Paparan SDS Ke-113 - Peran Daya Dukung Lahan, Pangan, Dan Air Dalam KLHS
Paparan SDS Ke-113 - Peran Daya Dukung Lahan, Pangan, Dan Air Dalam KLHS
Riwayat Pendidikan
Daya dukung lingkungan adalah batas teratas dari pertumbuhan suatu populasi dimana jumlah populasi tidak
dapat didukung lagi oleh sarana, sumber daya dan lingkungan yang ada (Soerjani, 1987)
Analisis daya dukung merupakan suatu alat perencanaan pembangunan yang memberikan gambaran hubungan
antara penduduk, penggunaan lahan dan lingkungan
Dari semua hal tersebut, analisis daya dukung dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam menilai
tingkat kemampuan lingkungan dalam mendukung segala aktifitas manusia yang ada di wilayah yang
bersangkutan.
Daya Dukung
Daya dukung lingkungan
hidup adalah kemampuan
lingkungan hidup untuk
mendukung perikehidupan
manusia dan makhluk hidup
lain (Permen LH 17/2009)
“Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan suatu ekosistem dalam menyediakan sumber
daya dan menanggung aktivitas manusia tanpa mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki.”
LANDASAN HUKUM
Penilaian terhadap daya dukung lingkungan hidup dilakukan dengan cara mengidentifikasi kapasitas
sumber daya alam dan ekosistem untuk mendukung aktivitas manusia atau populasi yang
menggunakan area tertentu untuk kelangsungan hidup.
Besar kapasitas di suatu wilayah dipengaruhi oleh kondisi dan ciri-ciri sumber daya yang ada dalam
wilayah tersebut.
Kapasitas lingkungan hidup dan sumber daya alam akan berperan sebagai faktor pembatas dalam
menentukan cara penggunaan area yang sesuai.
KONSEP DAYA
DUKUNG
Dari sisi
Dari sisi kebutuhan
ketersediaan
DAYA DUKUNG LINGKUNGAN SEBAGAI DASAR
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya
Dukung Lingkungan Hidup Dalam Penataan Ruang Wilayah
KETERKAITAN DAYA DUKUNG LINGKUNGAN
Agar pemanfaatan ruang di suatu wilayah sesuai dengan kapasitas lingkungan hidup dan
sumber daya, alokasi pemanfaatan ruang harus mengindahkan kemampuan lahan.
Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan akan lahan, air, dan pangan di suatu
wilayah menentukan keadaan surplus atau defisit dari lahan, air, dan pangan untuk
mendukung kegiatan pemanfaatan ruang.
DAYA DUKUNG
Perbandingan antara
ketersediaan dan
kebutuhan lahan
Perbandingan antara
ketersediaan dan
kebutuhan air
Perbandingan antara
ketersediaan dan
kebutuhan pangan
DAYA DUKUNG
LAHAN
Kemampuan Lahan
Kemampuan lahan adalah penilaian atas kemampuan lahan untuk
penggunaan tertentu yang dinilai dari masing-masing faktor
penghambat.
Faktor Penghambat :
1. Kemiringan lereng
2. Erosi
a. Tingkat erosi/bahaya erosi
b. Kepekaan erosi
3. Genangan
a. Drainase
b. Ancaman Banjir
4. Penghambat kesuburan perakaran tanman (berkaitan dengan
tanah)
a. Kedalaman efektif tanah
b. Batu-batuan
c. Tekstur tanah, dkk
Klasifikasi Kemampuan Lahan
Intensitas dan piihan penggunaan lahan
Kelas
Cagar
Kemampuan alam,
Hutan
Pengembalaan Pengembalaan Pengembalaa Garapan Garapan Garapan
Garapan
produksi sangat
Lahan hutan
terbatas
terbatas sedang n intensif terbatas sedang intensif
intensif
lindung
I v v v v v v v v v
II v v v v v v v v x
III v v v v v v v x x
aian dan pilihan penggunaan lahan
IV v v v v v v x x x
V v v v v v x x x x
VI v v v v x x x x x
VII v v v x x x x x x
Kelas Kemampuan Lahan
1. Mempunyai beberapa hambatan atau ancaman kerusakan yang mengurangi pilihan penggunaannya atau
Semua jenis penggunaan lahan
II memerlukan tindakan konservasi yang sedang.
kecuali pertanian sangat intensif
2. Pengelolaan perlu hati-hati termasuk tindakan konservasi untuk mencegah kerusakan
1. Mempunyai beberapa hambatan yang berat yang mengurangi pilihan penggunaan lahan dan memerlukan
tindakan konservasi khusus dan keduanya.
Semua jenis penggunaan lahan
2. Mempunyai pembatas lebih berat dari kelas II dan jika dipergunakan untuk tanaman perlu pengelolaan tanah
III kecuali pertanian sangat intensif
dan tindakan konservasi lebih sulit diterapkan.
dan pertanian intensif
3. Hambatan pada angka I membatasi lama penggunaan bagi tanaman semusim, waktu pengolahan, pilihan
tanaman atau kombinasi dari pembatas tersebut.
1. Hambatan dan ancaman kerusakan tanah lebih besar dari kelas III, dan pilihan tanaman juga terbatas. Pertanian terbatas, semua jenis
IV 2. Perlu pengelolaan hati-hati untuk tanaman semusim, tindakan konservasi lebih sulit diterapkan. penggembalaan, semua jenis hutan
Kelas Kemampuan Lahan
1. Tidak terancam erosi tetapi mempunyai hambatan lain yang tidak mudah untuk dihilangkan,
sehingga membatasi pilihan penggunaannya.
Semua jenis penggembalaan, semua jenis
V 2. Mempunyai hambatan yang membatasi pilihan macam penggunaan dan tanaman.
hutan
3. Terletak pada topografi datar-hampir datar tetapi sering terlanda banjir, berbatu atau iklim yang
kurang sesuai.
1. Mempunyai faktor penghambat berat yang menyebabkan penggunaan tanah sangat terbatas karena
mempunyai ancaman kerusakan yang tidak dapat dihilangkan. Penggembalaan sedang, penggembalaan
VI 2. Umumnya terletak pada lereng curam, sehingga jika dipergunakan untuk penggembalaan dan hutan terbatas, semua jenis hutan
produksi harus dikelola dengan baik untuk menghindari erosi.
Faktor kemiringan ditentukan oleh kemiringan lereng, panjang Terdapat pada lahan dengan faktor penentu seperti kedalaman
lereng, dan bentuk lereng sangat mempengaruhi erosi, aliran tanah, faktor lahan seperti tanah yang dangkal, banyak batu-
permukaan dan kemudahan batuan, daya memegang air yang rendah, kesuburan rendah
yang sulit diperbaiki, garam dan Na
Tingkat erosi (e)
Bahaya erosi dan erosi yang telah terjadi menjadi petunjuk Penamaaan Sub Kelas
Kelas Sub kelas
Genangan air (w)
III e
Terdapat pada lahan dimana kelebihan air merupakan faktor Kelas kemampuan lahan 3 dengan faktor penghambat
penghambat utama; drainase yang buruk, air tanah yang erosi
tinggi, bahaya banjir merupakan faktor-faktor yang digunakan
untuk penentuan subkelas ini.
Kemampuan Lahan dalam Unit Pengelolaan
Faktor Kategori
penghambat 0 1 2 3 4 5 6
Tekstur Tanah (t) Halus: liat, Agak halus: liat berpasir, Sedang: debu, Agak kasar: Kasar: pasir
liat berdebu. lempung liat berdebu, lempung lempung berdebu, lempung berpasir. berlempung,
berliat, lempung liat berpasir. lempung. pasir
Permeabilitas (p) Lambat: < Agak lambat: 0.5 – 2.0 Sedang: 2.0 –
0.5 cm/jam. cm/jam 6.25 cm/jam.
Kedalaman dalam: > sedang: 90- dangkal: 50-25 cm. sangat dangkal:
sampai kerikil, 90 cm 50 cm. < 25 cm.
padas, plinthite
(k)
Lereng 0-3% 3-8% 8-15% (agak 15-30% (miring 30-45% (agak 45-65% (curam) >65%
permukaan (l) (datar) (landai/bero miring/bergelombang) berbukit) curam) (sangat
mbak) curam)
Erosi (e) Tidak ada Ringan: sedang: 25-75% lapisan atas berat: > 75% sangat berat:
erosi <25% hilang, < 25% lapisan lapisan atas sampai lebih dari
lapisan atas bawah hilang hilang, < 25% 25% lapisan bawah
hilang lapisan bawah hilang
hilang
Kemampuan Lahan dalam Unit Pengelolaan
Faktor Kategori
penghambat 0 1 2 3 4
Drainase tanah Baik: tanah mempunyai Agak baik: tanah Agak buruk: lapisan atas Buruk: bagian Sangat buruk: seluruh
(d) peredaran udara baik. mempunyai peredaran tanah mempunyai bawah lapisan atas lapisan permukaan
Seluruh profil tanah dari atas udara baik. peredaran udara baik. Tidak (dekat permukaan) tanah
sampai lapisan bawah Tidak terdapat bercak- terdapat bercak-bercak terdapat warna berwarna kelabu dan
berwarna terang yang seragam bercak berwarna kuning, berwarna kuning, kelabu, atau atau bercak-bercak tanah bawah berwarna
dan tidak terdapat coklat atau kelabu pada coklat. Terdapat berwarna kelabu, kelabu
bercak-bercak lapisan atas dan bagian bercak-bercak pada saluran coklat dan atau terdapat bercak-
atas bagian lapisan bawah kekuningan bercak kelabu, coklat
lapisan bawah dan
Kekuningan
Faktor khusus : tidak pernah: dalam periode kadang-kadang: banjir selama waktu satu bulan dalam selama waktu 2-5 selama waktu enam
Ancaman satu tahun tanah yang menutupi tanah setahun tanah bulan dalam bulan atau lebih tanah
banjir/genanga tidak pernah tertutup banjir lebih secara teratur tertutup banjir setahun, secara selalu
n (o) untuk waktu lebih dari dari 24 jam terjadinya untuk jangka waktu teratur selalu dilanda banjir secara
24 jam tidak teratur dalam lebih dari 24 jam dilanda banjir teratur yang lamanya
periode lamanya lebih dari lebih
kurang dari satu bulan 24 dari 24 jam
jam
Kemampuan Lahan dalam Unit Pengelolaan
Faktor Kategori
penghambat 0 1 2 3 4
khusus batuan
Batuan kerikil (b) tidak ada atau sedang: 15-50% banyak: 50- sangat banyak: >
sedikit: 0-15% volume volume tanah 90% volume 90 % volume
tanah tanah tanah
Batuan kecil (b) tidak ada atau sedikit: sedang: 15-50% banyak: 50- sangat banyak: >
0-15% volume tanah volume tanah 90% volume 90 % volume
tanah tanah
Batuan lepas (b) tidak ada: kurang dari sedikit : 0.01%- sedang : 3%- banyak : 15%- sangat banyak: lebih dari 90%
0.01% luas areal 3% permukaan 15% 90% permukaan permukaan tanah tertutup; tanah sama
tanah tertutup permukaan tanah tertutup sekali tidak dapat digunakan untuk
tanah tertutup produksi pertanian
Batuan terungkap (b) tidak ada: kurang dari sedikit : 2% - sedang : 10% - banyak : 50% - sangat banyak : lebih dari 90%
2% permukaan tanah 10% permukaan 50% 90% permukaan permukaan tanah tertutup; tanah sama
tertutup tanah tertutup permukaan tanah tertutup sekali tidak dapat
tanah tertutup digarap
Kelas Kemampuan Lahan pada Tingkat Unit Pengelolaan
Intensitas dan piihan penggunaan lahan
Faktor
penghambat/pembatas I II III IV V VI VII VIII
Tekstur tanah
Lapisan atas / (*) (*) (*) (*)
Lapisan bawah / (*) (*) (*) (*)
Lereng permukaan (*)
Drainase / (**) (*) (*) (*)
Kedalaman efektif (*) (*) (*)
Keadaan erosi (*)
Kerikil/batuan (*) (*)
Banjir (*) (*) (*)
(*) dapat mempunyai sebaran sifat faktor penghambat dari kelas yang lebih rendah
(**) permukaan tanah selalu tergenang air
Cara penentuan kemampuan lahan
Menyiapkan data Overlay peta
Kepekaan erosi
Peta erosi
Tingkat erosi
Kedalaman tanah
Peremabilitas tanah
Kerikil/batu
Drainase
Peta drainase
Ancaman banjir
Cara penentuan kemampuan lahan
Sumber : Daya Dukung Lingkungan Berbasis Kemampuan Lahan di Tuban , jawa Timur oleh Widyatmaka dkk
(2015)
Cara Evaluasi Kesesuaian Kemampuan Lahan serta Peran di KLHS
Khusus KLHS
lahan aktual 2. Sesuai
Bersyarat
KLHS RTR Peta rencana pola ruang 3. Tidak sesuai
Peta kemampuan lahan
KLHS
+ peta rencana pola
RTR ruang
Keterangan:
SA = ketersediaan air (m3/tahun)
C = koefisien limpasan tertimbang
Ci = Koefisien limpasan penggunaan lahan i (lihat Tabel 9)
Ai = luas penggunaan lahan i (ha) dari data BPS atau Daerah
Dalam Angka, atau dari data Badan Pertanahan
Nasional (BPN)
R =rata-rata aljabar curah hujan tahunan wilayah
(mm/tahunan) dari data BPS atau BMG atau dinas
terkait setempat.
Ri = curah hujan tahunan pada stasiun i
m =jumlahstasiunpengamatancurahhujan A = luas wilayah (ha)
10 = faktor konversi dari mm.ha menjadi m3
KOEFISIEN LIMPASAN
CARA PENGHITUNGAN
Keterangan:
DA = N = KHLA =
Total kebutuhan air (m3/tahun) Jumlah penduduk (orang) Kebutuhan air
untuk hidup layak
= 1600 m3 air/kapita/tahun,
= 2 x 800 m3 air/kapita/tahun, dimana:
800 m3 air/kapita/tahun merupakan kebutuhan air untuk keperluan
domestik dan untuk menghasilkan pangan (lihat Tabel 11 total kebutuhan
air dan Tabel 12 tentang “Air Virtual” (kebutuhan air untuk menghasilkan
satu satuan produk) di bawah ini.
2.0 merupakan faktor koreksi untuk memperhitungkan kebutuhan hidup
layak yang mencakup kebutuhan pangan, domestik dan lainnya.
Status daya dukung air diperoleh dari pembandingan antara ketersediaan air (SA) dan kebutuhan air (DA).
Keterangan:
SL= Ketersediaan lahan (ha)
Pi= Produksi padi (t)
Hi= Harga satuan padi atau Konversi Gabah Kering Giling
(per kg) (62,74)
CARA PENGHITUNGAN
Keterangan:
DL= Total kebutuhan lahan setara beras (ha)
N= Jumlah penduduk (orang)
KHLL Luas lahan yang dibutuhkan untuk = kebutuhan hidup layak per
penduduk atau konsumsi beras (kg/orang/tahun) (114,6)
Dari kedua variabel tersebut, kemudian dilakukan perhitungan daya dukung pangan dengan membandingkan antara ketersediaan
pangan/lahan (SL) pangan/lahan (DL), yakni
1. Apabila SL > DL dengan nilai diatas 2,maka daya dukung pangan/lahan dinyatakan surplus besar.
2. Apabila SL > DL dengan nilai antara 1-2, maka daya dukung pangan/lahan dinyatakan surplus.
3. Apabila SL < DL denga nilai kurang dari 1, maka daya dukung pangan/lahan dinyatakan defisit.
DAYA DUKUNG PANGAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
GRAFIK DAYA DUKUNG PANGAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
BATASAN DAYA DUKUNG PANGAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
GRAFIK BATASAN DAYA DUKUNG PANGAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
PETA DAYA DUKUNG PANGAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
KESIMPULAN
1. Sumber daya alam dan lingkungan adalah modal penting dalam pembangunan nasional dan regional. Namun,
eksploitasi berlebihan dan tidak memperhatikan daya dukung lingkungan telah menyebabkan kerusakan
lingkungan yang harus ditanggung oleh generasi saat ini dan masa depan.
2. UU 32/2009 menggarisbawahi pentingnya daya dukung dan daya tampung lingkungan (DDDT LH) sebagai
pengendali dalam pembangunan. Dalam konteks ini, DDDT LH berperan sebagai elemen kunci dalam
mengevaluasi Kebijakan, Rencana, dan Program.
3. Untuk menerapkan prinsip ini, konsep DDDT LH perlu didefinisikan dengan baik untuk panduan operasional
dalam rencana pembangunan di tingkat pusat dan daerah.