Anda di halaman 1dari 40

KONSERVASI AIR

DI SEKOLAH

Disampaiakan pada:
PEMBINAAN SEKOLAH PEDULI DAN BERBUDAYA LINGKUNGAN
LATAR BELAKANG
Air di bumi: atmosfer, permukaan tanah dan di bawah tanah.
Jumlah air di bumi: lk 1,4 Milyar Km3 (Limantara, 2010):
Air laut : 97 %
Air Tawar : 3 % yang meliputi:
Salju, es, gletser : 75 %
Air Tanah (Jenuh) : 24 %
Air Danau : 0,3 %
Butir-butir daerah tak jenuh : 0,065 %
Awan, kabut, embun, hujan : 0,035 %
Air Sungai : 0,030 %
Air tawar layak konsumsi : 0,64 %
Kebutuhan air bersih RT Indonesia: 180 – 250 liter/orang/hari untuk minum,
memasak, mandi, cuci, kakus, dll. (Standar Kementerian PU)
SIKLUS AIR
MANFAAT AIR

Sumber kehidupan semua mahluk hidup.


Kebutuhan sehari-hari: minum, memasak, mandi, mencuci,
kakus, dll.
Bahan baku industri.
Tempat hidup (habitat) biota air.
Sistem kekebalan tubuh (90% tubuh terdiri dari air).
Bahan utama tumbuhan untuk proses fotosintesis.
Suber energi: pembangkit tenaga listrik.
Media transportasi: sungai, laut dan danau.
Sumber utama untuk irigasi pertanian.
Memadamkan kebakaran, dll.
ISU TERKAIT SUMBER DAYA AIR
• KAWASAN HUTAN
• KAWASAN LINDUNG • Sungai
• DAERAH RESAPAN AIR • Danau/Waduk
• BANTARAN SUNGAI • Mata Air
KERUSAKAN
• dll.
LINGKUNGAN
 Perambahan hutan
 Illegal logging
 Kebakaran hutan dan lahan EROSI/ FLUKTUASI Musim Hujan
 Alih fungsi lahan SEDIMENTASI DEBIT TINGGI DEBIT
 Tambang Galian C BESAR
 dll. Musim
Kemarau

• INDUSTRI/HOTEL/
RESTORAN/RUMAH SAKIT PENCEMARAN
• RUMAH TANGGA AIR
• PERTANIAN/ PETERNAKAN
• DLL.
KRISIS AIR BANJIR
Too Much Pollution
Too Much/Little Water
KELESTARIA
KONSERVASI
N
AIR SDA
LANDASAN HUKUM

UU No. 11 Tahun 1974: Pengairan (UU No. 7 Tahun 2004: Sumberdaya


Air telah dibatalkan MK)
UU No. 5 Tahun 1990: Konservasi Sumberdaya Hayati dan Ekosistemnya
UU No. 41 Tahun 1999: Kehutanan
UU No. 32 Tahun 2009: Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
UU No. 37 Tahun 2014: Konservasi Tanah dan Air
PP No. 82 Tahun 2001: Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air
PP No. 37 Tahun 2012: Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Peraturan MENLH No. 12 Tahun 2009: Pemanfaatan Air Hujan
ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
 Pengelolaan DAS terpadu,
 Peningkatan keterlibatan masyarakat
 Rehabilitasi hutan dan lahan
 Peningkatan kualitas RTRW
 Peningkatan kualitas pengelolaan SDA
AGENDA PEMBANGUNAN
 Penataan aktivitas masyarakat, pertanian & industry
PENINGKATAN
KETAHANAN AIR

Pemeliharaan &
Pemulihan SDA &
Ekosistemnya
Pemeliharaan dan KETERSEDIAAN
Pemulihan Sumber Air STRATEGI
dan Ekosistemnya
AIR BAKU
ARAH KEBIJAKAN Konservasi
Sumberdaya Air

 Menyelesaian hambatan perizinan


 Peningkatan dan pelestarian sumber air
 Perbaikan sistem monitoring hidrologis & kualitas air
 Mitigasi pencemaran sungai
 Pengembangan metode pengelolaan rawa
KONSERVASI AIR

Pengelolaan sumber daya air


Pemanfaatan air secara bijaksana
Menjamin ketersediaan (lestari)
Memelihara dan meningkatkan kualitas dan
nilai
TUJUAN KONSERVASI AIR

Menjaga kuantitas, kualitas dan kontinuitas di


masa depan dan untuk generasi yang akan datang.
Penghematan energi: air sumber energi.
Menjaga ekosistem: air sumber kehidupan dan
habitat flora dan fauna.
UPAYA KONSERVASI AIR (1)

Meningkatkan pelestarian dan perlindungan terhadap sumber


daya air (sungai, danau, mata air)
Mempertahankan daerah resapan air, imbuhan mata air, RTH,
taman, jalur hijau dan hutan kota
Rehabilitasi hutan dan lahan kritis 
Menjaga ekosistem hutan
Program hemat air 
Membuat penampungan air
Meminimalisir penggunaan sumber air dari tanah
Mencegah pencemaran air tanah
UPAYA KONSERVASI AIR (2)

Mengatur laju run-off air


Membuat lubang resapan biopori
Membuat sumur resapan PENERAPAN
Memanfaatkan air hujan DI
Mengolah limbah cair SEKOLAH ???
Selektif dalam memilih produk
Menentukan tarif penggunaan air
Membentuk lembaga pengurus sumber
daya air, dll.
GERAKAN MENANAM
25 POHON UNTUK BUMI

Sekolah Dasar (SD) 5 pohon;


Sekolah Menengah Pertama (SMP)
5 pohon;
Sekolah Menengah Atas
(SMA) 5 pohon;
Perguruan Tinggi (PT)
5 pohon;
Saat Menikah 5 pohon.

25 Pohon
REHABILITASI HUTAN
HARI MENANAM
POHON INDONESIA
(HMPI)
28 NOVEMBER DAN LAHAN (RHL)

Wonogiri, 2014 Banjarbaru, 2015

Danau Toba, 2016 Gunung Kidul, 2017


SUMBER AIR DI SEKOLAH

AIR KONSUMSI: minum, masak

AIR SUMUR: mandi, cuci, kakus

AIR HUJAN: menyiram, terbuang


IMPLEMENTASI

HEMAT PENGGUNAAN AIR

MENINGKATKAN RESAPAN AIR

PEMANFAATAN AIR HUJAN


HEMAT AIR DI SEKOLAH
Mengontrol pipa saluran air dan memperbaiki yang bocor
Menggunakan showers saat mandi
Menggunakan kran aerator
Menggunakan aliran kecil saat wudhu dan menampungnya
Menggunakan gelas penampung air atau menutup kran saat mencuci muka
dan menggosok gigi
Membatasi pembuangan air saat membersihkan toilet (flushing)
Membatasi penggunaan gelas atau piring
Membatasi penggunaan sabun/deterjen saat mencuci
Menyiram tanaman hanya di waktu pagi atau sore hari
Membatasi pemotongan rumput terlalu sering
Kampanye hemat air (pasang poster, tempel stiker), dll.
PEMANFAATAN AIR HUJAN
Peraturan MENLH No. 12 Tahun 2019

Air hujan: sumber air baku yang dapat dimanfaatkan langsung dan/atau
diresapkan ke dalam imbuhan air tanah untuk mengatasi kekurangan air
pada musim kemarau dan banjir pada musim penghujan.
Pemanfaatan air hujan: serangkaian kegiatan mengumpulkan,
menggunakan, dan/atau meresapkan air hujan ke dalam tanah.
Manfaat: mengurangi aliran air permukaan dan meningkatkan sediaan air
dibawah tanah melalui kolam pengumpul atau wadah penampungan air
hujan, sumur resapan, dan/atau lubang resapan biopori.
Pembuatan Sumur Resapan dan Lubang Resapan Biopori tidak sesuai
pada kawasan karst, rawa, dan/atau gambut.
TUJUAN PEMANFAATAN
AIR HUJAN

Meningkatkan penggunaan air hujan sebagai air baku dan


keperluan sehari-hati;
Menurunkan aliran air hujan di permukaan tanah
Mencegah banjir lokal;
Meninggikan muka air tanah dan meningkatkan cadangan air
tanah;
Mencegah amblesan tanah (land subsidence);
Mencegah intrusi air laut.
JUMLAH KOLAM PENGUMPUL
AIR HUJAN YANG DIPERLUKAN

Jumlah Unit Luas Kapasitas Volume Kolam


Jenis Kolam/Bak Tutupan Volume Kolam Penampungan
Keterangan
Pemanfaatan Pengumpul Bangunan Penampungan yang diperlukan
yang diperlukan (m2) per Unit (m3) (m3)

Kolam setiap tambahan


pengumpul air 1 < 50 1,5 1,5 50 m2 luas
hujan bangunan
diperlukan
tambahan 1 unit
atau volume 1,5
2 50 -100 1,5 3 m3
JUMLAH SUMUR RESAPAN DAN LUBANG
RESAPAN BIOPORI YANG DIPERLUKAN

Jumlah Unit
Luas Tutupan Kapasitas Volume
Jenis Pemanfaatan Resapan yang Keterangan
Bangunan (m2) Resapan per Unit (m3)
diperlukan
Sumur Resapan setiap tambahan 50 m2
Dangkal 1 50 1 luas bangunan
diperlukan tambahan 1
unit atau volume 1 m3
2 50 - 100 1

Sumur Resapan Dalam setiap tambahan 1000 m2


1 1000 40 luas bangunan
diperlukan tambahan 1
unit
2 1000 –2000 40

Lubang Resapan setiap luas bangunan 20


Biopori 3 20 0,25 m2 diperlukan tambahan
3 unit LBR

6 20 – 40 0,25
KOLAM PENGUMPUL
AIR HUJAN

Kolam pengumpul air hujan adalah


kolam atau wadah yang dipergunakan
untuk menampung air hujan yang jatuh di
atap bangunan (rumah, gedung
perkantoran atau industri) yang
disalurkan melalui talang
Kolam pengumpul air hujan di atas
permukaan tanah
Kolam pengumpul air hujan di bawah
dalam permukaan tanah
KOLAM PENGUMPUL AIR HUJAN
DI ATAS PERMUKAAN TANAH (1)
 Persyaratan lokasi
• Muka air tanah dangkal < 1 m;
• Jenis tanah yang mempunyai kapasitas infiltrasi rendah seperti lempung dan liat;
• Kawasan karst, rawa, dan/atau gambut.
 Konstruksi
• Membuat saluran air dari talang bangunan (dengan bahan PVC) ke dalam kolam
pengumpul air hujan;
• Membuat kolam pengumpul air hujan dari beton, batu bata, tanah liat atau bak
fiber/aluminium, dilengkapi dengan saluran pelimpasan keluar dari kolam
pengumpul air hujan;
• Membuat penutup kolam pengumpul air hujan.
 Pemeliharaan
• Membersihkan talang dan saluran air dari kotoran seperti ranting, dedaunan agar
tidak tersumbat;
• Melakukan analisis laboratorium untuk mengetahui kualitas air di dalam kolam
pengumpul air (bila perlu).
KOLAM PENGUMPUL AIR HUJAN
DI ATAS PERMUKAAN TANAH (2)
KOLAM PENGUMPUL AIR HUJAN
DI BAWAH PERMUKAAN TANAH (1)

 Persyaratan lokasi
• daerah bebas banjir,
• muka air tanah dangkal > 2 m,
• keterbatasan ruang di atas tanah,
• daerah dengan ketinggian permukaan tanah minimal di atas 10 m di atas
permukaan laut dengan luas lahan terbatas.
 Konstruksi
• membuat saluran air dari talang bangunan ke dalam kolam pengumpul air hujan,
• membuat kolam pengumpul air hujan dari beton, batu bata,
• atau bak fiber/aluminium dilengkapi dengan saluran pelimpasan keluar dari kolam
pengumpul air hujan,
• membuat penutup kolam pengumpul air hujan.
 Pemeliharaan
• Membersihkan talang dari kotoran seperti ranting, dedaunan agar tidak tersumbat,
• melakukan analisis laboratorium untuk mengetahui kualitas air di dalam kolam
pengumpul air (bila perlu).
KOLAM PENGUMPUL AIR HUJAN
DI BAWAH PERMUKAAN TANAH (2)
SUMUR RESAPAN

Lubang yang dibuat untuk


meresapkan air hujan ke dalam
tanah dan atau lapisan batuan
pembawa air
Sumur Resapan Dangkal
Sumur Resapan Dalam
SUMUR RESAPAN DANGKAL (1)
 Persyaratan lokasi
• tinggi muka air tanah > 0,5 m,
• berada pada lahan yang datar dan berjarak minimum 1 m dari pondasi bangunan.
 Konstruksi
• sumur resapan dangkal dibuat dalam bentuk bundar atau empat persegi dengan
menggunakan batako atau bata merah atau buis beton,
• sumur resapan dangkal dibuat pada kedalaman di atas muka air tanah atau kedalaman
antara 0,5 – 10 m di atas muka air tanah dangkal dan dilengkapi dengan memasang ijuk,
koral serta pasir sebesar 25% dari volume sumur resapan dangkal,
• sumur resapan dangkal dilengkapi dengan bak kontrol yang dibangun berjarak +50 cm dari
sumur resapan dangkal yang berfungsi sebagai pengendap,
• sumur resapan dangkal dan bak kontrol dilengkapi dengan penutup yang dapat dibuat dari
beton bertulang atau plat besi,
• membuat saluran air dari talang rumah atau saluran air di atas permukaan tanah untuk
dimasukkan ke dalam sumur dengan ukuran sesuai jumlah aliran.
• memasang pipa pembuangan yang berfungsi sebagai saluran limpasan jika air dalam sumur
resapan sudah penuh.
 Pemeliharaan
• Membersihkan bak kontrol dan sumur resapan dangkal dengan mengangkat filter yang
berupa ijuk, koral dan pasir pada setiap menjelang musim penghujan atau disesuaikan
dengan kondisi tingkat kebersihan filter,
• melakukan analisis laboratorium untuk mengetahui kualitas air yang masuk ke dalam sumur
resapan.
SUMUR RESAPAN DANGKAL (2)
SUMUR RESAPAN DANGKAL (3)
SUMUR RESAPAN DALAM (1)
 Syarat Lokasi
• Diutamakan di daerah land subsidence dan/atau daerah genangan,
• Penurunan muka air tanah dalam kondisi kritis,
• Ketinggian muka air tanah > 4 m,
• Dapat dipadukan dengan sumur eksploitasi yang telah ada dan/atau yang akan dibuat.
 Konstruksi
• Dibuat melalui pemboran dengan lubang bor tegak lurus dan diameter minimal 275 mm (11 inch),
• Diameter pipa lindung dan saringan minimal 150 mm (6 inch),
• Kedalaman sumur resapan dalam disesuaikan dengan kondisi akuifer dalam yang ada,
• Bibir sumur atau ujung atas pipa lindung terletak minimal 0,25 m di atas muka tanah dan dilengkapi dengan
penutup pipa,
• Saringan sumur bor harus ditempatkan tepat pada kedudukan akuifer yang disarankan untuk peresapan
• Ruang antara dinding lubang bor dan pipa lindung di atas dan di bawah pembalut kerikil diinjeksi dengan lumpur
penyekat, sehingga terbentuk penyekat setebal 3 m di bawah kerikil pembalut dan setebal minimal 2 m di atas
kerikil pembalut,
• Ruang antara dinding lubang bor dan pipa jambang di atas kerikil pembalut mulai dari atas lempung penyekat
hingga kedalaman 0,25 m di bawah muka tanah harus diinjeksi dengan bubur semen, sehingga terbentuk semen
penyekat;
• Di sekeliling sumur harus dibuat lantai beton semen dengan luas minimal 1 m2, berketebalan minimal 0,5 m mulai
0,25 m di bawah muka tanah hingga 0,25 m di atas muka tanah,
• Sumur resapan dalam dilengkapi dengan 2 buah bak kontrol yang dibuat secara bertingkat dengan menggunakan
batu bata, batako, atau cor semen secara berhimpit berukur panjang 1 m, lebar 1,5 m, dan kedalaman 1,5 m,
• Untuk bak penyaring, dibuat dengan kedalaman 1 m dan diisi dengan pasir dengan ketebalan 25 cm, koral
setebal 25 cm dan ijuk setebal 25 cm.
 Pemeliharaan
• Membersihkan atau mengganti penyaring dari kotoran dan endapan/lumpur yang menyumbat pada bak
penyaring, pada musim penghujan dan kemarau atau sesuai dengan keperluan,
• Melakukan analisis laboratorium untuk mengetahui kualitas air yang masuk ke dalam sumur resapan.
SUMUR RESAPAN DALAM (2)
SUMUR RESAPAN DAN BAK KONTROL
SUMUR RESAPAN DI KANTOR KLHK
(Kebon Nanas, Jakarta Timur)
LUBANG RESAPAN BIOPORI (1)
 Persyaratan Lokasi
• Daerah sekitar pemukiman, taman, halaman parkir dan sekitar pohon; dan/atau
• Pada daerah yang dilewati aliran air hujan.
 Konstruksi
• Membuat lubang silindris ke dalam tanah dengan diameter 10 cm, kedalaman 100 cm atau
tidak melampaui kedalaman air tanah. Jarak pembuatan lubang resapan biopori antara
50 – 100 cm,
• Memperkuat mulut atau pangkal lubang dengan menggunakan:
─ paralon dengan diameter 10 cm, panjang minimal10 cm; atau
─ adukan semen selebar 2 – 3 cm, setebal 2 cm disekeliling mulut lubang.
• Mengisi lubang LRB dengan sampah organik yang berasal dari dedaunan, pangkasan
rumput dari halaman atau sampah dapur; dan
• Menutup lubang resapan biopori dengan kawat saringan.
 Pemeliharaan
• Mengisi sampah organik kedalam lubang resapan biopori;
• Memasukkan sampah organik secara berkala pada saat terjadi penurunan volume
sampah organik pada lubang resapan biopori; dan/atau
• Mengambil sampah organik yang ada dalam lubang resapan biopori setelah menjadi
kompos diperkirakan 2 – 3 bulan telah terjadi proses pelapukan.
LUBANG RESAPAN BIOPORI (2)
TAHAP PEMBUATAN LRB
1. Menyiapkan alat dan bahan bor
biopori, ember, paralon ukuran
diameter 3” atau 10 cm dan
panjang 10 – 20 cm
2. Membuat alur aliran air
3. Menyiram tanah dengan air pada
lokasi pembuatan lubang biopori
4. Membuat lubang dengan
menggunakan bor biopori
5. Mengeluarkan tanah dari lubang
6. Memperkuat mulut lubang
dengan menggunakan paralon
7. Mengisi lubang biopori dengan
sampah organik
8. Merawat secara berkala
LRB DI KANTOR KLHK
(Kebon Nanas, Jakarta Timur)
SOSIALISASI
SOLUSI BERSAMA
o BEKERJA BERSAMA, ambil peran masing-masing untuk
KONSERVASI AIR;
o Menjaga kulaitas, kuantitas dan kontiuitas air: MUSIM KEMARAU
tidak kekeringan dan MUSIM PENGHUJAN tidak kebanjiran;
o Jadikan SEKOLAHKU dan RUMAHKU adalah “TAMAN HIJAU”
yang ASRI;
o Mengamankan dan menyelamatkan sumber-sumber air (sungai, danau
dan mata air);
o Tampung dan manfaatkan air hujan untuk keperluan harian;
o Kampanyekan HEMAT AIR di lingkungan masing-masing;
o Menerima dari alam, memberikan kembali kepada alam, tanam 25
pohon untuk bumi selama hidup bagi generasi masa depan.

Anda mungkin juga menyukai