Anda di halaman 1dari 17

Pencegahan Penyakit, Cacat,

dan Kematian (2)

Prof. dr. Soedjajadi Keman, MS., Ph.D.


Dept. Kesehatan Lingkungan – FKM Unair

02/06/23 1
HUBUNGAN MANUSIA DAN LINGKUNGAN

 Status kesehatan merupakan refleksi dari hasil


akhir interaksi kompleks antara sistem biologis
internal dan sistem lingkungan eksternal secara
keseluruhan;
 Sistem penyangga kehidupan menyediakan
kebutuhan dasar aktivitas manusia;
 Akibat aktivitas manusia (industri, pertanian,
transportasi, pemukiman, dsb) menghasilkan
limbah dan residu;
 Limbah dan residu selanjutnya mempengaruhi
sistem penyangga kehidupan dan juga kesehatan
manusia.
Sistem Residu
Penyangga dan
Kehidupan Limbah

Aktivitas
Manusia

Bahaya
Lingkungan

Hubungan manusia dan lingkungan


Upaya Kesehatan Lingkungan

Sumber Komponen
Masyarakat
Perubahan Lingkungan Efek
Sasaran
Primer Air
Aktivitas Udara Sehat
Umur
manusia Tanah atau
Kelamin
atau Makanan Sakit
Lokasi
alamiah Vektor

Sumber Perubahan
Sekunder

Model hubungan interaksi komponen lingkungan


dengan manusia
Pengendalian efektif
 Air limbah dan tinja
merupakan sumber
infeksi virus, bakteri,
protozoa, maupun
cacing; serta bahan kimia
beracun dan berbahaya
lainnya;

 Pengendalian penularan
penyakit yg paling efektif
adalah dengan
memutuskan mata rantai
penularan langsung pada
sumbernya;
Air

Mati
Tangan

Air Limbah
dan Makanan Manusia
Tinja
Serangga
Tikus

Sakit

Tanah

Rantai penularan penyakit yang bersumber dari


air limbah tinja kepada manusia
Lingkungan

Kesehatan
Genetik Perilaku
Masyarakat

Pelayanan
Kesehatan

Faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat


menurut H.L. Blum
Epidemiologi Lingkungan Molekuler

 Epidemiologi lingkungan molekuler adalah aplikasi teknologi


canggih pada studi epidemiologi (lingkungan) terhadap
material atau sampel biologis (Higginson, 1977);

 Pendekatan dengan metode teknologi canggih laboratorium


dengan kombinasi penggunaan epidemiologi analitik untuk
mengidentifikasi di tingkat biokimia atau molekuler terhadap
agent eksternal spesifik dan/atau faktor pejamu (host) yang
berperan pada penyakit pada manusia;

 Untuk itu telah diperkenalkan istilah petanda biologis atau


biological marker atau biomarkers.

02/06/23 8
Biomonitoring

 Pengukuran dosis pajanan dengan biomonitoring juga


bertujuan mengukur metabolit yang relevan di dalam contoh
biologis.

 Kedua macam pengukuran (monitoring lingkungan dan


monitoring biologis) harus selalu diperhitungkan
kemungkinan interaksi kimia dan fisik, oleh karena mengubah
dampak kesehatan secara kualitatif dan kuantitatif.

 Interaksi dapat merubah sifat pajanan dan selanjutnya


merubah risiko efek kesehatan.

02/06/23 9
Intake, uptake, dan jaringan target sasaran untuk toksikan / xenobiotik eksogen serta
media yang tersedia untuk mempelajari Biomarkers pada manusia atau mahluk Hidup
lainnya terlihat pada skema dibawah ini.

02/06/23 10
Cairan Darah Menduduki Posisi Sentral
 Cairan darah menduduki posisi sentral baik sebagai alat
mendistribusikan toksikan/xenobiotik ke seluruh tubuh, dan
juga sebagai organ target sasaran dari toksikan/xenobiotik.

 Cairan darah termasuk konstituennya sel darah merah dan sel


darah putih tersedia sebagai sebagai sampel penelitian
(sebagai jaringan pengganti atau ‘surrogate’) walau organ
target sebenarnya misalnya ada di sel epitel saluran
pernafasan bagian bawah atau kandung kemih;

 Contoh stem cell sumsum tulang adalah organ target sasaran


dari toksikan/xenobiotik berupa benzen, dimana ‘micronuclei’
dari sel ini merupakan biomarker yang cocok, yg bisa
diidentifikasi malalui ‘surrogate’ yg kurang invasif
pengambilannya;
02/06/23 11
‘Surrogate’
 ‘Surrogate’ adalah istilah untuk jaringan pengganti yang benar-
benar merefleksikan kejadian yang ada pada jaringan target
sasaran.

 Akhir-akhir ini semakin dirasakan kebutuhan program


biomonitoring, skrining, dan surveilans efek kesehatan yang
masih dini dari pajanan terhadap toksikan/xenobiotik di
lingkungan hidup manusia, juga dirasakan relatif ketidak-
mampuan dalam mendeteksi tanda dini efek kesehatan akibat
pajanan bh toksikan/xenobiotik di lingkungan dengan
menggunakan perubahan biokimiawi dan patologis di dalam
sel atau jaringan sebagai indikator biologis yang disebut
sebagai biomarker (petanda biologis).

02/06/23 12
Alur Komponen Biomarker Dalam Suatu Tahapan Urutan Antara Pajanan
Sampai Timbulnya Penyakit (Modifikasi dari Committee on Biological Markers,
National Research Council, 2001).

Pajanan

Biomarker Dosis Pajanan Internal


Pajanan

Dosis Pajanan Efektif


Status Gizi

Efek Biologis Dini


Biomarker Faktor
Kerentanan Genetik
Kerusakan
Struktur/Fungsi
Status
Immunitas
Biomarker Penyakit
Efek

Stadium Lanjut
Penyakit

02/06/23 13
Continuum of Events
 Indikator atau marker biologis (biomarker) tersebut dalam
mewakili tanda di dalam satu kejadian yang berturutan
(continuum of events) antara pajanan penyebab (causal
exposure) dan penyakit yang ditimbulkannya (resultant
disease).

 Urutan antara pajanan terhadap suatu bahan pencemar yang


toksik sampai terjadinya penyakit telah diidentifikasi dan
paling tidak terdiri atas tujuh komponen, urutan ini merupakan
kejadian temporal.

 Urutan tersebut adalah (1) Pajanan terhadap bahan toksik di


lingkungan; (2) Dosis pajanan internal; (3) Dosis pajanan
efektif; (4) Efek biologis dini; (5) Kerusakan struktur atau
fungsi sel/jaringan; (6) Timbulnya penyakit; (7) Stadium lanjut
02/06/23 penyakit. 14
Ambisi Mempelajari Biomarkers

 Setiap perubahan biologis dini derivat dari tanda biokimiawi,


molekuler, genetik, imunologis atau fisiologis dari tiap tahap
merupakan ambisi untuk mempelajarinya.

 Marker kepekaan (susceptibility markers) andalah indikator


peningkatan atau penurunan risiko pada setiap tahap dalam
urutan tersebut.

 Marker kepekaan terbagi menjadi marker pajanan (markers of


exposure) terdiri atas dosis internal, dosis efektif, dan efek
biologis dini; dan marker efek (markers of effects) terdiri atas
kerusakan struktur atau fungsi sel/jaringan, timbulnya
penyakit, dan stadium lanjut penyakit.

02/06/23 15
Referensi

 Hulka BS, Wilcosky TC, and Griffith JD (1990) Biological Markers


in Epidemiology. Oxford: Oxford University Press.

 Keman S (1997) Biomarkers of Chronic Non-Specific Airway


Diseases. Masstricht: Unigraphic Maastricht University.

 Keman S (2013) Penelitian Epidemiologi Lingkungan dalam


Perspektif Kesehatan Masyarakat. Surabaya: Airlangga
University Press.

 Schins RPF (1996) Biomarkers in Ex Coal Miners Exposed to


Chronic Mineral Dusts. Maastricht: Datawyse Press.

02/06/23 16
Sekian,
Terima Kasih

02/06/23 17

Anda mungkin juga menyukai