13 – 16 Desember 2022
Kegiatan pengadaan tanah dan permukiman kembali dalam suatu pembangunan tentunya tidak boleh ada yang
dirugikan, sehingga diperlukan suatu kajian, serangkaian rembug dan kegiatan sosialisasi dengan warga terkena
dampak (WTD).
Dari hasil tersebut maka akan melahirkan beberapa kesepakatan dan alternative penanganan, sehingga tidak
menimbulkan dampak negatif baik bagi lingkungan maupun social. Kegiatan tersebut merupakan serangkaian
kegiatan (Land Acqusition and Resetlement Action Plan / LARAP dan DPPT)
APA YANG DAPAT
DIPEROLEH
Memahami
Prinsip LARAP &
DPPT
Memahami
Memahami
Penyusunan
Dasar Memahami
Instrumen Muatan
Kebijakan
LARAP/DP LARAP & DPPT
LARAP/DPP
PT
T
ACUAN DASAR
Regulasi dan kebijakan yang mengatur
KEBIJAKAN
Pengadaan tanah dan pemukiman kembali
PENYUSUNAN INSTRUMEN
Penyusunan instrument dokumen LARAP
dan DPPT+++
PEMUKIMAN KEMBALI
P IT
PENYUSUNAN INSTRUMEN
1
PRINSIP PEKNEGBAIJDAAKAN
TANAH & 2
3
1 Undang-undang No. 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja
PerMenATR/BPN No. 6 Tahun 2020 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2018 Tentang Penanganan Dampak Sosial
RA PIHAK YANG
KEBIJAKAN
3 Kemasyarakatan Dalam Rangka Penyediaan Tanah Untuk Pembangunan Nasional
1 23
PENYUSUNAN
DASAR
PEMUKIMAN KEMBALI
ACUAN &
INSTRUMEN
TERKAIT
PerMenATR/BPN No. 19 Tahun 2021 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
4
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
PA
5 PerMenATR/BPN No. 17 Tahun 2021 Tentang Tata Cara Penetapan Tanah Musnah
Kegiatan pengadaan tanah dan/atau pemukiman kembali sedapat mungkin dihindari atau diminimalkan dengan mengeksplorasi semua
1 alternatif investasi fisik yang layak
Jika kegiatan pengadaan tanah dan/atau pemukiman kembali diperlukan, maka konsultasi secara bermakna dilakukan dengan WTD dan
2 WTD harus memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan program pengadaan tanah dan/atau
pemukiman kembali
KEBIJAKAN
TERKAIT LARAP
mengembalikannya secara nyata ke tingkat pendapatan sebelum dilakukannya pengadaan tanah dan/atau pemukiman kembali atau ke
12 3
tingkat pendapatan sebelum dimulainya pelaksanaan proyek, mana yang lebih tinggi
DASAR
ACUAN &
NAN
STRUMENIN
PENYUSU
KEMBALI
6 Melakukan perencanaan dan pelaksanaannya, untuk pemindahan/relokasi secara fisik dan/atau ekonomi
1 CPMU
- Meminta kepada pemrakarsa untuk menyiapkan dokumen LARAP
- Monitoring proses pengadaan tanah yang sedang berlangsung hingga
diserahkannya dokumen
- Review LARAP sebelum diserahkan kepada WB untuk mendapatkan persetujuan
2 PMU
Memastikan kegiatan perencanaan dan implementasi pengadaan tanah dan pemukiman kembai dilakukan
PKEENBGIAJDAAKAANNTANAH &
ACUAN & DASAR sesuai ESMF dan ITMP
PIU
3 Menyusun, melaksanakan dan melaporkan LARAP yang telah disetujui CPMU sesuai dengan panduan pada
PARA PIHAK YANG ESMF untuk memitigasi dampak dari kegiatan
12
PEMUKIMAN KEMBALI
PENYUSUNAN
PRINSIP
INSTRUMEN
4 PMS
Membantu CPMU dalam melakukan penapisan, melakukan review dokumen, pemantauan dan evaluasi
3 pelaksanaan LARAP
TERKAIT
5 PEMDA
Pemda dapat menunjuk OPD selaku pemrakarsa, untuk mengajukan LARAP (dapat dibantu
konsultan).Pengajuan dilakukan dengan diberi cap dan tanda tangan resmi. Mengajukan usulan ke CPMU
untuk dimasukkan dalam AWP
6
POKJA DAERAH
- Mengendalikan, memantau dan mengawasi penerapan LARAP
- Memberikan masukan tentang sub proyek yang akan diajukan dalam AWP
terutama dari pendanaan APBD I dan APBD II
- Pada saat pelaksanaan LARAP, mengkordinasikan para pelaksana untuk
memantau dan memastikan bahwa LARAP dilaksanakan
Pengumpulan Data Sub Proyek
1 Data sub proyek diperoleh dari daerah dan pusat. Data-sub proyek yang dibiayai oleh APBD I dan APBD
II diperoleh dari Pokja Daerah
Penapisan
2 Penapisan sub-proyek terhadap potensi dampak sosial dan kebutuhan LARAP dilakukan bersamaan
dengan penyiapan RC
ANAAN
Menyiapkan Sensus Sosial Ekonomi
LANGKAHLAPERLAAPKSAN
Jika hasil panapisan menyusun DPPT maka dilakukan studi kelayakan dan sensus terhadap WTD. Seringkali,
studi kelayakan sudah termasuk dalam dokumen perencanaan teknis. Sedangkan dalam LARAP, studi dapat
dimulai dengan dilakukan sensus social ekonomi dan inventarisasi WTD
KEBIJAKAN
123 PENYUSUNAN
LARA
Konsultasi Publik Bermakna
ACUAN &
INSTRUMEN
4 Konsultasi Publik adalah proses komunikasi dialogis atau musyawarah antar pihak yang berkepentingan
KETENTUAN
DASAR
P guna mencapai kesepahaman dan kesepakatan dalam perencanaan Pengadaan Tanah bagi
4 pembangunan untuk kepentingan umum. Konsutasi Publik bertujuan untuk mendapatkan kesepakatan
lokasi rencana pembangunan dari Pihak yang Berhak
PELAKS
AAN
5 Jika teridentifikasi WTD dari akuisisi lahan, baik itu relokasi maupun kehilangan pendapatan/aset
produktif> 200 orang (atau > 40 RT atau menghilangkan > 10% dari asset produktif)
6 Jika teridentifikasi WTD dari akuisisi lahan, baik itu relokasi maupun kehilangan pendapatan/aset
produktif<
200 orang (atau < 40 RT atau menghilangkan < 10% dari asset produktif)
7 Penyusunan DPPT +++
- Jika tanah yang dibutuhkan > 5 Ha, pengadaan tanah dilaksanakan
dengan 4 (empat) tahapan: perencanaan, persiapan, pelaksanaan,
dan
penyerahan hasil. Kegiatan pengadaan tanah lebih dari 5 Ha membutuhkan
Penetapan Lokasi (Penlok)
ANAAN
LANGKAHLAPERLAAPKSAN
- Jika tanah yang dibutuhkan < 5 Ha, pengadaan tanah bisa dilakukan
Secara langsung (pembayaran langsung/jual beli) atau jika
KEBIJAKAN membutuhkan Penlok makan dilaksanakan dengan 4 tahap diatas
123 PENYUSUNAN
LARA
ditambahkan dengan instrumen pengelolaan dampak sosial akibat pengadaan
ACUAN &
INSTRUMEN
tanah yang sesuai kebutuhan
KETENTUAN
DASAR
P
4 8 Persetujuan dan Penetapan Instrumen
PELAKS
Dokumen LARAP/DPPT yang telah disusun selanjutnya diberikan surat pengantar oleh instansi/lembaga
yang menjadi pemrakarsa untuk diserahkan kepada CPMU (disetujui dan ditetapkan)
AAN
1
TAHAP PENAPISAN
Pengumpulan Data Sub-Proyek :
CPMU : PMU – PIU & POKJA
Daerah
Membutuhkan Tanah/Lahan
PROSES
produktif
Penapisan 3
LARAP/ DPPT
DPPT
TIDAK (a) dan (b)
Konsultasi Publik
Bermakna
Melampirkan tabulasi data setiap WTD dari hasil survei sosial ekonomi, hasil pengukuran tanah/bangunan dan
penilaian harga tanah/aset terdampak lainnya)
Program Pemulihan Penghidupan dan Mata Pencaharian (Livelihood Restoration Plan), direncanakan dan
dikonsultasikan dengan WTD yang: terkena dampak signifikan (severely impacted: ≥10% pendapatan/aset produktif
rumah tangga dan/atau harus relokasi tempat tinggal), serta kelompok rentan (mengacu pada definisi pada
ESMF/Juknis LARAP)
2 Kelompok Warga Terdampak
Pada saat penyusunan LARAP perlu diidentifikasi jumlah warga terkena dampak (WTD) yang dilaksanakan secara sensus
yaitu para pemilik aset (tanah, bangunan, dan tanaman tumbuh) dimana lahan dan aset lainnya akan terkena dampak,
termasuk yang kehilangan mata pencaharian. Terkait kategori WTD terbagi ke dalam 3 kategori yaitu:
(1) warga terkena dampak pengadaan tanah milik pribadi;
(2) warga terkena dampak yang tinggal di tanah negara (pemerintah pusat atau daerah), tetapi tidak memiliki hak
atas tanah yang ditinggalinya; dan
(3) kategori lainnya yaitu warga terkena dampak pengadaan tanah milik adat dan tanah lainnya
Pemilik tanah/aset yang kehilangan tanah dan/atau Ganti kerugian atas hilangnya tanah dan aset lainnya
aset lainnya (termasuk bangunan, struktur, utilitas, yang ada pada tanah tersebut, berdasarkan penilaian
pohon, dll.) dan kehilangan pendapatan oleh penilai berizin
Pemilik tanah/aset yang kehilangan sumber Ganti kerugian atas hilangnya sumber pendapatan
pendapatan atau mata pencaharian secara sementara atau mata pencaharian berdasarkan penilaian
atau permanen kerugian non fisik yang dilakukan oleh penilai berizin
dan fasilitasi untuk pemulihan mata pencaharian
Orang yang memiliki dan menempati tempat tinggal Ganti kerugian untuk kehilangan tempat tinggal dan
dan struktur lainnya yang dibangun diatas tanah struktur lainnya, untuk sumber pendapatan atau
negara atau pemerintah tanpa hak hukum yang dapat mata pencaharian dan bantuan pemukiman
diakui atau klaim tanah yang mereka tempati kembali, berdasarkan penilaian dari penilai berizin
Pihak yang menyewa tempat tinggal dan bangunan Proyek ini memberikan waktu yang cukup (minimal 2
lainnya yang dibangun di atas tanah negara atau bulan dari tanggal dimulainya tenggat (cut-off date)/
pemerintah tanpa hak hukum yang dapat diakui atau pada saat survei sensus) agar para penyewa dapat
klaim tanah yang mereka tempati menemukan tempat lain atau bantuan lainnya yang
disepakati antara penyewa dan instansi/ lembaga
yang mungkin mencakup biaya kepindahan dan uang
saku masa transisi dan bantuan mata pencaharian
3 Matriks Keberhakan (Entitlement Matrix)
No Warga Terdampak Hak
6 Masyarakat yang menguasai tanah negara atau tanah Ganti kerugian untuk bangunan dan struktur. Bantuan
yang dimiliki oleh pemerintah, pemerintah daerah, untuk pemulihan mata pencaharian dan fasilitasi
badan usaha milik negara, atau badan usaha milik akses terhadap perumahan umum, bantuan transisi
daerah (squatter/ penghuni ilegal) dan kepindahan, serta perbaikan lokasi
7 Perambah/penyerobot tanah (encroacher) yaitu Ganti kerugian atas bangunan dan struktur. Bantuan
orang yang menambah atau memperluas untuk perbaikan mata pencaharian dan fasilitasi pada
kepemilikan pribadi mereka dengan melanggar batas perumahan umum dan bantuan transisi dan
tanah milik pemerintah atau tanah negara kepindahan, serta perbaikan lokasi.
8 Perambah/ penyerobot tanah tanah yang memasuki Tidak berhak atas ganti kerugian apapun
kawasan proyek setelah batas waktu yang
diumumkan pada publik.
Bentuk Ganti Kerugian. Ganti kerugian dapat berbentuk: (a) uang tunai; (b) tanah pengganti; (c) pemukiman kembali ke
lokasi lain; (d) kepemilikan saham; atau (e) bentuk lainnya yang disetujui oleh WTD dan instansi/lembaga yang
membutuhkan tanah. Ganti kerugian yang lebih disukai bentuknya tergantung pada keinginan WTD dan ganti kerugian
dapat berupa gabungan dari beberapa bentuk ganti kerugian tersebut tergantung pada kesepakatan antara WTD dan
instansi/lembaga yang membutuhkan tanah
FORMAT DAFTAR GAMBARAN UMUM STATUS
TANAH
3
KO N SU LTASI PU BLI K
BERMAKNA
1 Pengertian
Proses komunikasi dialogis atau musyawarah antar pihak yang berkepentingan guna mencapai kesepahaman dan
kesepakatan dalam perencanaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum. Konsutasi Publik
bertujuan untuk mendapatkan kesepakatan lokasi rencana pembangunan dari Pihak yang Berhak (PP No71/2021 Pasal 29).
Tim Persiapan melaksanakan Konsultasi Publik di kantor kelurahan/desa, kantor kecamatan atau di tempat rencana lokasi
pembangunan, atau tempat yang disepakati oleh Tim Persiapan dengan pihak yang berhak
2 Kapan dilakukan
Pelaksanaan Konsultasi Publik dilakukan secara bertahap dengan memberikan waktu yang cukup bagi WTD untuk dapat
memahami dan mengambil keputusan, dan memfasilitasi apabila diperlukan konsultasi publik spesifik untuk WTD kelompok
rentan. Konsultasi publik dilakukan sebelum dilakukan dan saat proses penyusunan dokumen LARAP, serta diharapkan
adanya dukungan dan keterbukaan dalam sensus sosial ekonomi, dan data untuk penyusunan LARAP/DPPT semakin
lengkap. Konsultasi juga dilakukan kembali ketika melakukan verifikasi daftar nominatif WTD yang terdapat dalam dokumen
3 Manfaat
1.Masyarakat tahu rencana pembangunan & rencana lokasi yang akan
dibebaskan 2.Pihak yang berhak tahu jelas dampak yang mungkin dialaminya
3.Pihak yang berhak tahu prosedur pembebasan lahan & mekanisme untuk menyampaikan
keluhan 4.Keterbukaan tentang rencana pembangunan memungkinkan dukungan masyarakat
5.Partisipasi dalam Proses Pengambilan Keputusan
4 Temuan
3 FGD
6
Dialog Interaktif
Konsultasi dengan WTD dan stakeholder, untuk direncanakan dan dilaporkan bukan hanya dilakukan satu kali dalam
rangka penyampaikan rencana pengadaan lahan saja, tetapi selama proses pengadaan lahan, termasuk konsultasi saat
pengumpulan data sosial ekonomi, saat penyampaian hasil pengukuran tanah/bangunan dan valuasi harga tanah/aset
terdampak lainnya, dst. Rencana konsultasi disampaikan dengan detil, spesifik untuk subproyek terkait, termasuk:
rencana waktu, lokasi/dimana/cakupan area, WTD/stakeholder target konsultasi, pendekatan/metode konsultasi, dan
penanggung jawab.
4
M EKAN I SM
E PEN AN G AN AN
KELU H AN
RE G ULA SI P e l i b a t a n P e m a n g k u K e p e n t i n g a n
2 Penerimaan Keluhan
- Mengakses website p3tb.pu.go.id dan mengisi formular keluhan/ keberatan yang telah disediakan
- Mengirimkan SMS atau chat WhatsApp ke nomor 0811-1056-6777
- Mendatangi Sekretariat Pokja P3TB Provinsi Jawa Tengah d/a Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Prov. Jawa
Tengah, Jl. Pemuda No. 138 Sekayu, Semarang, Jawa Tengah 50132
- Mendatangi Sekretariat Pokja P3TB Provinsi DIY d/a Bappeda Prov. DIY, Jl. Malioboro No. 16 Suryatmatan, Danurejan,
Kota Yogyakarta
- Mendatangi kantor PMS Regional BYP d/a Perumahan Griya Indah IV no. 233, Sumberan, Ngestiharjo, Kasihan,
Bantul dan mengisi formulir keluhan/ keberatan yang telah disediakan
P o s t er So si a l i sa si Sa r a na
P e ne r i m a a n K e l uh a n
M e k a ni sm e P e na ng a na n K e l u ha n
5
LARAP DAN
DPP
T
K e se nj a ng a n LA RA P d a n DP P
T
Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, serta ketentuan pelaksanaannya yang
tertuang dalam Permen ATR/BPN No 19 tahun 2021, maka data dan informasi dalam DPPT dapat digunakan dalam penyusunan LARAP. Namun demikian DPPT dinilai masih terdapat kesenjangan
guna memenuhi penanganan dampak sosial dari pengadaan tanah yang sesuai dengan ESMF. Gambar dibawah memperlihatkan persandingan antara penyusunan LARAP dengan penyusunan DPPT,
dimana DPPT masih memerlukan tambahan beberapa hal untuk dilakukan pengayaan dan penguatan yang tidak ada dalam dokumen LARAP
Dari Gambar ini, terlihat bahwa cakupan LARAP lebih luas dari DPPT. LARAP memberikan instrumen lengkap untuk melakukan mitigasi dampak
sosial yang disebabkan oleh kegiatan pengadaan tanah. Sedangkan DPPT lebih berfokus kepada instrumen pengadaan tanah yang
mengutamakan proses ganti kerugian.
Muatan wajib dan muatan tambahan DPPT tidak memberikan mandat untuk
melakukan pemulihan pendapatan bagi WTD. Sedangkan melalui dokumen
Gambar : Diagram Venn
Persandingan LARAP dengan LARAP diharapkan dapat dipastikan bahwa seluruh dampak sosial dari
DPPT pengadaan tanah dan mitigasinya sudah direncanakan.
6
M U ATAN DO KU M EN
LARAP
BAB I. Pendahuluan
BAB II. Gambaran umum perencanaan dan cakupan pengadaan
tanah BAB III.Kebijakan Pengadaan Tanah
BAB IV. Pengaturan Kelembagaan
BAB V. Profil Sosial Ekonomi Pihak yang Berhak/Warga Terdampak
BAB VI. Analisa Dampak dan Matriks Keberhakan
BAB VII. Perkiraan Nilai Tanah, Objek Pengadaan Tanah dan Penganggaran
BAB X. Rencana Pemindahan Sementara dan Rencana Pemukiman Kembali Penduduk (Jika Ada) BAB XI. Partisipas
Informasi
8. Mekanisme Penanganan Keluhan, termasuk alternatif atau opsi bagi WTD untuk dapat menyampaikan input dan kekhawatiran terkait proses akuisisi tanah, yang mudah diakses dan
tersedia spesifik di lokasi atau langsung bisa disampaikan kepada sub proyek terkait.
9. Program Pemulihan Kehidupan dan/atau mata pencaharian (jika ada pihak terdampak kelompok rentan dan/atau terkena dampak significant (severely impacted), mengacu pada hasil
identifikasi konsisi sosial ekonomi dan analisa dampak yang disampaikan sebelumnya di atas.
10. Monitoring dan evaluasi, termasuk mekanisme dan indikator pencapaian untuk setiap tahap, tidak hanya terbatas proses pelaksanaan akuisisi tanah, tetapi juga pemantauan
efektifitas implementasi program pemulihan kehidupan/mata pencaharian
7
M U ATAN DO KU M EN
LARAP
SEDERH AN A
BAB I. Deskripsi proyek dan rencana/cakupan pengadaan tanah BAB II. Kajian Analisis Hukum
BAB IV. Rencana pengelolaan dampak pengadaan tanah dan upaya perlindungan sosial
BAB V. Proses partisipatif dalam persiapan pengadaan tanah dan pemukiman kembali, dan mekanisme penyampaian dan penanganan keluhan
6
PEN YU SU N AN DO KU M EN
DPPT++
P e ny usu na n DP P T+
+
Dasar menggunakan instrumen DPPT adalah Peraturan Menteri ATR/BPN No. 19 Tahun 2021. Ada empat tahapan dalam penyusunan DPPT yaitu tahap perencanaan, tahap persiapan,
tahap pelaksanaan dan tahap penyerahan hasil. Dalam skema tersebut, proses perencanaan berada di warna hijau muda. Pada warna hijau tua merupakan Tahapan Persiapan hingga
dikeluarkan Penetapan Lokasi (Penlok). Dokumen yang disyaratkan pada kelengkapan RC adalah DPPT yang sudah ditambahkan dengan muatan LARAP hanya sampai pada tahap
perencanaan dari empat tahapan.
Diagram Alir Proses Pengadaan Tanah Mel
alui Penyusunan DPPT
M u a t a n D PPT d i t a m b a h m u a t a n LA RA P = DPPT+ +
M u a t a n D PPT d i t a m b a h m u a t a n LA RA P = DPPT+ +
M u a t a n D PPT d i t a m b a h m u a t a n LA RA P = DPPT+ +
M u a t a n D PPT d i t a m b a h m u a t a n LA RA P = DPPT+ +
Do na si La ha n a t a u H i b a h Ta n
aProses
h pengadaan tanah dalam P3TB sering menerima donasi lahan atau hibah tanah yang berasal dari masyarakat adat,
tanah wakaf, dan perorangan. Penyusunan dokumen LARAP dapat memasukkan donasi lahan. Donasi Lahan
dimungkinkan selama memenuhi syarat:
1 Si pemilik (donor/ potensial donor) telah diberikan informasi dan mendapatkan konsultasi yang memadai tentang
rencana proyek dan pilihan-pilihan yang memungkinkan baginya terkait dengan proyek tersebut.
2 Donor/ potensial donor telah mengetahui bahwa mereka dapat menolak hal tersebut (sebagaimana terdokumentasi
dalam laporan konsultasi/berita acara konsultasi).
3 Donor telah mengkonfirmasi secara tertulis keinginannya untuk melakukan donasi (melalui surat penyerahan hak/
pertanyaan donasi tanah). Dan harus dipastikan bahwa surat donasi tanah ditandatangani/disetujui oleh ahli waris.
4 Tanah yang didominasikan hanya sedikit (tidak lebih dari 10% dari total aset rumahtangga) jika dibandingkan dengan
proporsi kepemilikannya, sehingga tidak akan mempengaruhi penghidupan/mata pencaharian si pendonor.
Identifikasi kondisi sosial ekonomi rumahtangga pendonor untuk dilaporkan dalam LARAP/dokumen terkait lainnya.
5 Tidak melibatkan relokasi rumah/tempat tinggal. Konfirmasi terkait tidak adanya dampak relokasi untuk dilaporkan
dalam LARAP/dokumen terkait lainnya.
6 Pendonor diharapkan mendapat manfaat langsung dari proyek (sebagaimana disampaikan saat proses konsultasi,
dan terdokumentasi).
7 Untuk tanah komunal atau yang dimiliki bersama, donor tanah harus harus berdasarkan persetujuan pihak yang
secara langsung memanfaatkan atau menguasai tanah.
TERIMAKASI TERIMAKASI
H H