Oleh:
JUMRIANI
B012202024
dan berkembang sekarang. Sistem hukum nasional adalah sebuah sistem hukum
(meliputi materiil dan formil; pokok dan sektoral) yang dibangun berdasarkan ideologi
negara Pancasila, UUD 1945 dan dapat juga bersumber pada hukum lain asal tidak
bertentangan dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945, serta berlaku di seluruh Indonesia.
Sistem hukum nasional seperti yang diutarakan di atas tersebut masih belum dapat
undangan yang saling tumpang tindih dan bertentangan satu sama lain. Hukum
sebagai suatu sistem tidak menghendaki adanya peraturan yang saling tumpah tindih
penerapannya tidak memberikan rasa keadilan bagi rakyat dan tidak adanya kepastian
hukum.
Ketika berbicara mengenai sistem hukum, maka ada tiga komponen penting yang
substansi saja, namun struktur dan budayanya masih kurang mendapatkan perhatian.
Indonesia belum memiliki sistem hukum nasional yang representatif. Untuk dapat
warisan kolonial dan hukum nasional yang diskriminatif. Perilaku aparat penegak
hukum juga perlu diperbaiki sehingga tidak hanya hukumnya saja yang baik tapi
dalam implementasinya pun dapat berjalan dengan baik karena dukungan aparat
penegak hukum yang baik pula. Hal-hal tersebut perlu mendapat perhatian yang
masyarakat.
A. Materi Hukum
Materi hukum dalam kaitannya dengan substansi hukum yang merupakan
hasil dari suatu pengaktualisasian nilai-nilai dan kaidah-kaidah hukum yang
hidup dalam masyarakat (living law), baik dalam arti hukum tertulis maupun
hukum tidak tertulis. Substansi adalah aturan, norma, dan pola perilaku nyata
manusia yang berada dalam system itu. Jadi substansi hukum menyangkut
peraturan perundang-undangan yang berlaku yang memiliki kekuatan yang
mengikat dan menjadi pedoman bagi aparatpenegak hukum.
Penggolongan hukum
Penggolongan Hukum
b. Hukum tidak tertulis, contohnya: hukum adat karena tidak pernah tertulis dan
hanya diketahui secara turun temurun terutama dari kepala suku dari suatu suku.
c. Hukum Peradilan, hukum yang terdiri dari, putusan dan penetapan hakim.
Contoh putusan: Putusan perkara korupsi, putusan perkara wanprestasi.
Contoh penetapan: Adopsi, Waris.
2. Berdasarkan Isi atau
Kepentingan
a. Hukum lokal yaitu hukum yang hanya berlaku di suatu daerah tertentu.
a. Hukum Ius Constitutum yaitu hukum yang berlaku pada saat ini atau hukum positif. Hukum
positif atau yang disebut sebagai ius constitutum, adalah jenis hukum yang berlaku sekarang
dan hanya bagi suatu masyarakat tertentu saja di dalam daerah tertentu. Contohnya adalah
UUD 1945 yang berlaku saat ini untuk warga Indonesia.
b. Hukum Ius Constituendum adalah Hukum negatif atau yang disebut sebagai ius constituendum,
adalah jenis hukum yang diharapkan dapat berlaku pada waktu yang akan datang. Contohnya
adalah rancangan undang-undang (RUU) yang masih direncanakan akan diterapkan.
c. Hukum antarwaktu yaitu hukum yang mengatur peristiwa yang menyangkut hukum yang
berlaku pada saat ini dan hukum yang berlaku pada masa yang lalu.
7. Berdasarkan
Waktu Berlakunya
b. Hukum khusus yaitu hukum yang mengatur hanya bagi golongan orang
tertentu, seperti hukum pidana militer.
7. Berdasarkan
Subjek
a. Hukum berdasarkan subyek yang diaturnya terbagi menjadi: Hukum satu golongan
adalah hukum yang mengatur dan berlaku hanya bagi satu golongan tertentu,
misalnya Militer.
b. Hukum semua golongan yaitu hukum yang mengatur dan berlaku bagi semua
golongan warga negara., seperti Pidana.
c. Hukum antargolongan yakni hukum yang mengatur dua orang atau lebih dengan
tiap pihak tunduk pada hukum yang berbeda. Contohnya Perdata.
9. Berdasarkan
Hubungan
a. Hukum obyektif adalah hukum yang mengatur hubunghan antara dua orang
atau lebih yang berlaku umum.
7. Berdasarkan
Sumber
Menurut Victor Situmorang (Ishaq,2018:31) bahwa sumber hukum itu adalah segala sesuatu
yang dapat melakukan, menimbulkan aturan hukum serta tempat ditemukannya aturan hukum.
Dengan demikian, dapatlah dirumuskan bahwa, sumber hukum adalah segala sesuatu yang
menimbulkan aturanaturan yang mengikat dan memaksa, sehingga apabila aturan-aturan itu
dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata bagi pelanggarnya.
a. Sumber hukum materil: merupakan sumber daeri mana materi hukum diambil. Sumber
hukum ini menjadi faktor yang membantu menentukan isi atau materi hukum. Contohnya,
sumber hukum materiil seperti agama, kesusilaan, kehendak Tuhan, akal budi, hubungan
sosial, dan sebagainya. Pengertian materiel adalah berkenaan dengan perasaan hukum
(keyakinan hukum), dari individudan pendapat umum (public opinion) yang menjadi
determinan materiel membentuk hukum atau yang menentukan isi dari hukum misalnya dari
sisi sosiologis, sejarah, dan filosofis.
Sumber hukum materiel ini, adalah:
Traktat Perjanjian antara dua negara atau lebih mengenai masalah-masalah tertentu
yang menjadi kepentingan negara yang bersangkutan. Traktat akan mengikat semua
orang di negara-negara yang membuat traktat. Perjanjian yang dilakukan dua negara
disebut bilateral. Perjanjian lebih dari dua negara disebut traktat multilateral. Pasal
11 ayat (2) UUD NRI 1945 menyebutkan bahwa presiden dalam membuat perjanjian
internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi
kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan/atau
mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang harus dengan
persetujuan DPR. Ayat (2) dari pasal itu menyebutkan, bahwa ketentuan lebih lanjut
tentang perjanjian internasional diatur dengan undang-undang. Pasal 11 ini dapat
diartikan, bahwa traktat merupakan salah satu dari sumber hukum dalam
pengertian formal.
Doktrin atau Communis opinio doctorarum (pendapat umum para ahli hukum)
berpengaruh di dalam hakim memberikan keputusannya. Obyektifitas dan
rasionalitas dari pendapat ahli hukum dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Pendapat ahli hukum yang dijadikan dasar bagi hakim dalam mengambil keputusan
dianggap sebagai keputusan yang mempunyai wibawa, dan dapat
dipertanggungjawabkan dari sudut pandang ilmiah.
B. Sruktur Hukum
Struktur hukum , yaitu kerangka bentuk yang permanen dari sistem hukum yang
menjaga proses tetap berada di dalam batas-batasnya. Struktur terdiri atas: jumlah
serta ukuran pengadilan, jurisdiksinya (jenis perkara yang diperiksa serta hukum acara
yang digunakan), termasuk di dalam struktur ini juga mengenai penataan badan
legislative.
Teori Lawrence Meir Friedman yang Kedua : Struktur Hukum/Pranata Hukum:
Dalam teori Lawrence Meir Friedman hal ini disebut sebagai sistem Struktural yang
menentukan bisa atau tidaknya hukum itu dilaksanakan dengan baik. Struktur hukum
berdasarkan UU No. 8 Tahun 1981 meliputi; mulai dari Kepolisian, Kejaksaan,
Pengadilan dan Badan Pelaksana Pidana (Lapas).
Lemahnya mentalitas aparat penegak hukum mengakibatkan penegakkan hukum
tidak berjalan sebagaimana mestinya. Banyak faktor yang mempengaruhi lemahnya
mentalitas aparat penegak hukum diantaranya lemahnya pemahaman agama,
ekonomi, proses rekruitmen yang tidak transparan dan lain sebagainya. Sehingga
dapat dipertegas bahwa faktor penegak hukum memainkan peran penting dalam
memfungsikan hukum. Kalau peraturan sudah baik, tetapi kualitas penegak hukum
rendah maka akan ada masalah. Demikian juga, apabila peraturannya buruk
sedangkan kualitas penegak hukum baik, kemungkinan munculnya masalah masih
terbuka.
Masalah yang ditimbulkan dari struktur hukum yaitu sekarang banyak kasus
penyelewengan kewenangan di ranah penegak hukum kepolisian yang banyak
melakukan pelanggaran contohnya, banyak polisi lalu lintas yang menyalahi aturan
seperti melakukan Tilang tapi akhirnya minta uang, dan melakukan pengoperasian tapi
taka da surat izin dan lain sebagainnya. Sebagai Penegak hukum seharunya bisa
menjadi wadah penampung aspirasi masyarakat ini malah menjadi musuh nyata bagi
masyarakat, lihat saja sekarang masyarakat ak lagi mempercayai eksintensi penegak
hukum di negri ini.
C. Budaya Hukum
Budaya hukum ini pun dimaknai sebagai suasana pikiran sosial dan
kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari,
atau disalahgunakan.
Selanjutnya Friedman merumuskan budaya hukum sebagai sikap-sikap
dan nilai-nilai yang ada hubungan dengan hukum dan sistem hukum, berikut
sikap-sikap dan nilai-nilai yang memberikan pengaruh baik positif maupun
negatif kepada tingkah laku yang berkaitan dengan hukum.
Demikian juga kesenangan atau ketidak senangan untuk berperkara adalah
bagian dari budaya hukum. Oleh karena itu, apa yang disebut dengan budaya
hukum itu tidak lain dari keseluruhan faktor yang menentukan bagaimana
sistem hukum memperoleh tempatnya yang logis dalam kerangka budaya
milik masyarakat umum.
Maka secara singkat dapat dikatakan bahwa yang disebut budaya hukum
adalah keseluruhan sikap dari warga masyarakat dan sistem nilai yang ada
dalam masyarakat yang akan menentukan bagaimana seharusnya hukum itu
berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
Sumber:
1. Ishaq, Pengantar Hukum Indonesia (PHI), Cet. 5; PT. RajaGrafindo Persada: Jakarta,
2018.
2. Herman, dan Manan Sailan, Pengantar Hukum Indonesia, Cet. 2; Badan Penerbit
UNM: Makassar 2012.
3. https://www.zonareferensi.com/penggolongan-hukum/.
4. https://www.kompas.com/skola/read/2020/09/01/173556769/penggolongan-
hukum?page=all
5. https://owntalk.co.id/2020/11/23/komponen-sistem-hukum-menurut-lawrence-
m-friedman/.
6. https://ngobrolinhukum.wordpress.com/2011/09/23/sekilas-mengenai-sistem-
hukum-di-indonesia/.
Terimah Kasih