Anda di halaman 1dari 21

Frambusia dan Rabies

Oleh :
KELOMPOK 3
Frambusia
 Pengertian

Frambusia
merupakan penyakit
infeksi kulit.
o g i
iol
Et

Frambusia disebabkan oleh


Treponema pallidum sub
spesies pertenue,
 Gejala Klinis
oStadium Primer
Setelah masa inkubasi antara 9-90 hari (rata-rata 3 minggu), lesi
primer atau induk frambusia berkembang pada sisi yang terkena
penularan berupa gigitan, goresan dan gesekan dengan kulit yang terkena
frambusia. Umumnya terjadi di daerah anggota gerak (lengan dan kaki).
Lesi berwarna kemerahan, tidak nyeri dan kadang-kadang gatal-gatal
berbentol/kutil (papul). Papul-papul tersebut akan meluas dengan
diameter 1-5 cm untuk kemudian menjadi ulkus (luka terbuka) dengan
dasar berwarna kemerahan seperti buah berry. Lesi-lesi satelit bisa
bersatu membentuk plak. Karena jumlah treponema yang banyak, maka
lesi tersebut sangat menular. Pembesaran kelenjar limfa, demam serta
rasa nyeri merupakan tanda dari stadium ini. Induk frambusia akan pecah
dalam 2-9 bulan yang meninggalkan bekas dengan bagian tengah yang
bersifat hipopigmentasi.
o Stadium Sekunder
Sekitar 6-16 minggu setelah stadium primer. Lesi kulit atau lesi
anakan yang menyerupai lesi induk tapi berukuran lebih kecil yang
biasanya ditemukan dipermukaan tubuh dan sebagian di rongga
mulut atau hidung. Lesi anakan ini akan meluas, membentuk ulkus
dan menghasilkan cairan-cairan fibrin yang berisi treponema, yang
kemudian mengering menjadi krusta. Cairan tersebut menarik lalat-
lalat untuk hinggap dan kemudian menyebarkannya ke orang lain.
Kadang-kadang bentuk serupa infeksi jamur dapat terlihat. Kondisi
ini diakibatkan proses penyembuhan inti dari papiloma atau
gabungan dari lesi yang membentuk bundaran. Lesi di aksila atau di
lipat paha menyerupai condylomatalata. Papil-papil di telapak kaki
berbentuk tipis, hiperkeratosis yang akan menjadi erosi. Rasa nyeri
menandai stadium ini.
o Stadium Tersier
Pada stadium ini, sekitar 10% kasus setelah 5-15 tahun akan
kembali kambuh, yang ditandai dengan lesi kulit yang
destruktif, lesi pada tulang dengan kemungkinan terkenanya
jaringan saraf dan penglihatan penderita. Bertambahnya
ukuran, tidak nyeri, perkembangan nodul-nodul dibawah kulit
dengan penampakan nanah nekrosis dan ulkus. Ulkus tersebut
terinfeksi karena rusaknya struktur kulit dibawahnya. Bentuk
hiperkeratosis dan keratoderma pada telapak tangan dan kaki
sangat jelas terlihat. Stadium ini dapat menyerang tulang dan
persendian. Infeksi tulang (osteitis) yang terutama menyerang
tulang kaki dan tangan. Infeksi ini apabila tidak terkendali akan
menyebabkan hancurnya struktur tulang, dan berakhir dengan
kecacatan dan kelumpuhan.
Diagnosa
Diagnosa dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
mikroskop lapangan gelap atau pemeriksaan
mikroskopik langsung FA (Flourescent Antibody)
dari eksudat yang berasal dari lesi primer atau
sekunder. Test serologis nontrepanomal untuk sifilis
misalnya VDRL (venereal disease research
laboratory), RPR (rapid plasma reagin) reaktif
pada stadium awal penyakit menjadi non reaktif
setelah beberapa tahun kemudian, walaupun tanpa
terapi yang spesifik, dalam beberapa kasus penyakit
ini memberikan hasil yang terus reaktif pada titer
rendah seumur hidup. Test serologis trepanomal,
misalnya FTA-ABS (fluorescent trepanomal
antibody – absorbed), MHA-TP (microhemag-
glutination assay for antibody to t. pallidum)
biasanya tetap reaktif seumur hidup.
Prognosis Frambusia
Pada penyakit frambusia presentase
angka kesembuhannya sangat
tinggi yaitu 95%-97%, sehingga
sangat kecil kemungkinan
penderita tidak dapat disembuhkan.
Pencegahan
Strategi pemberantasan frambusia terdiri dari 4 hal
pokok yaitu:
• Skrining terhadap anak-anak berusia di bawah 15
tahun untuk menemukan penderita
• Memberikan pengobatan yang akurat kepada
penderita di Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) dan
pencarian kontak.
• Penyuluhan kepada masyarakat tentang perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS).
• Perbaikan kebersihan perorangan melalui
penyediaan sarana dan prasarana air bersih serta
penyediaan sabun waktu mandi.
Pengobatan
Frambusia

Dosis dan Cara Pengobatan


Frambusia Pilihan utama

Umur Nama obat Dosis Pemberian Lama pemberian

10 thn Benz.penisilin 600.000 IU IM Dosis Tunggal

≥ 10 tahun Benz.penisilin 1.200.000 IU IM Dosis Tunggal

Alternatif

< 8 tahun Eritromisin 30 mg/kgBB bagi 4 dosis Oral 15 hari

8-15 tahun Tetra atau erit. 250mg, 4×1 hri Oral 15 hari

>8 tahun Doxiciclin 2-5 mg/kgBB bagi 4 dosis Oral 15 hari

Dewasa 100mg 2 × 1 hari Oral 15 hari


Penatalaksanaan
a) Pemeriksaan terhadap sebagian
besar penduduk dengan survei
lapangan.

b) Pengobatan terhadap kasus


aktif yang diperluas pada keluarga
dan kelompok masyarakat
sekitarnya berdasarkan bukti
adanya prevalensi frambusia aktif.

c) Lakukan survei berkala dengan


tenggang waktu antara 1 – 3 tahun
sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan masyarakat
pedesaan disuatu negara.
Pengertian
 Rabies ata
:
u l e b i h s e ri ng
Rabies
n n a m a a n j ing
a
dikenal deng s u atu
k a n
gila merupa a k u t y a n g
ek s i
penyakit inf s a r a f p u sat
y er a n g su s unan
men
a k a n p e n y a kit
up
 Rabies mer g at
y a n g s a n
Zoonosa i ta k u t i k a rena
an d
berbahaya d r a n g m a n u sia
i l a t el a h m enye hir
b e l a u b e ra k
u h e w an a k an s
ata
a n k e m a t i a n.
deng
Etiologi
Penyakit ini
disebabkan oleh virus
rabies yang terdapat
pada air liur hewan
yang terinfeksi.
Hewan ini menularkan
infeksi kepada hewan
lainnya atau manusia
melaui gigitan dan
c. Stadium Eksitasi
Gejala Klinis Tonus otot-otot dan aktivitas simpatik
menjadi meninggi dengan gejala
a. Stadium Prodromal hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi
dan pupil dilatasi. Bersamaan dengan
Gejala-gejala awal berupa stadium eksitasi ini penyakit mencapai
demam, malaise, mual dan puncaknya, yang sangat khas pada stadium
ini adalah adanya macam-macam fobi, yang
rasa nyeri di tenggorokan sangat terkenal diantaranya ialah hidrofobi
selama beberapa hari. (takut air). Kontraksi otot-otot faring dan
otot-otot pernafasan dapat pula ditimbulkan
oleh rangsang sensorik seperti meniupkan
b. Stadium Sensoris udara ke muka penderita atau dengan
Penderita merasa nyeri, menjatuhkan sinar ke mata atau dengan
menepuk tangan di dekat telinga penderita.
rasa panas disertai kesemutan Pada stadium ini dapat terjadi apnoe,
pada tempat bekas luka. sianosis, konvulsa, dan takikardi. Tindak-
tanduk penderita tidak rasional kadang-
Kemudian disusul dengan kadang maniakal disertai dengan saat-saat
gejala cemas, dan reaksi yang responsif. Gejala-gejala eksitasi ini dapat
berlebihan terhadap rangsang terus berlangsung sampai penderita
meninggal, tetapi pada saat dekat kematian
sensorik. justru lebih sering terjadi otot-otot melemas,
hingga terjadi paresis flaksid otot-otot
d. Stadium Paralisis
Sebagian besar penderita rabies meninggal
dalam stadium eksitasi. Kadang-kadang ditemukan
juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan
paresis otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini
karena gangguan sumsum tulang belakang, yang
memperlihatkan gejala paralisis otot-otot
pernafasan.
Di a g n o s a
Tidak ada tes akurat untuk mendiagnosa rabies pada
hewan hidup. Tes antibody fluorescent adalah yang
paling akurat untuk diagnosa yang telah digunakan
lebih dari 40 tahun dan dijadikan standar dalam
pendiagnosaan penyakit rabies. Namun karena
memerlukan jaringan otak, maka hal ini hanya bisa
dilakukan setelah kematian hewan tersebut dengan
menggunakan suntik mati terlebih dahulu, jadi tidak
dapat di praktekkan pada manusia. Akan tetapi, uji
serupa dapat tetap dilakukan menggunakan serum,
cairan sumsum tulang belakang, atau air liur
penderita walaupun tidak akurat 100%. 
Prognosa
it r a b ie s
Penyak a k i t
ak a n p e n y
meru p
g s a n g a t
yan
a y a d a n
berbah b il a
u t i k a r en a
dita k g
n y e ra n
telah me e w a n
s ia at a u h
ma n u hi r
la l u b e r a k
maka s e
k e m a t i a n .
de n g a n
Pencegahan
Langkah-langkah untuk mencegah rabies bisa diambil sebelum
terjangkit virus atau segera seteleh terjangkit. Sebagai contoh,
vaksinasi bisa diberikan kepada orang-orang yang berisiko tinggi
terhadap terjangkitnya virus, yaitu :
• Dokter hewan
• Petugas laboratorium yang menangani hewan-hewan yang terinfeksi
• Orang-orang yang menetap atau tinggal lebih dari 30 hari di daerah
yang terjangkit rabies dimana banyak anjing ditemukan
• Para penjelajah gua kelelawar

Vaksinasi memberikan perlindungan seumur hidup. Tetapi kadar


antibody
akan menurun, sehingga orang yang berisiko tinggi terhadap
penyebaran
selanjutnya harus mendapat dosis buster vaksinasi setiap 2 tahun.
Pengobatan
• Penanganan luka gigitan sesegera mungkin. Seperti membersihkan
bagian yang digigit dengan sabun. Jika luka telah dibersihkan, kepada
penderita yang belum pernah mendapatkan imunisasi dengan vaksin
rabies diberikan suntikan immunoglobin rabies.

• Jika belum pernah mendapatkan imunisasi, maka suntikan vaksin


rabies diberikan pada saat digigit hewan rabies dan pada hari ke 3, 7,
14, dan 28

• Jika penderita pernah mendapatkan vaksinasi, maka risiko menderita


rabies akan berkurang, tetapi luka gigitan harus tetap dibersihkan dan
diberikan 2 dosis vaksin (pada hari 0 dan 2)

• Sebelum ditemukannya pengobatan, kematian biasanya terjadi


dalam 3-10
hari. Kebanyakan penderita meninggal karena sumbatan jalan nafas
Penatalaksanaan
• Penanganan luka gigitan hewan penular rabies
Setiap ada kasus gigitan hewan penular rabies (anjing, kucing, kera) harus
ditangani dengan tepat dan sesegera mungkin. Untuk mengurangi/ mematikan virus
rabies yang masuk pada luka gigitan, usaha yang paling efektif ialah mencuci luka
gigitan dengan air (sebaiknya air mengalir) dan sabun atau deterjen selama 10 – 15
menit, kemudian diberi alkohol 70%.

• Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) sesudah digigit (Post Exposure


Treatment). Dosis dan cara pemberian VAR (Purified Vero Rabies Vaccine =
PVRV) : Diberikan 4 x suntikan @ 0,5 ml pada hari ke-0 sebanyak 2 dosis sekaligus
di regio deltoideus kanan dan kiri, hari ke-7 dan 21 masing-masing 1 dosis secara
intramuskuler (i.m). Dosis sama untuk semua umur.

• Perawatan rabies pada manusia


1. Pasien dirujuk ke rumah sakit
2. Sebelum dirujuk, pasien diinfus dengan ringer laktat atau NaCl 0,9%,
kalau perlu diberi antikonvulsan dan sebaiknya pasien difiksasi selama
dalam perjalanan dan waspada terhadap tindak-tanduk pasien  yang
tidak rasional, kadang-kadang maniakal disertai saat-saat responsif.
Sekian dan Terima Kasih
Tuhan Memberkati

Kelompok 3

Anda mungkin juga menyukai