MIA Pembimbing :
dr. Pramita Anindya Sp.A
Penulis :
Komang Agus Brata 20200420110
Mohammad Kalaznykov 20200420120
LATAR BELAKANG
- Indonesia termasuk salah satu negara dalam sabuk thalassemia dunia, yaitu negara dengan frekuensi gen
(angka pembawa sifat) thalassemia yang tinggi. Hal ini terbukti dari penelitian epidemiologi di Indonesia yang
mendapatkan bahwa frekuensi gen thalassemia beta berkisar 3-10%.
- Jika dihitung menggunakan prinsip Hardy-Weinberg tentang frekuensi alel dari generasi ke generasi maka
setiap tahunnya akan lahir 2500 bayi dengan thalassemia mayor. Andaikan saja ada 1500 bayi yang terdaftar
setiap tahunnya, dapat dibayangkan berapa banyak anak thalassemia mayor, untuk 10 tahun ke depan yang harus
dibiayai negara (pedoman tatalaksana thalassemia)
DEFINISI
Thalasemia adalah suatu penyakit keturunan
yang terbentuk
ETIOLOGI
Thalasemia merupakan autosomal resesif.
Berarti kedua orang tua harus terpengaruh
atau pembawa penyakit untuk
mentransfernya ke generasi berikutnya. Hal
ini disebabkan oleh mutasi atau delesi gen
Hb, yang mengakibatkan kekurangan
produksi atau tidak adanya rantai alfa atau
beta.
-Theory Mandel-
EPIDEMIOLOGI
- Sekitar 7% populasi dunia sebagai pembawa sifatThalassaemia
- kematian sekitar 50.000 – 100.000 anak dimana 80% nya terjadi
di negara berkembang.
- Di Indonesia prevalensi karier Talasemia mencapai sekitar
3,8%.
- Dari 240 juta penduduk Indonesia diperkirakan saat ini terdapat
sekitar 5.520.000 kasus bayi yang lahir dengan Talasemia tiap
tahunnya.
PATOFISIOLOGI
- kelainan genetik yang menyebabkan tidak adekuatnya produksi gen
yang membuat rantai globin menyebabkan kurangnya atau tidak
adanya sinstesis rantai globin sehingga terjadi ketidakseimbangan
jumlah rantai globin yang terbentuk.
- Lokus gen untuk produksi rantai alpha terletak pada kromosom 16
sedangkan untuk rantai non alpha terletak pada kromosom 11.
- Biasanya pasangan rantai globin alpha dan non alpha diproduksi
dengan rasio mendekati 1:1
PATOFISIOLOGI
- Jika terjadi ketidakseimbangan,contohnya pada penurunan produksi
salah satu rantai globin kelebihan dari rantai globin tersebut akan
terakumulasi dalam sel menjadi produk tidak stabil dan menyebabkan
destruksi sel.
- Toksisitas rantai alpha pada beta thalasemia lebih prominen dari
toksisitas rantai beta pada alpha thalasemia
- Pada beta thalasemia, kelebihan rantai alpha tidak dapat membentuk
homotetramer sehingga hanya akan menyebabkan hemolisis dan
eritropoiesis inefektif yang menyebabkan anemia berat.
- Sedangkan pada alpha thalsemia, kelebihan rantai gamma dan beta
masih bisa membentuk homotetramer walaupun Hb tidak stabil
PATOFISIOLOGI
- Hematopoesis yang masif ini menyebabkan beban kerja liver dan
splen memberat sehingga menyebabkan hepatomegali dan
spleenomegali, di ikuti oleh ekspansi masif sumsum tulang dan
meningkatkan beban kerja jantung.
KLASIFIKASI
Thalasemia Thalasemia
Alfa α Beta β
Thalasemia alpha menunjukkan adanya defek dari rantai globin alpha pada
hemoglobin. Dalam produksi rantai globin alpha, ada 4 gen yang dilibatkan.
Thalasemia alpha terjadi saat terdapat satu atau lebih defek dari gen tersebut.
Thalasemia beta, tidak seperti thalasemia alpha yang kelainannya berasal dari
delesi komplit dari gen pembentuk rantai globin, pada thalasemia beta gen beta
globin masih ada namun produksi protein beta globinnya tersupresi. Derajat
supresinya bervariasi dari gen tersebut sama sekali tidak membentuk rantai globin
beta (beta-0 thalassemia) atau produksi rantai betanya lebih lambat dari normal
namun masih ada (beta-(+) thalassemia). selain itu tidak seperti rantai globin alpha
yang membutuhkan empat gen, sintesis rantai globin beta hanya membutuhkan dua
gen. Thalasemia beta dapat terjadi heterozigot atau homozigot, jiga heterozigot
maka satu gen dapat mengkompensasi.(
DIAGNOSIS
Diagnosis thalassemia ditegakkan dengan berdasarkan kriteria anamnesis,
pemeriksaan fisis, dan laboratorium. Manifestasi klinis thalassemia mayor
umumnya sudah dapat dijumpai sejak usia 6 bulan.
ANAMNESIS
a. Pucat kronik : usia awitan terjadinya pucat perlu ditanyakan
b. Pada thalassemia β/HbE usia awitan pucat umumnya didapatkan pada usia yang lebih tua.
c. Riwayat transfusi berulang; anemia pada thalassemia mayor memerlukan transfusi berkala.
d. Riwayat keluarga dengan thalassemia dan transfusi berulang.
e. Perut buncit; perut tampak buncit karena adanya hepatosplenomegali.
f. Etnis dan suku tertentu; angka kejadian thalassemia lebih tinggi pada ras Mediterania, Timur
Tengah, India, dan Asia Tenggara. Thalassemia paling banyak di Indonesia ditemukan di
Palembang 9%, Jawa 6-8%, dan Makasar 8%.
g. Riwayat tumbuh kembang dan pubertas terlambat.
PEMERIKSAAN FISIK
Beberapa karakteristik yang dapat ditemukan dari pemeriksaan
fisis pada anak dengan thalassemia yang bergantung transfusi
adalah pucat, sklera ikterik, facies Cooley (dahi menonjol,
mata menyipit, jarak kedua mata melebar, maksila hipertrofi,
maloklusi gigi), hepatosplenomegali, gagal tumbuh, gizi
kurang, perawakan pendek, pubertas terlambat, dan
hiperpigmentasi kulit.
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
a. Anemia yang dijumpai pada thalassemia mayor cukup berat dengan kadar hemoglobin mencapai <7
g/dL.
b. Hemoglobinopati seperti Hb Constant Spring dapat memiliki MCV dan MCH yang normal, sehingga
nilai normal belum dapat menyingkirkan kemungkinan thalassemia trait dan hemoglobinopati.
c. Indeks eritrosit merupakan langkah pertama yang penting untuk skrining pembawa sifat thalassemia
(trait), thalassemia δβ, dan high Persisten fetal hemoglobine (HPFH)13,
d. Mean corpuscular volume (MCV) < 80 fL (mikrositik) dan mean corpuscular haemoglobin (MCH) <
27 pg (hipokromik).
INDIKASI
Terapi kelasi besi bertujuan untuk detoksifikasi kelebihan besi yaitu mengikat
besi yang tidak terikat transferin di plasma dan mengeluarkan besi dari tubuh.
Kelasi dimulai setelah timbunan besi dalam tubuh pasien signifikan, yang dapat
dinilai dari beberapa parameter seperti jumlah darah yang telah ditransfusikan,
kadar feritin serum, saturasi transferin, dan kadar besi hati/ liver iron concentration
– LIC
JENIS DAN CARA PEMBERIAN
1.
KELASI BESI
Desferoksamin (desferal, DFO)
2. Deferipron (Ferriprox DFP, L1)
3. Deferasiroks (Exjade / DFX)
NUTRISI DAN
-
SUPLEMENTASI
kalsium, vitamin D, folat, trace mineral (kuprum/ tembaga, zink, dan selenium)
- antioksidan (vitamin C dan E). Pemeriksaan laboratorium berkala mencakup glukosa darah
puasa, albumin, 25-hidroksi vitamin D, kadar zink plasma, tembaga, selenium, alfa- dan gamma-
tokoferol, askorbat, dan folat. Tidak semua pemeriksaan ini didapatkan di fasilitas kesehatan.
- Suplementasi Vit D 50.000 IU 1x1 pada pemeriksaan 25-hidroksi Vit D < 20ng/dL
- Suplementasi Vit C 2-3mg/kg/hari bersamaan dgn kelasi besi
- Suplementasi As. Folat 1-5mg/kg/hari 2x1mg/hari
SPLENEKTOMI
Indikasi
1. Kebutuhan Transfusi meningkat hingga >200-250cc PRC/Kg/tahun atau 1/5x dibandingkan
biasanya
2. Hipersplenisme ditandai dengan splenomegaly dan leukopenia / trombositopenia
TRANSPLANTASI SUMSUM
TULANG
Hingga saat ini tata laksana kuratif pada thalassemia mayor hanya transplantasi sumsum tulang
(hematopoietic stem cell transplantation / HSCT)
Pasien dengan transplantasi HLA-matched related allogenic tanpa faktor risiko memiliki tingkat
harapan hidup/overall survival (OS) 93% dan harapan hidup tanpa penyakit/disease-free survival
(DFS) 91%. Pasien dengan 1 atau 2 faktor risiko memiliki OS 87% dan DFS 83%, sedangkan pasien
dengan 3 faktor risiko memiliki OS 79% dan DFS 58%..