Anda di halaman 1dari 23

PENGERTIAN DAN

FAKTOR
PENYEBAB
KORUPSI
By Fakhrul Indra H
2022
TABLE OF CONTENTS

01 02 03
DEFINISI DAN SEJARAH FAKTOR PENYEBAB
BENTUK-BENTUK KORUPSI KORUPSI
KORUPSI

“To end corruption is my dream; togetherness in fighting it


makes the dream comes true”
- Anonimous
Definisi Korupsi
 Korupsi dari bahasa Latin, “corruptio” (Fockema A., 1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary,
1960). Selanjutnya, “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin yang lebih tua, hingga
kemudian dikenal dengan istilah “corruption, corrupt” (Inggris), yang berarti bahwa secara harfiah korupsi
adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari
kesucian.

 Menurut Muhammad Ali (1998):

1. Korup; busuk, suka menerima uang suap/sogok, memakai kekuasaan untuk kepentingan sendiri dan
sebagainya;
2. Korupsi; perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya; dan
3. Koruptor; orang yang melakukan korupsi
 Menurut KBBI: Korupsi merupakan penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi,
yayasan, dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain
 Menurut Transparency International (2022): Korupsi merupakan penyalahgunaan kekuasaan yang dipercayakan
untuk keuntungan pribadi.
Bentuk-bentuk Korupsi

Kerugian
Perbuatan
Keuangan Penggelapan Gratifikasi
Curang
Negara dalam Jabatan
Benturan
Suap Kepentingan
Menyuap Pemerasan
dalam
Pengadaan
Bentuk-bentuk Korupsi

• Memperkaya diri • Memberi atau • Memanfaatkan • Memaksa • Bertindak • Pegawai negeri • Pemberian suap

Suap Menyuap

Penggelapan Jabatan

Pemerasan

Perbuatan Curang

Benturan Kepentingan Pengadaan

Gratifikasi
Kerugian Keuangan Negara

menjanjikan jabatan untuk seseorang curang ikut serta dalam


sesuatu diri sendiri • Menghadirkan • Melakukan pengadaan
• Menerima • Menggelapkan utang ke manipulasi
sesuatu sesuatu terkait seseorang
jabatan
Kerugian Keuangan Negara
• Secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau korporasi;
• Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau
sarana yang ada.
Suap Menyuap (1)
Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Pegawai
Negeri atau penyelenggara negara .... dengan maksud supaya berbuat sesuatu atau tidak
berbuat sesuatu dalam jabatannya.

Memberi sesuatu kepada Pegawai Negeri atau penyelenggara negara .... karena atau berhubungan
dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya;

Memberi hadiah atau janji kepada Pegawai Negeri dengan mengingat kekuasaan atau wewenang
yang melekat pada jabatan atau kedudukannya atau oleh pemberi hadiah/janji dianggap melekat pada
jabatan atau kedudukan tersebut;

Bagi Pegawai Negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian atau janji;

Bagi Pegawai Negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal
diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakan agar
melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya;
Suap Menyuap (2)
Bagi Pegawai Negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah, padahal diketahui atau
patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau
disebabkan karena telah melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya,
yang bertentangan dengan kewajibannya;

Bagi Pegawai Negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui
atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan
karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang
menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan
jabatannya;

Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk memengaruhi putusan
perkara;

Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada advokat untuk menghadiri sidang pengadilan dengan
maksud untuk memengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan, berhubung dengan perkara;

Hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau
janji tersebut diberikan untuk memengaruhi putusan perkara.
Penggelapan dalam Jabatan
• Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu
jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja
menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya, atau uang/surat
berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain atau membantu dalam melakukan
perbuatan tersebut;
• Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan
umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja memalsukan buku-
buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan adminstrasi;
• Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan
umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan,
merusakkan atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat atau daftar yang
digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan di muka pejabat yang berwenang, yang
dikuasai karena jabatannya;
• Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan
umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja membiarkan orang lain
menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai arang,
akta, surat, atau daftar tersebut;
• Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan
umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja membantu orang lain
menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang,
akta, surat, atau daftar tersebut;
Pemerasan
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau
orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa
seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan atau
untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;

Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta atau
menerima pekerjaan atau penyerahan barang, seolah-olah merupakan utang kepada dirinya,
padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang;

Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta atau
menerima atau memotong pembayaran kepada Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain
atau kepada kas umum, seolah-olah Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kas
umum tersebut mempunyai utang kepadanya,
padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang.
Perbuatan Curang
• Pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual bahan bangunan
yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan curang yang dapat
membahayakan keamanan orang atau barang, atau keselamatan negara dalam keadaan perang;
• Setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau menyerahkan bahan bangunan, sengaja
membiarkan perbuatan curang;
• Setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan TNI atau Kepolisian Negara RI
melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan
perang;
• Setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan TNI atau Kepolisian Negara
RI melakukan perbuatan curang dengan sengaja membiarkan perbuatan curang.
Benturan Kepentingan dalam Pengadaan
Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun tidak langsung
dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan atau persewaan yang pada
saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus
atau mengawasinya.
Gratifikasi
Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara dianggap pemberian
suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan
kewajiban tugasnya.
Gratifikasi
• Sebuah pemberian yang diberikan atas diperolehnya suatu bantuan atau
keuntungan (Black’s Law Dictionary).
• Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat atau
diskon, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,
perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya (UU No.
20/2001).

Bentuk Gratifikasi:
• Positif
• Negatif
FAKTA DI INDONESIA

Hukuman Finansial untuk kategori korupsi “Kakap” sangat minim, padahal kerugian
negara sangatlah besar
FAKTA DI INDONESIA

Sektor swasta menjadi sektor yang paling besar dalam melakukan tindakan korupsi
FAKTA DI INDONESIA

• Singapura menjadi negara terbersih dari Korupsi di ASEAN, diikuti Malaysia


bahkan Timor Leste.
• Indonesia berada di peringkat 96 dengan skor 38, yang berarti korupsi nya cukup
tinggi
Pra Kemerdekaan

Masa Pemerintahan Kerajaan

Masa Kolonial Belanda

Sejarah
Korupsi Pasca Kemerdekaan
di Indonesia
Orde Lama

Orde Baru

Kini
FAKTOR PENYEBAB KORUPSI

Aspek perilaku individu SECARA UMUM: (ICW, 2000)

Internal
Aspek organisasi Faktor
Politik
Aspek masyarakat tempat individu
dan organisasi berada Eksternal
Faktor
(Arifin, 2000) Hukum

FAKTOR KORUPSI TINGGI DI INDONESIA:


(Erry Riyana Hardjapamekas, 2008) Faktor
Keteladanan dan kepemimpinan elite yang kurang Ekonomi
Gaji PNS yang rendah

Komitmen dan konsistesi penegakan hukum dan UU yang lemah Faktor


Integritas dan profesionalisme yang kurang
Organisas
i
Mekanisme pengawasan yang belum mapan

Kondisi lingkungan

Lemah dalam moral dan etika


SECARA TEORETIS (1)

Cultural Means-ends
Determinisme Scheme

Solidaritas
GONE
Sosial
SECARA TEORETIS (2)

Kleptocratic
Patrimonialisme
State

Rent-seeking Principal-agent
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad (1993), Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, Jakarta : Pustaka Amani
Andrea, Fockema (1951), Rechtsgeleerd Handwoordenboek, Groningen – Djakarta, Bij J B Wolter Uitgevermaatschappij, 1951
(Kamus Hukum, terjemahan), Bandung: Bina
Cipta Hamzah, Andi (2002), Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Hukum Pidana, Jakarta: Penerbit Pusat Hukum Pidana
Universitas Trisakti
Hartanti, Evi (2008), Tindak Pidana Korupsi, Jakarta : Sinar Grafika
Husodo, Adnan Topan, Program Manager Informasi Publik. Decentralization Thematic Team, “What is Decentralization?”, World
Bank. http://www.ciesin.org/decentralization/English/General/Different‗forms.html.
Poerwadarminta, WJS (1976), Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka
Poerwadarminta, S. Wojowasito-WJS (1982), Kamus Lengkap Inggris-Indonesia Indonesia Inggris, Bandung : Penerbit Hasta.
Rahayu, Amin, Analis Informasi llmiah pada Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah LIPI,
http://swaramuslim.net/SIYASAH/more.php?id=2222‗0‗6‗0‗M
Subekti dan Tjitrosoedibio (1973), Kamus Hukum, Jakarta : Pradnya Paramita
Webster Student Dictionary (1960).
TERIMA KASIH
rulindrasyah@mail.ugm.ac.id
(+62) 877 8670 5626
rulindrasyah@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai