Anda di halaman 1dari 40

MUHAMMAD KAISARDANI

NPM : 20.22.201.0014

PERENCANAAN
GEOMETRIK JALAN RAYA

UNIVERSITAS SANG BUMI RUWA JURAI


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
Sesuai dgn UU No. 38 th 2004 (tentang Jalan)
 Jalan adl prasarana transportasi darat yg meliputi segala bgn jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yg diperuntukkan bagi
lalu lintas, kecuali jl KA, jl lori dan jl kabel.

 Jalan umum adl jl yg diperuntukkan bagi lalu lintas umum

 Jalan khusus adl jl yg dibangun oleh instansi, badan usaha, perorangan atau
kelompok masy untuk kepentingan sendiri.

 Jalan tol adl jl umum yg merupakan bgn sistem jaringan jl dan sbg jl
nasional yg penggunanya wajib membayar tol.

 Jalan bebas hambatan adl jl umum untuk la-lin menerus dgn pengendalian jl
masuk secara penuh dan tanpa adanya persimpangan sebidang serta
dilengkapi dgn pagar ruang milik jalan

 Penyelenggaraan jalan adl kegiatan yg meliputi pengaturan, pembinaan,


pembangunan dan pengawasan jalan.

 Sistem jaringan jalan adl satu kesatuan ruas jalan yg saling menghubungkan
dan mengikat pusat2 pertumbuhan dgn wilayah yg berada dlm pengaruh
pelayanannya dlm satu hubungan hierarkis.
 Jalan sesuai peruntukannya terdiri atas jalan umum dan jalan khusus.
> Jalan umum dikelompokkan menurut : sistem, fungsi, status dan kelas
> Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan
jalan sekunder
- Sistem jaringan jln Primer : merupakan sistem jaringan jl dgn peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa unt pengembangan semua wilayah
di tingkat Nasional, dgn menghubungkan semua simpul jasa distribusi yg
berupa pusat2 kegiatan
- Sistem jaringan jln Sekunder : merupakan sistem jaringan jl dgn peranan
pelayanan distribusi barang dan jasa unt masyarakat di dlm kawasan perkotaan

> Jalan Umum menurut fungsinya dikelompokkan ke dlm jalan arteri, jln kolektor, jln lokal
dan jln lingkungan
- Jalan arteri : mrpk jln umum yg berfungsi melayani angkutan utama dgn ciri
perjalanan jrk jauh, kecepatan rata2 tinggi dan jmh jl masuk dibatasi
secara berdaya guna
- Jalan Kolektor : mrpk jl umum yg berfungsi melayani angkutan pengumpul atau
pembagi dgn ciri perjalanan jrk sedang, kecepatan rata2 sedang dan
jml jalan masuk dibatasi
- Jalan lokal : mrpk jl umum yg berfungsi melayani angkutan setempat dgn ciri
perjalanan jrk dekat, kec. rata2 rendah dan jml jln masuk tidak
dibatasi
- Jalan lingkungan : mrpk jl umum yg berfungsi melayani angkutan lingkungan dgn ciri
perjalanan jrk dekat dan kec. rata2 rendah
 Jalan Umum menurut Statusnya dikelompokkan ke dlm jalan nasionali, jln provinsi, jln kabupaten,
jln kota dan jln desa
- Jln Nasional : merupakan jln arteri dan jln kolektor dlm sistem jaringan jln primer
yg menghubungkan antar ibukota provinsi dan jln strategis nasional
serta jln tol

- Jln Provinsi : merupakan jln kolektor dlm sistem jaringan jln primer yg
nghubungkan ibukota provinsi dgn ibukota kabupaten/kota, atau
antar ibukota kabupaten/kota dan jln strategis provinsi

- Jln Kabupaten : merupakan jln lokal dlm sistem jaringan jln primer yg tidak termasuk
diatas yg menghubungkan ibukota kabupaten dgn ibukota
kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dgn pusat
kegiatan lokal serta jln umum dlm sistem jaringan jln sekunder dlm
wilayah kabupaten, dan jln strategis kabupaten

- Jln Kota : adl jln umum dlm sistem jaringan jln sekunder yg menghubungkan
antar pusat pelayanan dlm kota, menghubungkan pusat pelayanan
dgn persil, menghubungkan antar persil serta menghubungkan
antar pusat permukiman yg berada di dlm kota.

- Jln Desa : mrpk jln umum yg menghubungkan kawasan dan/atau antar


permukiman di dlm desa, serta jln lingkungan
• Perencanaan Geometrik :
- dititik beratkan pd perenc. bentuk fisik shg dpt memenuhi fungsi dasar dari jalan
yaitu memberi pelayanan yg optimum pd arus lalu lintas.

- Tidak termasuk perenc.tebal perkerasan jalan.

- yg menjadi dasar perenc. adl : sifat gerakan, ukuran kend, sifat pengemudi dlm
mengendalikan gerak kend dan karakteristik arus la-lin.

• Elemen perencanaan Geometrik :


- Alinyemen Horizontal/trase jalan, dititik beratkan pd perenc. sumbu jalan
> Sumbu jln terdiri dari serangkaian grs lurus, lengkung berbentuk lingkaran atau
lengkung peralihan
> pd gbr tsb akan terlihat apakah jalan tsb merupakan jln lurus atau tikungan (kiri/kanan)

- Alinyemen Vertikal/Penapang memanjang jalan


> pd gbr tsb akan terlihat apakah jalan tsb datar, mendaki atau menurun

- Penampang melintang jalan


> akan menampilkan bagian2 jln spt lebar dan jumlah lajur, ada/tidaknya median,
drainase permukaan, kelandaian lereng tebing galian dan timbunan serta bangunan
pelengkap lainnya.
PENAMPANG MELINTANG JALAN

 Merupakan pot. melintang tegak lurus sumbu jalan


 Memperlihatkan bagian2 jalan pd arah melintang
 Dapat dikelompokkan sbb:
Bagian yg langsung berguna untuk lalu lintas:
 Jalur lalu lintas
 Lajur lalu lintas
 Bahu jalan
 Trotoar
 Median

Bagian yg berguna untuk drainase jalan:


 Saluran samping
 Kemiringan melintang jalur lalu lintas
 Kemiringan melintang bahu jalan
 Kemiringan lereng

Bagian pelengkap jalan:


 Kereb
 Pengaman tepi
 Bagian konstruksi jalan:
 Lapisan perkerasan jalan

 Lapisan pondasi atas

 Lapisan pondasi bawah

 Lapisan tanah dasar

 Daerah manfaat jalan (damaja) Dlm UU No. 38 Th 2004


 Daerah milik jalan (damija) istilah Daerah diganti dgn Ruang
 Daerah pengawasan jalan (dawasja)
Gb. Penampang Melintang Jalan
Jalur Lalu Lintas
• adalah keseluruhan bgn perkerasan jln yg dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan.
• terdiri dari beberapa lajur (line) kendaraan : (unt 1 rangkaian kend roda 4 atau lebih dlm satu arah)
• Lebar lajur lalu lintas : mrpk lebar kend ditambah ruang bebas antar kend (ditentukan oleh
f.keamanan dan kenyamanan)
• Jumlah lajur lalu lintas : tergantung dari volume lalu lintas dan tingkat pelayanan jalan yg
diharapkan
• Kemiringan melintang jalur lalu lintas :
- pd jln lurus, untuk kepentingan drainase (1,5 – 3 %) unt permk aspal/semen,
sedang pd jln kerikil 5 %
- pd tikungan, dismaping untuk kebutuhan drainase, juga untuk kebutuhan
keseimbangan gaya sentrifugal

Bahu jalan
 terletak berdampingan dgn jalur lalu lintas.
 Fungsinya al :
- ruang tempat berhenti sementara kend yg mogok
- ruang unt menghindar pd keadaan darurat
- memberi kelegaan pd pengemudi
- memberi sokongan samping thd perkerasan
- ruang untuk penempatan material / peralatan saat pekerjaan perbaikan
- ruang untuk lintasan kend2 patroli, ambulance pd keadaan darurat

• Jenis bahu jalan :


> berdasarkan tipe perkerasan :
- bahu yg tidak diperkeras (hanya dibuat dr material perk tanpa bhn pengikat)
- bahu yg diperkeras (bahu yg dibuat dng bahan pengikat)
> berdasarkan letaknya thd arah la-lin :
- bahu kiri/bahu luar : bahu yg terletak disebelah kiri dari jalur la-lin
- bahu kanan/bahu dalam : bahu yg terletak disebelah kanan dari jalur la-lin

• Lebar bahu jalan, (bervariasi 0,5 – 2,5 m) dipengaruhi oleh :


> Fungsi jalan : jln arteri membutuhkan lebar bahu yg lebih lebar, unt kebebasan
samping, keamanan dan kenyamanan
> Volume Lalu lintas : Vol makin tinggi maka lebar bahu makin lebar
> Kegiatan disekitar jalan : makin ramai (pasar, sekolah dll) maka diperlukan bahu
yg makin lebar
> Biaya yg tersedia
> ada tidaknya trotoar

• Lereng melintang bahu jalan :


lebih besar dari kemiringan melintang perkerasan (bisa sampai 6 %),
tergantung dari jenis permukaan bahu, intensitas hujan.
Trotoar (jalur pejalan kaki)/side walk
 Terletak berdampingan dgn jalur lalu lintas, dipergunakan khusus untuk pejalan kaki.
 Letaknya terpisah dng jalur lalu lintas,
 Lebar trotoar, ditentukan oleh volume pejalan kaki, tingkat pelayanan & fungsi jln.
(umumnya 1,5 – 3 m)

Median
 Adl jalur yg terletak ditengah jln, untuk membagi jalan dlm masing2 arah
 Fungsinya :
• Menyediakan daerah netral dimana pengemudi dpt mengontrol kendaraannya pd
saat2 darurat
• Untuk mengurangi silau lampu kend yg berlawanan arah
• Menambah rasa nyaman, lega dan indah bagi pengemudi
• Mengamankan kebebasan samping dari masing2 arah
 Lebar median : 1 – 12 m
 Jalur tepian median, jalur yg terletak disamping median, untuk mengamankan
kebebasan samping arus lalu lintas, lebarnya 0,25 – 0,75 m dibatasi dgn grs marka
menerus
Saluran Samping
• Fungsinya :
- mengalirkan air dari permukaan perk/bgn luar jln
- menjaga agar konst jalan selalu dlm keadaan kering
• Ukurannya, disesuaikan dengan volume air yang akan dialirkan
• Kemiringan dasar saluran, mengikuti kemiringan jln
• Bahan: pas batu, beton, tanah dll (dalam kota letaknya sering dibawah
trotoar.

Talud/kemiringan lereng
Talud jalan dibuat sesuai dgn besarnya landai yg aman (dari perhitungan
kestabilan lereng)
Sesuai kondisi tanah, mungkin dibuat bronjong, tembok penahan tanah,
lereng bertingkat atau hanya ditutupi rumput.

Kereb
Adl peninggian tepi perkerasan/bahu jln, untuk keperluan drainase,
mencegah keluarnya kendaraan, dan memberi ketegasan tepi perkerasan.
.
• Berdasarkan fungsinya kereb dpt dibedakan atas :
- kereb peninggi (mountable curb), adl kereb yg direncanakan agar dpt
didaki kendaraan, tingginya 10 – 15 cm
- kereb penghalang (barrier curb), adl kerebuntuk mencegah kendaraan
meninggalkan jalur lalu lintas, tingginya 25 – 30 cm
- Kereb berparit (gutter curb), kereb yg dibuat untuk membentuk sistem
drainase, tingginya 10 – 20 cm
- kereb penghalang berparit (barrier gutter curb), adl kereb penghalang
dan
sekaligus membentuk sistem drainase, tingginya 20 – 30 cm
Pengaman Tepi
• Tujuan : memberikan ketegasan tepi badan jalan, mencegah kendaraan keluar dari
badan jalan
• Dipakai : pada jln yg menyusuri jurang, pada tepi jln dgn timbunan > 2,5 m, pada jln
dgn kecepatan tinggi
• Jenis pengaman tepi :
- Pengaman tepi dari besi yg digalvanished (guard rail) : digunakan dgn tujuan untuk melawan
tumbukan (impact) dari kendaraan dan mengembalikan kend kearah dalam.
- Pengaman tepi dari beton (parapet) : digunakan pada jln dgn kec. rencana 80 – 100 km/jam.
- Pengaman tepi dari tanah timbunan : unt kec. rencana < 80 km/jam
- Pengaman tepi dari batu kali : dikaitkan untk estetika dan kec. rencana < 60 km/jam
- Pengaman tepi dari balok kayu : untuk kec rencana < 40 km/jam & daerah parkir
Lapisan Perkerasan Jalan
Terdiri dari :
- lapisan permukaan
- lapisan pondasi atas Akan dibahas pd smt.V
- lapisan pondasi bawah
- lapisan tanah dasar

Daerah(Ruang) Manfaat Jalan


Meliputi : badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengamannya. Sedangkan badan
jalan meliputi jalur lalu lintas (dgn/tanpa jalur pemisah) dan bahu jalan

Daerah(Ruang) Milik Jalan


Meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu diluar ruang manfaat jalan
(untuk pelebaran daerah manfaat jalan dikemudian hari)

Daerah(Ruang) Pengawasan Jalan


Ruang tertentu diluar ruang milik jalan yg ada dibawah pengawasan penyelenggara jalan
(terkait dgn jarak pandangan, konst bangunan jalan)
Parameter Perencanaan Geometrik Jalan
 Merupakan penentu tingkat kenyamanan dan keamanan yg dihasilkan oleh bentuk
geometrik jalan
 Meliputi : (Kend rencana, Kecepatan, Volume lalin, Tingkat pelayanan jl, Jarak pandangan)
1. Kendaraan Rencana
- dikelompokkan menjadi : mobil penumpang, bus/truk, semi trailler, trailler
- setiap kelompok diwakili oleh satu ukuran standar disebut Kend. Rencana
(merupakan wakil dari kelompoknya yg digunakan merencanakan bagian2 jalan)
. Lebar kend. mempengaruhi lebar lajur
. Sifat membelok kend. mempengaruhi perencanaan tikungan
. Daya kend mempengaruhi kelandaian jln
. Tinggi tempat duduk mempengaruhi jarak pandangan
- Kend rencana yg dipilih ditentukan oleh fungsi jalan dan kend dominan yg akan lewat

- Contoh kend rencana :


- Ukuran Kend Rencana

2. Kecepatan
* adl jarak yg ditempuh dibagi waktu tempuh
* Kecepatan Rencana adl kecepatan yg dipilih untuk perencanaan setiap bgn jalan
* hampir semua bgn jalan dipengaruhi oleh kecepatan rencana
* faktor2 yg mempengaruhi kecepatan rencana :
>Keadaan medan (terrain) berdasarkan kemiringan melintang rata-rata :
- datar (0 - 9,9%),
- perbukitan (10 – 24,9 %),
Kemiringan melintang
- pergunungan (> 25 %)
> Sifat dan tingkat penggunaan daerah
- kec rencana dipilih lebih tinggi unt jl luar kota
- Jl dgn vol tinggi dpt direncanakan dng kec tinggi, tapi jl dgn vol rendah tdk dpt
direncanakan dgn kec rendah, sebab pengemudi memilih kec bukan berdasarkan
vol lalu lintas saja tapi juga berdasarkan batasan fisik.
- kec rencana jl arteri dipilih lebih tinggi dari jl kolektor.

3. Volume lalu lintas


- adl jumlah kend yg melintasi satu titik pengamatan dlm satu satuan waktu (hari, jam dll)
- vol lalin tinggi membutuhkan lebar jln yg lebih besar
- satuan vol lalin : (Lalu Lintas Harian Rata2, Vol jam perencanaan, kapasitas)
> Lalu lintas harian rata2 : adl vol lalin rata2 dlm satu hari
* Lalu lintas harian rata2 tahunan (LHRT) : adl jumlah lalu lintas kend rata2 yg
melewati
satu jalur jalan selama 24 jam dan diperoleh dari data satu tahun penuh.

LHRT = jumlah lalu lintas dlm 1 th


365

dinyatakan dlm : smp/hari/2 arah atau kend/hari/2 arah --- unt jl 2 jalur 2
arah
smp/hari/1arah atau kend/hari/1arah ---- unt jl berlajur
banyak dg
* Lalu lintas harian rata2 (LHR).

LHR = Jumlah lalu lintas selama pengamatan


Lamanya waktu pengamatan

 data ini cukup teliti jika


- pengamatan dilakukan pd interval2 waktu yg dpt menggambarkan fluktuasi arus lalu
lintas
selama 1 thn
- hasil LHR yg digunakan merupakan harga rata2 dari beberapa kali pengamatan

> Volume jam perencanaan (VJP) :


- LHR dan LHRT adl vol lalin dlm 1 hari, shg tdk dpt menggambarkan fluktuasi
arus
lalin tiap jam dalam sehari. (arus lalin dlm 1 hari tdk sama setiap jamnya)
- VJP adl vol lalin dlm 1 jam yg dipakai untuk perencanaan.

VJP = k . LHR
atau ----- untuk jalan antar nilai k = 10
– 15% LHR = VJP / k untuk
jalan dalam kota k diambil lebih kecil
> Kapasitas :
- adl jumlah kend max yg dpt melewati suatu penampang jln selama 1 jam dgn kondisi
serta arus lain tertentu.
- beda VJP dan kapasitas :
* VJP : jml arus lalin yg direncanakan akan melintasi suatu penampang jalan dlm 1 jam
* Kapasitas : jml arus lalin max yg dpt melewati penampang jalan dlm waktu 1 jam
sesuai dgn kondisi jalan tsb

4. Tingkat Pelayanan Jalan


> sangat terkait dgn tingkat kenyamanan dan keamanan jln
> kenyamanan akan berkurang jika :
- volume lalu lintas bertambah,
- lebar lajur makin kecil (terkait dgn kebebasan samping)
> kanyamanan dari jln dpt ditentukan dari nilai V/C (makin kecil V/C maka tingkat pelayanan
makin baik)
> HCM (Highway Capacity Manual) membagi tingkat pelayanan menjadi 6 keadaan (A - F) :
- Tingkat Pelayanan A, cirinya :
. Arus lalu lintas bebas tanpa hambatan
. Volume & Kepadatan lalu lintas rendah
. Kecepatan kend merupakan pilihan pengemudi.
- Tingkat Pelayanan B, cirinya :
. Arus lalu lintas stabil
. Kecepatan mulai dipengaruhi oleh keadaan lalin, tapi tetap dpt dipilih
sesuai
kehendak pengemudi.
- Tingkat Pelayanan C, cirinya
. Arus lalu lintas masih stabil
. Kecepatan perjalanan dan kebebasan bergerak sudah dipengaruhi oleh
besarnya
vol lalu lintas shg pengemudi tidak bebas memilih kecepatan
- Tingkat Pelayanan D, cirinya
. Arus lalu lintas sudah mulai tidak stabil
. Perubahan vol lalu lintas sangat mempengaruhi besarnya kecepatan
perjalanan
- Tingkat Pelayanan E, cirinya
. Arus lalu lintas sudah tidak stabil
. Volume kira2 sama dgn kapasitas
. Sering terjadi kemacetan
- Tingkat Pelayanan E, cirinya
. Arus lalu lintas tertahan pada kecepatan rendah
. Arus lalu lintas rendah
. Sering kali terjadi kemacetan
5. Jarak Pandangan
- adl panjang jln didepan kend yg masih dapat dilihat dgn jelas, diukur dari titik
kedudukan pengemudi
- kegunaannya:
+ menghindari terjadinya tabrakan dgn benda, kend, hewan dll pd jalur jalan
+ memberi kemungkinan mendahului kend lain
+ sbg pedoman bagi pengatur lalin dlm penempatan rambu dll
- dapat dibedakan atas:
+ jarak pandangan henti : jrk pand yg diperlukan untuk menghentikan kendaraannya
+ jarak pandangan mendahului : jrk pand yg diperlukan unt mendahului kend lain
dgn menggunakan jalur lawan

Jarak Pandangan Henti


Jarak Pandangan henti minimum : jarak yg ditempuh pengemudi sejak melihat rintangan
sampai menginjak rem ditambah jarak dari mulai mengerem s/d kend berhenti.
Waktu PIEV : adl waktu yg dibutuhkan untuk proses diteksi, pengenalan dan
pengambilan keputusan (mengerem), yg dipengaruhi oleh kondisi jln, mental
pengemudi, cuaca, kondisi fisik pengemudi dll

d1 = V x t  Jika d1 = jarak dari saat melihat rintangan sampai menginjak rem (m)
V = kecepatan (km/jam)
t = waktu reaksi = 2,5 dt
maka d1 = 0,278 V.t
 Jarak mengerem (d2) : jrk yg ditempuh sejak menginjak rem sampai kend berhenti, yg
dipengaruhi oleh kondisi muka jln, kondisi ban, sistem pengereman dll

V2
d2 =  fm = koef gesekan antara ban dgn muka jalan dlm arah
254fm
memanjang jalan
d2 = jarak mengerem (m)
V = kec kend (km/jam)
g = 9,81 m/dt2

 Jadi jarak pand henti d = d1 + d2

Kecepatan Rencana km/jam 30 40 50 60 70 80 100 120

fm 0,400 0,375 0,350 0,330 0,313 0,300 0,285 0,280

Pada jalan dgn kelandaian maka rms diatas harus dikoreki sbb:
V2
d = 0,278 V.t + 254(fm + L) L = besarnya landai jalan dlm desimal
+ = untuk pendakian
- = untuk penurunan
• Jarak Pandangan Menyiap  untuk jln 2 lajur 2 arah

Jarak Pandangan menyiap standar d = d1 + d2 + d3 + d4

d1 = 0,278 t1 (V – m + ½ at1)

d1 = jrk yg ditempuh kend yg hendak menyiap selama waktu reaksi dan


membawa kendaraannya ke lajur lawan
t1 = waktu reaksi ( t1 = 2,12 + 0,026 V)
m = perbedaan kecepatan kend yg menyiap dan yg disiap = 15 km/jam
V = kec rata2 kend yg menyiap = kec rencana km/jam
a = percepatan rata2 ( a = 2,052 + 0,0036 V )
d2 = 0,278 V.t2

d2 = jarak yg ditempuh selama kend yg menyiap berada di lajur lawan


t2 = waktu selama kend yg menyiap berada di lajur lawan
( t2 = 6,56 + 0,048 V )

d3 = diambil 30 – 100 m

d4 = 2/3 d2

Jarak pandangan menyiap minimum (misal karena terbatasnya biaya)

dmin = 2/3 d2 + d3 + d4

Frekwensi pengadaan jarak pandangan menyiap :


BM (luar kota) menyarankan sekurang2nya 10 % dari seluruh panjang jalan harus
mempunyai jarak pandangan menyiap
ALINYEMEN HORIZONTAL
 Adl proyeksi sumbu jalan pd bidang hrizontal
 Dikenal juga dgn nama situasi jalan atau trase jalan
 Terdiri dari garis2 lurus yg dihubungkan dng garis lengkung
 Gaya sentrifugal F mendorong kend secara radial keluar dari lajur jln tegak
lurus pd gaya kecepatan V
F = m.a
V
R m = massa = G/g
F= GV 2
G = berat kend
gR g = gaya grafitasi bumi
a = percepatan sentrifigal = V2/R
V = Kec kendaraan
R = Jari2 lengkung lintasan

Untuk mengimbangi gaya sentrifugal :


- Gaya gesekan melintang antara ban dgn permukaan jalan (Fs)
- -> perbandingan antara gaya gesekan melintang dan gaya normal disebut
“ koefisien gesekan melintang (f)”
- Komponen berat kend akibat kemiringan melintang (superelevasi) permukaan jln
• Besarnya koefisien gesekan melintang
dipenagruhi oleh :
- jenis dan kondisi ban
- tekanan ban
- kekerasan permukaan perkerasan
- kecepatan kendaraan
- keadaan cuaca

 untuk disain digunakan Koefisien gesekan melintang maximum sesuai gambar berikut :

0.18
Koefisien gesekan melintang (f)

0.17
f = -0,00065 V + 0,192
0.16

0.15

0.14

0.13
f = -0,00125 V + 0,24
0.12

0.11

0.10
40 50 60 70 80 90 100 110 120

Kecepatan (V) km/jam


Superelevasi

Kemiringan melintang jalan dgn tujuan untuk memperoleh komponen berat kendaraan
Untuk mengimbangi gaya sentrifugal

Penggunaan superelevasi maksimum dibatasi oleh beberapa keadaan spt :


- keadaan cuaca
- keadaan medan
- keadaan lingkungan
- komposisi kendaraan
• AASHTO menganjurkan superelevasi maksimum : 0,04. 0,06. 0,08. 0,10. 0,12
• Untuk di Indonesia umumnya digunakan nilai 0,08 dan 0,10
• Bina Marga (luar kota) menggunakan superelevasi maks. 10 % untuk V > 30 km/jam
dan 8 % untuk V < 30 km/jam, sedangkan dlm kota digunakan superelevasi maks. 6 %

Gesekan melintang antara ban dan permukaan jalan dan komponen berat kend akibat
superelevasi digunakan untuk mengimbangi gaya sentrigugal (digambarkan sbb) :
G sin α + Fs = G/g V2/R cos α

G sin α + f (G cos α + G/g V2/R sin α) = G/g V2/R cos α

G sin α + f G cos α = G/g V2/R (cos α – f sin α)

G sin α/cos α + f G = G/g V2/R (1 – f tg α)

e = tg α

e + f = V2/gR (1 – ef )

e + f = V2/gR karena nilai ef kecil maka diabaikan


1 – ef

Shg e + f = V2/gR

Jika V dlm km/jam, g = 9,81 m/dt2 dan R dlm m maka :

e+f= V2
127 R
 Ketajaman tikungan dpt dinyatakan dgn besarnya R atau derajat lengkung
 Derajat lengkung adl besarnya sudut lengkung yg menghasilkan panjang
busur 25 m
25 m
Semakin besar R, semakin kecil D
Dan semakin tumpul tikungan tsb

Do R D= 25 x 360o
2πR

1432,39
R
=
 Untuk mendapatkan jari-jari minimum dpt dugunakan salah satu rumus
berikut : 2
V
Rmin =
127 (emaks + fmaks)

181913,53 (emaks + fmaks)


Dmaks =
V2

 Untuk jalan lurus kemiringan melintang jalan hanya untuk keperluan drainase,
disebut kemiringan melintang normal, yg besarnya berkisar 2 – 4 %
Lengkung Peralihan

 adl lengkung yg digunakan untuk peralihan dari jari2 tak terhingga (pd jln lurus)
ke jari2 sesuai dgn lingkaran.
 Pd lengkung peralihan R berubah setiap perubahan panjang lengkung
 umumnya digunakan bentuk lengkung spiral
 Keuntungan pemakaian lengkung peralihan :
- pengemudi dgn mudah mengikuti lajur yg disediakan
- memungkinkan mengadakan perubahan dari lereng jalan normal ke
kemiringan sesuai superelevasi yg diperlukan secara berangsur2
- menambah keamanan dan kenyamanan
- menambah keindahan bentuk jalan

Landai relatif

Landai relatif (1/m) adl besarnya kelandaian akibat perbedaan elevasi tepi
perkerasan sebelah luar sepanjang lengkung peralihan.

Menurut Bina Marga : 1/m = landai relatif


Landai relatif 1/m = h/Ls Ls = panjang lengkung peralihan
B = lebar jalur 1 arah
1 (e+en) B e = superelevasi
m = en = kemiringan melintang normal
Ls
Nilai kelandaian relatif maksimum (empiris) :

Kecepatan Kelandaian relatif


Rencana maksimum BM (luar kota)
(Km/jam)
20 1/50
30 1/75
40 1/100
50 1/115
60 1/125
80 1/150

Panjang lengkung peralihan minimum menurut BM

Ls > (e+en) B. mmaks

Panjang lengkung peralihan (Ls) berdasarkan Rumus SHORTT (modifikasi)


V.e
Ls = 0,022 V
3
- 2,727
RC C Ls = panjang lengkung spiral, m
R = jari2 busur lingkaran, m
V = kecepatan rencana, km/jam
C = perubahan percepatan, m/dt3 (dgn nilai1-3)
e = superelevasi
Bentuk2 Tikungan

1. CIRCE
Digunakan pada tikungan yg mempunyai
Keterangan Gb :
- Jari-jari (R) besar
- Sudut tangen (∆) kecil PH = Perpotongan Horizontal
V = Kecepatan Rencana (km/jam)
R = Jari2 Tikungan
∆ = Sudut Tangen (..o)
T PH TC = Tangen-Circle
∆ CT = Circle-Tangen
1/4 Ls’
E T = Jarak antara TC dan PI (m)
3/4 Ls’
L = Panjang Tikungan (m)
CT E = Jarak PI ke lengkung peralihan
TC L

1/2∆


Bentuk tikungan ini dapat digunakan jika memenuhi syarat sbb:

Kec.Rencana (V) Jari2 lengkung min (R)


(km/jam) (m)
Catatan :
120 2000 Bila Jari2 tikungan lebih kecil
100 1500 dari harga2 disamping maka
80 1100 Digunakan bentuk tikungan
60 700 Spiral-Circle-Spiral (S-C-S)
40 300
30 180

Perhatikan Gb:

tg 1/2∆ = T/R T = R tg ½ ∆

E= R2 + T 2 - R

= R (Sec 1/2∆ - 1)

= T tg 1/4∆

L = ∆/360. 2 π R L = 0,01745 ∆ R

Anda mungkin juga menyukai