidaperubahan
Fenotif
● Isolasi Gen
● Sekuensing
● Analisis data kromatogram
● Topologi filogenik
2. Aloenzim: Aloenzim adalah variasi enzim yang terjadi karena perbedaan dalam alel
enzim yang dihasilkan oleh lokus enzim yang berbeda. Metode analisis aloenzim juga
menggunakan elektroforesis gel untuk memisahkan aloenzim dalam sampel.
Perbedaan struktural atau aktivitas enzim menyebabkan perbedaan mobilitas aloenzim
di gel elektroforesis. Dengan mengamati pola pita atau band aloenzim, kita dapat
memperoleh informasi tentang keragaman genetik dalam populasi, tingkat
heterozigositas, dan keberadaan alel langka atau unik.
Tahapan umum dalam elektroforesis gel
agarose:
● Persiapan Gel Agarose: Campurkan agarose dalam larutan buffer elektroforesis yang sesuai,
seperti larutan TAE (Tris-Acetate-EDTA) atau larutan TBE (Tris-Borate-EDTA). Panaskan campuran
agarose hingga larut sempurna, dan biarkan sedikit mendingin sebelum dituang ke dalam cetakan
gel. Pasang sisipan gel, yang dapat berupa sisipan sumur tetap atau sisipan sumur tetap yang
dipasang secara horizontal. Biarkan gel mengeras sepenuhnya.
● Persiapan Sampel: Campurkan sampel dengan larutan beban, yang biasanya berisi zat pewarna
dan gliserol. Larutan beban membantu dalam melacak migrasi sampel di gel dan memberikan
berat pada sampel agar tidak mengendap di sumur.
● Pemuatan Sampel: Buat sumur-sumur di gel menggunakan sisipan sumur dengan bantuan pipet.
Perhatikan untuk tidak menusuk gel agar tidak merusaknya. Pipetkan sejumlah sampel dan
larutan beban ke dalam sumur-sumur yang telah dibuat. Gunakan pipet yang berbeda untuk
setiap sampel agar tidak terjadi kontaminasi silang antar sampel.
Tahapan umum dalam elektroforesis gel
agarose:
● Elektroforesis: Pasang gel dalam kotak elektroforesis dan tutup dengan larutan buffer
elektroforesis. Pasang elektroda positif (anoda) dan elektroda negatif (katoda) ke buffer di kedua
ujung gel. Pastikan agar elektroda tidak terhubung langsung dengan gel atau sampel. Nyalakan
sumber listrik dan atur tegangan serta waktu elektroforesis sesuai dengan kebutuhan.
● Visualisasi: Setelah elektroforesis selesai, matikan sumber listrik dan lepaskan elektroda.
Keluarkan gel dari kotak elektroforesis dan tempatkan di permukaan datar. Untuk visualisasi
sampel, gel dapat diberi pewarna seperti bromofenol biru atau etidium bromida. Pewarna ini akan
membantu melihat pola pita atau band yang terbentuk.
● Dokumentasi dan Analisis: Dokumentasikan pola pita atau band yang terbentuk di gel
menggunakan scanner gel atau sistem pencitraan lainnya. Selanjutnya, pola pita atau band dapat
dianalisis dan diinterpretasikan untuk mendapatkan informasi tentang ukuran, jumlah, atau
karakteristik sampel yang dipisahkan.
Setelah elektroforesis selesai, gel agarose dapat dibuang dengan aman sesuai dengan peraturan
limbah yang berlaku.
● Bisa akses ke yt dengan link berikut : https://youtu.be/8A0QpiDffus
2. Restriction Fragment Length Polymorphism
● Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP) adalah teknik biologi molekuler yang
digunakan untuk mendeteksi perbedaan dalam sekuens DNA antara individu atau spesies.
● RFLP didasarkan pada perbedaan dalam pola pemotongan enzim restriksi pada fragmen DNA
yang dihasilkan.
● Enzim restriksi adalah enzim yang memotong DNA pada urutan tertentu yang disebut situs
pemotongan. Setiap enzim restriksi memiliki urutan pengenalan yang spesifik dalam DNA. Ketika
DNA dipotong dengan enzim restriksi, akan terbentuk fragmen DNA yang berbeda-beda pada
individu atau spesies yang memiliki variasi dalam situs pemotongan tersebut.
Tahap dalam proses RFLP
● Isolasi dan Pemurnian DNA: DNA diisolasi dari sampel yang akan dianalisis, seperti jaringan, darah,
atau sel. Kemudian, DNA tersebut dipurnikan untuk menghilangkan kontaminan dan memastikan
kualitas yang baik.
● Pemotongan DNA dengan Enzim Restriksi: DNA yang telah diisolasi dipotong dengan enzim
restriksi yang spesifik. Enzim restriksi memotong DNA pada situs pemotongan yang terdapat dalam
sekuens DNA tertentu. Setiap individu atau spesies dapat memiliki pola pemotongan yang berbeda-
beda karena variasi dalam sekuens DNA.
● Elektroforesis Gel: Fragmen DNA yang dihasilkan setelah pemotongan dengan enzim restriksi
dipisahkan menggunakan elektroforesis gel. Gel agarose atau poliakrilamida digunakan untuk
memisahkan fragmen berdasarkan ukuran mereka. Fragmen yang lebih kecil akan bergerak lebih
jauh dalam gel dibandingkan dengan fragmen yang lebih besar.
● Pewarnaan dan Visualisasi: Setelah elektroforesis selesai, gel diberi pewarna seperti bromofenol
biru atau etidium bromida untuk memvisualisasikan pola fragmen DNA. Pewarna ini dapat mengikat
DNA dan menghasilkan fluoresensi yang dapat diamati dengan menggunakan alat pemindai gel atau
sistem pencitraan.
● Analisis Pola RFLP: Pola fragmen DNA yang terlihat di gel kemudian dianalisis. Perbedaan dalam
pola pemotongan fragmen DNA antara individu atau spesies dapat menunjukkan keberadaan
polimorfisme panjang fragmen pembatas (RFLP) dalam sekuens DNA mereka.
Gambar tahapan Restriction Fragment Length
Polymorphism
STRATEGI KONSERVASI
BIOTEKNOLOGI
4. Pemuliaan Selektif: Pemuliaan selektif adalah metode untuk mempertahankan atau
meningkatkan karakteristik genetik yang diinginkan dalam populasi organisme. Bioteknologi
digunakan untuk mempercepat proses pemuliaan dan identifikasi gen yang bertanggung jawab atas
sifat-sifat yang diinginkan. Teknik seperti marka molekuler, pemilihan berbasis DNA, dan pemuliaan
in vitro digunakan untuk meningkatkan keragaman genetik dan ketahanan spesies.
5. Kloning dan Pembiakan Buatan: Teknik kloning dan pembiakan buatan digunakan dalam
konservasi untuk menghasilkan individu baru dari materi genetik yang terbatas. Metode seperti
transfer inti sel, fertilisasi in vitro, dan produksi embrio digunakan untuk memperbanyak dan
mempertahankan populasi organisme yang langka atau terancam punah.
6. Bioinformatika dan Analisis Data: Bioinformatika dan analisis data memainkan peran penting
dalam konservasi bioteknologi. Teknik-teknik komputasi dan analisis data digunakan untuk
memahami sekuens genetik, memprediksi perubahan lingkungan, dan mengidentifikasi
3. Random Amplified Polymorphic (RAPD)
Teknik pemanfaatan DNA primer untuk mengamplifikasi DNA Genom
suatu Organisme
Prosedur kerja menggunakan teknik RAPD : Isolasi DNA totalPCR
dengan basa primermenempel pada urutan basa yang komplemen
dengan DNA templetdiperoleh fragment pendek DNA hasil
amflipikasi
Teknik berbasis PCR menggunakan enzim retriksi untuk memotong DNA total
diikuti dengan ligasi adaptor pada ujung lengket dari frakmen retriksi, satu set
frakmen retriksi kemudian dipilih untuk diamplifikasi.
Pemilihan ini dipilih dengan menggunakan primer komplementer terhadap sekuen
adaptor.
Kekutrangan : sulit dilakukan scoring dan membutuhkan DNA dalam jumlah banyak
Prinsip Kerja: AFLP melibatkan tiga tahapan utama, yaitu restricksi, ligation, dan
amplifikasi. Pada tahap restricksi, DNA target dipotong dengan enzim restriksi
yang mengenali dan memotong pada situs pemotongan spesifik. Setelah itu,
fragmen DNA yang dihasilkan diligasi dengan adaptor yang kompatibel. Tahap
amplifikasi melibatkan PCR, di mana fragmen DNA yang telah diligasi
diamplifikasi dengan menggunakan primer adaptif yang mengikat pada adaptor.
Reaksi PCR menghasilkan fragmen DNA yang akan dipisahkan dan dianalisis
dengan elektroforesis gel.
Keuntungan: AFLP memiliki beberapa keuntungan, termasuk sensitivitas tinggi dan
kemampuan untuk mengamplifikasi banyak lokus DNA sekaligus. Hal ini
memungkinkan deteksi polimorfisme genetik yang luas dalam satu eksperimen.
AFLP juga tidak memerlukan pengetahuan sekuens DNA yang spesifik dan dapat
digunakan pada spesies tanpa genom yang sepenuhnya dipetakan.
Implementasi: Implementasi AFLP melibatkan beberapa tahapan, termasuk
isolasi dan pemurnian DNA, pembuatan fragmen restriksi dengan enzim
restriksi, ligation dengan adaptor, reaksi PCR menggunakan primer adaptif,
elektroforesis gel agarose atau poliakrilamida untuk memisahkan fragmen
DNA, dan visualisasi pola pita atau band DNA yang dihasilkan.
Aplikasi: AFLP telah digunakan dalam berbagai bidang penelitian dan
aplikasi, termasuk studi kekerabatan dan evolusi, pemetaan genetik,
analisis keragaman genetik dalam populasi, pemilihan klon dalam
pemuliaan tanaman, dan identifikasi sumber daya genetik penting untuk
konservasi. Informasi AFLP dapat digunakan untuk memahami struktur
populasi, pola migrasi, keberagaman genetik, dan asal usul individu atau
spesies.
Microsatelit atau Simple Sequence Repeat (SSR) adalah sekuen DNA yang terdiri
dari pengulangan pendek dari satu hingga enam basa secara berulang. SSRs
terdiri dari unit dasar yang diulang, seperti ATATAT atau GATA, dan panjang
sekuen ini dapat bervariasi antara individu-individu dalam populasi.
Pada teknik ini alel mudah dibedakan, memiliki tingkat variabilitas yang tinggi dan
mudah digunakan dalam teknik PCR
Teknik ini adalah yang paling sering dugunakan oleh para peneliti untuk
menggambarkan suatu stuktur genetik populasi
Microsatelit simple squence repeat ( SSRs)
Struktur SSR: SSRs terdiri dari satu hingga enam basa yang diulang secara
berulang. Contoh unit dasar SSR adalah dinukleotida (dua basa) seperti AT,
trinukleotida (tiga basa) seperti GAT, tetranukleotida (empat basa) seperti
AAGT, dan seterusnya. SSRs biasanya ditemukan di seluruh genom organisme
dan sering kali memiliki pola distribusi yang tidak merata.
Keberagaman dan Polimorfisme: SSRs sangat polimorfik dan memiliki tingkat
variasi tinggi antara individu-individu dalam suatu populasi. Variasi terjadi
dalam jumlah pengulangan unit dasar dan panjang total sekuen SSR.
Polimorfisme SSR dapat digunakan sebagai marker genetik yang sangat
informatif dalam studi kekerabatan, pemetaan genetik, dan analisis keragaman
genetik.
Microsatelit simple squence repeat ( SSRs)
Deteksi SSR: Deteksi SSR melibatkan amplifikasi DNA menggunakan
primer PCR yang spesifik untuk wilayah sekitar SSR. Amplifikasi
dilakukan dengan teknik PCR menggunakan kondisi yang dioptimalkan
untuk memperoleh hasil yang akurat. Fragmen DNA yang dihasilkan
kemudian dipisahkan menggunakan elektroforesis gel agarose atau
poliakrilamida untuk memvisualisasikan pola pita atau band SSR.
Aplikasi SSR: SSRs digunakan dalam berbagai bidang penelitian dan
aplikasi. Mereka digunakan dalam studi kekerabatan dan evolusi untuk
mempelajari hubungan antara individu, populasi, atau spesies. SSRs juga
digunakan dalam pemetaan genetik untuk menentukan posisi kromosom
gen atau marker terkait. Selain itu, SSRs digunakan dalam pemuliaan
tanaman dan hewan untuk seleksi genetik, analisis keragaman genetik,
dan pengelolaan sumber daya genetik.
Keunggulan simple squence repeat ( SSRs)
Keunggulan SSR adalah keberagaman yang tinggi, penyebaran genomik
yang luas, polimorfisme yang kaya, dan penanganan laboratorium yang
relatif sederhana. Namun, ada beberapa tantangan dalam penggunaan
SSR, seperti interpretasi yang rumit karena adanya variasi dalam
interpretasi pola pita SSR dan kebutuhan untuk pengoptimalan primer
PCR yang spesifik untuk setiap SSR yang diteliti.
TUJUAN :
1. Identifikasi molekuler spesies yang sudah terdeskripsikan
2. Spesies yang belum terdeskripsikan
Kegunaan DNA Barcode
● Identifikasi Satwa Liar dan Produk Terkait: Analisis mtDNA juga digunakan
untuk mengidentifikasi satwa liar dan produk terkait yang berasal dari badak
Sumatera. Dengan membandingkan sekuens mtDNA dari sampel yang
dikumpulkan dari satwa liar atau produk yang diambil dari pasar ilegal, dapat
ditentukan asal-usul spesies tersebut. Informasi ini penting dalam penegakan
hukum terkait perdagangan ilegal, perlindungan spesies, dan pemantauan
aktivitas perdagangan yang merugikan populasi badak Sumatera.
● Pemetaan Sejarah Evolusi: Analisis mtDNA membantu dalam memahami
sejarah evolusi badak Sumatera. Dengan mempelajari sekuens mtDNA dari
berbagai individu badak Sumatera, dapat diidentifikasi hubungan evolusioner
antara populasi dan perubahan genetik yang terjadi sepanjang waktu.
Informasi ini membantu dalam pemahaman tentang asal-usul spesies,
perubahan historis dalam distribusi geografis, dan faktor-faktor yang
memengaruhi evolusi dan konservasi badak Sumatera.
Analisis DNA Mitokondria Badak Sumatera Dalam Konservasi Genetik