Oleh:
Kelompok 1
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
2018
A. Definisi Talasemia
Talasemia (Mediterranean anemia) adalah kelainan darah bawaan yang
ditandai dengan jumlah hemoglobin dan sel darah merah dalam tubuh yang
berkurang dari normalnya. Penyakit bawaan pada anak ini biasanya
disebabkan karena kelainan genetik [5]. Talasemia juga termasuk dalam
kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan oleh gangguan
sintesis hemoglobin akibat mutasi di dalam atau di dekat gen globin. Mutasi
tersebut yang nantinya menimbulkan dua perubahan pada rantai hemoglobin
yaitu perubahan struktur rangkaian asam amino (hemoglobinopati struktural)
dan perubahan kecepatan sintesis atau kemampuan produksi rantai globin
tertentu (Talasemia)[1].
B. Klasifikasi Talasemia
Talasemia α
Ditandai dengan penurunan sintesis rantai α globin karena delesi salah satu
sampai keempat gen α globin yang seharusnya ada. Talasemia dapat dibagi
menjadi menjadi dua kelompok yaitu :
Bentuk ini tidak dijumpai delesi gen α, namun terjadi mutasi gen yang
menyebabkan gangguan pada rantai globin α.
a. Silent Carrier
Disebabkan oleh delesi satu gen α globin. Dalam hal ini, tubuh tetap
melakukan sintesis rantai α globin walaupun terdapat satu gen yang
mengalamai delesi sehingga penderita tidak akan merasakan tanda dan
gejala apapun, bahkan bisa menjalankan hidup secara normal dan sehat.
disebabkan oleh delesi dua gen α globin sehingga sel darah merah menjadi
lebih kecil dari biasanya, baik di kromosom yang sama atau satu dari
masing-masing kromosom.
Disebabkan oleh delesi tiga dari empat kromosom gen α globin, sehingga
sintesis rantai α tertekan dan membentuk tetramer yang tidak stabil dari
kelebihan β-globin ( HbH )
disebabkan oleh delesi keempat gen α globin. Dalam hal ini, tubuh
kehilangan hemoglobin yang signifikan sehingga menyebabkan terjadinya
anemia yang parah.
Talasemia β
a. Talasemia mayor
Keadaan ini menimbulkan satu dari dua sindrom ; (1) ditandai dengan
anemia berat biasanya timbul antara bulan kedua dan keduabelas dari
kehidupan ( Talasemia β mayor) dan (2) ditandai dengan anemia moderat
yang timbul setelah usia 1-2 tahun (Talasemia β intermedia).
b. Talasemia minor
c. Talasemia intermedia
Gambaran klinis dan derajat keparahan berada diantara bentuk mayor dan
minor. Umumnya penderita cukup sehat dan hanya membutuhkan transfusi
darah saat terjadinya infeksi. [4,5]
C. Epidemiologi Talasemia
Talasemia merupakan penyakit genetik yangi memiliki jenis dan
frekuensi terbanyak di dunia. Talasemia dikenal dengan istilah anemia
mediterania, namun istilah tersebut kurang tepat karena penyakit ini
dapat ditemukan dimana saja di belahan dunia khususnya di beberapa
wilayah yang dikenal sebagai sabuk Talasemia.
Indonesia termasuk dalam wilayah sabuk Talasemia, yaitu Negara
dengan frekuensi gen (angka pembawa sifat) Talasemia yang tinggi.
1. Data yang didapat dari seluruh rumah sakit pendidikan menunjukkan
bahwa pasien Talasemia mayor terdaftar sekitar 7670 di seluruh
Indonesia.[2] Distribusi Talasemia mayor di Indonesia dapat dilihat
pada gambar berikut yang dimuat dalam PERMENKES (2018).
E. Patofisiologi Talasemia
Pada Talasemia terjadi pengurangan atau tidak ada sama sekali produksi
baik satu rantai globin atau lebih sehingga sintesis rantai globin menjadi
tidak seimbang. Hal tersebut disebabkan karena penurunan kecepatan
sintesis salah satu jenis rantai globin.
Dalam keadaan normal, sintesis rantai globin seimbang antara rantai α dan
β yaitu α2β2.
Pada Talasemia β0, rantai β tidak disintesis sama sekali dan terjadi
produksi berlebih rantai α (α4). Sedangkan Talasemia α 0, rantai α tidak
disintesis sama sekali dan terjadi produksi berlebih rantai β (β4).
Talasemia β
Pada limpa yang membesar makin banyak sel darah merah yang terjebak
maka makin banyak sel untuk kemudian difagosit.
Talasemia α
Talasemia β
3. Talasemia β mayor
4. Talasemia β intermedia
Talasemia α
1. Silent carier
3. HbH disease
Dapat terjadi retardasi mental bila lokus atau loki dekat cluster gen
α pada kromosom 16 bermutasi atau ko-delesi dengan cluster gen
α.
1. Anamnesis :
Pucat kronik; usia awitan terjadinya pucat perlu ditanyakan.
Pada Talasemia β/HbE usia awitan pucat umumnya didapatkan
pada usia yang lebih tua.
Riwayat transfusi berulang; anemia pada Talasemia mayor
memerlukan transfusi berkala.
Riwayat keluarga dengan Talasemia dan transfusi berulang.
Perut buncit; perut tampak buncit karena adanya
hepatosplenomegali.
Etnis dan suku tertentu; angka kejadian Talasemia lebih tinggi pada
ras Mediterania, Timur Tengah, India, dan Asia Tenggara.
Talasemia paling banyak di Indonesia ditemukan di Palembang
9%, Jawa 6-8%, dan Makasar 8%.
Riwayat tumbuh kembang dan pubertas terlambat.
2. Pemeriksaan Fisik
Beberapa karakteristik yang dapat ditemukan dari pemeriksaan fisis pada
anak dengan Talasemia yang bergantung transfusi adalah pucat, sklera
ikterik, facies Cooley (dahi menonjol, mata menyipit, jarak kedua mata
melebar, maksila hipertrofi, maloklusi gigi), hepatosplenomegali, gagal
tumbuh, gizi kurang, perawakan pendek, pubertas terlambat, dan
hiperpigmentasi kulit.
3. Laboratorium
a) Darah perifer lengkap (DPL)
Anemia yang dijumpai pada Talasemia mayor cukup berat dengan kadar
hemoglobin mencapai <7 g/dL.
Hemoglobinopati seperti Hb Constant Spring dapat memiliki MCV dan
MCH yang normal, sehingga nilai normal belum dapat menyingkirkan
kemungkinan Talasemia trait dan hemoglobinopati.
Indeks eritrosit merupakan langkah pertama yang penting untuk skrining
pembawa sifat Talasemia (trait), Talasemia δβ, dan high Persisten fetal
hemoglobine (HPFH)13,Mean corpuscular volume (MCV) < 80 fL
(mikrositik) dan mean corpuscular haemoglobin (MCH) < 27 pg
(hipokromik).
Talasemia mayor biasanya memiliki MCV 50 – 60 fL dan MCH 12 – 18
pg.
Nilai MCV dan MCH yang rendah ditemukan pada Talasemia, dan juga
pada anemia defisiensi besi. MCH lebih dipercaya karena lebih sedikit
dipengaruhi oleh perubahan cadangan besi (less suscpetible to storage
changes).
b) Gambaran darah tepi
Anisositosis dan poikilositosis yang nyata (termasuk fragmentosit dan
teardrop),mikrositik hipokrom, basophilic stippling, badan Pappenheimer,
sel target, dan eritrosit berinti (menunjukan defek hemoglobinisasi dan
diseritropoiesis)
Total hitung dan neutrofil meningkat
Bila telah terjadi hipersplenisme dapat ditemukan leukopenia,neutropenia,
dan trombositopenia.
a. Edukasi
b. Skrining Karier
Skrining Talasemia ditujukan untuk menjaring individu karier
Talasemia pada suatu populasi, idealnya dilakukan sebelum memiliki
anak untuk mengidentifikasi individu dan pasangan karier, dan
menginformasikan kemungkinan mendapat anak dengan Talasemia dan
pilihan yang dapat dilakukan untuk menghindarinya. Target utama
skrining adalah penemuan β- dan αo Talasemia, serta Hb S, C, D, E.15
Skrining dapat dilakukan di sekolah, klinik dokter keluarga, klinik
keluarga berencana, klinik antenatal, saat pranikah, atau pada saat bayi
baru lahir. Pada daerah dengan risiko tinggi dapat dilakukan program
skrining khusus pranikah atau sebelum memiliki anak.
c. Konseling genetika
d. Diagnosis Pranatal
L. KESIMPULAN
Talasemia adlah sekelompok penyakit genetic yang diakibatkan
oleh ketidakseimbangan pembuatan salah satu rantai asam amino yang
membentuk hemoglobin. Talasemia digolongkan berdasarkan
penurunan sintesis rantai asama amino yang terkena, dengan dua jenis
utamasa yaitu talasemia α dan talasemia β. Semua penderita talasemia
akan mengalami gejala anemia tetapi berat ringannya anemia
bervariasi, tergantung tingkat keparahan talasemia.
Daftar Pustaka