Anda di halaman 1dari 45

Dokumen Land Acqusition and Resetlement Action Plan

(LARAP) Dokumen Perencanaan Pengadaan


Tanah (DPPT++)

PELATIHAN ESMF & CH


ATRIA HOTEL - MAGELANG
13 – 16 Desember 2022
Kegiatan pengadaan tanah dan permukiman kembali dalam
suatu pembangunan tentunya tidak boleh ada yang dirugikan,
sehingga diperlukan suatu kajian, serangkaian rembug dan
kegiatan sosialisasi dengan warga terkena dampak (WTD).
Dari hasil tersebut maka akan melahirkan beberapa
kesepakatan dan alternative penanganan, sehingga tidak
menimbulkan dampak negatif baik bagi lingkungan maupun
social. Kegiatan tersebut merupakan serangkaian kegiatan
(Land Acqusition and Resetlement Action Plan / LARAP dan
DPPT)
APA YANG DAPAT
DIPEROLEH

Memahami
Prinsip Memahami
Memahami
LARAP & Penyusunan
Dasar Memah
DPPT Instrumen
Kebijakan
LARAP/DP ami
LARAP/DPP
PT Muatan
T
LARAP
& DPPT
ACUAN DASAR
Regulasi dan kebijakan yang
KEBIJAKAN mengatur
Pengadaan tanah dan pemukiman kembali

PRINSIP PENGADAAN TANAH


& PEMUKIMAN KEMBALI
Prinsip pengadaan tanah dan/atau pemukiman
kembali sebelum kegiatan investasi fisik dalam P3TB

Out PARA PIHAK YANG TERKAIT


Pihak-pihak yang terlibat dalam
Line pengadaan
Tanah dan pemukiman kembali

PENYUSUNAN INSTRUMEN
Penyusunan instrument dokumen LARAP
dan DPPT+++
ACUAN & DASAR

1
PRINSIP PEKNEGBAIJDAAKAN
PEMUKIMAN KEMBALI
PARA
TANAH &
TERKA 2
PIHAK YANG IT

3
PENYUSUNAN INSTRUMEN
1 Undang-undang No. 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2021 ttg Penyelenggaraan Pengadaaan Tanah


2 Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum

PerMenATR/BPN No. 6 Tahun 2020 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan

RA PIHAK YANG
PRINSIP PENGADAAN
3
KEBIJAKAN

Presiden Nomor 62 Tahun 2018 Tentang Penanganan Dampak Sosial

1 23
Kemasyarakatan Dalam Rangka Penyediaan Tanah Untuk Pembangunan Nasional

PENYUSUNAN
PEMUKIMAN
DASAR
ACUAN &

INSTRUMEN
TERKAIT
PerMenATR/BPN No. 19 Tahun 2021 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
4

KEMBALI
&
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah

TANAH
Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

PA
5 PerMenATR/BPN No. 17 Tahun 2021 Tentang Tata Cara Penetapan Tanah Musnah
Kegiatan pengadaan tanah dan/atau pemukiman kembali sedapat mungkin
1 dihindari atau diminimalkan dengan mengeksplorasi semua alternatif
investasi fisik yang layak

Jika kegiatan pengadaan tanah dan/atau pemukiman kembali diperlukan,


2 maka konsultasi secara bermakna dilakukan dengan WTD dan WTD harus
& PEMUKIMAN

memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan


pelaksanaan program pengadaan tanah dan/atau pemukiman kembali
KEBIJAKAN
PRINSIP PENGADAAN

PARA PIHAK YANG


Bantuan diberikan terhadap WTD dalam usaha untuk memperbaiki mata
3

LARAP
12 3
pencaharian dan standar kehidupannya atau setidaknya mengembalikannya
DASAR
ACUAN &

NAN
secara nyata ke tingkat pendapatan sebelum dilakukannya pengadaan tanah
KEMBALI

STRUMENIN
dan/atau pemukiman kembali atau ke tingkat pendapatan sebelum

PENYUSU
TANAH

TERKAIT
dimulainya pelaksanaan proyek, mana yang lebih tinggi

4 Penentuan kompensasi dan manfaat bagi pihak terkena dampak

5 Menyediakan mekanisme penyampaian dan penanganan keluhan

6 Melakukan perencanaan dan pelaksanaannya, untuk pemindahan/relokasi


secara fisik dan/atau ekonomi
1 CPMU
- Meminta kepada pemrakarsa untuk menyiapkan dokumen LARAP
- Monitoring proses pengadaan tanah yang sedang berlangsung hingga
diserahkannya dokumen
- Review LARAP sebelum diserahkan kepada WB untuk mendapatkan persetujuan

2 PMU
DAAKAANNT

Memastikan kegiatan perencanaan dan implementasi pengadaan tanah dan pemukiman kembai dilakukan
ACUAN & DASAR

sesuai ESMF dan ITMP

PIU
3
NBGIAJYANG

Menyusun, melaksanakan dan melaporkan LARAP yang telah disetujui CPMU sesuai dengan panduan pada
PRINSIP

TERKAIT ANAH &

ESMF untuk memitigasi dampak dari kegiatan


PEMUKIMAN

12

PENYUSUNAN
PMS

INSTRUMEN
4
KEMBALI

Membantu CPMU dalam melakukan penapisan, melakukan review dokumen, pemantauan dan evaluasi
EPIHAK

3 pelaksanaan LARAP

PEMDA
5
PARA

Pemda dapat menunjuk OPD selaku pemrakarsa, untuk mengajukan LARAP (dapat dibantu
KE

konsultan).Pengajuan dilakukan dengan diberi cap dan tanda tangan resmi. Mengajukan usulan ke CPMU
P

untuk dimasukkan dalam AWP

6 POKJA DAERAH
- Mengendalikan, memantau dan mengawasi penerapan LARAP
- Memberikan masukan tentang sub proyek yang akan diajukan dalam AWP
terutama dari pendanaan APBD I dan APBD II
- Pada saat pelaksanaan LARAP, mengkordinasikan para pelaksana untuk
memantau dan memastikan bahwa LARAP dilaksanakan
Pengumpulan Data Sub Proyek
1 Data sub proyek diperoleh dari daerah dan pusat. Data-sub proyek yang dibiayai oleh APBD I dan APBD II
diperoleh dari Pokja Daerah

Penapisan
2 Penapisan sub-proyek terhadap potensi dampak sosial dan kebutuhan LARAP dilakukan bersamaan dengan
penyiapan RC
Menyiapkan Sensus Sosial Ekonomi
ANAAN

3
LANGKAHLAPERLAAPKSAN

Jika hasil panapisan menyusun DPPT maka dilakukan studi kelayakan dan sensus terhadap WTD. Seringkali,
studi kelayakan sudah termasuk dalam dokumen perencanaan teknis. Sedangkan dalam LARAP, studi dapat
dimulai dengan dilakukan sensus social ekonomi dan inventarisasi WTD
KEBIJAKAN

123
PENYUSUNAN
LARA

Konsultasi Publik Bermakna


ACUAN &

INSTRUMEN

4
KETENTUAN

Konsultasi Publik adalah proses komunikasi dialogis atau musyawarah antar pihak yang berkepentingan
DASAR

guna mencapai kesepahaman dan kesepakatan dalam perencanaan Pengadaan Tanah bagi pembangunan
4 untuk kepentingan umum. Konsutasi Publik bertujuan untuk mendapatkan kesepakatan lokasi rencana
PELAKS

pembangunan dari Pihak yang Berhak


AAN

Penyusunan LARAP Lengkap/Komprehensif


5 Jika teridentifikasi WTD dari akuisisi lahan, baik itu relokasi maupun kehilangan pendapatan/aset produktif>
200 orang (atau > 40 RT atau menghilangkan > 10% dari asset produktif)

Penyusunan LARAP Sederhana


6 Jika teridentifikasi WTD dari akuisisi lahan, baik itu relokasi maupun kehilangan pendapatan/aset produktif<
200 orang (atau < 40 RT atau menghilangkan < 10% dari asset produktif)
7 Penyusunan DPPT +++
- Jika tanah yang dibutuhkan > 5 Ha, pengadaan tanah dilaksanakan
dengan 4 (empat) tahapan: perencanaan, persiapan, pelaksanaan, dan
penyerahan hasil. Kegiatan pengadaan tanah lebih dari 5 Ha membutuhkan
Penetapan Lokasi (Penlok)
ANAAN
LANGKAHLAPERLAAPKSAN

- Jika tanah yang dibutuhkan < 5 Ha, pengadaan tanah bisa dilakukan
Secara langsung (pembayaran langsung/jual beli) atau jika membutuhkan
Penlok makan dilaksanakan dengan 4 tahap diatas
KEBIJAKAN

Catatan : Agar setara dengan LARAP, penyusunan dokumen DPPT+++ harus


123
PENYUSUNAN
LARA

ditambahkan dengan instrumen pengelolaan dampak sosial akibat pengadaan


ACUAN &

INSTRUMEN

tanah yang sesuai kebutuhan


KETENTUAN
DASAR

4 8 Persetujuan dan Penetapan Instrumen


PELAKS

Dokumen LARAP/DPPT yang telah disusun selanjutnya diberikan surat pengantar oleh instansi/lembaga
AAN

yang menjadi pemrakarsa untuk diserahkan kepada CPMU (disetujui dan ditetapkan)
TAHAP PENAPISAN
1
Pengumpulan Data Sub-Proyek :
CPMU : PMU – PIU & POKJA Daerah

Membutuhkan Tanah/Lahan

Ya, sudah ada dokumen kepemilikan lahan TIDAK


Penapisan 1
YA, Membutuhkan Pengadaan Tanah
1. Terdapat warga
direlokasi >200 jiwa Tidak Memerlukan
(40 KK)
Studi Kelayakan/ LARAP/DPPT
2. Terdapat warga Sensus SOSEK
kehilangan >10%
DIAGRAM ALIR total produktif asset/
sumber pendapatan

PROSES produktif

YA (1) dan (2)

PENAPISAN & a. Butuh lahan > 5ha


Penapisan 2

PEN YU SUN AN b. Butuh Penlok TIDAK (1) dan (2)

YA (a) dan (b)


LARAP

Penapisan 3
LARAP/ DPPT
DPPT
TIDAK (a) dan (b)

Konsultasi Publik
Bermakna

Due Dilligence Proses Pengadaan Dokumen LARAP


Pengadaan Tanah Langsung / B to B / DPPT
PENAPISAN
1 Penapisan, Jika Membutuhkan Uji Tuntas (Due Diligence/DD)
Penapisan dilakukan kepada sub proyek yang membutuhkan tanah dan tanah tersebut sudah tersedia, yang mungkin sudah
dialasi hak. Pada sub-proyek yang bersifat revitalisasi, normalisasi, optimalisasi, preservasi dan penataan, umumnya
menggunakan lahan eksisting. Sehingga dilakukan uji tuntas (due diligence, DD), agar dapat memastikan bahwa tanahnya
sudah clean (harus jelas letak, luas, dan batas fisiknya) and clear (tanah tidak dalam tumpang tindih penguasaan dan
pemanfaatan lahan lain)
Pada pengadaan tanah yang sebelumnya dilakukan melalui pembebasan langsung atau B to B, maka proses DD
menggunakan metode menggunakan metode triangulasi : studi dokumen, wawancara & observasi
Pada pengadaan tanah yang sebelumnya dilakukan melalui LARAP/DPPT maka proses DD adalah memastikan
pemrakarsa dalam pelaksanaan pengadaan tanah sudah mematuhi (compliance) menurut ESMF dan melakukan
identifikasi jika terdapat isu warisan pertanahan (Land Legacy Issues). Jika hasil DD teridentifikasi adanya
kesenjangan (gap) dan terdapat isu warisan pertanahan, maka harus dilakukan suatu rencana tindakan korektif yang
sudah diselesaikan dan menjadi bagian dari laporan pelaksanaan pengadaan tanah. Dokumen DD ini akan direview
dan disetujui Bank Dunia sebagai bagian dari readiness criteria
Untuk dicatat, bahwa DD berupa land audit atau studi penelusuran (tracer study) seharusnya hanya bisa diterapkan untuk
subproyek yang pengadaan tanahnya sudah dilakukan sebelum tahap implementasi proyek (loan effectiveness). Untuk
subproyek yang diajukan saat tahap implementasi proyek seperti saat ini, maka pengadaan tanah seharusnya dilakukan
dengan pengajuan LARAP yang menjadi bagian dari dokumen RC. Jadi seharusnya dokumen rencana pengadaan tanah
diajukan terlebih dahulu untuk direview dan disetujui Bank Dunia sebelum dilaksanakan. Selanjutnya tanah harus sudah
clean and clear jika akan dilakukan konstruksi
2 Penapisan, Jika Membutuhkan Penyusunan LARAP Lengkap
Jika tanah yang dibutuhkan masih dimiliki oleh masyarakat atau pihak lain yang berhak, maka instansi yang membutuhkan
tanah harus mempersiapkan penyusunan dokumen, dimana dalam tahap perencanaan diawali oleh studi kelayakan dan
melakukan survei/sensus social ekonomi. Dari hasil kajian dan sensus, jika teridentifikasi WTD yang direlokasi melebihi dari
40 Kepala Keluarga atau melebihi 200 jiwa, dan terdapat dampak lebih 10% pendapatan produktifnya, maka membutuhkan
penyusunan LARAP Lengkap
PENAPISAN

3 Penapisan, Jika Membutuhkan Penyusunan LARAP Sederhana


Jika hasil dari studi kelayakan dan sensus social ekonomi, terindikasi WTD yang direlokasi kurang dari 40 Kepala Keluarga
atau kurang 200 jiwa, dan terdapat dampak terhadap kurang 10% pendapatan produktifnya, maka membutuhkan
penyusunan LARAP Sederhana

4 Penapisan, Jika Membutuhkan DPPT


Ambang agar suatu sub proyek menyusun LARAP adalah adanya WTD yang direlokasi dan berkurangnya pendapatan
produktifnya. Sedangkan ambang untuk menyusun DPPT mengikuti persyaratan regulasi Indonesia sebagai berikut:
- Luasan tanah yang dibutuhkan lebih dari 5 hektar.
- Sub Proyek membutuhkan penetapan lokasi (Penlok). Walaupun jumlah tanah yang dibutuhkan kurang dari 5 hektar,
maka
berlaku penyusunan DPPT melalui 4 tahapan (persiapan, pelaksanaan, penetapan dan pengajuan DPPT – Pasal 19)

5 Pengadaan Tanah Secara Langsung


Pembelian secara langsung atau B to B dapat dilakukan setelah melewati ambang penyusunan LARAP dan ambang
penyusunan DPPT. Jika suatu sub proyek membutuhkan lahan dimana pemilik tanah tidak direlokasi dan asset produktif
yang dimilikinya tidak hilang melebih dari 10%. Kemudian sub proyek membutuhkan lahan kurang dari 5 hektar dan tidak
membutuhkan penetapan lokasi, maka instansi yang membutuhkan tanah dapat melakukan pengadaan tanah secara
langsung kepada pemilik yang berhak tanpa memerlukan DPPT.
Untuk pembelian tanah secara langsung, di dalam dokumen sosial yang menjadi bagian dari RC, akan disampaikan (rencana)
proses pembelian tanah tersebut.
SENSUS SOSIAL
EKO NOMI 2
1 Identifikasi Data Sosial Ekonomi WTD dan Analisa Dampak
- Identifikasi kondisi Sosial Ekonomi pihak yang terdampak (termasuk status ekonomi/pendapatan, umur, gender, status
dalam rumah tangga, kondisi kesehatan dan disabilitas, dan kondisi sosial ekonomi lainnya yang terkait), sehingga dapat
diketahui pihak yang berhak yang termasuk kategori rentan
- Analisa dampak untuk mengidentifikasi WTD yang terkena dampak signifikan/ Severely effected (termasuk: persentase
aset terdampak dibandingkan total aset rumahtangga yang dimiliki: apakah harus relokasi, dan/atau persentasi
hilangnya sumber pendapatan/aset produktif 10% atau lebih dari total pendapatan/aset produktif rumahtangga)
- Identifikasi WTD dari akuisisi lahan, selain terhadap pemilik lahan juga termasuk: pengguna lahan (penggarap yang
hilang garapannya dan/atau penghuni liar yang mengokupasi tanah tidak secara legal), pekerja yang hilang
pekerjaannya, pihak yang terbatasi/ terhalang/terganggu akses ke sumber kehidupannya, dan pihak terdampak lainnya
- Identifikasi kerentanan (vulnerability) : Kelompok orang tertentu yang mungkin menderita secara tidak proporsional
atau menghadapi risiko menjadi lebih tersisihkan akibat proyek termasuk kelompok rentan adalah Masyarakat Adat dan
secara khusus mencakup: i) rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan, ii) kepala keluarga penyandang cacat, iii)
rumah tangga yang berada di bawah indikator kemiskinan yang berlaku secara umum, dan iv) kepala rumah tangga
yang berusia lanjut

Melampirkan tabulasi data setiap WTD dari hasil survei sosial ekonomi, hasil pengukuran tanah/bangunan dan
penilaian harga tanah/aset terdampak lainnya)

Program Pemulihan Penghidupan dan Mata Pencaharian (Livelihood Restoration Plan), direncanakan dan
dikonsultasikan dengan WTD yang: terkena dampak signifikan (severely impacted: ≥10% pendapatan/aset produktif
rumah tangga dan/atau harus relokasi tempat tinggal), serta kelompok rentan (mengacu pada definisi pada
ESMF/Juknis LARAP)
2 Kelompok Warga Terdampak
Pada saat penyusunan LARAP perlu diidentifikasi jumlah warga terkena dampak (WTD) yang dilaksanakan secara sensus
yaitu para pemilik aset (tanah, bangunan, dan tanaman tumbuh) dimana lahan dan aset lainnya akan terkena dampak,
termasuk yang kehilangan mata pencaharian. Terkait kategori WTD terbagi ke dalam 3 kategori yaitu:
(1) warga terkena dampak pengadaan tanah milik pribadi;
(2) warga terkena dampak yang tinggal di tanah negara (pemerintah pusat atau daerah), tetapi tidak memiliki hak atas
tanah yang ditinggalinya; dan
(3) kategori lainnya yaitu warga terkena dampak pengadaan tanah milik adat dan tanah lainnya

WTD menempati tanah negara.


Warga yang tinggal di tanah negara, terbagi dalam enam tipe, yaitu:
1. Orang-orang yang memiliki dan menempati tempat tinggal/bangunan lainnya yang dibangun di atas tanah negara
atau pemerintah tanpa hak secara hukum yang dapat diakui atau mengklaim atas tanah yang ditempati;
2. Pengolah lahan/penggarap;
3. Penghuni ilegal (orang yang menguasai tanah negara atau tanah yang dimiliki pemerintah, pemerintah daerah,
badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah);
4. Penyewa tempat tinggal/bangunan lainnya yang dibangun di atas tanah negara atau pemerintah tanpa hak secara
hukum atau mengklaim atas tanah yang ditempati;
5. Perambah/penyerobot tanah, yaitu orang-orang yang menambah atau memperluas kepemilikan pribadinya dengan
melanggar hak tanah negara yang berdekatan;
6. Tuan tanah liar ilegal, yaitu orang-orang yang memperoleh uang sewa ilegal dari bangunan yang dibangun di atas
tanah negara.
3 Matriks Keberhakan (Entitlement Matrix)
Hasil dari sensus social ekonomi menghasilkan identifkasi kepemilikan asset bagi seluruh WTD. Identifikasi ini menjadi
dasar untuk penetuan kompensasi yang akan diperloleh oleh WTD yang dituangkan dalam bentuk matriks keberhakan
(entitlement matrix).
No Warga Terdampak Hak

Pemilik tanah/aset yang kehilangan tanah dan/atau Ganti kerugian atas hilangnya tanah dan aset lainnya
aset lainnya (termasuk bangunan, struktur, utilitas, yang ada pada tanah tersebut, berdasarkan penilaian
pohon, dll.) dan kehilangan pendapatan oleh penilai berizin

Pemilik tanah/aset yang kehilangan sumber Ganti kerugian atas hilangnya sumber pendapatan
pendapatan atau mata pencaharian secara sementara atau mata pencaharian berdasarkan penilaian kerugian
atau permanen non fisik yang dilakukan oleh penilai berizin dan
fasilitasi untuk pemulihan mata pencaharian

Orang yang memiliki dan menempati tempat tinggal Ganti kerugian untuk kehilangan tempat tinggal dan
dan struktur lainnya yang dibangun diatas tanah struktur lainnya, untuk sumber pendapatan atau mata
negara atau pemerintah tanpa hak hukum yang dapat pencaharian dan bantuan pemukiman kembali,
diakui atau klaim tanah yang mereka tempati berdasarkan penilaian dari penilai berizin

Pihak yang menyewa tempat tinggal dan bangunan Proyek ini memberikan waktu yang cukup (minimal 2
lainnya yang dibangun di atas tanah negara atau bulan dari tanggal dimulainya tenggat (cut-off date)/
pemerintah tanpa hak hukum yang dapat diakui atau pada saat survei sensus) agar para penyewa dapat
klaim tanah yang mereka tempati menemukan tempat lain atau bantuan lainnya yang
disepakati antara penyewa dan instansi/ lembaga yang
mungkin mencakup biaya kepindahan dan uang saku
masa transisi dan bantuan mata pencaharian
3 Matriks Keberhakan (Entitlement Matrix)
No Warga Terdampak Hak

5 Penggarap (sharecropper) Bantuan untuk pemulihan mata pencaharian

6 Masyarakat yang menguasai tanah negara atau tanah Ganti kerugian untuk bangunan dan struktur. Bantuan
yang dimiliki oleh pemerintah, pemerintah daerah, untuk pemulihan mata pencaharian dan fasilitasi akses
badan usaha milik negara, atau badan usaha milik terhadap perumahan umum, bantuan transisi dan
daerah (squatter/ penghuni ilegal) kepindahan, serta perbaikan lokasi

7 Perambah/penyerobot tanah (encroacher) yaitu orang Ganti kerugian atas bangunan dan struktur. Bantuan
yang menambah atau memperluas kepemilikan pribadi untuk perbaikan mata pencaharian dan fasilitasi pada
mereka dengan melanggar batas tanah milik perumahan umum dan bantuan transisi dan
pemerintah atau tanah negara kepindahan, serta perbaikan lokasi.

8 Perambah/ penyerobot tanah tanah yang memasuki Tidak berhak atas ganti kerugian apapun
kawasan proyek setelah batas waktu yang diumumkan
pada publik.

Bentuk Ganti Kerugian. Ganti kerugian dapat berbentuk: (a) uang tunai; (b) tanah pengganti; (c) pemukiman kembali ke
lokasi lain; (d) kepemilikan saham; atau (e) bentuk lainnya yang disetujui oleh WTD dan instansi/lembaga yang
membutuhkan tanah. Ganti kerugian yang lebih disukai bentuknya tergantung pada keinginan WTD dan ganti kerugian
dapat berupa gabungan dari beberapa bentuk ganti kerugian tersebut tergantung pada kesepakatan antara WTD dan
instansi/lembaga yang membutuhkan tanah
FORMAT DAFTAR GAMBARAN UMUM STATUS
TANAH
KO N SULTASI PU BLI K
BERMAKNA 3
1 Pengertian
Proses komunikasi dialogis atau musyawarah antar pihak yang berkepentingan guna mencapai kesepahaman dan
kesepakatan dalam perencanaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. Konsutasi Publik
bertujuan untuk mendapatkan kesepakatan lokasi rencana pembangunan dari Pihak yang Berhak (PP No71/2021 Pasal 29).
Tim Persiapan melaksanakan Konsultasi Publik di kantor kelurahan/desa, kantor kecamatan atau di tempat rencana lokasi
pembangunan, atau tempat yang disepakati oleh Tim Persiapan dengan pihak yang berhak

2 Kapan dilakukan
Pelaksanaan Konsultasi Publik dilakukan secara bertahap dengan memberikan waktu yang cukup bagi WTD untuk dapat
memahami dan mengambil keputusan, dan memfasilitasi apabila diperlukan konsultasi publik spesifik untuk WTD kelompok
rentan. Konsultasi publik dilakukan sebelum dilakukan dan saat proses penyusunan dokumen LARAP, serta diharapkan
adanya dukungan dan keterbukaan dalam sensus sosial ekonomi, dan data untuk penyusunan LARAP/DPPT semakin
lengkap. Konsultasi juga dilakukan kembali ketika melakukan verifikasi daftar nominatif WTD yang terdapat dalam dokumen

3 Manfaat
1.Masyarakat tahu rencana pembangunan & rencana lokasi yang akan dibebaskan
2.Pihak yang berhak tahu jelas  dampak yang mungkin dialaminya
3.Pihak yang berhak tahu  prosedur pembebasan lahan & mekanisme untuk menyampaikan keluhan
4.Keterbukaan tentang rencana pembangunan  memungkinkan dukungan masyarakat
5.Partisipasi dalam Proses Pengambilan Keputusan

4 Temuan
Hal yang sering menjadi temuan dalam review dokumen
- Diseminasi / sosialisasi satu arah dianggap sebagai konsultasi
- Konsultasi dan konsultasi publik
- Dokumentasi yang kurang lengkap
- Informasi tidak diberikan sebelum konsultasi
BEN TUK KO N SULTASI
PUBLI K
PP 22/ 2021 Pasal 33 a y a t (3)
1 Lokakarya 4 Temu
Warga

2 Seminar 5 Forum Dengar Pendapat

3 FGD 6 Dialog Interaktif

Konsultasi dengan WTD dan stakeholder, untuk direncanakan dan dilaporkan bukan hanya dilakukan satu kali dalam
rangka penyampaikan rencana pengadaan lahan saja, tetapi selama proses pengadaan lahan, termasuk konsultasi saat
pengumpulan data sosial ekonomi, saat penyampaian hasil pengukuran tanah/bangunan dan valuasi harga tanah/aset
terdampak lainnya, dst. Rencana konsultasi disampaikan dengan detil, spesifik untuk subproyek terkait, termasuk:
rencana waktu, lokasi/dimana/cakupan area, WTD/stakeholder target konsultasi, pendekatan/metode konsultasi, dan
penanggung jawab.
M EKAN I SM
E PEN AN G AN AN 4
KELUH AN
RE G ULA SIP e l i b a t a n P e m a n g k u K e p e n t i n g a n

1 Prinsip Penanganan Keluhan


Pada prinsipnya berbagai keluhan/ keberatan ditangani melalui musyawarah untuk mencapai kesepakatan penyelesaian dan
diupayakan diselesaikan sedini mungkin pada tingkat paling bawah, yaitu pada tingkat desa/ kelurahan. Apabila tidak dapat
diselesaikan di tingkat desa/ kelurahan, maka penyelesaian akan dilakukan pada tingkat di atasnya dengan tanggungjawab
sepenuhnya dari Pemrakarsa. Bila penyelesaian keberatan tidak tercapai, mekanisme penyelesaian keberatan akan
dilaksanakan melalui jalur hukum yang akan ditempuh sebagaimana prosedur yang ditetapkan dalam perundang-undangan
yang berlaku

2 Penerimaan Keluhan
- Mengakses website p3tb.pu.go.id dan mengisi formular keluhan/ keberatan yang telah disediakan
- Mengirimkan SMS atau chat WhatsApp ke nomor 0811-1056-6777
- Mendatangi Sekretariat Pokja P3TB Provinsi Jawa Tengah d/a Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Prov. Jawa
Tengah, Jl. Pemuda No. 138 Sekayu, Semarang, Jawa Tengah 50132
- Mendatangi Sekretariat Pokja P3TB Provinsi DIY d/a Bappeda Prov. DIY, Jl. Malioboro No. 16 Suryatmatan, Danurejan,
Kota Yogyakarta
- Mendatangi kantor PMS Regional BYP d/a Perumahan Griya Indah IV no. 233, Sumberan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul
dan mengisi formulir keluhan/ keberatan yang telah disediakan
P o s t er So si a l i sa si Sa r a na
P e ne r i m a a n K e luh a n
M e k a ni sm e P e na ng a na n
Ke l uha n
LARAP DAN
DPP 5
T
Ke se nj a ng a n LA RA P d a n DP P
T
Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pengadaan
Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, serta ketentuan pelaksanaannya yang tertuang dalam
Permen ATR/BPN No 19 tahun 2021, maka data dan informasi dalam DPPT dapat digunakan dalam
penyusunan LARAP. Namun demikian DPPT dinilai masih terdapat kesenjangan guna memenuhi penanganan
dampak sosial dari pengadaan tanah yang sesuai dengan ESMF. Gambar dibawah memperlihatkan
persandingan antara penyusunan LARAP dengan penyusunan DPPT, dimana DPPT masih memerlukan
tambahan beberapa hal untuk dilakukan pengayaan dan penguatan yang tidak ada dalam dokumen LARAP

Dari Gambar ini, terlihat bahwa cakupan LARAP lebih luas dari DPPT. LARAP
memberikan instrumen lengkap untuk melakukan mitigasi dampak sosial yang
disebabkan oleh kegiatan pengadaan tanah. Sedangkan DPPT lebih berfokus
kepada instrumen pengadaan tanah yang mengutamakan proses ganti
kerugian.
Muatan wajib dan muatan tambahan DPPT tidak memberikan mandat untuk
Gambar : Diagram Venn
Persandingan LARAP dengan melakukan pemulihan pendapatan bagi WTD. Sedangkan melalui dokumen
DPPT LARAP diharapkan dapat dipastikan bahwa seluruh dampak sosial
dari pengadaan tanah dan mitigasinya sudah direncanakan.
M U ATAN DO KUM EN
LARAP 6
BAB I. Pendahuluan
BAB II. Gambaran umum perencanaan dan cakupan pengadaan tanah
BAB III.Kebijakan Pengadaan Tanah
BAB IV. Pengaturan Kelembagaan
BAB V. Profil Sosial Ekonomi Pihak yang Berhak/Warga Terdampak
BAB VI. Analisa Dampak dan Matriks Keberhakan

BAB VII. Perkiraan Nilai Tanah, Objek Pengadaan Tanah dan Penganggaran

BAB VIII. Perkiraan Jadwal


BAB IX. Program Pemulihan Pendapatan dan Mata Pencaharian

BAB X. Rencana Pemindahan Sementara dan Rencana Pemukiman Kembali Penduduk (Jika Ada)

BAB XI. Partisipasi, Konsultasi dan Pengumuman/Pengungkapan Informasi

BAB XII. Mekanisme Penangananan Keluhan

BAB XIII.Monitoring dan Evaluasi


Dalam Dokumen LARAP dipastikan seluruh dampak sosial dari pengadaan tanah dan mitigasinya
sudah direncanakan, sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
1. Identifikasi kondisi sosial ekonomi pihak yang terdampak (termasuk status ekonomi/pendapatan, umur,
gender, status dalam rumah tangga, kondisi kesehatan dan disabilitas, dan kondisi sosial ekonomi lainnya
yang terkait), sehingga dapat diketahui pihak yang berhak yang termasuk kategori rentan.
2. Analisa dampak untuk mengidentifikasi WTD yang terkena dampak signifikan (termasuk: persentase asset
terdampak dibandingkan total aset rumahtangga yang dimiliki, apakah harus relokasi, dan/atau persentasi
hilangnya sumber pendapatan atau aset produktif lebih dari >10% dari total income produktif
rumahtangga).
3. Pengaturan kelembagaan yaitu peran da tanggung jawab setiap pihak, tidak hanya digambarkan untuk
tahap perencanaan dan implementasi, tapi juga dalam penanganan dampak sosial termasuk saat
implementasi program pemulihan kehidupan/mata pencaharian dan pemantauan program.
4. Strategi Pemukiman Kembali (jika ada relokasi). Jika ada relolasi maka harus disusun pada bab tersendiri,
bagaimana strategi permukiman kembali dilakukan untuk mengembalikan pemukiman yang layak untuk
menjalankan kehidupan baru, termasuk penghitungan kompensasi dengan mempertimbangkan masa
transisi dan adanya proses pendampingan saat relokasi, sehingga tidak hanya sekedar nilai ganti kerugian.
5. Penilaian terhadap dampak sosial selain akuisisi lahan seperti penggarap yang hilang garapannya, pekerja
yang hilang pekerjaannya, pihak yang terbatasi/ terhalang/terganggu akses ke sumber kehidupannya,
penghuni liar (yang mengokupasi tanah tidak secara legal), dan pihak terdampak lainnyaakan mendapat
perhatian berupa tunjangan/santunan non tanah dan/atau program pemulihan kehidupan
Dalam Dokumen LARAP dipastikan seluruh dampak sosial dari pengadaan tanah dan mitigasinya
sudah direncanakan, sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
6. Matrik keberhakan disusun untuk menjelaskan siapa saja dan obyek apa saja yang berhak mendapat ganti
kerugian dan/atau santunan/allowance dan/atau program pemulihan kehidupan (entitlemet matrix),
termasuk sebagai berikut:
a. Menjelaskan semua pihak dan obyek yang terdampak (baik yang diatur regulasi nasional maupun yang
diatur safeguards).
b. Selain ganti kerugian yang diatur dalam DPPT dalam LARAP harus memuat pengaturan hak atau perhatian
bagi pihak terdampak yang terkategori rentan (mereka yang miskin, manula, kepala keluarga wanita,
penyandang disabilitas, yang tidak memiliki lahan, etnis minoritas, dan mereka yang terdampak serius
(terelokasi dan/atau sumber pendapatan produktifnya hilang lebih dari 10% dari total sumber pendapatan
produktif).
c. Dalam matrik kebijakan dijelaskan apa dasar hukum kebijakan tersebut baik dari peraturan perundangan,
safeguards, dan bagaimana proyek memutuskan dalam penanganan para pihak yang terdampak.
d. Dalam matrik kebijakan dijelaskan siapa yang akan bertanggungjawab implementasi dari kebijakan proyek
tersebut dan dari mana sumber dananya.
7. Partisipasi, Konsultasi dan Pengungkapan Informasi:
a. Menjelaskan dan mendokumentasikan bahwa proses penyusunan peren-canaan pengadaan tanah telah
dilakukan secara partisipatif, dilakukan dengan konsultasi yang bermakna, dan pengungkapan informasi
terkait proyek baik dampak positif atau negatif, khususnya dampak yang akan timbul akibat kegitan
pengadaan tanah dan rencana mitigasinya.
Dalam Dokumen LARAP dipastikan seluruh dampak sosial dari pengadaan tanah dan mitigasinya
sudah direncanakan, sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
8. Mekanisme Penanganan Keluhan, termasuk alternatif atau opsi bagi WTD untuk dapat menyampaikan
input dan kekhawatiran terkait proses akuisisi tanah, yang mudah diakses dan tersedia spesifik di lokasi
atau langsung bisa disampaikan kepada sub proyek terkait.
9. Program Pemulihan Kehidupan dan/atau mata pencaharian (jika ada pihak terdampak kelompok rentan
dan/atau terkena dampak significant (severely impacted), mengacu pada hasil identifikasi konsisi sosial
ekonomi dan analisa dampak yang disampaikan sebelumnya di atas.
10. Monitoring dan evaluasi, termasuk mekanisme dan indikator pencapaian untuk setiap tahap, tidak
hanya terbatas proses pelaksanaan akuisisi tanah, tetapi juga pemantauan efektifitas implementasi
program pemulihan kehidupan/mata pencaharian
M U ATAN
DO KU M EN LARAP 7
SEDERH AN A
BAB I. Deskripsi proyek dan rencana/cakupan pengadaan tanah
BAB II. Kajian Analisis Hukum
BAB III. Kajian sosial ekonomi WTD dan Analisa dampak
BAB IV. Rencana pengelolaan dampak pengadaan tanah dan
upaya perlindungan sosial
BAB V. Proses partisipatif dalam persiapan pengadaan tanah dan pemukiman kembali, dan mekanisme
penyampaian dan penanganan keluhan
PEN YUSUN AN DO KU M EN
DPPT++ 6
P e ny usuna n DP P T+
+
Dasar menggunakan instrumen DPPT adalah Peraturan Menteri ATR/BPN No. 19 Tahun 2021. Ada
empat tahapan dalam penyusunan DPPT yaitu tahap perencanaan, tahap persiapan, tahap
pelaksanaan dan tahap penyerahan hasil. Dalam skema tersebut, proses perencanaan berada di
warna hijau muda. Pada warna hijau tua merupakan Tahapan Persiapan hingga dikeluarkan
Penetapan Lokasi (Penlok). Dokumen yang disyaratkan pada kelengkapan RC adalah DPPT yang
sudah ditambahkan dengan muatan LARAP hanya sampai pada tahap perencanaan dari empat
tahapan.
Diagram Alir Proses Pengadaan Tanah Mel
alui Penyusunan DPPT
M u a t a n DPPT d i t a m b a h m ua t a n LA RA P = DPPT+ +
M u a t a n DPPT d i t a m b a h m ua t a n LA RA P = DPPT+ +
M u a t a n DPPT d i t a m b a h m ua t a n LA RA P = DPPT+ +
M u a t a n DPPT d i t a m b a h m ua t a n LA RA P = DPPT+ +
Do na si La ha n a t a u H i b a h Ta n
aProses
h pengadaan tanah dalam P3TB sering menerima donasi lahan atau hibah tanah yang berasal dari masyarakat adat,
tanah wakaf, dan perorangan. Penyusunan dokumen LARAP dapat memasukkan donasi lahan. Donasi Lahan
dimungkinkan selama memenuhi syarat:

1 Si pemilik (donor/ potensial donor) telah diberikan informasi dan mendapatkan konsultasi yang memadai tentang
rencana proyek dan pilihan-pilihan yang memungkinkan baginya terkait dengan proyek tersebut.

2 Donor/ potensial donor telah mengetahui bahwa mereka dapat menolak hal tersebut (sebagaimana terdokumentasi
dalam laporan konsultasi/berita acara konsultasi).

3 Donor telah mengkonfirmasi secara tertulis keinginannya untuk melakukan donasi (melalui surat penyerahan hak/
pertanyaan donasi tanah). Dan harus dipastikan bahwa surat donasi tanah ditandatangani/disetujui oleh ahli waris.

4 Tanah yang didominasikan hanya sedikit (tidak lebih dari 10% dari total aset rumahtangga) jika dibandingkan dengan
proporsi kepemilikannya, sehingga tidak akan mempengaruhi penghidupan/mata pencaharian si pendonor.
Identifikasi kondisi sosial ekonomi rumahtangga pendonor untuk dilaporkan dalam LARAP/dokumen terkait lainnya.

5 Tidak melibatkan relokasi rumah/tempat tinggal. Konfirmasi terkait tidak adanya dampak relokasi untuk dilaporkan
dalam LARAP/dokumen terkait lainnya.

6 Pendonor diharapkan mendapat manfaat langsung dari proyek (sebagaimana disampaikan saat proses konsultasi,
dan terdokumentasi).

7 Untuk tanah komunal atau yang dimiliki bersama, donor tanah harus harus berdasarkan persetujuan pihak yang
secara langsung memanfaatkan atau menguasai tanah.
TERIMAKASI TERIMAKASI
H H

Anda mungkin juga menyukai